Share

Bab 8

Author: Mia Ananta
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Sayang, mana Jihan?" Tanya Angga yang baru saja pulang dari kantor.

"Dia lagi kerumah Aleta, Mas. Tadi aku suruh nganterin kue, tapi tadi dia telepon katanya mau sekalian makan malam disana," Sahut Sabrina sambil menyiapkan makanan untuk suaminya, Angga. 

"Rumah ini sepi ya kalau Jihan gak ada," Ucap Angga sambil duduk dikursi meja makan. 

"Iya, apalagi kalau nanti Jihan sudah menikah. Pasti kita akan sangat kesepian," Sambung Sabrina. Sambil menuangkan makanan kepiring milik suaminya itu. 

"Sayang, gimana kalau kita buat lagi biar ada yang gantiin Jihan. Tapi kali ini harus laki-laki biar gak ninggalin kita kayak Jihan," Goda Angga. Dengan seringai nakalnya

"Ah kamu ini, ada-ada saja sih mas," Ucap Sabrina, namun kali ini tidak membalas godaan Angga, dia hanya tersenyum. 

"Tapi mau kan sayang?" Tanya Angga kali dengan serius. Dan lagi-lagi Sabrina hanya membalas dengan senyuman pada Suaminya.

 *****

"Wah Tante makanannya sangat lezat. Makasih buat makan malamnya ya Tan. Jihan sangat suka," Ucap Jihan. Seraya tersenyum manis pada Aleta. 

"Ya iya lah suka, secara makanannya gratis!" Ketus Septian. Lalu dia meneguk air minumnya dan setelah itu dia pergi ke ruang televisi untuk bersantai. 

"Tian! Kamu gak boleh ngomong kayak gitu ah. Udah ya sayang jangan didengerin omongan Tian, dia emang suka seenaknya kalau ngomong." 

Aleta mencoba menghibur Jihan agar gadis itu tidak sedih.

"Nggak apa-apa kok Tante. Jihan udah  biasa denger Tian ngomong ketus kayak gitu ke Jihan. Oh ya piring kotornya biar Jihan bantu bereskan ya Tan."

"Wah, wah, udah siap jadi menantu tuh Bun, " Goda Kiara sambil terkekeh. 

"Kia apaan sih."

Entah kenapa Jihan kini tersipu malu, saat mendengar godaan dari Kiara. 

Melihat wajah merona Jihan karena godaan Kiara. Membuat Aleta, Kiara dan Reno tertawa lepas, dan itu membuat Jihan semakin malu lalu dia pun bergegas pergi ke dapur dengan membawa piring kotor. Melihat itu Aleta pun menyusul dengan membawa tempat bekas makanan.

"Septian, kamu antar pulang Jihan ya, tidak ada penolakan! Ayah tidak mau kalau calon menantu Ayah kenapa-napa nanti dijalan kalau pulang sendirian," Ucap Reno yang kini sudah duduk di samping Septian. Dia mengambil alih remote televisi dan memindahkannya ke channel favoritnya. 

"Emang Tian mau gitu nikah sama dia, Ayah gak tahu sih tuh cewek kalau tidur kayak kebo," Ujar Septian yang kini mulai terlihat kesal. 

"Ayah gak mau tau Tian! Pokoknya apa pun yang terjadi, kamu harus tetap nikah sama Jihan! Itu udah harga mati gak bisa diganggu gugat mengerti kamu!" Tegas Reno pada sang putra.

"Kok Ayah maksa banget sih?! Kalau anak gak mau jangan dipaksa dong, Yah."

"Ayah tau rahasia kamu loh Yan. Ayah yakin kamu pasti berterima kasih sama Ayah nanti setelah kamu nikah sama Jihan. Dari pada nanti Jihan di ambil orang dan Ayah yakin, kamu akan galau kalau itu sampai terjadi," bisik Reno. Membuat Septian berdecak sebal karena merasa sangat kesal pada ayahnya. 

Meski dia tidak tahu, sebenarnya apa maksud ayahnya itu tentang rahasia dirinya.

"Tian heran deh, Ayah sama Bunda tuh Kalau ada si Jihan. Tian kayak di anak tirikan! Sebenarnya yang anaknya tuh Tian apa si Jihan sih, Yah? Ini lagi orang gak mau nikah sama dia, malah dipaksa," Protes Septian yang memang terlihat sudah kesal pada sang Ayah.

"Makannya, mau ya cepet-cepet nikah sama Jihan?! Terus kasih Ayah sama Bunda, Cucu. Biar kamu gak di anak tirikan, pokoknya gak ada calon mantu lain! Sudah kami putuskan Jihan yang akan jadi menantu kelurga Wijaya, tidak ada penolakan!" Reno kembali berkata dengan tegas.

"Iya betul itu. Tidak ada penolakan cuma Jihan yang akan menjadi menantu keluarga Wijaya. Bunda jadi gak sabar deh pengen nimang cucu dari kalian," Sambung Aleta yang ikut gabung bersama Suami dan putranya diikuti oleh Jihan dan Kiara. 

"Ayo, lo mau pulang gak? Gue mau tidur nih udah ngantuk!" Ketus Septian yang kini sudah memegang kunci mobilnya. 

"Tian kok gitu sih! Bunda kan masih pengen ngobrol sama Jihan. Baru juga jam berapa, ini masih sore," protes Aleta yang kini menatap putranya dengan tatapan tajam. 

"Tian bosen Bun. Denger kalian ngomongin itu mulu. Mau pulang gak lo?! Kalau gak, gue mau tidur nih." 

"Iya, iya, mau. Ya udah Jihan pamit pulang dulu ya Tan, Om."

Karena tidak ingin melihat Septian terus berdebat dengan ibunya karena dirinya. Jihan pun akhirnya pamit pada Aleta dan Reno juga Kiara. 

"Ya sudah kalau gitu, sering-sering main kesini ya sayang," Ucap Aleta sambil tersenyum. Lalu Jihan pun menyusul Septian yang pergi lebih dulu. Tanpa menunggu acara pamitan Jihan pada kedua orangtuanya dan juga adiknya. 

"Kalau Kak Tian berbuat yang macam-macam sama Kakak ipar.  Pukul aja pake sandal Kak!" Seru Kiara. Membuat Jihan terkekeh karena mendengar ucapan Kiara.

"Seneng ya lo! keluarga gue pada belain lo?"

"Eng-enggak kok. Kata siapa biasa aja sih gue," Bantah Jihan padahal dalam hatinya merasa sangat senang karena keluarga Septian menyayanginya.

"Udah masuk lo! Kalau gak..., gue gak akan anterin lo pulang." Jihan hanya mengangguk lalu masuk kedalam mobil.

******

Jihan dan Septian kini sudah berada didalam mobil. Namun, kini hanya ada keheningan di dalam mobil itu. Sesekali Septian melirik ke arah Jihan kadang ia menyunggingkan senyumnya karena baru kali ini dia bisa satu mobil dengan Jihan. 

"Nyetirnya yang konsen dong, gue tahu gue cantik tapi gak usah segitunya kali liatin gue nya. Nanti kalau ada apa-apa gimana? Mana gue belun nikah lagi. Inces kan pengen nikah sama pangeran impian Inces," Ucap Jihan dengan gaya alaynya. 

"Berisik lo! Dan kalau ngomong bisa gak kalau gak lebay kayak gitu? Ilfil gue lihat dan bikin sakit kuping gue dengerinnya," Ucap Septian sambil menatap lurus ke depan karena sedang menyetir. 

"Ah bodo ah. Emang inces pikirin," sahut Jihan. Lalu menatap keluar jendela mobil yg ada di sampingnya.

"Lebay banget sih lo!" Ketus Septian yang kini mulai konsen lagi menyetir mobilnya. 

Dan kini kembali hanya ada keheningan di dalam mobil. Tak lama akhirnya Mereka pun sampai dirumah Jihan. Septian pun menghentikan mobilnya. 

"Udah sampai."

Septian pun kini menghentikan mobilnya tepat di depan halaman rumah Jihan. 

"Hah udah sampe ya? Kok cepet banget." 

"Lo tidur dari tadi. Dasar princess kebo tukang molor," Cibir Septian. membuat Jihan mendelik kearah Septian. 

"Iihh...! Curut mah gak lucu ah. Masa cantik-cantik gini dibilang princess kebo sih!"

Jihan tidak terima dengan apa yang Septian katakan. Sambil melipat kedua tangan didadanya dan mengerucutkan bibirnya dia menatap tajam ke arah Septian. 

"Hahaha..., lo kalau udah cemberut kayak gitu sexsi tau gak. Pengen gue cium ya lo ampe segitunya natap gue! Udah sono turun sebelum gue cium lo secara paksa," Ucap Septian menggoda Jihan. Kini Jihan langsung buru-buru turun dari mobil Septian, karena tidak ingin sampai apa yang Septian katakan benar-benar dia lakukan. 

"Tian. Lo gak mampir dulu?" Tanya Jihan dengan senyuman khasnya. 

"Apa lo bilang barusan? Gue gak denger," Ujar Septian. 

"Ckck...! Sayang banget ganteng-ganteng tapi budeg," gumam Jihan sambil menggelengkan kepalanya. 

"Lo baru sadar ya, kalau gue ganteng? Gue udh ganteng dari orok kali, tapi gue gak budeg ya! Suara lo aja yg kekecilan volumenya. Padahal udah makan banyak juga," Ucap Septian. membanggakan dirinya, dan terus mengolok-olok Jihan. 

"Udah ah Inces cape ngeladenin Curut kayak lo. Jadi gimana Tian mau mampir gak? Mumpung gue lagi baik nih," ucap Jihan lalu kembali tersenyum. 

"uuhh..., manisnya. Ternyata lo bisa juga ya ngomong manis. Jadi terharu gue dengernya, tapi makasih deh lain kali aja mampirnya, soalnya ini udah malem jadi takut kesiangan gue besok. Lagi pula gue juga udah ngantuk banget nih," Ucap Septian.

"Hahaha ternyata Prince Curut disiplin juga yah," Ledek Jihan sambil tertawa. 

"Iya dong Princess curut," Bukan tersinggung Septian malah membalas ledekan Jihan sambil tertawa.

"What! No..., Gue gak mau ya jadi Princess Curut."

"Biasa aja kali No nya. jangan kayak gitu," Ujar Septian yg kini terkekeh geli karena melihat tingkah Jihan yang kini entah mengapa begitu terlihat menggemaskan baginya.

"Bodo amat. Sono lo pulang!" Usir Jihan. Lalu menatap Septian.

"Tadi ngajakin mampir, sekarang ngusir nyuruh gue pergi. Lo labil banget deh," Ucap Septian. Lalu kembali tertawa. Membuat Jihan semakin kesal.

"Septian...! Pergi lo sana Curut...!" Teriak Jihan yang semakin geram pada Septian. 

"Iihh..., atut ada princess curut ngamuk. pergi dulu ah bye princess curut," Ucap Septian lalu melajukan mobilnya. Meninggalkan Jihan yang masih kesal karena ulah Septian.

"Iihh..., sebel deh sebel. Masa inces yg cantik jelita kayak gini dikatain princess curut sih, gak banget deh si curut."

Setelah mengatakan itu. Jihan pun langsung memasuki rumahnya. 

"Mah, Pah. Kalian udah tidur ya? Kok sepi banget sih rumah, iihh..., jadi atut ah. mendingan masuk kamar aja deh." Lalu Jihan pun sedikit berlari menuju kamarnya.

Sementara itu Septian yg sudah berada di kamarnya, sedang berbaring dikasur empuk miliknya. Kini dia menatap kearah kamar mandi sambil tersenyum, lalu dia memejamkan matanya dengan senyuman yang merekah dibibir tipisnya. 

Sedang Jihan kini dia baru saja keluar dari kamar mandi, karena baru selesai membersihkan dirinya. Lalu kini Jihan pun berbaring ditempat tidurnya. 

"Aahh..., rasanya nyaman sekali." 

Lalu Jihan pun kini mulai memejamkan matanya dan tiba-tiba dia pun tersenyum entah apa yang sedang dia pikirkan.

Related chapters

  • Musuh Tapi Menikah   Bab 9

    Septian dan Jihan tampak terburu-buru menuju rumah sakit. Mereka baru saja mendengar bahwa nenek Septian masuk rumah sakit dan karena Jihan juga sangat dekat dengan Nenek Septian. Jadi dia juga merasa sangat khawatir dan ikut menjenguk sang nenek. Karena kebetulan nenek Septian juga ingin bertemu dengan Jihan. Membuat Jihan langsung setuju saat Septian mengatakan kalau neneknya ingin bertemu Jihan.Kini Jihan dan Septian pun sejenak melupakan perdebatan mereka lalu akhirnya mereka pun menuju ke rumah sakit bersama-bersama, setelah sampai dirumah sakit mereka bingung karena tidak tahu harus mencari kamar rawat sang nenek . Karena kedua orang tua Septian tidak memberi tahukan di ruangan mana sang nenek dirawat."Lo tanya sono sama resepsionisnya dari pada kita kayak orang bego, celingak celinguk gak jelas kayak gini," Ucap Jihan."Lo nyuruh gue?!" Septian menunjuk dirinya sendiri."Males ah. Ini bunda sama ayah juga kenapa lagi handphoneny

  • Musuh Tapi Menikah   Bab 10

    Sepulang dari pemakaman, Jihan pun kini berpamitan pada kedua orang tuanya. Karena dia harus ikut bersama suaminya. Mau tidak mau Sabrina dan Angga pun harus melepaskan putri semata wayangnya untuk ikut bersama keluarga barunya, meski sedih mereka pun harus ikhlas, lagi pula itu keinginan mereka, dan mereka pun masih bisa bertemu jika mereka saling merindukan.Setelah sampai dirumah keluarga Wijaya. Acara tahlilan pun akan dilakukan malam harinya, karena melihat Septian dan Jihan yang kelelahan. Aleta pun menyuruh mereka untuk beristirahat lebih dulu. Agar saat acara tahlilan nenek Sarah. Mereka nanti sudah sedikit lebih segar.Sesampainya dikamar Septian. Kini hanya ada keheningan diantara Septian dan Jihan. Kini Jihan memilih duduk dikursi meja rias untuk membuka perhiasaan dan juga menghapus riasannya. Sedangkan Septian dia memilih duduk disofa sambil menyandarkan kepalanya di sandaran sofa dan memejamkan matanya, karena dia memang merasa sangat lelah.

  • Musuh Tapi Menikah   Bab 11

    Jihan baru saja sampai dikampus, dia sadar kalau kini statusnya adalah seorang istri, dan dia harus bisa menjaga rahasia jangan sampai anak-anak kampus tau tentang status barunya, dia celingak celinguk memastikan bahwa belum ada orang dikelasnya.Namun, saat dia berjalan untuk masuk ke kelasnya, tidak sengaja Jihan menabrak seorang gadis yang tidak dia lihat di dekat pintu, karena tadi dia masuk terburu-buru."Aww...," Pekik gadis itu sambil memegangi bahunya."Ups, Maaf nona aku tidak sengaja," Ucap Jihan. Meringis karena merasa tidak enak pada gadis itu. lalu kini menatap gadis itu."Mahasiswa baru ya?" Tanya Jihan. karena merasa asing dengan wajah gadis itu dan dia belum pernah melihat dikampusnya, apalagi dikelasnya."Iya, kenalkan namaku Sandra Angelina," Ucap gadis itu yang ternyata bernama Sandra Angelina."Jihan Aiyana, panggil aja Jihan," Sahut Jihan singkat.

  • Musuh Tapi Menikah   Bab 12

    "Mas. Udah dapat tiket honeymoonnya belum? Buat mereka harus paket lengkap yang romantis loh! Aku udah gak sabar pengen ngirim mereka ke Paris," Ucap Aleta yang kini sudah duduk disamping Reno dengan senyuman manisnya."Tentu dong sayang, nanti rencananya pas habis makan malam, Mas bakalan kasih ke mereka berdua, dan besok mereka harus berangkat kesana. Soal kuliah mereka, Mas dan Angga akan memintakan izin supaya pihak kampus tidak curiga, kasihan juga putri dan putra kita kalau nanti sepulang bulan madu diledekin sama teman-teman kampus mereka, biar mereka yang jujur sendiri pada teman-temannya, kalau mereka sudah menikah," Ucap Reno yang dijawab anggukan oleh Aleta.Sementara itu dikamar. Kini Jihan tengah duduk dikursi meja rias, sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk untuk mengeringkan rambutnya, Septian yang baru saja datang pun hanya menatap Jihan dengan tatapan yang tak berkedip."Lo sangat cantik da

  • Musuh Tapi Menikah   Bab 13

    Jihan dan Septian kini tampak sedang mempacking baju mereka tapi dlm koper masing-masing. Namun, sesekali Jihan nampak berpikir, dia seperti sedang memikirkan sesuatu."Jangan lupa bawa sweater atau jaket tebal, takutnya disana musim dingin," Ucap Septian. Yang kini sedang memasukan jaket dan beberapa sweater miliknya."Oh ya, gue lagi mikir nih, apalagi yang harus gue bawa, untung lo ngasih tau Sep. gue hampir aja lupa," Ucap Jihan lalu mengambil beberapa sweater tebal karena dia tidak memiliki jaket tebal hanya jaket tipis itu pun model blazer.Satu jam kemudian Septian dan Jihan pun sudah selesai packing baju dan perlengkapan lainnya, kini mereka sudah siap. Namun, mereka kembali mengecek barang yang mereka akan bawa. Tiba-tiba Aleta datang dan memberi tahu kalau ayahnya sudah siap untuk mengantar mereka ke bandara.Bagaimana apa kalian sudah siap dan perlengkapan kalian sudah tidak ada yang tertinggal? Kalau sudah siap semua, ayah ka

  • Musuh Tapi Menikah   Bab 14

    Kini Jihan dan Septian juga Reno sudah sampai di bandara. penerbangan menuju Paris pun akan segera lepas landas. Jihan dan Septian pun pamit pada Reno dan segera memberikan tiket pesawat pada petugas lalu mereka berdua pun menaiki pesawat setelah diperiksa pasportnya, semetara Reno kini dia pun meninggalkan bandara menuju kantornya. Setelah memastikan Jihan dan Septian benar-benar pergi ke Paris.Beberapa jam kemudian Jihan dan Septian pun sudah sampai di bandara internasional di Paris, mereka pun menaiki taksi menuju alamat hotel yang diberikan oleh ayahnya. sesampainya disana Septian dan jihan disambut dengan baik oleh pelayan hotel mereka terlihat sangat Ramah. lalu Septian dan Jihan diantarkan ke kamar hotel yang sudah dihias dengan indah seperti kamar pengantin yang terlihat romantis."Silahkan nyonya, tuan selamat bersenang-senang dan semoga kalian suka dekorasi kamarnya," Ucap Pelayan itu, membuat Jihan dan Septian bingung karena para pelayan menyambutnya

  • Musuh Tapi Menikah   Bab 15

    Dengan tawa yang Jihan tahan. Dia terus menggoda Septian. Jihan pun kini semakin mendekatkan dirinya pada Septian. Membuat Septian jadi semakin gugup dan berusaha mengalihkan pandangannya dari Jihan. Sebagai seorang pria normal bisakah dia menahan godaan Jihan. Hahahaha lihat expresi wajah lo, lucu banget ya ternyata kalau lagi gugup kayak gitu, ayolah Curut ngaku aja, lo pasti tergoda kan? Dasar Curut Empang, sok-sokan gak tergoda padahal..., tergoda kan lo. Dasar munafik lo jadi cowok!" Ketus Jihan sambil berjalan kearah Kopernya dan mengambil baju ganti. Sedangkan Septian, dia hanya bisa mengelus tengkuknya karena dia merasa malu pada Jihan yang telah melihatnya gugup seperti tadi. Setelah mengambil bajunya, Jihan pun kembali kekamar mandi untuk memakai bajunya disana.Tak lama Jihan keluar dengan mengenakan sweater tebalnya, lalu mengambil sebuah tas kecil miliknya, Septian yang melihat Jihan sudah

  • Musuh Tapi Menikah   Bab 16

    Septian, Jihan. Kalian disini?"Panggil seseorang yang kini menghampiri mereka berdua. Lalu Septian dan Jihan pun menoleh ke arah suara itu, Septian tersenyum saat melihat sosok gadis yang kini ada dihadapannya.Semetara Jihan dia masih bingung dan bertanya-tanya tentang gadis yang kini berdiri dihadapannya dengan senyuman manisnya."Karina. Kapan kamu sampai disini?" Tanya Septian terlihat senang, sampai-sampai dia pun melepaskan genggaman tangannya pada Jihan. membuat Jihan semakin bingung dan mulai merasa Penasaran sekaligus kecewa dengan sikap Septian."Baru aja datang kok. Aku buru-buru dari New York kesini karena ingin bertemu kamu dan Jihan. Aku penasaran dengan sahabatmu yang bernama Jihan. Ternyata aslinya lebih cantik ya," Puji Karina yang kini menatap Jihan dengan senyuman yang tidak pudar dari bibirnya.""Sahabat? Kenapa Septian ngenalin gue sebagai sahabat sama dia. Bukan

Latest chapter

  • Musuh Tapi Menikah   Exstra Part

    Tuh kan Zam, gerbangnya udah ditutup. Kamu sih!" Azzam memandang Zura dari kaca spion. Terlihat wajah gadis itu yang sangat menggemaskan saat dia sedang kesal seperti sekarang ini. "Udah nggak apa-apa. Cuma lima menit kok." Azzam turun dari motornya diikuti oleh Zura. Lalu dia men-standar kan motornya di depan gerbang, tanpa kata dia lalu menarik tangan Zura ke samping sekolah. "Kita mau kemana, Zam?" Tidak ada jawaban dari Azzam. Dia hanya menunjuk ke tembok samping sekolah yang tingginya hampir dua meter dan sudah ada tangga disana. "Maksudnya kita manjat?" "Iyalah, Emang kamu mau dihukum?" "Tapi Zam...." "Udah Ayo! Namish membimbing Zura untuk menaiki tembok itu. Zura terlihat sangat kesulitan saat ingin meloncat. Berbeda dengan Azzam yang sudah sampai dibawah. "Azzam, aku ta

  • Musuh Tapi Menikah   Exstra Part 6

    "Zam, kamu itu ngeyel banget sih! Kamu mau belajar sekarang atau aku pulang?" "Aku tinggal bilang ke opa kalau kamu nggak mau nge-lesin aku!" "Apa sih mau kamu, Zam?" Zura bertanya dengan mengacak-acak rambutnya. Wajahnya terlihat sangat frustasi. Bagaimana tidak? Semenjak pulang sekolah. Dia sudah duduk diruang tamu rumah Azzam. Tapi pemuda itu tidak sedikit pun mau membuka bukunya. Dan yang dia lakukan hanya memandangi wajah Zura saja. "Masakin aku ya? Janji deh habis ini mau belajar." Zura memutar bola matanya malas saat mendengar permintaan Azzam. Lalu dia pun beranjak dari duduknya dan berjalan menuju dapur dengan bibir yang tak henti mengucapkan sumpah serapah untuk Azzam. Sementara Azzam dia malah tersenyum senang melihat wajah kesal Zura. Azzam menyusul Zura ke dapur dan duduk di salah satu kursi yang tersedia di sana. Dia kembali memandangi Zura yang sibuk b

  • Musuh Tapi Menikah   Exstra Part 5

    "Lo kenapa diem aja?" Azzam bertanya. Yap, seseorang yang misterius tadi pagi adalah Azzam. Dan sekarang mereka kini berada ditaman kota. Entah apa tujuan Azzam mengajak Zura ke taman. "Hah? Apa, Zam?" Zura balik bertanya dengan gelagapan. Pasalnya Zura canggung disaat dia bersama dengan Azzam. lidahnya mendadak kelu. "Lo kenapa?" Tanya Azzam lagi. "Nggak apa-apa kok, oh iya ngapain kamu ngajak aku kesini?" Zura menjawab dengan pertanyaan. "Gue cuma mau ngasih tau kalo pacar lo itu nggak baik buat lo!" Azzam memandangi wajah Zura yang terlihat manis dengan kalung emas putih yang melingkari lehernya. Dan rambut hitamnya yang terurai. menambah kesan cantik untuk gadis itu. “Pacar? Maksud kamu siapa ya?” Tanya Zura dengan heran. Dia melupakan hal yang tadi malam dibicarakannya dengan Raga. kakaknya. “Itu yang sok kecakepan. Yang kerjaanya antar jemput

  • Musuh Tapi Menikah   Exstra Part 4

    "Loh itu bukannya Kak Rania ya, Kakak lo? Yah gue keduluan dong." Richi terlihat sedih. "Iya, tapi cowok yang bareng kak Rania itu. Pacarnya Zura." "Wah nggak bener tuh orang. Udah punya Zura juga masih aja ngembat calon gue." Richi yang juga menatap geram kearah Rania dan Raga. "Kali aja cuma temenan. Jangan berpikiran negatif dulu lah." Kali ini Dika yang berbicara. Dia paling dewasa diantara yang lainnya. "Kita tanya nanti aja waktu udah keluar. Disini malu kalau sampek ribut." Ujar Richi. Azzam semakin geram saat melihat Raga memasangkan jam tangan ke pergelangan tangan kakaknya. Rania. Azzam beranjak dari duduknya saat melihat pergerakan sepasang kekasih itu. Bugh! "Brengsek lo ya!" Raga tersungkur akibat pukulan

  • Musuh Tapi Menikah   Exstra Part 3

    "Ekhem." Raga dan Zura memoleh kearah suara orang yang mengganggu quality time keduanya. Dan Zura membulatkan matanya saat dihadapannya berdiri seorang Azzam Dengan senyuman manis meski seperti dipaksakan. "Hai." Sapa Azzam. Yang membuat Zura tersenyum kaku. "Boleh gue duduk disini?" Tanya Azzam. Zura hendak menjawab namun sudah lebih dulu dipotong oleh Raga. "Kenapa harus disini? Kan masih banyak tempat kosong yang ada disana." "Gue nanya sama, Zura bukan nanya lo." Azzam terlihat kesal dengan penolakan yang dilakuan Raga. Dan dengan santainya Azzam malah duduk di samping Zura. "Kenapa lo mau pacaran sama dia? Masih ganteng juga gue." Teja merutuk dalam hatinya. Bisa-bisanya Azzam bicara seperti itu dihadapan Raga yang Azzam ketahui adalah kekasih Zura. "Sebenarnya dia..." "Ya jelas dia pilih gue lah. Lo kan masih ingusan. Dan gue udah dewasa." Kalo masalah ganteng, lo ngaca deh sana. Masih gantengan gu

  • Musuh Tapi Menikah   Exstra Part 2

    Zura duduk dengan cemas di sofa ruang kepala sekolah. Setelah bel pulang sekolah tadi ada siswi yang mengatakan bahwa dia dipanggil bapak kepala sekolah untuk ke ruangannya. "Ada apa ya Pak? Apa saya membuat kesalahan?" "Apa kamu sudah lama mengenal, Azzam?" Tanya kepala sekolah itu dengan menatap ke arah Zura dengan intens. "Belum Pak, baru tadi pagi saat Azzam tidak sengaja menabrak saya." "Jangan terlalu formal, Nak. Panggil saja saya Opa seperti, Azzam." Zura pun tersenyum kikuk saat menanggapi ucapan Opa. Dia dibuat semakin bingung. "Begini Zura. Opa lihat kamu itu berbeda. Jadi bolehkah Opa meminta tolong padamu?" "Kalau saya bisa bantu pasti saya bantu Opa." "Sebenarnya Opa capek menasehati Cucu Opa itu. Dia itu keras kepala. Opa dan orang tua juga kakaknya sudah menyerah." "Maksud Opa gimana? Saya ng

  • Musuh Tapi Menikah   Exstra Part 1

    16 Tahun Kemudian Citttt!!! Seorang pemuda mengeram kesal di dalam mobilnya. Walau pun begitu dia keluar dari mobilnya setelah menabrak seseorang. "Lo gak apa-apa kan?" Tanya pemuda itu. Dengan membantu seorang gadis yang tanpa sengaja dia tabrak untuk berdiri. Gadis itu pun menatap pemuda itu karena merasa sedang ditatap olehnya, namun pemuda itu mengalihkan pandangannya dari sang gadis "Lo masih bisa jalan, kan?" Gadis itu menggelengkan kepalanya karena luka di lututnya terasa sangat perih. Dia pun sesekali meringis. "Hei, Apa yang kamu lakukan?" Teriak gadis itu. "Diamlah!" Pemuda itu mendudukan gadis itu di kursi samping kemudi dan menatapnya. "Kita mau kemana?" "Nama lo, siapa?" Bukannya menjawab. Pemuda itu malah balik bertanya. "Zura." Gadis itu menjawab dengan sedikit meringis. "Lo, mau kemana?" "Sek

  • Musuh Tapi Menikah   Part 96 - SAGARA dan NAIRA

    5 Tahun Kemudian "Papa...!"Seru seorang bocah laki-laki sambil berlari. "Hap, jagoan Papa." Gara pun langsung menangkap tubuh mungil yang berlari kearahnya sambil tertawa. "Dede Raga tunggu Kakak dong! Kok ditinggal sih," Teriak gadis kecil berumur sekitar 8 tahun itu. "Kak Nala lama sih. Jadi Laga tinggal aja. Papa, Laga kangen." "Iya sayang Papa juga kangen sama Abang. Tapi jangan lari-lari dong sayang, kasihan Kak Nara nya ngejar-ngejar kamu tuh cape," Ucap Gara. Yang kini melihat Nara tengah terengah-engah karena mengejar Raga. "Mama mana, Bang? " Tanya Gara pada putranya. "Kak Nala. Lihat Mama nggak?" Bukan menjawab Raga malah balik bertanya pada Nara. "Tante lagi dikamar Om. Katanya dari tadi perutnya mules terus, Jangan-jangan mau lahiran Om Tante nya," Jawab Nara. "Hah, Lahiran! Ya udah Abang main sama kak Nara dulu ya. Papa mau ke kamar lihat Mama dulu takut adi

  • Musuh Tapi Menikah   Bab 95 - SAGARA dan NAIRA

    Seperti apa yang Naira katakan. Kini mereka pun berkunjung ke rumah mama Jihan. Seperti biasa Maura pun sudah datang dari pagi untuk menyambut cucu kesayanganya itu. Karena memang Naira memberi tahukan kalau dia akan berkunjung ke rumah Jihan. Nara pun tak mau kalah dia malah menginap dari semalam karena tidak mau terlambat untuk menyembut baby Raga. Semenjak Naira dan Gara pindah ke rumahnya sendiri satu bulan yang lalu. Naira dan Gara harus bisa membagi waktu untuk mempertemukan Raga dengan kedua neneknya. "I'm Coming Kak Nara, Kakek, Nenek Aunti Nindy. Raga udah datang nih," Naira berseru membuat Raga kini tertawa saat melihat Nara kakaknya berseru memanggil nama Raga. Sambil berlari kearahnya. "Yeay baby Laga udah datang," Seru Nara. Dengan hebohnya membuat Gara dan Naira tertawa melihat respon Nara yang begitu sangat antusias. "Hay kakak Nara," Sapa Naira. Lalu dia mengecup pipi Nara dan men

DMCA.com Protection Status