"cepat panggil pak Yanto,bilang kalau bos besar datang." ucap salah satu karyawan yang menjadi salah satu anak buah pak Yanto."iya..." orang disuruh tadi berlari dengan cepat menuju rumah pak Yanto"pak,gawat bos besar datang untuk meninjau lokasi." ucapnya saat sudah sampai di rumah pak Yanto."apa,bagaimana bisa?bukanya tuan Dewa sedang ada urusan di luar negeri?""saya juga tidak tahu pak,mungkin ada yang melapor.""kurang ajar,tunggu saja kalau ketemu siapa yang melapor akan saya bunuh." ucapnya geram"pak lebih baik bapak menemui pak Dewa,sebelum dia mengamuk.""hah...baiklah,sepertinya aku harus mencari cara agar dia mau menerima alasanku.""selamat pagi tuan,apa kabar?" tanya pak Yanto saat sudah menemui Dewa dan wili."sudahlah jangan banyak basa basi,katakan apa yang terjadi kenapa pembangunan pabrik berhenti?" tanya Wili."maaf pak,dananya tidak cukup pak karena semua bahan har
Tiara membuka matanya secara perlahan,ia memegangi kepalanya yang terasa berdenyut."AW...aku dimana?" gumamnya.lalu ia berusaha mengingat apa yang terjadi,seketika matanya melotot ketika ia mengingat bertemu Andre. dia melihat kamar yang ia tempati sekarang,nampak asing baginya. karena memang ia tak pernah berada di situ.Tiara beranjak dari tidurnya dan berjalan perlahan karena kepalanya masih terasa berputar.ia mencoba membuka pintu tetapi pintu tak dapat dibuka.dia mencoba ke jendela kamar,sama jendelanya di kunci dari luar tak dapat dibuka."his...dasar Andre,pakai acara nyulik segala,dia gak lihat apa perutku yang sudah membuncit gini?" gumamnyatak ada pilihan lain,Tiara menggedor pintu agar dibuka.dor...dor...dor... suara gedoran begitu kencang.mengganggu Andre yang tengah tidur di ruang tivi."his...wanita itu memang tidak berubah,tetap bar-bar." dengan malas Andre beranjak dari tidurnya dan menuju kamar dimana Tiara ia sekap.
Dewa dan Wili sudah menunggu Nicholas di restoran milik Nicholas,rencana mereka akan menemui Andre untuk mengambil Tiara.bukan mereka yang mempunyai janji bertemu Andre,rapatnya Nicholas.Wili sudah menceritakan semuanya,Nicholas yang geram mendengar cerita dari Wili langsung menyetujui untuk membantu Dewa mendapatkan Tiara dan memberikan pelajaran kepada Andre."maaf menunggu lama,tadi ada urusan yang harus segera saya selesaikan." ucap Nicholas saat menghampiri Dewa dan Wili."tidak masalah,kami juga baru sampai."Dewa hanya diam,tak menanggapi obrolan keduanya. yang ada dipikirannya sekarang adalah Tiara dan anaknya yang ada di dalam kandunganya. dia takut terjadi sesuatu kepada mereka.Nicholas yang melihat kekawatiran di wajah Dewa,langsung menepuk pelan bahunya."kamu jangan kawatir istri dan anakmu pasti baik-baik saja karena aku menyuruhnya untuk memperlakukanya dengan baik.""terima kasih,tapi kenapa kau bisa tertarik dengan wanita hami
jantung Dewa serasa mau copot saat memasuki kamar dimana Tiara,Andre dan Nicholas berada.dia melihat Andre mengeluarkan pisau dan menancapkan tepat di leher Tiara hingga mengeluarkan darah,dan Tiara meringis kesakitan."apa yang kau lakukan?lepaskan dia." tegas Dewa.ketiga manusia itu menoleh ke asal suara."ma-mas..." ucap Tiara lirih,namun masih di dengar oleh Dewa."tidak akan,minggir kamu atau aku bunuh Tiara." ucap Andre sambil menekan kuat pisau yang ia tusukan di leher Tiara.ssshhhh...Tiara berdesis menahan sakit."jangan...baiklah,aku akan menyingkir." Dewa langsung menyingkir dari pintu memberi jalan pada Andre,Wili lebih memilih menunggu di luar bersiap untuk menggagalkan rencana Andre.Andre berjalan membawa Tiara sambil mengawasi Dewa dan Nicholas,takut mereka akan mencelakainya."Andre,lepaskan Tiara kita bisa bicarakan baik-baik." Nicholas memberi penawaran."baiklah,nanti saja." ucap Andre menyeringai,tetapi ia tak juga
Dewa duduk termenung menunggu Tiara yang sedang di Operasi,hatinya benar-benar merasa cemas,dengan keadaan calon buah hati dan istrinya. dia hanya bisa berdoa semoga semuanya baik-baik saja."yakinlah semuanya akan baik-baik saja,dan kalian akan segera bersama." ucap Anisha lalu mengelus lembut pundak sang keponakan.memang tadi Wili menelpon mamanya tentang apa yang tengah terjadi kepada Tiara,dia juga sudah menelpon papa dan mama Dewa,mereka langsung mengambil penerbangan pagi. dan juga sudah mengabari kakek dan nenek Tiara,mereka juga akan segera datang bersama keluarga Dewa.mereka sungguh menyayangkan apa yang tengah terjadi,dan mereka juga berdoa agar keduanya selamat."terima kasih ka." ucap Dewa.dua jam lebih semenjak Tiara mulai di operasi tetapi para dokter yang menangani Tiara tak kunjung ada yang keluar,itu membuat mereka semakin kawatir.ceklek...akhirnya pintu ruangan yang mereka tunggu terbuka,menampilkan seorang dokter yang keluar
Dewa menyuapkan makan siang untuk sang istri. awalnya Tiara menolak, tetapi Dewa memaksanya agar dirinya saja yang menyuapi."Dewa bolehkah aku melihat anakku?""habiskan dulu makananmu nanti akan aku bawa kau ke kamar anak kita."Tiara tersenyum dan mengangguk semangat,ia sudah tidak sabar untuk bertemu sang buah hati."aku yakin anak kita akan senang melihatmu." ucap Dewa tersenyum."apa kau sudah memberinya nama?" tanya Tiara.Dewa menggeleng lalu tersenyum,"bukankah kau yang ingin memberinya nama jika anak kita laki-laki?" tanya DewaTiara mengangguk antusias,"apa kau sudah menyiapkan nama untuk anak kita?" "tentu saja sudah,aku sudah menyiapkannya jauh-jauh hari.""lalu siapa anak kita?" "Arkan Putra Dewa Wijaya ,bagaimana bagus tidak?" tanya Tiara."bagus sayang,terima kasih karena sudah menyematkan namaku di dalamnya.""tentu saja,kau kan ayahnya jadi harus ada namamu."ceklek....pintu ruangan terbuka,menampilkan ayah,ibu kakek dan nenek dan juga Anisha tak lupa juga Wili m
hari berganti hari,waktu terus berjalan tanpa terasa kini bayi Arkan sudah berumur tiga bulan. Tiara menikmati peranya sebagai ibu untuk merawat anaknya sendiri tanpa bantuan siapapun. sebelum dia merawat anaknya sendiri ia meminta bantuan pada mama mertuanya untuk mengajarinya bagaimana cara merawat bayi dengan baik dan benar.dulu setelah kepulangan Tiara dari rumah sakit,mereka langsung mengadakan sukuran dengan mengundang anak yatim di rumah mereka."sayang apa sudah selesai?" tanya Dewamemang Dewa slalu membawa anak beserta istrinya untuk pergi ke kantor. apa lagi kalau harus ada perjalanan bisnis di luar maupun dalam negri,Tiara dan Arkan tak pernah ketinggalan. tak jarang Tiara menolak Dewa untuk membawanya tetapi Dewa selalu berhasil membuat sang istri untuk ikut bersamanya."mas,tak bisakah aku di rumah saja?" tanya Tiara saat sudah selesai mendadani baby Arkan."sayang,kita sudah bahas hal ini,kamu harus tetap ikut aku tidak mau meninggalkanmu sen
malam ini peresmian pabrik baru yang berada di Jepang telah di selenggarakan. Tiara tampak anggun dengan gaun menjuntai berwarna cream,dan juga Dewa terlihat sangat tampan dengan setelan jas yang nampak serasi dengan Tiara. tak lupa ia juga menggendong baby Arkan yang nampak tampan dan juga menggemaskan.nampak semua orang begitu iri dengan pasangan Tiara dan Dewa yang terlihat begitu serasi. pemandangan itu tak juga luput dari tatapan Calista. ia mengepalkan kedua tanganya menahan amarah,dia begitu iri melihat pemandangan yang berada di depannya. apalagi Dewa tampak begitu bahagia dengan keluarga kecilnya."seharusnya aku yang berada disana,bukan ja Lang itu." gumamnya.Tio yang melihat Calista yang menatap pasangan yang menjadi pusat perhatian tanpa berkedip langsung mendekati istrinya,bersama Trista anak perempuan mereka."sayang sedang lihat apa?ayo kita kesana." ucap Tio sambil merangkul bahu sang istri.Calista hanya menoleh dengan tatapan tak suka ter
Wili dan Intan memutuskan untuk duduk di taman sembari mengawasi anak-anak mereka yang sedang asik bermain."bagaimana kabarmu dek?" tanya Wili setelah cukup lama terdiam."aku baik mas,bagiamana dengan kamu dan Angeline?" tanya Intan.memang selama berpisah Intan tidak pernah tahu bagaimana keadaan Wili,meskipun mertuanya selalu datang untuk menemuinya dan putrinya tetapi Intan tak bertanya dan Anisa pun tak pernah mengungkit atau bercerita tentang Wili kepada Intan.Wili tersenyum kecut mendengar pertanyaan Intan,ternyata Intan memang sudah tidak ingin mengetahui apapun tentang dirinya setelah perpisahan mereka."mas baik,Angeline...sudah meninggal saat umur Naufal masih terhitung hari."Intan terkejut mendengar jawaban dari Wili,"maaf mas aku sungguh tidak tahu." ucap Intan menyesal."sudahlah, lupakan. aku tak menyangka jika anak kita akan tumbuh sehat dan cantik sepertimu dek." ucap Wili mengalihkan pembicaraan,dia tak ingin mengingat tentang kejadian beberapa tahun yang lalu."
lima tahun berlalu,selama itu juga Wili sama sekali belum bertemu dengan Intan. walau terkadang ia ingin sekali mencari tahu tentang keadaan Intan,tetapi ia takut jika bertemu dengan mantan istrinya itu dia akan kembali memberikan luka kepada Intan.Wili memang menyesal dengan apa yang telah dia lakukan kepada Intan,tetapi penyesalan takkan merubah apapun. kehidupan rumah tangganya bersama Angeline juga tak semulus yang ia bayangkan.hubungan mereka mulai merenggang ketika Wili tak sengaja membaca pesan yang masuk di ponsel milik Angeline."boss,kapan anda mentransfer uangnya,saya sudah melakukan apa yang anda inginkan."kedua alis Wili bertaut saat tak sengaja membacanya,penasaran Wili akhirnya membuka dan menscrol percakapan sebelumnya. betapa terkejutnya Wili saat membacanya,jadi selama ini lah Angeline yang berusaha memisahkan dirinya dengan Intan dengan cara mematai-matai Intan dan mengambil beberapa foto Intan yang terlihat mesra dan nyata."mas sedang apa?" tegur Angeline saat
"cepat katakan apa maksud kedatanganmu kesini." ucap papa sedikit kesal karena Wili tak kunjung menjawab pertanyaannya."saya kesini hanya ingin menanyakan keberadaan Intan,pa.""apa maksudmu,bukankah Intan itu istri kamu?kenapa tanya kepada saya?" ucap papa sambil menaikkan sebelah alisnya."pa,saya tahu kalau Intan sudah menceritakan tentang rencana perceraian kami,tapi saya mohon tolong beri tahu saya dimana Intan,saya hanya ingin memastikan Intan baik-baik saja." ucap Wili jujur,sungguh kali ini Wili menaruh harapan kepada orang tua Intan.papa tersenyum masam mendengar ucapan menantunya itu,bukan tepatnya mantan menantu karena dirinya takkan membiarkan Intan hidup bersama dengan pria yang tak bertanggung jawab bahkan tega menyakiti putri semata wayangnya itu."pergilah karena,saya maupun istri saya tidak akan pernah memberitahu dimana anak dan cucu saya berada.bukankah ini yang kamu inginkan?dan satu lagi,biarkan anak saya hidup bahagia bersama anaknya tanpa adanya dirimu." ungka
Wili membuka matanya saat matahari pagi menyorot tepat ke arah wajahnya,ia melihat jam yang menggantung di tembok. seketika matanya melotot melihat sudah pukul sepuluh pagi dan dirinya baru bangun dari tidurnya.tanpa pikir panjang Wili melangkahkan kakinya untuk segera ke kamarnya dan Intan. ia harus mencegah Intan untuk pergi,setidaknya sampai Intan melahirkan,karena ia takkan membiarkan intan hidup sendirian apa lagi Intan tengah hamil anaknya."dek..." panggil Wili saat sudah sampai di kamar,tetapi ia tak menemui sosok yang ia cari. Wili melangkah ke arah kamar mandi tetapi ia juga tak menemukan Intan.Wili berpikir kemana Intan pergi,lalu matanya melihat ke arah lemari,Wili membukanya seketika Wili mematung melihat isi lemari milik Intan sudah kosong itu tandanya Intan sudah pergi dari hidupnya,sepeti kata Intan semalam.padahal Wili hanya ingin memastikan Intan hidup baik-baik saja meskipun tak bersamanya dirinya,tetapi setidaknya Wili bisa memantau ke adaan Intan.Wili mengamb
"apa kalian sedang ada masalah?katakan sejujurnya." ucap Anisa karena melihat gerak-gerik keduanya."ma aku...." ucapan Wili terpotong,"mas Wili masih mempertahankan pernikahanya dengan Angeline ma,dan aku lebih memilih mundur. untuk anak ini biarlah aku sendiri yang mengurusnya,tetapi mama tenang saja aku tidak akan melarang mama maupun mas Wili untuk menemuinya karena bagaimanapun mama adalah neneknya dan mas Wili adalah ayahnya.""dek....""maaf mas,aku tidak ingin menghalangi kebahagiaanmu,biarlah aku hidup sendiri bersama anakku. karena aku yakin mas tidak pernah menginginkan kehadiran ya karena akan menjadi panghalangmu." potong Intan secepat mungkin."tidak mama tidak setuju kalian berpisah,dan kamu Wili bukankah mama tidak pernah mengajarimu untuk mengingkari janji?" tanya Anisa dengan penuh kekecewaan."ma,bukanya Wili ingin mengingkari janji tetapi Angeline juga sedang mengandung anakku ma,aku tidak bisa meninggalkanya maafkan aku." ucap Wili menyesal dia menatap mamanya da
sudah dua Minggu Wili pergi,dan selama itu juga Wili tak pernah memberinya kabar. dan Angeline makin gencar mengirimi foto-foto mesra mereka.ingin sekali Intan bertemu dengan dan dia ingin mendengar penjelasan dari Wili."aku harap kau cepat kembali mas,agar semuanya jelas." gumam Intan sembari menatap langit-langit kamarnya kepalanya rasanya berdenyut dan perutnya terasa sangat mual,bahkan setiap pagi ia selalu bolak balik ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya."apa kamu tahu mas,untuk saat ini aku sangat membutuhkanmu." gumamnya,ia memeringkan tubuhnya semabri memeluk guling dan membayangkan jika yang dia peluk adalah suaminya."aku merindukanmu mas,kapan kamu akan pulang?dan aku berharap semua video dan foto hanyalah rekayasa untuk memisahkan kita." gumam intan,dia sungguh berharap semua bukti yang di kirimkan oleh Angeline hanyalah rekayasa.Brak...suara pintu kamar di buka dengan sangat kasar,hingga membuat Intan terlonjak kaget.dengan segera ia melihat siapa yang sudah b
hari ini hari kedua Wili berada di luar kota,tetapi sedari tadi pagi Wili tidak ada kabar sama sekali,Intan berusaha menghubungi ponsel wili tetapi nomor Wili tidak aktif."kamu kemana sih,mas?paling gak kasih aku kabar biar aku tak kawatir." gumam Intan melihat benda pipih yang ada di tangannya.Wili yang belum memberi kabar seharian ini membuat Intan tak bisa berkonsentrasi,pekerjaanya menjadi kacau. dari pada membuat pekrjaan semakin berantakan Intan memutuskan untuk menenangkan diri,berjalan kaki di taman dekat cafe miliknya. entah kenapa berbagai macam pikiran buruk masuk ke dalam otak kecilnya. dengan sekuat tenaga Intan berusaha membuang pikiran buruk itu."aku harus percaya dengan suamiku,meskipun ia pernah mengecewakan tetapi aku yakin dia akan berubah." gumam Intan.Intan menatap ke arah anak-anak yang sedang asik bermain kejar-kejaran. suara tawa riang menghiasi wajah mereka,sungguh pemandangan ini membuat Intan bisa sedikit melupakan permasalahan yang sedang ia hadapi.Inta
pagi ini Intan sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk suaminya,meski di sini ada beberapa asisten tetapi Intan ingin dirinya yang menyiapkan semua keperluan sang suami sendiri."masak apa dek...?" tanya Wili yang tiba-tiba sudah memeluknya dengan erat."ini masalah nasi goreng seafood mas,kesukaan mas." ucap Intan membalikkan badanya lalu membalas pelukan suaminya. mulai sekarang Intan akan bersikap lebih agresif dan tak sungkan untuk memperlihatkan kalau dirinya sangat mencintai sang suami.terhitung sudah satu Minggu Intan keluar dari rumah sakit dan kondisinya sudah sangat membaik berkat sikap Wili yang berubah menjadi manis dan penuh perhatian."seharusnya kamu gak ninggalin mas sendirian dek,biar bik Narsih aja yang masak." ucap Wili yang membenamkan wajahnya di ceruk leher istrinya."gak apa-apa mas,aku hanya ingin menyiapkan keperluan mas sendiri,lebih baik mas tunggu di meja makan biar aku siapkan nasi goreng."Wili mengangkat wajahnya lalu menghembuskan nafas pelan,ia menatap
dua Minggu lamanya intan di rawat,dan hari ini ia di perbolehkan untuk pulang. dan selama di rumah sakit Wili tak pernah meninggalkan intan sendirian,meskipun Wili masih saja sibuk dengan ponselnya dan beberapa pekerjaanya yang dikirim oleh sekeetarisnya."semuanya sudah siap dek?" pertanyaan Wili membuyarkan lamunan Intan.intan mengangguk dan tersenyum, Wili mendekatinya lalu memeluk pinggangnya dan berjalan keluar kamar."masih bisa jalan kan?" tanya Wili pada Intan "iya mas..." jawab intan tersenyum.mereka berjalan perlahan menuju parkiran mobil,saat sedang berjalan mereka tak sengaja berpapasan dengan Angeline yang kebetulan memang ada keperluan di rumah sakit ini.memang Angeline beberapa kali tidak sengaja bertemu dengan Anisha,ia berusaha ingin mengambil lagi hati mertuanya itu tetapi Anisha seolah acuh dan tak pernah peduli dengan keberadaan nya."Will...kenapa kau tak pernah balas chatku dan mengangkat telponku?" tanya Angeline saat melihat Wili dan intan.Wili menatap Ang