Tak berhenti sampai di situ. Setelah menghentikan tangan Azzura, dengan cepat Alan menarik tubuh Founder Butik Ruella itu agar lebih dekat dengannya.Kemudian Alan melingkarkan satu tangannya yang berotot pada pinggang Azzura dengan cepat dan juga lembut. Karena itulah, sang perancang busana seksi dan cantik ini kontan terkejut. Meski Azzura merasa sangat terkejut dengan ulah Alan kepadanya saat itu, tetapi Hormon Estrogen wanita yang menjadi kekasih Alan ini tidak bisa bohong.Terlebih lagi ketika jarak di antara dirinya dan Alan sangat dekat dan juga intim, sehingga indera penciuman mereka dapat saling merasakan aroma perfume satu sama lain."Kau mau apa, Alan?!" tanya Azzura terbata-bata meski sembari menatap Alan dengan tegas dengan kedua matanya."I miss your pussy so much, it’s very nice and hot, Sayang," ungkap Alan, membuat Azzura yang mendengarnya makin terkejut."So what do you want now?" balas CEO sekaligus juga Founder Butik Ruella ini terbata-bata dengan dadanya yang ber
"So, whose slut are you, Azzura?” ujar Alan, bertanya pada Azzura sembari menggesekkan dirinya ke kaki Azzura. Oh tidak! Bukan ... bukan! Tapi miliknya, kejantanannya yang mulai mengeras. Ya, Mr. P nya. “That’s right!" Alan membubuhkan sebuah ciuman singkat tetapi dalam di bibir Azzura yang jadi favoritnya. "You. Are. Mine!" tegas pria tampan ini dengan menekan setiap kata dalam bicaranya. Pernyataan Alan itu seketika membuat Azzura jadi gugup. Saking gugupnya, wanita polos dan murni satu ini sampai harus menelan liurnya. Namun, hal yang membuat Azzura semakin gugup saat itu adalah pesona sensual Alan yang ternyata semakin terpancar jelas pada dirinya. Tidak! Pesona sensual Alan tidak hanya membuat Azzura gugup tapi juga memabukkan dirinya, sehingga ia jadi tidak sadar jika kini pria memesona itu tengah mencium bibirnya. Tunggu! Bukan hanya mencium bibit Azzura, tapi Alan juga melumat bibirnya dengan sangat dalam, panas, dan liar. Belum puas, Alan lalu menggigir bibir Azzura. Be
Usai mendengar keinginan dari tubuh Azzura, Alan segera mempercepat gerakannya. Peluh keringat bahkan membanjiri wajah dan tubuh keduanya. Hawa dingin yang datang dari pendingin ruangan kini tak terasa lagi.Lalu detik berikutnya, Azzura mengaitkan kedua kakinya di atas punggung Alan agar pria memesona itu dapat dengan bebas memainkan zakarnya di dalam honey pot Azzura. Azzura, perancang busana muda dan seksi itu kini semakin kehilangan akalnya setiap kali Alan mencumbu dirinya, mengulum bibir dan puting juga vaginanya dengan liar.Namun kemudian, Azzura rupanya juga melakukan hal yang sama kepada Alan. Ya, Azzura menyesap dengan dalam leher kekasihnya yang memesona tersebut. Dan kemudian, Azzura mengecup pelan cuping telinga Alan, menciumnya dengan dalam dan lama, lalu melumat kedua puting pria itu secara bergantian."Aaaggghhh." Serangan-serangan kecil dari Azzura diterima Alan dengan baik hingga membuatnya mendesah dan tubuhnya menggelinjang dengan hebat."Kau pemain yang sempurn
Alan kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati sang kekasih, Azzura. "Sayang, apa kau puas?" tanya pria ini saat ia tengah berhadapan dengan Azzura dengan jarak yang sangat dekat, sambil menyentuh bibir wanitanya tersebut dengan tangan telanjangnya.Azzura tercekat dengan sentuhan sensual yang diberikan oleh Alan di bibirnya. Ia bahkan kesulitan untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh si pemandu wisata dan selam scuba memesona itu padanya. Sepertinya Azzura benar-benar masih sangat malu untuk menunjukkan dan mengakui kenikmatan dari permainan seksualitas yang telah dilakukannya bersama Alan, kekasihnya, pria yang bertubuh seksi itu. Sebuah pengalaman tersulit baginya karena ia harus bisa menutupi rasa malu berpenampilan tanpa busana di depan pria dewasa yang belum lama ia temui. Fashion desainer cantik dan seksi satu ini bahkan harus mengeluarkan sisi emosionalnya yang membara. Namun, ia merasa bahwa hal ini di bawah kendalinya. Ya, Azzura tampak benar-benar ta
Setelah selesai makan siang bersama Alan, wanita yang kerap di Zura ini kembali ke butiknya. Namun, saat ia tiba di ruang kerjanya, ia melihat Tommy dan Alexa telah duduk menunggunya di sofa. "Azzura...." Dengan cepat Tommy dan Alexa berdiri dari duduk mereka saat melihat Azzura muncul dari balik daun pintu. "Tommy, kau di sini?" Azzura menatap kekasih dari Alexa itu terkejut tak percaya. Tommy pun mengangguk. "Aku tidak tahu kalau kau akan datang. Kenapa kau tidak mengabari aku dulu kalau kau akan kemari?" tanya Azzura. Lalu ia mengalihkan pandangannya pada Alexa. "Alexa juga tak memberitahu aku," jelasnya. "Tidak, Azzura. Aku buru-buru kemari, jadi tadi tak sempat mengabarimu dan Alexa. Itu sebabnya, Alexa tak memberitahu kau. Karena pacarku ini juga tak tahu kalau aku akan datang," terang Tommy.Azzura lantas mengangguk mengerti. "Duduk..." Ia duduk berhadapan dengan Tommy dan Alexa yang duduk berdampingan. "Jadi, apa yang membuatmu datang tanpa mengabari kami lebih dulu?" Azzur
"Di komputer Alan?" tanya Tommy saat menatap Azzura dengan mata yang melotot. Yang ditanya hanya menganggukkan kepala pelan. "Hhhhh ...." Tommy menghela nafas berat. Kekasih Alexa ini kemudian berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah jendela besar di ruang kerja Azzura dengan wajahnya yang terlihat frustrasi. Ya, bagaimana mungkin Tommy bisa tak frustrasi dan tertekan karena Azzura memintanya... tidak, tapi lebih tepatnya Azzura memaksanya untuk meretas komputer pribadi Alan. Ini jelas tindakan ilegal. "Azzura, hari ini tidak bisa. Aku sangat sibuk," ucap Tommy yang berdiri di depan jendela kaca besar sembari menghadap ke arah luar ruangan dengan tangan di dalam saku celana jeansnya.Namun kemudian, Tommy berbalik menghadap ke arah Azzura dan Alexa yang duduk di sofa dan menatap dirinya penuh harap. "Aku bisa bantu jika pekan depan," imbuh Tommy, pelan. "Tom..." Azzura berdiri dari duduknya diikuti Alexa. "Kau tahu kalau kita tak punya banyak waktu. Dan, jika ini tak penting, s
"Jangan menahannya, Azzura. Di sini hanya ada kau dan aku. Tidak ada orang yang dapat mendengar suaramu," kata Alan, pelan.Dan kali ini, Alan berbisik di depan wajah Azzura. Sehingga, sang fashion desainer seksi yang merupakan kekasihnya itu dapat merasakan deru napasnya. "Sekarang, kau bisa mengatakan apa pun padaku. Kau juga bisa beteriak dengan kencang. Kau tahu, Sayang, aku benar-benar sangat menyukai suaramu." Tanpa henti Alan mengusap paha bagian dalam Azzura. Pria tampan ini kian gencar melakukan aksi liarnya dengan menggoda Azzura."Ak ... aku tidak tahan lagi, Alan." Dengan berani, Azzura membuka matanya lebar untuk menatap Alan. Ia lalu mengalungkan kedua tangannya pada leher si tampan dan demokratis di hadapannya tersebut. "Apa maksdmu dengan tidak tahan lagi, Sayang? Apa yang kau inginkan?" Alan menyapu rambut Azzura di sisi kanan leher wanita seksi itu.Lalu detik berikutnya, Alan memajukan wajahnya ke arah leher Azzura. Pemandu wisata dan selam scuba memesona ini memb
Tubuh Alan sedikit gemetar. Sebenarnya, ia tidak bisa menahan lebih lama lagi gejolak dari birahinya yang sejak tadi telah membara dengan hebat di dalam dirinya. Namun Alan juga tidak ingin terburu-buru dalam memuaskan dirinya dan Azzura malam itu. Pria ini ingin menikmati momen bercintanya dengan Azzura malam itu dengan alur dan tempo yang sempurna."Kau tahu, Sayang, aku sangat terangsang hanya dengan merasakan tanganmu menyentuh kulitku seperti ini," ungkap Alan, jujur."Aku sengaja melakukannya agar milikmu itu lebih cepat berada di dalam diriku yang berkedut sejak tadi." Azzura tidak lagi menjadi perempuan naif dan pendiam sejak bersama Alan. Kini ia lebih terdengar seperti wanita liar seutuhnya.Alan pun terlihat sangat puas dan bahagia dengan penuturan Azzura itu. Karena itu, ia tidak ingin membuang lebih banyak waktu lagi. Jadi, segera, Alan memberikan ciuman yang dalam pada bibir ranum Azzura. Tidak sekadar mencium, namun Alan
Suasana yang tenang seolah mendukung hasrat Alan pada Azzura saat itu. Alan benar-benar terangsang, iblis dalam dirinya seolah tidak memikirkan fakta bahwa kini Azzura adalah seorang pasien. "Mmhhhh ...." desahan kecil keluar dari mulut sang fashion desainer saat Alan meremas gunung kembarnya yang berpakaian dengan gerakan sensual. "Alan... I'm so wet. Do you want to taste me?" ucap Azzura saat ia menarik bibirnya dari Alan sementara dada bulat dan padatnya bergerak naik dan turun dengan cepat. Ia terengah-engah. Mendengar itu, Alan lantas menyeringai, matanya menyala tanda bahwa ia semakin terbakar gairah dan juga bersemangat. "Tentu saja, Azzura. Besides the heart, your pussy is mine," jawab Alan, berbisik di depan wajah sang kekasih. "Sayang...." Alan dengan jarinya membelai wajah Azzura hingga ke bibirnya. "Kau tahu, menjilati vaginamu adalah favoritku. Aku akan menjilatinya sampai kau cum, atau memohon kepadaku atau menyemprotkan jusmu ke wajahku. Bahkan, setelah kau orgasme,
"Meski cerita dan mimpi itu mengerikan, aku tidak akan berani menyakitimu, Azzura," kata Alan pelan meski nada bicaranya terdengar dingin.Mendengar itu, Azzura lantas mengangkat wajah cantiknya yang pucat, dan kemudian menatap Alan nanar sementara keningnya berkerut. "Hhhhhh ...." Alan mengehela napas panjang guna menetralisir perasaan sesak yang memenuhi dadanya."Azzura, bahkan sepanjang kau bercerita tadi, tak sedetik atau sekali pun aku berpikir kapan kau mulai memutuskan mencampuri hidupku dengan rencana yang kacau. Entah mengapa hatiku percaya bahwa kau mana mungkin akan begitu. Kau tak mungkin harus sakit untuk mengacaukan hidupku, dan membuat aku percaya untuk mencintaimu," kata Alan dengan tenang. "Alan, saat aku bertemu denganmu aku tidak tahu apa-apa. Dan, saat aku tahu apa yang menghubungkan kita, aku coba memberitahumu ribuan kali," balas sang fashion desainer yang baru menyeka air matanya dengan tangan kosongnya ini. "Aku percaya padamu, Azzura. Sumpah!" tegas si pem
"Apa yang terjadi?" tanya seorang petugas medis wanita yang rambut coklat gelap dan panjangnya dikuncir kuda pada Alan yang belum lama tiba di IGD rumah sakit. Alan yang tampak cemas dan bingung kemudian menjelaskan: "Dia kalut, dan tiba-tiba pingsan."Petugas medis wanita itu mengangguk mengerti. "Baiklah... Dokter akan periksa sekarang. Tolong tunggu di luar," katanya pada Alan. Alan pun mengangguk menuruti perintahnya. Dan setelah beberapa saat, seorang dokter wanita yang berambut hitam pendek sebahu keluar dan bertemu Alan."Dok, apa kondisinya stabil?" tanya Alan dengan perasaan tak sabar yang menggerogoti dirinya. "Ya, kondisinya stabil. Tadi, dia mengalami syok. Tapi kami butuh rekam medisnya. Ada bekas luka di dadanya. Saya kira dia telah melakukan transplantasi hati dan jantung. Dan, apa yang baru saja terjadi mungkin terkait dengan operasi yang dia jalani. Tolong segera hubungi dokter jantungnya. Kami butuh informasi rekam medisnya untuk memastikan bahwa dia tidak menola
Malam harinya—setelah bertemu dengan Tommy dan Alexa, Azzura yang telah membatalkan acara makan malam bersama orangtuanya kembali ke apartemen Alan. Di apartemen itu, ia duduk di meja makan sembari membuka tutup botol anggur. Setelah itu, wanita seksi ini menuang segelas anggur untuk dirinya sendiri, kemudian menyesapnya. Tidak berapa lama, Azzura mendengar suara pintu berdecit dan derap langkah kaki seseorang. Siapa lagi jika bukan sang penguasa apartemen, Alan. Mendengar Alan pulang, Azzura bergegas bangkit dari duduknya dan menghampiri Alan yang masih berdiri di depan pintu masuk. "Sayang, kau di sini?" Alan tersenyum pada Azzura. Dengan cepat Azzura mengangguk lalu ia dengan sopan mengatakan bahwa ia datang ke apartemen untuk makan malam bersama kekasihnya. "Tapi, bukankah seharusnya sekarang kau sedang makan malam bersama orangtuamu?" Alan mengernyit saat menatap Azzura. Ia bingung. "Aku sangat merindukanmu, jadi, aku datang kemari. Yah... Aku ingin makan malam bersamamu,
"Hhhhh ..." Ayah Azzura menghela napas panjang, dan memijat pelipisnya pelan tatkala ia menatap putrinya heran. "Jadi, sebenarnya... Apa maksudmu, Azzura?" pria paruh baya ini bertanya dengan nada bingung. "Shit!" Azzura menggeram. Dan kemudian wanita seksi ini memajukan duduknya, lebih dekat dengan coffee table yang memisahkannya dengan orangtuanya. "Selama ini Ayah dan Ibu berbohong padaku!" ujar Azzura melotot pada orangtuanya. "Ayah... Tolong akhiri semua kebohongan ini. Aku tahu bahwa tidak pernah ada donor yang mengalami kecelakaan atau keluarga yang dengan senang hati ingin mendonasikan jantung, hati, dan matanya padaku!" ungkap Azzura, sinis. Sementara, yang diajak bicara membisu. "Dia dibunuh. Nyawanya diambil secara sengaja. Ada yang membunuhnya. Wanita dengan kondisi sehat dan bahagia, memiliki orang tua, kekasih, dan kehidupan!" imbuh Azzura, marah. Sekarang katakan padaku, apakah Ayah terlibat dalam hal ini?" tanyanya dengan menekan setiap kata dalam kalimatnya. "Apa—
"What do you need now, Alan?" tanya Azzura. Yang ditanya kemudian menyeringai. Seringai liciknya tersebut tampak jelas di wajahnya yang tampan itu. "I want you under me, Azzura," jawab Alan, terdengar sangat sensual.Mendengar itu, Azzura lantas tersenyum. "Mr. Alan, you will get what you expect from me," balas sang fashion desainer seksi ini dengan begitu tegas."I must say once again that you never fail to please me, Baby." Alan membelai pipi sebelah kiri Azzura dengan gerakan sensual. Sehingga, membuat hati Azzura berdesir sangat hebat."Astaga, Azzura... Kau semakin terlihat seperti... Wanita jalang. Aku tak pernah menduga bahwa kau akan melangkah sejauh ini," ujar dewi batin Azzura, menggerutu kesal pada Azzura yang tak tahu malu. "Tapi, yah... Kau juga merasa sangat senang ketika kau bisa bercinta dengan Alan, bukan?" sahut sel-sel liar Azzura. "Sungguh! Kau benar-benar tidak bisa menolak tubuh Alan," timpal dewi batin Azzura. Sekian detik berikutnya, Azzura memberanikan diri
"Ehem ...." Azzura berdeham dan berkedip. "Alan... Apakah aku boleh bertanya sesuatu kepadamu?" tanyanya pelan dan hati-hati saat bertatapan dengan kekasihnya itu. Tanpa ragu, Alan pun mengangguk. "Ya, tentu saja boleh," jawab pria memesona ini. "Selama pertanyaanmu itu tak melewati batas, aku juga akan menjawabnya." Alan tertawa. Ia lalu merangkul Azzura selagi mereka duduk bersebalahan di bathtub.Pelukan seperti ini digunakan oleh Alan pada sang kekasih untuk menunjukkan dukungannya, rasa cinta dan sayangnya kepada Azzura."Hmm... Apa tidak masalah jika kau membawaku pindah apartemen ini? Maksudku, kau dan Odette—""Cup." Dengan cepat, Alan memotong bicara sang kekasih dengan membungkam mulutnya dengan kecupan kilat. Kecupan kilat di bibirnya detik itu kontan membuat Azzura cukup terkejut. Matanya melebar saat bersitatap dengan Alan, seolah ia bertanya, "Apa yang kau lakukan? Aku sedang bicara!" "Sayang...." Alan dengan lembut berucap sembari jari-jarinya membelai pipi Azzura se
Bathtub yang terdapat di kamar mandi Alan cukup untuk jumlah dua orang saja. Kemudian bathtub ini juga dilengkapi dengan dek kayu jati.Bukan hanya itu, terdapat juga sandaran di masing-masing sisi, sehingga Alan dan Azzura bisa merasa lebih santai usai pergulatan mereka yang panas, menyakitkan, namun sangat menyenangkan.Sayangnya, alih-alih merasa rileks karena pijatan alami yang diberikan oleh air hangat di dalam bathtub, ruang memori di kepala Azzura justru kembali berputar bak gulungan film. Ya, gulungan film yang sangat siap menampilkan potongan-potongan visual di dalamnya. Hal ini tentu saja kembali mematik rasa takut Azzura dan tercetak jelas di wajah cantiknya. Karena itulah tangan Azzura jadi gemetar. Bahkan, tubuhnya menjadi lemas alih-alih segar karena berendam di air hangat yang menenangkan. Azzura tercekat lantas membeku di samping Alan. Sementara, di waktu ini, ruang memori di kepala Azzura mulai menampilkan beberapa adegan visual yang membuat wanita seksi satu ini m
Tanpa perlu menunggu lebih lama, Azzura lantas menjawab Alan dengan tersenyum malu-malu kepadanya. Sehingga, Alan merasa bahwa wanita di hadapannya ini terlihat semakin cantik dan menggemaskan.Sementara itu, di bawah sana tampak Alan Junior yang bertipe Burrito sudah sangat siap untuk melakukan pekerjaannya, memasuki liang senggama Azzura yang berkedut dan basah.Saat Mr. Burrito milik Alan akan memasuki honey pot nya, Azzura membuka kedua kakinya lebar-lebar. Dan setelah itu, baru lah Mr. Burrito sang kekasih perlahan memasuki arena permainannya. "Aagghhh..." Azzura terperanjat saat Mr. Burrito si pemandu wisata dan selam scuba memesona favoritnya itu memenuhi liang senggamanya, dan memberi tekanan serta rangsangan di semua area intimnya.Dan, agar penetrasi semakin dalam, Azzura terlihat melingkarkan kedua kakinya pada pingang Alan. "Mmhh ... ooohh ...." Azzura dan Alan mengerang dengan lembut. Melalui erangan lembut itu, Azzura dan Alan dapat saling mengetahui bahwa mereka satu