Share

Bab 9

Author: Mia Ananta
last update Last Updated: 2021-09-08 15:52:52

Septian dan Jihan tampak terburu-buru menuju rumah sakit. Mereka baru saja mendengar bahwa nenek Septian masuk rumah sakit dan karena Jihan juga sangat dekat dengan Nenek Septian. Jadi dia juga merasa sangat khawatir dan ikut menjenguk sang nenek. Karena kebetulan nenek Septian juga ingin bertemu dengan Jihan. Membuat Jihan langsung setuju saat Septian mengatakan kalau neneknya ingin bertemu Jihan. 

Kini Jihan dan Septian pun sejenak melupakan perdebatan mereka lalu akhirnya mereka pun menuju ke rumah sakit bersama-bersama, setelah sampai dirumah sakit mereka bingung karena tidak tahu harus mencari kamar rawat sang nenek . Karena kedua orang tua Septian tidak memberi tahukan di ruangan mana sang nenek dirawat. 

"Lo tanya sono sama resepsionisnya dari pada kita kayak orang bego, celingak celinguk gak jelas kayak gini," Ucap Jihan. 

"Lo nyuruh gue?!" Septian menunjuk dirinya sendiri.

"Males ah. Ini bunda sama ayah juga kenapa lagi handphonenya gak aktif. Eh tapi bentar, kok resepsionisnya cantik bener ya? Ya udah lo tunggu disini ya, gue mau nanya dulu ke resepsionisnya, habis antik banget sih."  

Septian pun langsung menghampiri resepsionis rumah sakit itu. Dengan gayanya yang cool untuk mencari perhatian pada wanita yang menjadi resepsionis rumah sakit tempat sang nenek dirawat.

"Dasar cowok semua sama aja. Gak bisa lihat cewek bening dikit aja udah deh langsung keluar belangnya. Kayak si curut ini, padahal masih cantikan gue kemana-mana kali," gerutu Jihan  sambil memainkan rambutnya menunggu Septian bertanya pada sang resepsionis. 

"Iya deh gue akui lo paling cantik princessnya curut," Bisik Septian. Yang kini sudah ada disampingnya. membuat Jihan terkejut, karena yang Jihan tahu Septian batu menghampiri resepsionis.

"Issh..., Tian ah bikin Jihan kaget aja gimana kalau Jihan pingsan karena terkejut? Demen banget sih bikin orang kaget, gue kira tadi hantu ini kan rumah sakit pasti ada banyak  hantunya. ihh serem banget," cerocos Jihan yang memang sedikit penakut.

"Kebiasaan lo kalau kaget pasti nyerocos ngomongnya kayak petasan aja, untung lo cantik kalau nggak gue bakalan seret lo kamar mayat. Terus gue kunciin lo disono mau lo?!"

Mendengar ucapan Septian membuat Jihan cemberut dan kini bibirnya sudah mengerucut karena kesal.

"Iihh..., gak mau entar-"

"Sssttt..., berisik lo mau ikut nengok nenek gue gak?" Tanya Septian memotong ucapan Jihan yg kini sudah berjalan lebih dulu. 

"Ya mau lah! Tian eh maksud gue  Curut tungguin gue dong...!" Teriak Jihan membuat beberapa orang yg berada disitu menoleh ke arah Jihan karena teriakannya. Namun, Jihan tidak menghiraukannya, dia malah berlari mengejar Septian yang sudah berjalan jauh darinya.

*****

Kini Septian dan Jihan sudah sampai di ruangan nenek Septian. Disana sudah ada orang tuanya dan orang tua Jihan juga Kiara dan Penghulu juga beberapa saksi. Membuat Septian juga Jihan kebingungan melihat Mereka semua. 

"Loh Mah. Ini ada acara apa? Kok kayak mau ada yang nikahan?" Tanya Jihan yang terlihat penasaran melihat semua persiapan yang ada di ruangan tempat nenek Sarah dirawat. 

"Iya kok kayak mau ada nikahan? emang siapa yang mau nikah dirumah sakit Bun?" Sambung Septian, bertanya pada sang Ibu karena dia juga merasa penasaran seperti Jihan. Namun, sebelum ada yg menjawab Nenek Septian memanggil Septian dan Jihan untuk mendekat padanya. 

"Tian, Jihan. Kemari sayang, Nenek ingin bicara dengan kalian berdua," Ucap Nenek Septian. Tanpa menunggu lama. Mereka berdua pun menghampiri sang Nenek dan kini mereka berdua sudah berada disamping sang nenek. 

"Iya Nek. Nenek mau bicara apa?" Tanya Septian sambil menggenggam tangan neneknya. Sementara Jihan hanya memperhatikannya dengan berdiri disamping Septian.

"Tian, usia Nenek cuma tinggal menghitung jam saja, Nak. Bahkan mungkin menit atau detik. Jadi Nenek ingin kamu dan Jihan menikah sekarang juga. Jika kamu mau melihat Nenek pergi dengan tenang dan bahagia," Ucap sang nenek memohon pada cucunya Septian dan Jihan. 

"Apa!!!" Seru Septian dan Jihan secara bersamaan karena sangat terkejut dengan keinginan sang nenek yang sangat tiba-tiba itu. 

"Jihan, Tian. Pelankan suara kalian," Protes Sabrina. 

"Sudahlah penuhi saja keinginan nenek kalian, toh sekarang atau nanti sama saja. kalian akan tetap kami nikahkan," Ucap Aleta.

"Ayolah demi kebahagiaan nenek Kak Jihan, Kak Tian. Kasihan nenek pasti nanti meninggalnya tidak tenang kalau kalian nggak ngabulin permintaan terakhir dari nenek," Ujar Kiara yang ikut memohon pada Septian dan Jihan.

"Diem lo anak kecil!" Bentak Septian yang kini terlihat kesal. 

"Jangan membentak adikmu Septian! Kia benar kalau kamu menolak permintaan terakhir nenekmu dan sampai akhirnya dia meninggal. Kamu pasti akan menyesal. Karena tidak mengabulkan permintaan terakhirnya," Ucap Reno mencoba membuat Septian berpikir ulang kalau dia sampai menolak keinginan sang nenek.

Benar saja kini Septian nampak berpikir. Dia tampak terlihat bingung,  lalu kini dia menatap Jihan. Bagai mana pun dia tidak mau gadis yang ada dihadapannya menderita karena harus terikat dengannya. 

"Jihan mau kok Nek. Demi Nenek, Jihan rela melakukan apapun." 

Akhirnya dengan yakin dan penuh keseriusan Jihan mengatakan bahwa dia bersedia menikah dengan Septian saat ini juga.

"Baiklah kalau dia Setuju. Tian juga setuju ini semua demi Nenek." Septian pun akhirnya menyetujui keinginan sang nenek. Dan itu membuat senyum sang nenek mengembang, bukan hanya nenek Sarah yang tersenyum bahagia, semua keluarga dan orang yang berada di ruangan itu pun ikut tersenyum bahagia atas keputusan yang Septian ambil.

Kini kedua keluarga pun saling berpelukan begitu karena bahagia. Begitu pun Ibu dari Reno. Dia tersenyum karena akan menyaksikan pernikahan cucu laki-lakinya menikah dengan wanita yg sudah ia anggap seperti cucunya sendiri.

Persiapan pun dilakukan. Penghulu pun mulai menyiapkan semuanya. Tinggal menunggu kedua mempelai yang kini tengah bersiap-siap. 

Sebelumnya Reno meminta izin pada pihak rumah sakit untuk melakukan pernikahan diruang rawat ibunya. Dan bersyukurlah Renno, karena pihak rumah sakit pun memberikan izin karena itu salah satu keinginan pasien yang kini sedang kritis. 

Septian pun kini sudah duduk bersama dihadapan penghulu. Semetara Jihan baru saja datang dengan ditemani Sabrina dan Aleta juga Kiara setelah sedikit dirias. 

"Putriku memang sangat cantik ya Yan? Dan sebentar lagi dia akan menjadi milikmu," bisik Angga yg melihat Septian mencuri pandang kepada Jihan.

"Iya Om. Dia memang sangat cantik," jawab Septian. Yang tidak sadar dengan jawabannya, karena terus menatap kagum atas kecantikan Jihan, yang sebentar lagi akan menjadi istrinya.

"Ekhem..., Tian apa kau akan terus menatapnya?" Tanya Reno yang kini menyadarkan Septian dari lamunanya, membuat semua orang yang ada di ruangan itu tertawa melihat tingkah Septian. Dan itu membuat Septian kini tertunduk malu karena ulahnya sendiri.

Kini Jihan pun sudah duduk disamping Septian. Ritual pernikahan pun segera dilaksanakan. Septian pun melakukan ijab Kabul dengan hanya sekali tarikan nafas, acara sakral itu pun hanya disaksikan oleh keluarga dan 4 orang saksi tanpa ada teman dari Jihan atau pun Septian yang menyaksikan. Karena memang pernikahannya pun dilakukan secara mendadak karena darurat. Kini Jihan dan Septian sudah sah menjadi suami istri. 

Jihan dan Septian pun tinggal menandatangani surat-surat perlengkapan untuk mendapatkan buku nikah, setlah semua selesai kini Jihan pun sudah menjadi bagian dari keluarga Wijaya dan Aleta juga Kiara tampak begitu bahagia karena mereka akan mendapatkan anggota keluarga baru dirumah mereka.

*****

Semua pun kini nampak terlihat bahagia begitu pun dengan nenek Septian yang terlihat terus tersenyum bahagia karena melihat Septian dan Jihan kedua cucu kesayangannya menikah. Tidak lupa sang nenek pun mendo'akan kebahagiaan mereka berdua agar menjadi keluarga kecil yang bahagia. Namun, beberapa menit kemudian kebahagiaan berubah menjadi duka. Tepat beberapa menit setelah sang nenek berpesan pada Septian dan Jihan, agar jangan sampai ada perceraian diantara mereka. Apapun yang terjadi dalam rumah tangga mereka, sang nenek berharap mereka bisa menyelesaikannya dengan baik. Dengan senyuman termanisnya sang nenek pun menghembuskan nafas terakhirnya, kini nenek Sarah pun benar-benar pergi untuk selamanya. Septian dan Jihan pun berjanji pada sang nenek sebisa mungkin mereka akan mengabulkan keinginan sang Nenek. 

Kini Septian tampak sangat sedih dan terpukul karena nenek yang sangat dia sayangi sudah pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya. 

Tepat dihari pernikahannya. Septian pun harus melihat sang nenek dikebumikan. Dia terlihat sangat terpukul dan bersedih. Benar kata Ayahnya andai saja Septian menolak untuk menikah tadi. Mungkin dia akan menyesal seumur hidupnya karena tidak mengabulkan keinginan terakhir neneknya untuk melihat pernikahannya dengan gadis pilihan sang nenek.

"Tian. Lo harus kuat, nenek pasti sudah bahagia disana, karena kita sudah mengabulkan permintaan terakhirnya," Ucap Jihan mencoba menguatkan Septian yang kini terlihat sangat sedih dan terpuruk. Mendengar ucapan Jihan. Septian langsung memeluk Jihan dan kali ini Jihan tidak menolak apalagi memberontak. Untuk kali ini dia membiarkan Septian memeluknya agar dia bisa mencurahkan kesedihannya lewat pelukannya.

"Gue sayang banget sama nenek, Han. gue gak percaya kalau nenek pergi secepat ini, dia sekarang sudah benar-benar pergi untuk selama-lamanya." 

Tidak terasa tetesan air mata Septian menetes ke pundak Jihan. Membuat Jihan merasa iba pada Septian, karena ternyata dibalik ketengilanya. Septian juga memiliki jiwa lembut penuh kasih sayang dan dia juga memiliki sisi kerapuhan seperti dirinya. 

"Gue juga sayang banget sama nenek, Yan. Tapi kita harus merelekan nenek, karena dia sudah tenang dan bahagia dialam sana tanpa merasakan sakit lagi. lo harus tetap kuat, nenek lo pasti sedih kalau lo terus terpuruk kayak gini. Lo bisa menemui nenek Nadia kalau lo kangen sama nenek lo, Yan."

Dengan lembut Jihan mencoba menghibur dan menguatkan Septian dengan sesekali mengusap punggung Septian, mendengar ucapan Jihan. Septian pun mengangguk dan dia masih terhanyut dalam pelukan hangat Jihan. Keluarga pun sangat bahagia melihat Jihan mencoba menghibur dan memberi kekuatan pada Septian. 

"Kita harus berterima kasih pada ibu, Bin. Karena dia yang sudah menyatukan Tian dan Jihan," Ujar Aleta sambil menatap Jihan dan Septian yang masih berpelukan. 

"Iya Let. Tante Sarah sangat berperan penting dalam menyatukan Jihan dan Tian dalam ikatan Pernikahan, karena aku gak yakin, kalau kita yang melakukan apakah akan berhasil seperti tante Sarah," Sambung Sabrina. Angga dan Reno pun mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan istri mereka. Kini mereka pun tersenyum, mereka kini terlihat sangat bahagia karena bisa melihat Septian dan Jihan akur. Namun, mereka sedih karena harus kehilangan nenek Sarah sang pahlawan dalam menyatukan Septian dan Jihan. 

"Semoga tidak ada pertengkaran lagi diantara Kakak dan Kakak iparnya. Nenek bantulah mereka menjadi keluarga yang bahagia hingga maut memisahkan mereka, Amin." Membuat semua menatap Kiara dan tersenyum mendengar gumaman Kiara. Tidak lupa mereka pun mengaminkan apa yang Kiara ucapkan.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Lie Miang
buka buku mahal bener
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Musuh Tapi Menikah   Bab 10

    Sepulang dari pemakaman, Jihan pun kini berpamitan pada kedua orang tuanya. Karena dia harus ikut bersama suaminya. Mau tidak mau Sabrina dan Angga pun harus melepaskan putri semata wayangnya untuk ikut bersama keluarga barunya, meski sedih mereka pun harus ikhlas, lagi pula itu keinginan mereka, dan mereka pun masih bisa bertemu jika mereka saling merindukan.Setelah sampai dirumah keluarga Wijaya. Acara tahlilan pun akan dilakukan malam harinya, karena melihat Septian dan Jihan yang kelelahan. Aleta pun menyuruh mereka untuk beristirahat lebih dulu. Agar saat acara tahlilan nenek Sarah. Mereka nanti sudah sedikit lebih segar.Sesampainya dikamar Septian. Kini hanya ada keheningan diantara Septian dan Jihan. Kini Jihan memilih duduk dikursi meja rias untuk membuka perhiasaan dan juga menghapus riasannya. Sedangkan Septian dia memilih duduk disofa sambil menyandarkan kepalanya di sandaran sofa dan memejamkan matanya, karena dia memang merasa sangat lelah.

    Last Updated : 2021-09-08
  • Musuh Tapi Menikah   Bab 11

    Jihan baru saja sampai dikampus, dia sadar kalau kini statusnya adalah seorang istri, dan dia harus bisa menjaga rahasia jangan sampai anak-anak kampus tau tentang status barunya, dia celingak celinguk memastikan bahwa belum ada orang dikelasnya.Namun, saat dia berjalan untuk masuk ke kelasnya, tidak sengaja Jihan menabrak seorang gadis yang tidak dia lihat di dekat pintu, karena tadi dia masuk terburu-buru."Aww...," Pekik gadis itu sambil memegangi bahunya."Ups, Maaf nona aku tidak sengaja," Ucap Jihan. Meringis karena merasa tidak enak pada gadis itu. lalu kini menatap gadis itu."Mahasiswa baru ya?" Tanya Jihan. karena merasa asing dengan wajah gadis itu dan dia belum pernah melihat dikampusnya, apalagi dikelasnya."Iya, kenalkan namaku Sandra Angelina," Ucap gadis itu yang ternyata bernama Sandra Angelina."Jihan Aiyana, panggil aja Jihan," Sahut Jihan singkat.

    Last Updated : 2021-09-10
  • Musuh Tapi Menikah   Bab 12

    "Mas. Udah dapat tiket honeymoonnya belum? Buat mereka harus paket lengkap yang romantis loh! Aku udah gak sabar pengen ngirim mereka ke Paris," Ucap Aleta yang kini sudah duduk disamping Reno dengan senyuman manisnya."Tentu dong sayang, nanti rencananya pas habis makan malam, Mas bakalan kasih ke mereka berdua, dan besok mereka harus berangkat kesana. Soal kuliah mereka, Mas dan Angga akan memintakan izin supaya pihak kampus tidak curiga, kasihan juga putri dan putra kita kalau nanti sepulang bulan madu diledekin sama teman-teman kampus mereka, biar mereka yang jujur sendiri pada teman-temannya, kalau mereka sudah menikah," Ucap Reno yang dijawab anggukan oleh Aleta.Sementara itu dikamar. Kini Jihan tengah duduk dikursi meja rias, sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk untuk mengeringkan rambutnya, Septian yang baru saja datang pun hanya menatap Jihan dengan tatapan yang tak berkedip."Lo sangat cantik da

    Last Updated : 2021-09-11
  • Musuh Tapi Menikah   Bab 13

    Jihan dan Septian kini tampak sedang mempacking baju mereka tapi dlm koper masing-masing. Namun, sesekali Jihan nampak berpikir, dia seperti sedang memikirkan sesuatu."Jangan lupa bawa sweater atau jaket tebal, takutnya disana musim dingin," Ucap Septian. Yang kini sedang memasukan jaket dan beberapa sweater miliknya."Oh ya, gue lagi mikir nih, apalagi yang harus gue bawa, untung lo ngasih tau Sep. gue hampir aja lupa," Ucap Jihan lalu mengambil beberapa sweater tebal karena dia tidak memiliki jaket tebal hanya jaket tipis itu pun model blazer.Satu jam kemudian Septian dan Jihan pun sudah selesai packing baju dan perlengkapan lainnya, kini mereka sudah siap. Namun, mereka kembali mengecek barang yang mereka akan bawa. Tiba-tiba Aleta datang dan memberi tahu kalau ayahnya sudah siap untuk mengantar mereka ke bandara.Bagaimana apa kalian sudah siap dan perlengkapan kalian sudah tidak ada yang tertinggal? Kalau sudah siap semua, ayah ka

    Last Updated : 2021-09-13
  • Musuh Tapi Menikah   Bab 14

    Kini Jihan dan Septian juga Reno sudah sampai di bandara. penerbangan menuju Paris pun akan segera lepas landas. Jihan dan Septian pun pamit pada Reno dan segera memberikan tiket pesawat pada petugas lalu mereka berdua pun menaiki pesawat setelah diperiksa pasportnya, semetara Reno kini dia pun meninggalkan bandara menuju kantornya. Setelah memastikan Jihan dan Septian benar-benar pergi ke Paris.Beberapa jam kemudian Jihan dan Septian pun sudah sampai di bandara internasional di Paris, mereka pun menaiki taksi menuju alamat hotel yang diberikan oleh ayahnya. sesampainya disana Septian dan jihan disambut dengan baik oleh pelayan hotel mereka terlihat sangat Ramah. lalu Septian dan Jihan diantarkan ke kamar hotel yang sudah dihias dengan indah seperti kamar pengantin yang terlihat romantis."Silahkan nyonya, tuan selamat bersenang-senang dan semoga kalian suka dekorasi kamarnya," Ucap Pelayan itu, membuat Jihan dan Septian bingung karena para pelayan menyambutnya

    Last Updated : 2021-09-13
  • Musuh Tapi Menikah   Bab 15

    Dengan tawa yang Jihan tahan. Dia terus menggoda Septian. Jihan pun kini semakin mendekatkan dirinya pada Septian. Membuat Septian jadi semakin gugup dan berusaha mengalihkan pandangannya dari Jihan. Sebagai seorang pria normal bisakah dia menahan godaan Jihan. Hahahaha lihat expresi wajah lo, lucu banget ya ternyata kalau lagi gugup kayak gitu, ayolah Curut ngaku aja, lo pasti tergoda kan? Dasar Curut Empang, sok-sokan gak tergoda padahal..., tergoda kan lo. Dasar munafik lo jadi cowok!" Ketus Jihan sambil berjalan kearah Kopernya dan mengambil baju ganti. Sedangkan Septian, dia hanya bisa mengelus tengkuknya karena dia merasa malu pada Jihan yang telah melihatnya gugup seperti tadi. Setelah mengambil bajunya, Jihan pun kembali kekamar mandi untuk memakai bajunya disana.Tak lama Jihan keluar dengan mengenakan sweater tebalnya, lalu mengambil sebuah tas kecil miliknya, Septian yang melihat Jihan sudah

    Last Updated : 2021-09-14
  • Musuh Tapi Menikah   Bab 16

    Septian, Jihan. Kalian disini?"Panggil seseorang yang kini menghampiri mereka berdua. Lalu Septian dan Jihan pun menoleh ke arah suara itu, Septian tersenyum saat melihat sosok gadis yang kini ada dihadapannya.Semetara Jihan dia masih bingung dan bertanya-tanya tentang gadis yang kini berdiri dihadapannya dengan senyuman manisnya."Karina. Kapan kamu sampai disini?" Tanya Septian terlihat senang, sampai-sampai dia pun melepaskan genggaman tangannya pada Jihan. membuat Jihan semakin bingung dan mulai merasa Penasaran sekaligus kecewa dengan sikap Septian."Baru aja datang kok. Aku buru-buru dari New York kesini karena ingin bertemu kamu dan Jihan. Aku penasaran dengan sahabatmu yang bernama Jihan. Ternyata aslinya lebih cantik ya," Puji Karina yang kini menatap Jihan dengan senyuman yang tidak pudar dari bibirnya.""Sahabat? Kenapa Septian ngenalin gue sebagai sahabat sama dia. Bukan

    Last Updated : 2021-09-15
  • Musuh Tapi Menikah   Bab 17

    "Ya Tuhan dimana dia? Lo kemana sih, Han? Harus kemana lagi gue cari lo, Jihan Aiyana. Lo dimana sekarang? maafkan gue karena udah bikin lo kecewa dan mungkin sakit hati," Batin Septian. Smbil sesekali mengusap kasar wajahnya."Tuan ini sudah larut malam saya harus pulang, kasihan anak istri saya sudah menunggu dirumah. Maaf tuan aku akan mengantar anda kembali ke hotel," Ucap sang sopir taksi itu."Tapi pak, bagaimana dengan istri saya? Dia belum ketemu. Saya takut terjadi sesuatu pada istri saya pak." Septian kini terlihat semakin khawatir karena belum juga menemukan Jihan."Semoga istri anda baik-baik saja tuan. Sebaiknya anda beristirahat dulu saja. Besok pagi-pagi saya jemput anda lagi kesini. Saya akan temani anda mencari istri anda sampai ketemu," Ucap Super taxsi itu. Septian pun tak bisa memaksa kehendaknya, dia pun kembali ke hotel dengan perasaan khawatirnya. Dia berharap Jihan s

    Last Updated : 2021-09-16

Latest chapter

  • Musuh Tapi Menikah   Exstra Part

    Tuh kan Zam, gerbangnya udah ditutup. Kamu sih!" Azzam memandang Zura dari kaca spion. Terlihat wajah gadis itu yang sangat menggemaskan saat dia sedang kesal seperti sekarang ini. "Udah nggak apa-apa. Cuma lima menit kok." Azzam turun dari motornya diikuti oleh Zura. Lalu dia men-standar kan motornya di depan gerbang, tanpa kata dia lalu menarik tangan Zura ke samping sekolah. "Kita mau kemana, Zam?" Tidak ada jawaban dari Azzam. Dia hanya menunjuk ke tembok samping sekolah yang tingginya hampir dua meter dan sudah ada tangga disana. "Maksudnya kita manjat?" "Iyalah, Emang kamu mau dihukum?" "Tapi Zam...." "Udah Ayo! Namish membimbing Zura untuk menaiki tembok itu. Zura terlihat sangat kesulitan saat ingin meloncat. Berbeda dengan Azzam yang sudah sampai dibawah. "Azzam, aku ta

  • Musuh Tapi Menikah   Exstra Part 6

    "Zam, kamu itu ngeyel banget sih! Kamu mau belajar sekarang atau aku pulang?" "Aku tinggal bilang ke opa kalau kamu nggak mau nge-lesin aku!" "Apa sih mau kamu, Zam?" Zura bertanya dengan mengacak-acak rambutnya. Wajahnya terlihat sangat frustasi. Bagaimana tidak? Semenjak pulang sekolah. Dia sudah duduk diruang tamu rumah Azzam. Tapi pemuda itu tidak sedikit pun mau membuka bukunya. Dan yang dia lakukan hanya memandangi wajah Zura saja. "Masakin aku ya? Janji deh habis ini mau belajar." Zura memutar bola matanya malas saat mendengar permintaan Azzam. Lalu dia pun beranjak dari duduknya dan berjalan menuju dapur dengan bibir yang tak henti mengucapkan sumpah serapah untuk Azzam. Sementara Azzam dia malah tersenyum senang melihat wajah kesal Zura. Azzam menyusul Zura ke dapur dan duduk di salah satu kursi yang tersedia di sana. Dia kembali memandangi Zura yang sibuk b

  • Musuh Tapi Menikah   Exstra Part 5

    "Lo kenapa diem aja?" Azzam bertanya. Yap, seseorang yang misterius tadi pagi adalah Azzam. Dan sekarang mereka kini berada ditaman kota. Entah apa tujuan Azzam mengajak Zura ke taman. "Hah? Apa, Zam?" Zura balik bertanya dengan gelagapan. Pasalnya Zura canggung disaat dia bersama dengan Azzam. lidahnya mendadak kelu. "Lo kenapa?" Tanya Azzam lagi. "Nggak apa-apa kok, oh iya ngapain kamu ngajak aku kesini?" Zura menjawab dengan pertanyaan. "Gue cuma mau ngasih tau kalo pacar lo itu nggak baik buat lo!" Azzam memandangi wajah Zura yang terlihat manis dengan kalung emas putih yang melingkari lehernya. Dan rambut hitamnya yang terurai. menambah kesan cantik untuk gadis itu. “Pacar? Maksud kamu siapa ya?” Tanya Zura dengan heran. Dia melupakan hal yang tadi malam dibicarakannya dengan Raga. kakaknya. “Itu yang sok kecakepan. Yang kerjaanya antar jemput

  • Musuh Tapi Menikah   Exstra Part 4

    "Loh itu bukannya Kak Rania ya, Kakak lo? Yah gue keduluan dong." Richi terlihat sedih. "Iya, tapi cowok yang bareng kak Rania itu. Pacarnya Zura." "Wah nggak bener tuh orang. Udah punya Zura juga masih aja ngembat calon gue." Richi yang juga menatap geram kearah Rania dan Raga. "Kali aja cuma temenan. Jangan berpikiran negatif dulu lah." Kali ini Dika yang berbicara. Dia paling dewasa diantara yang lainnya. "Kita tanya nanti aja waktu udah keluar. Disini malu kalau sampek ribut." Ujar Richi. Azzam semakin geram saat melihat Raga memasangkan jam tangan ke pergelangan tangan kakaknya. Rania. Azzam beranjak dari duduknya saat melihat pergerakan sepasang kekasih itu. Bugh! "Brengsek lo ya!" Raga tersungkur akibat pukulan

  • Musuh Tapi Menikah   Exstra Part 3

    "Ekhem." Raga dan Zura memoleh kearah suara orang yang mengganggu quality time keduanya. Dan Zura membulatkan matanya saat dihadapannya berdiri seorang Azzam Dengan senyuman manis meski seperti dipaksakan. "Hai." Sapa Azzam. Yang membuat Zura tersenyum kaku. "Boleh gue duduk disini?" Tanya Azzam. Zura hendak menjawab namun sudah lebih dulu dipotong oleh Raga. "Kenapa harus disini? Kan masih banyak tempat kosong yang ada disana." "Gue nanya sama, Zura bukan nanya lo." Azzam terlihat kesal dengan penolakan yang dilakuan Raga. Dan dengan santainya Azzam malah duduk di samping Zura. "Kenapa lo mau pacaran sama dia? Masih ganteng juga gue." Teja merutuk dalam hatinya. Bisa-bisanya Azzam bicara seperti itu dihadapan Raga yang Azzam ketahui adalah kekasih Zura. "Sebenarnya dia..." "Ya jelas dia pilih gue lah. Lo kan masih ingusan. Dan gue udah dewasa." Kalo masalah ganteng, lo ngaca deh sana. Masih gantengan gu

  • Musuh Tapi Menikah   Exstra Part 2

    Zura duduk dengan cemas di sofa ruang kepala sekolah. Setelah bel pulang sekolah tadi ada siswi yang mengatakan bahwa dia dipanggil bapak kepala sekolah untuk ke ruangannya. "Ada apa ya Pak? Apa saya membuat kesalahan?" "Apa kamu sudah lama mengenal, Azzam?" Tanya kepala sekolah itu dengan menatap ke arah Zura dengan intens. "Belum Pak, baru tadi pagi saat Azzam tidak sengaja menabrak saya." "Jangan terlalu formal, Nak. Panggil saja saya Opa seperti, Azzam." Zura pun tersenyum kikuk saat menanggapi ucapan Opa. Dia dibuat semakin bingung. "Begini Zura. Opa lihat kamu itu berbeda. Jadi bolehkah Opa meminta tolong padamu?" "Kalau saya bisa bantu pasti saya bantu Opa." "Sebenarnya Opa capek menasehati Cucu Opa itu. Dia itu keras kepala. Opa dan orang tua juga kakaknya sudah menyerah." "Maksud Opa gimana? Saya ng

  • Musuh Tapi Menikah   Exstra Part 1

    16 Tahun Kemudian Citttt!!! Seorang pemuda mengeram kesal di dalam mobilnya. Walau pun begitu dia keluar dari mobilnya setelah menabrak seseorang. "Lo gak apa-apa kan?" Tanya pemuda itu. Dengan membantu seorang gadis yang tanpa sengaja dia tabrak untuk berdiri. Gadis itu pun menatap pemuda itu karena merasa sedang ditatap olehnya, namun pemuda itu mengalihkan pandangannya dari sang gadis "Lo masih bisa jalan, kan?" Gadis itu menggelengkan kepalanya karena luka di lututnya terasa sangat perih. Dia pun sesekali meringis. "Hei, Apa yang kamu lakukan?" Teriak gadis itu. "Diamlah!" Pemuda itu mendudukan gadis itu di kursi samping kemudi dan menatapnya. "Kita mau kemana?" "Nama lo, siapa?" Bukannya menjawab. Pemuda itu malah balik bertanya. "Zura." Gadis itu menjawab dengan sedikit meringis. "Lo, mau kemana?" "Sek

  • Musuh Tapi Menikah   Part 96 - SAGARA dan NAIRA

    5 Tahun Kemudian "Papa...!"Seru seorang bocah laki-laki sambil berlari. "Hap, jagoan Papa." Gara pun langsung menangkap tubuh mungil yang berlari kearahnya sambil tertawa. "Dede Raga tunggu Kakak dong! Kok ditinggal sih," Teriak gadis kecil berumur sekitar 8 tahun itu. "Kak Nala lama sih. Jadi Laga tinggal aja. Papa, Laga kangen." "Iya sayang Papa juga kangen sama Abang. Tapi jangan lari-lari dong sayang, kasihan Kak Nara nya ngejar-ngejar kamu tuh cape," Ucap Gara. Yang kini melihat Nara tengah terengah-engah karena mengejar Raga. "Mama mana, Bang? " Tanya Gara pada putranya. "Kak Nala. Lihat Mama nggak?" Bukan menjawab Raga malah balik bertanya pada Nara. "Tante lagi dikamar Om. Katanya dari tadi perutnya mules terus, Jangan-jangan mau lahiran Om Tante nya," Jawab Nara. "Hah, Lahiran! Ya udah Abang main sama kak Nara dulu ya. Papa mau ke kamar lihat Mama dulu takut adi

  • Musuh Tapi Menikah   Bab 95 - SAGARA dan NAIRA

    Seperti apa yang Naira katakan. Kini mereka pun berkunjung ke rumah mama Jihan. Seperti biasa Maura pun sudah datang dari pagi untuk menyambut cucu kesayanganya itu. Karena memang Naira memberi tahukan kalau dia akan berkunjung ke rumah Jihan. Nara pun tak mau kalah dia malah menginap dari semalam karena tidak mau terlambat untuk menyembut baby Raga. Semenjak Naira dan Gara pindah ke rumahnya sendiri satu bulan yang lalu. Naira dan Gara harus bisa membagi waktu untuk mempertemukan Raga dengan kedua neneknya. "I'm Coming Kak Nara, Kakek, Nenek Aunti Nindy. Raga udah datang nih," Naira berseru membuat Raga kini tertawa saat melihat Nara kakaknya berseru memanggil nama Raga. Sambil berlari kearahnya. "Yeay baby Laga udah datang," Seru Nara. Dengan hebohnya membuat Gara dan Naira tertawa melihat respon Nara yang begitu sangat antusias. "Hay kakak Nara," Sapa Naira. Lalu dia mengecup pipi Nara dan men

DMCA.com Protection Status