Share

Bab 6

Penulis: Mia Ananta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Jihan...!" teriak Maura yang baru saja sampai dikampus. Dia melihat Jihan sedang berjalan dikoridor kampus. 

"Aduh Maura. Lo itu bisa gak kalau  teriak volumenya dikecilin dikit. Sakit tahu telinga gue denger lo teriak. Gue kasihan sama telinga gue yang kena syok terapi dari lo," Ucap Jihan sambil berjalan santai. 

"Ah, Jihan mah gitu. Gak asik ah, dikira suara Maura apaan," Rajuk Maura pada Jihan. 

"Berhenti merajuk Maura. Lo kayak bocah aja, gimana cowok mau deketin lo kalau tingkah lo aja kadang masih kayak bocah dasar jones," omel Jihan sambil terus berjalan. 

"Iihh..., Jihan kok gitu sih! Apa Jihan gak inget? Kalau Jihan juga jomblo." 

Sadar ucapannya menyinggung Jihan. Maura kini menundukkan kepalanya, saat Jihan menatap tajam ke arah Maura dan menghentikan langkahnya. 

"Ya ampun Maura. Gue lupa kalau gue juga jomblo hahaha...."

Bukannya marah. Jihan malah tertawa sambil menepuk pelan keningnya. Dia masih tertawa karena ucapannya sendiri. Maura pun kini ikut tertawa karena melihat tingkah lucu sahabatnya itu. Namun, tiba-tiba mata Maura kini tertuju pada cincin dijari manis Jihan. Membuat Maura penasaran dengan cincin itu, karena kemarin Jihan belum memakainya. 

"Sebentar Han. ini apa? Kok lo pakai cincin dijari manis lo? Perasaan kemarin lo belum pake cicin deh. Kok sekarang pakai cincin sih?" Tanya Maura. Sukses membuat Jihan kelabakan karna tidak tahu harus menjawab apa. Karena dia takut sahabatnya kecewa kalau dia sudah bertunangan dengan Septian. Pria yg Maura sangat sukai. Jihan akhirnya memutuskan untuk merahasiakannya pertunangannya saja.

"Itu, Emm.... Itu.... Anu-"

"Cincin tunangan," Sela Septian yg memotong ucapan Jihan. Yang kini sudah berdiri dibelakang Jihan, sambil nyengir. Karena kini Jihan membalik tubuhnya jadi menghadap Septian dan menatap tajam pria itu. 

Kenapa natap gue kayak gitu? Gue mah emang ganteng jadi biasa aja dong lihatnya. Kayak baru lihat cowok ganteng aja," lanjutnya yg kini kembali terkekeh karena tatapan Jihan padanya.

"Ini maksudnya apa sih? Maura gak ngerti deh," Ujar Maura yang masih bingung, dengan apa yang Septian katakan. 

"Iya sama gue juga gak ngerti. Septian jelasin dong," Ucap Alex menuntut penjelasan dari Septian.

"Jadi gini, gue sama Jihan udah tunangan Lex. Bokap nyokap kita yg maksa, sebenarnya sih gue gak mau yah tunangan sama dia. Tapi karena gue sayang pasilitas gue jadi gue terima deh, beruntung banget lo kebo dapet cowok ganteng dan populer kayak gue," Ucap Septian membanggakan Dirinya. 

"Aahh...! bodo ah bodo curut gila loe ya! Kenapa lo bilang sama mereka sih! Hancur deh gelar jomblo gue," Ucap jihan dengan menghentak-hentakan kakinya karena kesal. 

"Jiah gak salah tuh kebo? Justru reputasi gue yang ancur. Karena gue punya tunangan kayak lo, cewek jadi-jadian, cuma punya gelar jones aja udah bangga lo, dasar cewek jadi-jadian bener-bener aneh lo," Ujar Septian. Yang kini kesal karena ucapan Jihan yang membuatnya tersinggung.

Sementara itu Maura dan Alex. Mereka malah berkenalan ditengah perdebatan antara Jihan dan Septian, tanpa memperdulikan pertengkaran dua sahabatnya itu. 

"Em..., Maura yang cantik. Dari pada kita lihat Romeo dan Juliet berdebat mending kita ke kantin yuk, mau gak? Aku traktir deh," Ajak Alex yang kini tersenyum pada Maura. Membuat wajah Maura bersemu merah.

"Tapi Alex masih jomblo kan? Belum punya cewek kan? Maura gak mau loh dibilang pelakor sama cewek Alex nantinya," Ujar Maura dengan wajah polosnya. 

"Tentu aja aku jomblo cantik. Kamu Tenang aja gak bakalan ada yang berani ngomong kamu kayak gitu, bikin gemes deh kamu. Ayo Maura aku udah laper nih, biarin aja Jihan sama Septian mah. Mereka kalau udah kumat kayak Tom and Jerry, mereka gak bakalan peduli tempat dan orang lain."

Alex yang memang sering melihat Jihan dan Septian bertengkar tidak merasa aneh lagi begitu pun dengan Maura. Namun, baru kali ini Alex bertemu dengan Maura. Karena baru kali ini Alex menghampiri Septian di kelas Jihan.

Kini Maura dan Alex pun pergi meninggalkan Jihan dan Septian yang masih asik berdebat tanpa memperdulikan orang sekitarnya. Sedangkan Alex dan Maura sudah pergi meninggalkan mereka untuk membeli sarapan di kantin.

"Lo tuh bikin ilfil tau gak! Dasar curut got, sok kegantengan padahal gak laku buktinya. lo jomblo kan sampe sekarang," ejek Jihan mengolok-olok Septian. Jihan gak sadar padahal dia juga sama jomblo.

"Ish, lo gak merasa kalau lo juga jomblo. Hello nona Jihan Aiyana situ gak nyadar kalau situ juga jomblo. Emang  dasar jones malah ngatain orang, gak nyadar apa kalau dia juga jomblo," ketus Septian.

"Hello tuan Septian Erlangga. Sesama jomblo jangan saling menghina ngerti! Udah ah gue cape berdebat sama curut macam lo. Gue laper ayo Ra kita ke kan..., nah loh kemana tuh anak udah ngilang aja?" 

Kini Jihan  kebingungan mencari Maura yang sudah tidak ada dibelakangnya lagi. 

"Hahaha..., kasihan deh lo. Teman lo aja gak mau nemenin lo kan? Gue dong ayo Al..., Alex. Kemana tuh anak kok ngilang juga sih? Ngilangnya barengan lagi sama Maura. Ah kampret pasti mulai lagi deh tuh si Alex gak bisa lihat cewek bening dikit, langsung main deketin aja. Dasar Playboy cap kadal," Grutu Septian yg juga kelimpungan karena mencari Alex, yang juga kini tidak ada dibelakangnya. 

"Hahaha..., kacian deh lo, kemana bang temen nya ilang juga ya?" Giliran Jihan kini yang tertawa terbahak-bahak. 

"Udah jangan ketawa lo! Tutup tuh mulut, entar lalet masuk baru nyaho lo. Sial si Alex, pasti jiwa playboynya kumat tuh orang, dia pasti ngajakin Maura teman lo!" Ketus Septian pada Jihan. 

"Apa! Ini gak bisa dibiarin pasti mereka ke kantin sekarang."  Mendengar apa yang dikatakan Septian. Jihan kini berjalan ke arah kantin terlebih dulu. Lalu diikuti oleh Septian. 

"Rasain lo Lex. Habis lo entar dihajar cewek jadi-jadian," gumam Septian, yang kini mengikuti Jihan yang akan ke kantin.

"Awas ya kalau temen lo macem-macem sama sahabat gue. Gue ulek kalian berdua jadi sambel pecel lele," Ujar Jihan sambil terus berjalan menuju ke arah kantin. 

"Idih temen lo aja yang gampang dirayu. Gue yakin Alex bilang kata-kata yang manis dikit aja, dia pasti langsung mau ngikut aja pas diajak ke kantin," sahut Septian tidak mau kalah. 

"Diem! Gue lagi gak mau berdebat sama lo Curut." 

Akhirnya Jihan dan Septian pun sampai di kantin. Benar saja kini Alex dan Maura sedang menikmati sarapannya dengan duduk santai di kantin. Dan sesekali mereka tertawa. 

"Maura. Alex...!" Seru Jihan dan Septian secara bersamaan. Membuat Maura tersedak oleh makanannya sendiri karena mendengar panggilan dari sahabatnya. Dan Alex dengan sigap langsung memberikan minum pada Maura, karena dia tersedak makanan. Jihan dan Septian pun menghampiri mereka berdua dengan raut wajah kesalnya.

"Maura sekarang lo ikut gue!" Perintah Jihan tanpa basa basi. Lalu Jihan pun menarik tangan Maura. Kini Maura pun berdiri dan mengikuti  Jihan dari pada sahabatnya itu marah padanya. Sebelum pergi Jihan menatap tajam kearah Alex dan Septian. Lalu Jihan pun pergi dengan menggandeng lengan Maura. 

"Alex makasih udah traktir Maura ya. Jangan lupa nanti telepon," Teriak Maura sambil mengikuti Jihan. Alex pun tersenyum dan kemudian mengangguk. Membuat Maura ikut tersenyum. 

"Kali ini lo seriuskan sama Maura? Dia itu temen gue Lex. Jadi kalau lo macem-macem sama dia, gue bakalan bikin perhitungan sama lo, ngerti lo!" peringat Septian. Tentu saja setelah Jihan dan Maura tidak terlihat lagi. Septian pun menatap Alex dengan tajam. Membuat Alex sedikit takut karena tatapan tajam Septian tidak seperti biasanya.

"Tentu bro. Lo tenang aja kali ini gue serius. Dia itu manis, lembut, peminim dan bisa banget bikin gue senyum-senyum kalau deket dia. Gue yakin dia pelabuhan cinta terakhir gue Yan," Ucap Alex sambil tersenyum.

"Gue harap itu ucapan lo yang jujur dari dalam hati. Dan lo harus ingat gue pegang janji lo." Septian mencoba percaya pada sahabatnya itu. Bahwa dia tidak akan mempermainkan Maura yang adalah sahabatnya juga.

"Iya gue janji kali ini gak bakalan mainin cewek lagi. Udah ah gue pacaran dulu, eh maksud gue bayar dulu hahaha..." Ucap Alex yg kini menuju kasir sambil tertawa. 

 "Dasar kadal buntung lo," Ujar Septian.

"Berhenti bilang gue kadal buntung Tian. Demi Maura gue bakalan berubah jadi cowok yang lebih baik. Coba aja dari dulu lo kenalin gue sama dia, pasti gue gak bakalan jadi playboy," Sahut Alex yang kini terlihat lebih bahagia dari sebelumnya.

"Alah bullshit lo! Udah kita ke kelas yuk, udah mau bel nih. Lo tahu kan hari ini giliran dosen killer kita yang ngajar," Ucap Septian dan Alex pun mengangguk lalu mereka pun pergi meninggalkan kantin. 

Sementara itu dikelas Jihan sedang Menginterogasi Maura yang tadi tertangkap basah sedang bersama Alex. 

"Lo yakin mau sama Alex? Gue denger, dia pria yang kurang baik, lagian bukannya lo sukan sama si Curut, Septian?" Tanya Jihan setengah menyelidik. 

"Tentu saja Jihan sayang, Alex itu pria yg baik kok. Dia udah jujur kalau sebelumnya dia seorang playboy tapi dia mau berubah buat gue, Han. Gue yakin kalau dia sungguh-sungguh mau berubah buat gue. Dan tentang Septian udah ah dia mah buat lo aja, Han. Gue udah ikhlasin dia buat lo kok. Lagi pula kalian udah tunangan. Maura gak mau dibilang Pelakor nantinya, kesannya tar Maura jadi antagonis gitu dong karena ngerebut calon suami Jihan," Ucap Maura, membuat Jihan terdiam karna dia sangat menghargai keputusan sahabatnya itu, yang tetap  kekeh dengan pilihan dan pendiriannya. 

"Udah ah jangan ngomongin si Curut mulu bosen gue bahas dia mulu," Protes Jihan sambil mengambil novel dari tasnya. Membuat Maura menggelengkan kepalanya, karena percuma kalau Maura menasehatinya pasti ujung-ujungnya berdebat dan Maura akan kalah. 

"Hati-hati loh, Han. Jangan terlalu benci sama Septian, nanti kalau udah cinta susah dilupain, dan bisa-bisa jadi bucin lo," Ucap Maura membuat Jihan menatap Tajam padanya, dan Maura kini hanya bisa menundukan kepala karena tidak ingin melihat tatapan tajam yang sahabatnya layangkan padanya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Muji Rahayu
mantap thor..lanjut baca nih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Musuh Tapi Menikah   Bab 7

    Ting... Tong... Ting... Tong...Suara bel terus berbunyi dikediaman keluarga Wijaya. Aleta kini tengah sibuk dengan aktivitasnya bersama asistennya untuk mempersiapkan makan malam."Tian, tolong buka pintunya, Nak. Bunda lagi nanggung siapin makanan buat makan malam nih," Ucap Aleta sambil mbawa makanan dari dapur ke meja makan."Oke Bun," Sahut Septian yang kini berjalan menuju pintu utama rumah mereka."Siapa sih yang datang sore-sore gini? Kurang kerjaan amat. Gak tahu apa orang lagi santai ganggu aja," Gerutu Septian sambil membuka pintu.Dan taram...! Saat Septian membuka pintunya betapa terkejutnya Septian saat siapa yang datang kerumahnya saat dia sedang bersantai."Buset lo! Gila lo ya! Gue kaget banget tahu. Dasar wanita jadi-jadian. Kenapa lo cantik banget sih sore ini? Kirain gue lo itu Lisa black pink. Gue demen banget tahu sam

  • Musuh Tapi Menikah   Bab 8

    "Sayang, mana Jihan?" Tanya Angga yang baru saja pulang dari kantor."Dia lagi kerumah Aleta, Mas. Tadi aku suruh nganterin kue, tapi tadi dia telepon katanya mau sekalian makan malam disana," Sahut Sabrina sambil menyiapkan makanan untuk suaminya, Angga."Rumah ini sepi ya kalau Jihan gak ada," Ucap Angga sambil duduk dikursi meja makan."Iya, apalagi kalau nanti Jihan sudah menikah. Pasti kita akan sangat kesepian," Sambung Sabrina. Sambil menuangkan makanan kepiring milik suaminya itu."Sayang, gimana kalau kita buat lagi biar ada yang gantiin Jihan. Tapi kali ini harus laki-laki biar gak ninggalin kita kayak Jihan," Goda Angga. Dengan seringai nakalnya"Ah kamu ini, ada-ada saja sih mas," Ucap Sabrina, namun kali ini tidak membalas godaan Angga, dia hanya tersenyum."Tapi mau kan sayang?" Tanya Angga kali dengan serius. Dan lagi-lagi Sabrina hanya membalas dengan senyuman pada Suaminya.*****"

  • Musuh Tapi Menikah   Bab 9

    Septian dan Jihan tampak terburu-buru menuju rumah sakit. Mereka baru saja mendengar bahwa nenek Septian masuk rumah sakit dan karena Jihan juga sangat dekat dengan Nenek Septian. Jadi dia juga merasa sangat khawatir dan ikut menjenguk sang nenek. Karena kebetulan nenek Septian juga ingin bertemu dengan Jihan. Membuat Jihan langsung setuju saat Septian mengatakan kalau neneknya ingin bertemu Jihan.Kini Jihan dan Septian pun sejenak melupakan perdebatan mereka lalu akhirnya mereka pun menuju ke rumah sakit bersama-bersama, setelah sampai dirumah sakit mereka bingung karena tidak tahu harus mencari kamar rawat sang nenek . Karena kedua orang tua Septian tidak memberi tahukan di ruangan mana sang nenek dirawat."Lo tanya sono sama resepsionisnya dari pada kita kayak orang bego, celingak celinguk gak jelas kayak gini," Ucap Jihan."Lo nyuruh gue?!" Septian menunjuk dirinya sendiri."Males ah. Ini bunda sama ayah juga kenapa lagi handphoneny

  • Musuh Tapi Menikah   Bab 10

    Sepulang dari pemakaman, Jihan pun kini berpamitan pada kedua orang tuanya. Karena dia harus ikut bersama suaminya. Mau tidak mau Sabrina dan Angga pun harus melepaskan putri semata wayangnya untuk ikut bersama keluarga barunya, meski sedih mereka pun harus ikhlas, lagi pula itu keinginan mereka, dan mereka pun masih bisa bertemu jika mereka saling merindukan.Setelah sampai dirumah keluarga Wijaya. Acara tahlilan pun akan dilakukan malam harinya, karena melihat Septian dan Jihan yang kelelahan. Aleta pun menyuruh mereka untuk beristirahat lebih dulu. Agar saat acara tahlilan nenek Sarah. Mereka nanti sudah sedikit lebih segar.Sesampainya dikamar Septian. Kini hanya ada keheningan diantara Septian dan Jihan. Kini Jihan memilih duduk dikursi meja rias untuk membuka perhiasaan dan juga menghapus riasannya. Sedangkan Septian dia memilih duduk disofa sambil menyandarkan kepalanya di sandaran sofa dan memejamkan matanya, karena dia memang merasa sangat lelah.

  • Musuh Tapi Menikah   Bab 11

    Jihan baru saja sampai dikampus, dia sadar kalau kini statusnya adalah seorang istri, dan dia harus bisa menjaga rahasia jangan sampai anak-anak kampus tau tentang status barunya, dia celingak celinguk memastikan bahwa belum ada orang dikelasnya.Namun, saat dia berjalan untuk masuk ke kelasnya, tidak sengaja Jihan menabrak seorang gadis yang tidak dia lihat di dekat pintu, karena tadi dia masuk terburu-buru."Aww...," Pekik gadis itu sambil memegangi bahunya."Ups, Maaf nona aku tidak sengaja," Ucap Jihan. Meringis karena merasa tidak enak pada gadis itu. lalu kini menatap gadis itu."Mahasiswa baru ya?" Tanya Jihan. karena merasa asing dengan wajah gadis itu dan dia belum pernah melihat dikampusnya, apalagi dikelasnya."Iya, kenalkan namaku Sandra Angelina," Ucap gadis itu yang ternyata bernama Sandra Angelina."Jihan Aiyana, panggil aja Jihan," Sahut Jihan singkat.

  • Musuh Tapi Menikah   Bab 12

    "Mas. Udah dapat tiket honeymoonnya belum? Buat mereka harus paket lengkap yang romantis loh! Aku udah gak sabar pengen ngirim mereka ke Paris," Ucap Aleta yang kini sudah duduk disamping Reno dengan senyuman manisnya."Tentu dong sayang, nanti rencananya pas habis makan malam, Mas bakalan kasih ke mereka berdua, dan besok mereka harus berangkat kesana. Soal kuliah mereka, Mas dan Angga akan memintakan izin supaya pihak kampus tidak curiga, kasihan juga putri dan putra kita kalau nanti sepulang bulan madu diledekin sama teman-teman kampus mereka, biar mereka yang jujur sendiri pada teman-temannya, kalau mereka sudah menikah," Ucap Reno yang dijawab anggukan oleh Aleta.Sementara itu dikamar. Kini Jihan tengah duduk dikursi meja rias, sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk untuk mengeringkan rambutnya, Septian yang baru saja datang pun hanya menatap Jihan dengan tatapan yang tak berkedip."Lo sangat cantik da

  • Musuh Tapi Menikah   Bab 13

    Jihan dan Septian kini tampak sedang mempacking baju mereka tapi dlm koper masing-masing. Namun, sesekali Jihan nampak berpikir, dia seperti sedang memikirkan sesuatu."Jangan lupa bawa sweater atau jaket tebal, takutnya disana musim dingin," Ucap Septian. Yang kini sedang memasukan jaket dan beberapa sweater miliknya."Oh ya, gue lagi mikir nih, apalagi yang harus gue bawa, untung lo ngasih tau Sep. gue hampir aja lupa," Ucap Jihan lalu mengambil beberapa sweater tebal karena dia tidak memiliki jaket tebal hanya jaket tipis itu pun model blazer.Satu jam kemudian Septian dan Jihan pun sudah selesai packing baju dan perlengkapan lainnya, kini mereka sudah siap. Namun, mereka kembali mengecek barang yang mereka akan bawa. Tiba-tiba Aleta datang dan memberi tahu kalau ayahnya sudah siap untuk mengantar mereka ke bandara.Bagaimana apa kalian sudah siap dan perlengkapan kalian sudah tidak ada yang tertinggal? Kalau sudah siap semua, ayah ka

  • Musuh Tapi Menikah   Bab 14

    Kini Jihan dan Septian juga Reno sudah sampai di bandara. penerbangan menuju Paris pun akan segera lepas landas. Jihan dan Septian pun pamit pada Reno dan segera memberikan tiket pesawat pada petugas lalu mereka berdua pun menaiki pesawat setelah diperiksa pasportnya, semetara Reno kini dia pun meninggalkan bandara menuju kantornya. Setelah memastikan Jihan dan Septian benar-benar pergi ke Paris.Beberapa jam kemudian Jihan dan Septian pun sudah sampai di bandara internasional di Paris, mereka pun menaiki taksi menuju alamat hotel yang diberikan oleh ayahnya. sesampainya disana Septian dan jihan disambut dengan baik oleh pelayan hotel mereka terlihat sangat Ramah. lalu Septian dan Jihan diantarkan ke kamar hotel yang sudah dihias dengan indah seperti kamar pengantin yang terlihat romantis."Silahkan nyonya, tuan selamat bersenang-senang dan semoga kalian suka dekorasi kamarnya," Ucap Pelayan itu, membuat Jihan dan Septian bingung karena para pelayan menyambutnya

Bab terbaru

  • Musuh Tapi Menikah   Exstra Part

    Tuh kan Zam, gerbangnya udah ditutup. Kamu sih!" Azzam memandang Zura dari kaca spion. Terlihat wajah gadis itu yang sangat menggemaskan saat dia sedang kesal seperti sekarang ini. "Udah nggak apa-apa. Cuma lima menit kok." Azzam turun dari motornya diikuti oleh Zura. Lalu dia men-standar kan motornya di depan gerbang, tanpa kata dia lalu menarik tangan Zura ke samping sekolah. "Kita mau kemana, Zam?" Tidak ada jawaban dari Azzam. Dia hanya menunjuk ke tembok samping sekolah yang tingginya hampir dua meter dan sudah ada tangga disana. "Maksudnya kita manjat?" "Iyalah, Emang kamu mau dihukum?" "Tapi Zam...." "Udah Ayo! Namish membimbing Zura untuk menaiki tembok itu. Zura terlihat sangat kesulitan saat ingin meloncat. Berbeda dengan Azzam yang sudah sampai dibawah. "Azzam, aku ta

  • Musuh Tapi Menikah   Exstra Part 6

    "Zam, kamu itu ngeyel banget sih! Kamu mau belajar sekarang atau aku pulang?" "Aku tinggal bilang ke opa kalau kamu nggak mau nge-lesin aku!" "Apa sih mau kamu, Zam?" Zura bertanya dengan mengacak-acak rambutnya. Wajahnya terlihat sangat frustasi. Bagaimana tidak? Semenjak pulang sekolah. Dia sudah duduk diruang tamu rumah Azzam. Tapi pemuda itu tidak sedikit pun mau membuka bukunya. Dan yang dia lakukan hanya memandangi wajah Zura saja. "Masakin aku ya? Janji deh habis ini mau belajar." Zura memutar bola matanya malas saat mendengar permintaan Azzam. Lalu dia pun beranjak dari duduknya dan berjalan menuju dapur dengan bibir yang tak henti mengucapkan sumpah serapah untuk Azzam. Sementara Azzam dia malah tersenyum senang melihat wajah kesal Zura. Azzam menyusul Zura ke dapur dan duduk di salah satu kursi yang tersedia di sana. Dia kembali memandangi Zura yang sibuk b

  • Musuh Tapi Menikah   Exstra Part 5

    "Lo kenapa diem aja?" Azzam bertanya. Yap, seseorang yang misterius tadi pagi adalah Azzam. Dan sekarang mereka kini berada ditaman kota. Entah apa tujuan Azzam mengajak Zura ke taman. "Hah? Apa, Zam?" Zura balik bertanya dengan gelagapan. Pasalnya Zura canggung disaat dia bersama dengan Azzam. lidahnya mendadak kelu. "Lo kenapa?" Tanya Azzam lagi. "Nggak apa-apa kok, oh iya ngapain kamu ngajak aku kesini?" Zura menjawab dengan pertanyaan. "Gue cuma mau ngasih tau kalo pacar lo itu nggak baik buat lo!" Azzam memandangi wajah Zura yang terlihat manis dengan kalung emas putih yang melingkari lehernya. Dan rambut hitamnya yang terurai. menambah kesan cantik untuk gadis itu. “Pacar? Maksud kamu siapa ya?” Tanya Zura dengan heran. Dia melupakan hal yang tadi malam dibicarakannya dengan Raga. kakaknya. “Itu yang sok kecakepan. Yang kerjaanya antar jemput

  • Musuh Tapi Menikah   Exstra Part 4

    "Loh itu bukannya Kak Rania ya, Kakak lo? Yah gue keduluan dong." Richi terlihat sedih. "Iya, tapi cowok yang bareng kak Rania itu. Pacarnya Zura." "Wah nggak bener tuh orang. Udah punya Zura juga masih aja ngembat calon gue." Richi yang juga menatap geram kearah Rania dan Raga. "Kali aja cuma temenan. Jangan berpikiran negatif dulu lah." Kali ini Dika yang berbicara. Dia paling dewasa diantara yang lainnya. "Kita tanya nanti aja waktu udah keluar. Disini malu kalau sampek ribut." Ujar Richi. Azzam semakin geram saat melihat Raga memasangkan jam tangan ke pergelangan tangan kakaknya. Rania. Azzam beranjak dari duduknya saat melihat pergerakan sepasang kekasih itu. Bugh! "Brengsek lo ya!" Raga tersungkur akibat pukulan

  • Musuh Tapi Menikah   Exstra Part 3

    "Ekhem." Raga dan Zura memoleh kearah suara orang yang mengganggu quality time keduanya. Dan Zura membulatkan matanya saat dihadapannya berdiri seorang Azzam Dengan senyuman manis meski seperti dipaksakan. "Hai." Sapa Azzam. Yang membuat Zura tersenyum kaku. "Boleh gue duduk disini?" Tanya Azzam. Zura hendak menjawab namun sudah lebih dulu dipotong oleh Raga. "Kenapa harus disini? Kan masih banyak tempat kosong yang ada disana." "Gue nanya sama, Zura bukan nanya lo." Azzam terlihat kesal dengan penolakan yang dilakuan Raga. Dan dengan santainya Azzam malah duduk di samping Zura. "Kenapa lo mau pacaran sama dia? Masih ganteng juga gue." Teja merutuk dalam hatinya. Bisa-bisanya Azzam bicara seperti itu dihadapan Raga yang Azzam ketahui adalah kekasih Zura. "Sebenarnya dia..." "Ya jelas dia pilih gue lah. Lo kan masih ingusan. Dan gue udah dewasa." Kalo masalah ganteng, lo ngaca deh sana. Masih gantengan gu

  • Musuh Tapi Menikah   Exstra Part 2

    Zura duduk dengan cemas di sofa ruang kepala sekolah. Setelah bel pulang sekolah tadi ada siswi yang mengatakan bahwa dia dipanggil bapak kepala sekolah untuk ke ruangannya. "Ada apa ya Pak? Apa saya membuat kesalahan?" "Apa kamu sudah lama mengenal, Azzam?" Tanya kepala sekolah itu dengan menatap ke arah Zura dengan intens. "Belum Pak, baru tadi pagi saat Azzam tidak sengaja menabrak saya." "Jangan terlalu formal, Nak. Panggil saja saya Opa seperti, Azzam." Zura pun tersenyum kikuk saat menanggapi ucapan Opa. Dia dibuat semakin bingung. "Begini Zura. Opa lihat kamu itu berbeda. Jadi bolehkah Opa meminta tolong padamu?" "Kalau saya bisa bantu pasti saya bantu Opa." "Sebenarnya Opa capek menasehati Cucu Opa itu. Dia itu keras kepala. Opa dan orang tua juga kakaknya sudah menyerah." "Maksud Opa gimana? Saya ng

  • Musuh Tapi Menikah   Exstra Part 1

    16 Tahun Kemudian Citttt!!! Seorang pemuda mengeram kesal di dalam mobilnya. Walau pun begitu dia keluar dari mobilnya setelah menabrak seseorang. "Lo gak apa-apa kan?" Tanya pemuda itu. Dengan membantu seorang gadis yang tanpa sengaja dia tabrak untuk berdiri. Gadis itu pun menatap pemuda itu karena merasa sedang ditatap olehnya, namun pemuda itu mengalihkan pandangannya dari sang gadis "Lo masih bisa jalan, kan?" Gadis itu menggelengkan kepalanya karena luka di lututnya terasa sangat perih. Dia pun sesekali meringis. "Hei, Apa yang kamu lakukan?" Teriak gadis itu. "Diamlah!" Pemuda itu mendudukan gadis itu di kursi samping kemudi dan menatapnya. "Kita mau kemana?" "Nama lo, siapa?" Bukannya menjawab. Pemuda itu malah balik bertanya. "Zura." Gadis itu menjawab dengan sedikit meringis. "Lo, mau kemana?" "Sek

  • Musuh Tapi Menikah   Part 96 - SAGARA dan NAIRA

    5 Tahun Kemudian "Papa...!"Seru seorang bocah laki-laki sambil berlari. "Hap, jagoan Papa." Gara pun langsung menangkap tubuh mungil yang berlari kearahnya sambil tertawa. "Dede Raga tunggu Kakak dong! Kok ditinggal sih," Teriak gadis kecil berumur sekitar 8 tahun itu. "Kak Nala lama sih. Jadi Laga tinggal aja. Papa, Laga kangen." "Iya sayang Papa juga kangen sama Abang. Tapi jangan lari-lari dong sayang, kasihan Kak Nara nya ngejar-ngejar kamu tuh cape," Ucap Gara. Yang kini melihat Nara tengah terengah-engah karena mengejar Raga. "Mama mana, Bang? " Tanya Gara pada putranya. "Kak Nala. Lihat Mama nggak?" Bukan menjawab Raga malah balik bertanya pada Nara. "Tante lagi dikamar Om. Katanya dari tadi perutnya mules terus, Jangan-jangan mau lahiran Om Tante nya," Jawab Nara. "Hah, Lahiran! Ya udah Abang main sama kak Nara dulu ya. Papa mau ke kamar lihat Mama dulu takut adi

  • Musuh Tapi Menikah   Bab 95 - SAGARA dan NAIRA

    Seperti apa yang Naira katakan. Kini mereka pun berkunjung ke rumah mama Jihan. Seperti biasa Maura pun sudah datang dari pagi untuk menyambut cucu kesayanganya itu. Karena memang Naira memberi tahukan kalau dia akan berkunjung ke rumah Jihan. Nara pun tak mau kalah dia malah menginap dari semalam karena tidak mau terlambat untuk menyembut baby Raga. Semenjak Naira dan Gara pindah ke rumahnya sendiri satu bulan yang lalu. Naira dan Gara harus bisa membagi waktu untuk mempertemukan Raga dengan kedua neneknya. "I'm Coming Kak Nara, Kakek, Nenek Aunti Nindy. Raga udah datang nih," Naira berseru membuat Raga kini tertawa saat melihat Nara kakaknya berseru memanggil nama Raga. Sambil berlari kearahnya. "Yeay baby Laga udah datang," Seru Nara. Dengan hebohnya membuat Gara dan Naira tertawa melihat respon Nara yang begitu sangat antusias. "Hay kakak Nara," Sapa Naira. Lalu dia mengecup pipi Nara dan men

DMCA.com Protection Status