Azzura menjadi telentang, dan benar-benar rentan terhadap Alan. Sangat mengerikan karena Azzura tak bisa melihat Alan. Selain itu, Azzura juga sulit mendenga apa yang Alan lakukan. Ya, Azzura tak bisa mendengar apapun. Yang bisa ia dengan hanya suara nafas dan debaran jantungnya saat darah berdenyut penuh amarah ke gendang telinganya. Namun, tiba-tiba saja kesunyian itu berganti suara mendesis yang lembut dan muncul suara musik dari iPod. Dari dalam kepala Azzura, suaranya panjang bak malaikat bernyanyi sendirian tanpa ditemani siapa pun. Tak berselang lama, bergabung suara lain, dan lalu lebih banyak suara. Rupanya itu merupakan suara paduan suara selestial yang menyanyikan lagu himne kuno secara acapella. "Astaga, lagu apa ini? Aku tak pernah mendengar lagu seperti itu," ucap Azzura, bergumam dalam hati. Bersama dengan itu, sesuatu yang lembut hampir tak tertahankan menyentuh leher Azzura lalu pelan-pelan menyusuri tenggorokannya, turun melintasi dadanya.Saat di atas gunung ke
Lalu detik berikutnya, dalam satu gerakan cepat, Alan dengan kejantanannya yang mengeras dan telah siap memasuki liang senggama Azzura. "Aagghh ...." Azzura berteriak lagi saat kejantanan Alan memenuhi dirinya. Setelah Alan memasuki Azzura, getaran orgasme Azzura sebentar lagi akan datang. Sayangnya di waktu ini Alan langsung diam, dan getarannya juga ikut berhenti. "Oh tidak … Alan akan menyiksaku lebih jauh," ujar Azzura, berbisik dengan terengah-engah dalam hatinya. "Aku mohon!" Azzura meratap pada Alan. Alan mencengkeram Azzura lebih keras seolah ia sedang memperingatkan. Lalu detik berikutnya, jari-jarinya mencengkeram pantat Azzura tatkala wanita itu berbaring terengah-engah. Azzura yang sengaja diam lalu merasa bahwa Alan dengan sangat perlahan mulai bergerak lagi, keluar lalu masuk. Itu sangat menyiksa Azzura. "Sial! Kumohon, Lan!" Azzura berteriak dalam hati. Dan pada saat suara dari paduan suara semakin meningkat, demikian juga dengan kecepatan Alan yang kian bertamba
Azzura bangun dengan tersentak. Rupanya wanita favorit Alan ini baru saja bermimpi terjatuh dari tangga, dan ia langsung berdiri, sejenak mengalami disorientasi. Saat Azzura bangun, hari masih gelap. Bahkan, ia juga masih berada di tempat tidur Alan sendiria. Sesuatu telah membangunkannya, suatu pikiran yang mengganjal. "5.00 pagi," gumam Azzura tatkala ia melirik jam alarm di samping tempat tidur Alan. Baru jam 5 pagi, tapi perancang busana ini merasa segar. Setelah melihat jam, Azzura merangkak turun dari tempat tidur dengan perasaan bersyukur atas apa pun yang telah membangunkannya.Di waktu ini, samar-samar Azzura bisa mendengar nada piaso. "Itu pasti Alan. Aku harus melihatnya bermain piano. Aku suka menonton dia memainkannya," ujar sang fashion desainer ini. Lalu detik berikutnya, Azzura yang masih telanjang mengambil jubah mandinya dari kursi dan berjalan pelan menyusuri koridor. Selagi menyusuri koridor, Azzura yang memakai jubah mandi mendengarkan suara magis dari ratapa
"Sepertinya hanya kau yang olahraga di jam 8 pagi, Sayang, jam khusus di zona waktu yang berbeda dengan karyawanmu yang lainnya. Mungkin kau harus melakukan itu satu jam lebih cepat besok pagi. Jadi, kau dapat pergi berkerja dengan waktu yang normal, sama seperti yang lainnya," beber Alan dengan tenang.Azzura pun tersenyum dan mengangguk setuju. "Oh, itu rencana bagus." Azzura bernapas. "Jadi, apa yang bisa kita lakukan selama setengah jam ini?" tanya wanita ini sambil mengedip polos padanya."Aku bisa memikirkan beberapa hal, Sayang." Alan menyeringai, mata abu-abu gelapnya bersinar.Sementara itu, Azzura menatap balik Alan tanpa ekspresi dan tubuhnya langsung meleleh dan mencair di bawah tatapan Alan. "Di sisi lain, kita bisa bicara," saran sang fashion desainer berusaha tenang. Seketika saja alis Alan berkerut usai mendengar penuturan Azzura itu. "Aku lebih suka apa yang ada dalam pikiranku." Alan membawa Azzura ke pangkuannya."Kau selalu lebih suka berhubungan seks dari pada b
"Jadi, apa yang membuatmu sedih dan semurung ini pagi ini?" bisik Azzura sambil memejamkan matanya saat ia duduk di pangkuan Alan, yang duduk di kursi piano. "Hm ... membuatku sedih dan murung?" Alan yang sedang asik mencium Azzura di sepanjang bahunya yang mulus itu, kini berhenti sejenak. Samar-samar, Azzura menganggukkan kepalanya. "Ya, tadi malam kau baik-baik saja. Tapi pagi ini, kau agak berbeda. Kesedihan itu terlihat jelas di wajah dan matamu, Alan," terang perancang busana seksi ini. Penuturan Azzura itu kontan membuat si tampan dan demokratis mengangkat kepalanya untuk menatap ke arah dirinya. Ada sedikit geli di matanya. Tapi kemudian, ia mendesah panjang."Kau benar..." Alan mengusap ujung jarinya di pipi Azzura. "Aku kehilangan seorang teman baru-baru ini. Ya, dia wanita yang aku pikir bisa membantuku menemukan kebenaran atas kematian tak wajar mendiang kekasihku." Alan mengambil nafas."Aku menyesal telah melibatkannya. Seandainya aku tak memaksanya untuk membantuku,
Selagi Azzura mengernyitkan wajah dan menatap Alan dengan ekspresi bingung, Alan justru yang baru saja tersenyum dan menggeleng, kini berdiri dari duduknya alih-alih menjawab pertanyaan Azzura. Usai berdiri dari duduknya, Alan berjalan memutari meja bar dan menghampiri Azzura. Pria tampan tersebut kemudian berdiri di belakang Azzura, dan melingkarkan tangannya di pinggang Azzura. Ia memeluknya erat. Tidak! Alan rupanya tidak hanya memeluk Azzura, tapi ia juga mencium leher Azzura, membuat sang pemilik leher menjadi gugup setengah mati. Ketika Azzura gugup, Alan justru merasakan tubuh indah kekasihnya tersebut membuat kejantanannya mulai tumbuh di celananya. Azzura pun dapat merasakannya. Buktinya, wajah Azzura kian memerah, sementara dadanya bergerak naik turun dengan cepat, dan bibirnya yang ranum mengulum senyum. Sekian detik kemudian, Alan terlihat memasukkan tangannya ke dalam jubah mandi Azzura dan memegang gunung kembarnya dengan masing-masing tangannya. "Azzura, you know
Pertama-tama, Alan dan Azzura menaruh sabun di tubuh masing-masing. Keduanya mandi sebentar di bawah pancuran. Lalu perlahan mereka mulai berciuman dan saling berpelukan. Saat berciuman, Alan memainkan gunung kembar Azzura. Ia memijat dan meremas gunung kembar Azzura yang bulat, padat dan penuh lalu memilin daging kecil di puncang gunung kembar kekasihnya itu. Sementara, Azzura dengan ahli memainkan zakar Alan yang mulai mengeras dan memanjang. Sekian detik berikutnya, wanita ini turun ke bawah untuk menghisap zakar Alan. "Aaaggghhh ... Azzura..." Alan mengerang keras di bawah pancuran ketika Azzura, kekasihnya nan cantik dan seksi tersebut memberikan pukulan pada bolanya dengan mulutnya. Namun kemudian, Alan mengambil alih permainan. Alan mulai meniduri Azzura dari arah belakang di bawah pancuran, menjaga bibir bawah kekasihnya nan cantik dan seksi tersebut di bawah aliran air. Ya, Alan membungkukkan badan Azzura sedang wanita seksi tersebut bersandar menghadap ke depan ke dindi
Ketika pria memesona memasuki butik Ruella, ia langsung disuguhkan dengan penampakan butik yang terlihat seperti geleri seni. Interiornya tegas dan mampu memperhatankan elegansi dari semua koleksinya.Selain itu, semburat rona keabuan bahkan melandasi lantai di mana berpijak manekin-manekin berpakaian sarat mode dalam ragam pose bak instalasi ‘kehidupan’ fashion Butik Ruella. Meski demikian, pria ini tidak salah fokus. Ia tetap pada tujuan utamanya, yaitu meja resepsionis. "Selamat siang, apa ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya seorang wanita yang berdiri di balik meja resepsionis. "Apakah saya bisa bertemu dengan desainer butik ini?" tanyanya langsung pada poin pentingnya."Maaf sebelumnya, Tuan. Tapi dengan Tuan siapa saya bicara sekarang dan apa Tuan sudah membuat janji untuk bertemu Nona Zura?" tanya wanita itu."Saya Alan, dan tentu saja saya nggak tahu jika dia memiliki lebih banyak kesibukan seperti itu sehingga saya harus membuat janji dengannya terlebih dulu," balas Ala
Suasana yang tenang seolah mendukung hasrat Alan pada Azzura saat itu. Alan benar-benar terangsang, iblis dalam dirinya seolah tidak memikirkan fakta bahwa kini Azzura adalah seorang pasien. "Mmhhhh ...." desahan kecil keluar dari mulut sang fashion desainer saat Alan meremas gunung kembarnya yang berpakaian dengan gerakan sensual. "Alan... I'm so wet. Do you want to taste me?" ucap Azzura saat ia menarik bibirnya dari Alan sementara dada bulat dan padatnya bergerak naik dan turun dengan cepat. Ia terengah-engah. Mendengar itu, Alan lantas menyeringai, matanya menyala tanda bahwa ia semakin terbakar gairah dan juga bersemangat. "Tentu saja, Azzura. Besides the heart, your pussy is mine," jawab Alan, berbisik di depan wajah sang kekasih. "Sayang...." Alan dengan jarinya membelai wajah Azzura hingga ke bibirnya. "Kau tahu, menjilati vaginamu adalah favoritku. Aku akan menjilatinya sampai kau cum, atau memohon kepadaku atau menyemprotkan jusmu ke wajahku. Bahkan, setelah kau orgasme,
"Meski cerita dan mimpi itu mengerikan, aku tidak akan berani menyakitimu, Azzura," kata Alan pelan meski nada bicaranya terdengar dingin.Mendengar itu, Azzura lantas mengangkat wajah cantiknya yang pucat, dan kemudian menatap Alan nanar sementara keningnya berkerut. "Hhhhhh ...." Alan mengehela napas panjang guna menetralisir perasaan sesak yang memenuhi dadanya."Azzura, bahkan sepanjang kau bercerita tadi, tak sedetik atau sekali pun aku berpikir kapan kau mulai memutuskan mencampuri hidupku dengan rencana yang kacau. Entah mengapa hatiku percaya bahwa kau mana mungkin akan begitu. Kau tak mungkin harus sakit untuk mengacaukan hidupku, dan membuat aku percaya untuk mencintaimu," kata Alan dengan tenang. "Alan, saat aku bertemu denganmu aku tidak tahu apa-apa. Dan, saat aku tahu apa yang menghubungkan kita, aku coba memberitahumu ribuan kali," balas sang fashion desainer yang baru menyeka air matanya dengan tangan kosongnya ini. "Aku percaya padamu, Azzura. Sumpah!" tegas si pem
"Apa yang terjadi?" tanya seorang petugas medis wanita yang rambut coklat gelap dan panjangnya dikuncir kuda pada Alan yang belum lama tiba di IGD rumah sakit. Alan yang tampak cemas dan bingung kemudian menjelaskan: "Dia kalut, dan tiba-tiba pingsan."Petugas medis wanita itu mengangguk mengerti. "Baiklah... Dokter akan periksa sekarang. Tolong tunggu di luar," katanya pada Alan. Alan pun mengangguk menuruti perintahnya. Dan setelah beberapa saat, seorang dokter wanita yang berambut hitam pendek sebahu keluar dan bertemu Alan."Dok, apa kondisinya stabil?" tanya Alan dengan perasaan tak sabar yang menggerogoti dirinya. "Ya, kondisinya stabil. Tadi, dia mengalami syok. Tapi kami butuh rekam medisnya. Ada bekas luka di dadanya. Saya kira dia telah melakukan transplantasi hati dan jantung. Dan, apa yang baru saja terjadi mungkin terkait dengan operasi yang dia jalani. Tolong segera hubungi dokter jantungnya. Kami butuh informasi rekam medisnya untuk memastikan bahwa dia tidak menola
Malam harinya—setelah bertemu dengan Tommy dan Alexa, Azzura yang telah membatalkan acara makan malam bersama orangtuanya kembali ke apartemen Alan. Di apartemen itu, ia duduk di meja makan sembari membuka tutup botol anggur. Setelah itu, wanita seksi ini menuang segelas anggur untuk dirinya sendiri, kemudian menyesapnya. Tidak berapa lama, Azzura mendengar suara pintu berdecit dan derap langkah kaki seseorang. Siapa lagi jika bukan sang penguasa apartemen, Alan. Mendengar Alan pulang, Azzura bergegas bangkit dari duduknya dan menghampiri Alan yang masih berdiri di depan pintu masuk. "Sayang, kau di sini?" Alan tersenyum pada Azzura. Dengan cepat Azzura mengangguk lalu ia dengan sopan mengatakan bahwa ia datang ke apartemen untuk makan malam bersama kekasihnya. "Tapi, bukankah seharusnya sekarang kau sedang makan malam bersama orangtuamu?" Alan mengernyit saat menatap Azzura. Ia bingung. "Aku sangat merindukanmu, jadi, aku datang kemari. Yah... Aku ingin makan malam bersamamu,
"Hhhhh ..." Ayah Azzura menghela napas panjang, dan memijat pelipisnya pelan tatkala ia menatap putrinya heran. "Jadi, sebenarnya... Apa maksudmu, Azzura?" pria paruh baya ini bertanya dengan nada bingung. "Shit!" Azzura menggeram. Dan kemudian wanita seksi ini memajukan duduknya, lebih dekat dengan coffee table yang memisahkannya dengan orangtuanya. "Selama ini Ayah dan Ibu berbohong padaku!" ujar Azzura melotot pada orangtuanya. "Ayah... Tolong akhiri semua kebohongan ini. Aku tahu bahwa tidak pernah ada donor yang mengalami kecelakaan atau keluarga yang dengan senang hati ingin mendonasikan jantung, hati, dan matanya padaku!" ungkap Azzura, sinis. Sementara, yang diajak bicara membisu. "Dia dibunuh. Nyawanya diambil secara sengaja. Ada yang membunuhnya. Wanita dengan kondisi sehat dan bahagia, memiliki orang tua, kekasih, dan kehidupan!" imbuh Azzura, marah. Sekarang katakan padaku, apakah Ayah terlibat dalam hal ini?" tanyanya dengan menekan setiap kata dalam kalimatnya. "Apa—
"What do you need now, Alan?" tanya Azzura. Yang ditanya kemudian menyeringai. Seringai liciknya tersebut tampak jelas di wajahnya yang tampan itu. "I want you under me, Azzura," jawab Alan, terdengar sangat sensual.Mendengar itu, Azzura lantas tersenyum. "Mr. Alan, you will get what you expect from me," balas sang fashion desainer seksi ini dengan begitu tegas."I must say once again that you never fail to please me, Baby." Alan membelai pipi sebelah kiri Azzura dengan gerakan sensual. Sehingga, membuat hati Azzura berdesir sangat hebat."Astaga, Azzura... Kau semakin terlihat seperti... Wanita jalang. Aku tak pernah menduga bahwa kau akan melangkah sejauh ini," ujar dewi batin Azzura, menggerutu kesal pada Azzura yang tak tahu malu. "Tapi, yah... Kau juga merasa sangat senang ketika kau bisa bercinta dengan Alan, bukan?" sahut sel-sel liar Azzura. "Sungguh! Kau benar-benar tidak bisa menolak tubuh Alan," timpal dewi batin Azzura. Sekian detik berikutnya, Azzura memberanikan diri
"Ehem ...." Azzura berdeham dan berkedip. "Alan... Apakah aku boleh bertanya sesuatu kepadamu?" tanyanya pelan dan hati-hati saat bertatapan dengan kekasihnya itu. Tanpa ragu, Alan pun mengangguk. "Ya, tentu saja boleh," jawab pria memesona ini. "Selama pertanyaanmu itu tak melewati batas, aku juga akan menjawabnya." Alan tertawa. Ia lalu merangkul Azzura selagi mereka duduk bersebalahan di bathtub.Pelukan seperti ini digunakan oleh Alan pada sang kekasih untuk menunjukkan dukungannya, rasa cinta dan sayangnya kepada Azzura."Hmm... Apa tidak masalah jika kau membawaku pindah apartemen ini? Maksudku, kau dan Odette—""Cup." Dengan cepat, Alan memotong bicara sang kekasih dengan membungkam mulutnya dengan kecupan kilat. Kecupan kilat di bibirnya detik itu kontan membuat Azzura cukup terkejut. Matanya melebar saat bersitatap dengan Alan, seolah ia bertanya, "Apa yang kau lakukan? Aku sedang bicara!" "Sayang...." Alan dengan lembut berucap sembari jari-jarinya membelai pipi Azzura se
Bathtub yang terdapat di kamar mandi Alan cukup untuk jumlah dua orang saja. Kemudian bathtub ini juga dilengkapi dengan dek kayu jati.Bukan hanya itu, terdapat juga sandaran di masing-masing sisi, sehingga Alan dan Azzura bisa merasa lebih santai usai pergulatan mereka yang panas, menyakitkan, namun sangat menyenangkan.Sayangnya, alih-alih merasa rileks karena pijatan alami yang diberikan oleh air hangat di dalam bathtub, ruang memori di kepala Azzura justru kembali berputar bak gulungan film. Ya, gulungan film yang sangat siap menampilkan potongan-potongan visual di dalamnya. Hal ini tentu saja kembali mematik rasa takut Azzura dan tercetak jelas di wajah cantiknya. Karena itulah tangan Azzura jadi gemetar. Bahkan, tubuhnya menjadi lemas alih-alih segar karena berendam di air hangat yang menenangkan. Azzura tercekat lantas membeku di samping Alan. Sementara, di waktu ini, ruang memori di kepala Azzura mulai menampilkan beberapa adegan visual yang membuat wanita seksi satu ini m
Tanpa perlu menunggu lebih lama, Azzura lantas menjawab Alan dengan tersenyum malu-malu kepadanya. Sehingga, Alan merasa bahwa wanita di hadapannya ini terlihat semakin cantik dan menggemaskan.Sementara itu, di bawah sana tampak Alan Junior yang bertipe Burrito sudah sangat siap untuk melakukan pekerjaannya, memasuki liang senggama Azzura yang berkedut dan basah.Saat Mr. Burrito milik Alan akan memasuki honey pot nya, Azzura membuka kedua kakinya lebar-lebar. Dan setelah itu, baru lah Mr. Burrito sang kekasih perlahan memasuki arena permainannya. "Aagghhh..." Azzura terperanjat saat Mr. Burrito si pemandu wisata dan selam scuba memesona favoritnya itu memenuhi liang senggamanya, dan memberi tekanan serta rangsangan di semua area intimnya.Dan, agar penetrasi semakin dalam, Azzura terlihat melingkarkan kedua kakinya pada pingang Alan. "Mmhh ... ooohh ...." Azzura dan Alan mengerang dengan lembut. Melalui erangan lembut itu, Azzura dan Alan dapat saling mengetahui bahwa mereka satu