Selagi Azzura mengernyitkan wajah dan menatap Alan dengan ekspresi bingung, Alan justru yang baru saja tersenyum dan menggeleng, kini berdiri dari duduknya alih-alih menjawab pertanyaan Azzura. Usai berdiri dari duduknya, Alan berjalan memutari meja bar dan menghampiri Azzura. Pria tampan tersebut kemudian berdiri di belakang Azzura, dan melingkarkan tangannya di pinggang Azzura. Ia memeluknya erat. Tidak! Alan rupanya tidak hanya memeluk Azzura, tapi ia juga mencium leher Azzura, membuat sang pemilik leher menjadi gugup setengah mati. Ketika Azzura gugup, Alan justru merasakan tubuh indah kekasihnya tersebut membuat kejantanannya mulai tumbuh di celananya. Azzura pun dapat merasakannya. Buktinya, wajah Azzura kian memerah, sementara dadanya bergerak naik turun dengan cepat, dan bibirnya yang ranum mengulum senyum. Sekian detik kemudian, Alan terlihat memasukkan tangannya ke dalam jubah mandi Azzura dan memegang gunung kembarnya dengan masing-masing tangannya. "Azzura, you know
Pertama-tama, Alan dan Azzura menaruh sabun di tubuh masing-masing. Keduanya mandi sebentar di bawah pancuran. Lalu perlahan mereka mulai berciuman dan saling berpelukan. Saat berciuman, Alan memainkan gunung kembar Azzura. Ia memijat dan meremas gunung kembar Azzura yang bulat, padat dan penuh lalu memilin daging kecil di puncang gunung kembar kekasihnya itu. Sementara, Azzura dengan ahli memainkan zakar Alan yang mulai mengeras dan memanjang. Sekian detik berikutnya, wanita ini turun ke bawah untuk menghisap zakar Alan. "Aaaggghhh ... Azzura..." Alan mengerang keras di bawah pancuran ketika Azzura, kekasihnya nan cantik dan seksi tersebut memberikan pukulan pada bolanya dengan mulutnya. Namun kemudian, Alan mengambil alih permainan. Alan mulai meniduri Azzura dari arah belakang di bawah pancuran, menjaga bibir bawah kekasihnya nan cantik dan seksi tersebut di bawah aliran air. Ya, Alan membungkukkan badan Azzura sedang wanita seksi tersebut bersandar menghadap ke depan ke dindi
Ketika pria memesona memasuki butik Ruella, ia langsung disuguhkan dengan penampakan butik yang terlihat seperti geleri seni. Interiornya tegas dan mampu memperhatankan elegansi dari semua koleksinya.Selain itu, semburat rona keabuan bahkan melandasi lantai di mana berpijak manekin-manekin berpakaian sarat mode dalam ragam pose bak instalasi ‘kehidupan’ fashion Butik Ruella. Meski demikian, pria ini tidak salah fokus. Ia tetap pada tujuan utamanya, yaitu meja resepsionis. "Selamat siang, apa ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya seorang wanita yang berdiri di balik meja resepsionis. "Apakah saya bisa bertemu dengan desainer butik ini?" tanyanya langsung pada poin pentingnya."Maaf sebelumnya, Tuan. Tapi dengan Tuan siapa saya bicara sekarang dan apa Tuan sudah membuat janji untuk bertemu Nona Zura?" tanya wanita itu."Saya Alan, dan tentu saja saya nggak tahu jika dia memiliki lebih banyak kesibukan seperti itu sehingga saya harus membuat janji dengannya terlebih dulu," balas Ala
Sontak saja Azzura terkejur usai mendengar titah dari Alan itu. "Ta—tapi, biasanya... Ruella hanya menerima custom order seperti ini maksimal sebulan sebelum acara berlang—""Sayang, apakah kau tidak bisa mengusahakannya untukku?" Dengan cepat Alan memotong bicara Azzura. "Aku kekasihmu dan pelanggan istimewamu, Azzura. Kau seharusnya senang mendapat pesanan dariku. Tapi, yang kulihat saat ini malah kau secara halus menolakku," kata Alan, mengomeli Azzura. "Hhhhh..." Azzura menghela nafas panjang sambil memikirkan perkataan pria bertubuh atletis di hadapannya, yang sebenarnya ada benarnya."Baik, Alan. Aku bersedia menerima custom order dadakan darimu," jawab wanita ini, membuat Alan kontan tersenyum puas mendengarnya."Terima kasih, Sayang," balas Alan. Lalu Azzura mengangguk sambil tersenyum tipis. Setelah itu, Azzura bangun dari sofa dan bergerak ke arah meja kerjanya. Rupanya wanita ini mengambil alat ukur roll meter yang biasa digunakannya untuk mengukur baju dan tubuh customer
Tak berhenti sampai di situ. Setelah menghentikan tangan Azzura, dengan cepat Alan menarik tubuh Founder Butik Ruella itu agar lebih dekat dengannya.Kemudian Alan melingkarkan satu tangannya yang berotot pada pinggang Azzura dengan cepat dan juga lembut. Karena itulah, sang perancang busana seksi dan cantik ini kontan terkejut. Meski Azzura merasa sangat terkejut dengan ulah Alan kepadanya saat itu, tetapi Hormon Estrogen wanita yang menjadi kekasih Alan ini tidak bisa bohong.Terlebih lagi ketika jarak di antara dirinya dan Alan sangat dekat dan juga intim, sehingga indera penciuman mereka dapat saling merasakan aroma perfume satu sama lain."Kau mau apa, Alan?!" tanya Azzura terbata-bata meski sembari menatap Alan dengan tegas dengan kedua matanya."I miss your pussy so much, it’s very nice and hot, Sayang," ungkap Alan, membuat Azzura yang mendengarnya makin terkejut."So what do you want now?" balas CEO sekaligus juga Founder Butik Ruella ini terbata-bata dengan dadanya yang ber
"So, whose slut are you, Azzura?” ujar Alan, bertanya pada Azzura sembari menggesekkan dirinya ke kaki Azzura. Oh tidak! Bukan ... bukan! Tapi miliknya, kejantanannya yang mulai mengeras. Ya, Mr. P nya. “That’s right!" Alan membubuhkan sebuah ciuman singkat tetapi dalam di bibir Azzura yang jadi favoritnya. "You. Are. Mine!" tegas pria tampan ini dengan menekan setiap kata dalam bicaranya. Pernyataan Alan itu seketika membuat Azzura jadi gugup. Saking gugupnya, wanita polos dan murni satu ini sampai harus menelan liurnya. Namun, hal yang membuat Azzura semakin gugup saat itu adalah pesona sensual Alan yang ternyata semakin terpancar jelas pada dirinya. Tidak! Pesona sensual Alan tidak hanya membuat Azzura gugup tapi juga memabukkan dirinya, sehingga ia jadi tidak sadar jika kini pria memesona itu tengah mencium bibirnya. Tunggu! Bukan hanya mencium bibit Azzura, tapi Alan juga melumat bibirnya dengan sangat dalam, panas, dan liar. Belum puas, Alan lalu menggigir bibir Azzura. Be
Usai mendengar keinginan dari tubuh Azzura, Alan segera mempercepat gerakannya. Peluh keringat bahkan membanjiri wajah dan tubuh keduanya. Hawa dingin yang datang dari pendingin ruangan kini tak terasa lagi.Lalu detik berikutnya, Azzura mengaitkan kedua kakinya di atas punggung Alan agar pria memesona itu dapat dengan bebas memainkan zakarnya di dalam honey pot Azzura. Azzura, perancang busana muda dan seksi itu kini semakin kehilangan akalnya setiap kali Alan mencumbu dirinya, mengulum bibir dan puting juga vaginanya dengan liar.Namun kemudian, Azzura rupanya juga melakukan hal yang sama kepada Alan. Ya, Azzura menyesap dengan dalam leher kekasihnya yang memesona tersebut. Dan kemudian, Azzura mengecup pelan cuping telinga Alan, menciumnya dengan dalam dan lama, lalu melumat kedua puting pria itu secara bergantian."Aaaggghhh." Serangan-serangan kecil dari Azzura diterima Alan dengan baik hingga membuatnya mendesah dan tubuhnya menggelinjang dengan hebat."Kau pemain yang sempurn
Alan kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati sang kekasih, Azzura. "Sayang, apa kau puas?" tanya pria ini saat ia tengah berhadapan dengan Azzura dengan jarak yang sangat dekat, sambil menyentuh bibir wanitanya tersebut dengan tangan telanjangnya.Azzura tercekat dengan sentuhan sensual yang diberikan oleh Alan di bibirnya. Ia bahkan kesulitan untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh si pemandu wisata dan selam scuba memesona itu padanya. Sepertinya Azzura benar-benar masih sangat malu untuk menunjukkan dan mengakui kenikmatan dari permainan seksualitas yang telah dilakukannya bersama Alan, kekasihnya, pria yang bertubuh seksi itu. Sebuah pengalaman tersulit baginya karena ia harus bisa menutupi rasa malu berpenampilan tanpa busana di depan pria dewasa yang belum lama ia temui. Fashion desainer cantik dan seksi satu ini bahkan harus mengeluarkan sisi emosionalnya yang membara. Namun, ia merasa bahwa hal ini di bawah kendalinya. Ya, Azzura tampak benar-benar ta