Share

Bab 10

Author: Mia Ananta
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sepulang dari pemakaman, Jihan pun kini berpamitan pada kedua orang tuanya. Karena dia harus ikut bersama suaminya. Mau tidak mau Sabrina dan Angga pun harus melepaskan putri semata wayangnya untuk ikut bersama keluarga barunya, meski sedih mereka pun harus ikhlas, lagi pula itu keinginan mereka, dan mereka pun masih bisa bertemu jika mereka saling merindukan.

Setelah sampai dirumah keluarga Wijaya. Acara tahlilan pun akan dilakukan malam harinya, karena melihat Septian dan Jihan yang kelelahan. Aleta pun menyuruh mereka untuk beristirahat lebih dulu. Agar saat acara tahlilan nenek Sarah. Mereka nanti sudah sedikit lebih segar. 

Sesampainya dikamar Septian. Kini hanya ada keheningan diantara Septian dan Jihan. Kini Jihan memilih duduk dikursi meja rias untuk membuka perhiasaan dan juga menghapus riasannya. Sedangkan Septian dia memilih duduk disofa sambil menyandarkan kepalanya di sandaran sofa dan memejamkan matanya, karena dia memang merasa sangat lelah. 

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Musuh Tapi Menikah   Bab 11

    Jihan baru saja sampai dikampus, dia sadar kalau kini statusnya adalah seorang istri, dan dia harus bisa menjaga rahasia jangan sampai anak-anak kampus tau tentang status barunya, dia celingak celinguk memastikan bahwa belum ada orang dikelasnya.Namun, saat dia berjalan untuk masuk ke kelasnya, tidak sengaja Jihan menabrak seorang gadis yang tidak dia lihat di dekat pintu, karena tadi dia masuk terburu-buru."Aww...," Pekik gadis itu sambil memegangi bahunya."Ups, Maaf nona aku tidak sengaja," Ucap Jihan. Meringis karena merasa tidak enak pada gadis itu. lalu kini menatap gadis itu."Mahasiswa baru ya?" Tanya Jihan. karena merasa asing dengan wajah gadis itu dan dia belum pernah melihat dikampusnya, apalagi dikelasnya."Iya, kenalkan namaku Sandra Angelina," Ucap gadis itu yang ternyata bernama Sandra Angelina."Jihan Aiyana, panggil aja Jihan," Sahut Jihan singkat.

  • Musuh Tapi Menikah   Bab 12

    "Mas. Udah dapat tiket honeymoonnya belum? Buat mereka harus paket lengkap yang romantis loh! Aku udah gak sabar pengen ngirim mereka ke Paris," Ucap Aleta yang kini sudah duduk disamping Reno dengan senyuman manisnya."Tentu dong sayang, nanti rencananya pas habis makan malam, Mas bakalan kasih ke mereka berdua, dan besok mereka harus berangkat kesana. Soal kuliah mereka, Mas dan Angga akan memintakan izin supaya pihak kampus tidak curiga, kasihan juga putri dan putra kita kalau nanti sepulang bulan madu diledekin sama teman-teman kampus mereka, biar mereka yang jujur sendiri pada teman-temannya, kalau mereka sudah menikah," Ucap Reno yang dijawab anggukan oleh Aleta.Sementara itu dikamar. Kini Jihan tengah duduk dikursi meja rias, sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk untuk mengeringkan rambutnya, Septian yang baru saja datang pun hanya menatap Jihan dengan tatapan yang tak berkedip."Lo sangat cantik da

  • Musuh Tapi Menikah   Bab 13

    Jihan dan Septian kini tampak sedang mempacking baju mereka tapi dlm koper masing-masing. Namun, sesekali Jihan nampak berpikir, dia seperti sedang memikirkan sesuatu."Jangan lupa bawa sweater atau jaket tebal, takutnya disana musim dingin," Ucap Septian. Yang kini sedang memasukan jaket dan beberapa sweater miliknya."Oh ya, gue lagi mikir nih, apalagi yang harus gue bawa, untung lo ngasih tau Sep. gue hampir aja lupa," Ucap Jihan lalu mengambil beberapa sweater tebal karena dia tidak memiliki jaket tebal hanya jaket tipis itu pun model blazer.Satu jam kemudian Septian dan Jihan pun sudah selesai packing baju dan perlengkapan lainnya, kini mereka sudah siap. Namun, mereka kembali mengecek barang yang mereka akan bawa. Tiba-tiba Aleta datang dan memberi tahu kalau ayahnya sudah siap untuk mengantar mereka ke bandara.Bagaimana apa kalian sudah siap dan perlengkapan kalian sudah tidak ada yang tertinggal? Kalau sudah siap semua, ayah ka

  • Musuh Tapi Menikah   Bab 14

    Kini Jihan dan Septian juga Reno sudah sampai di bandara. penerbangan menuju Paris pun akan segera lepas landas. Jihan dan Septian pun pamit pada Reno dan segera memberikan tiket pesawat pada petugas lalu mereka berdua pun menaiki pesawat setelah diperiksa pasportnya, semetara Reno kini dia pun meninggalkan bandara menuju kantornya. Setelah memastikan Jihan dan Septian benar-benar pergi ke Paris.Beberapa jam kemudian Jihan dan Septian pun sudah sampai di bandara internasional di Paris, mereka pun menaiki taksi menuju alamat hotel yang diberikan oleh ayahnya. sesampainya disana Septian dan jihan disambut dengan baik oleh pelayan hotel mereka terlihat sangat Ramah. lalu Septian dan Jihan diantarkan ke kamar hotel yang sudah dihias dengan indah seperti kamar pengantin yang terlihat romantis."Silahkan nyonya, tuan selamat bersenang-senang dan semoga kalian suka dekorasi kamarnya," Ucap Pelayan itu, membuat Jihan dan Septian bingung karena para pelayan menyambutnya

  • Musuh Tapi Menikah   Bab 15

    Dengan tawa yang Jihan tahan. Dia terus menggoda Septian. Jihan pun kini semakin mendekatkan dirinya pada Septian. Membuat Septian jadi semakin gugup dan berusaha mengalihkan pandangannya dari Jihan. Sebagai seorang pria normal bisakah dia menahan godaan Jihan. Hahahaha lihat expresi wajah lo, lucu banget ya ternyata kalau lagi gugup kayak gitu, ayolah Curut ngaku aja, lo pasti tergoda kan? Dasar Curut Empang, sok-sokan gak tergoda padahal..., tergoda kan lo. Dasar munafik lo jadi cowok!" Ketus Jihan sambil berjalan kearah Kopernya dan mengambil baju ganti. Sedangkan Septian, dia hanya bisa mengelus tengkuknya karena dia merasa malu pada Jihan yang telah melihatnya gugup seperti tadi. Setelah mengambil bajunya, Jihan pun kembali kekamar mandi untuk memakai bajunya disana.Tak lama Jihan keluar dengan mengenakan sweater tebalnya, lalu mengambil sebuah tas kecil miliknya, Septian yang melihat Jihan sudah

  • Musuh Tapi Menikah   Bab 16

    Septian, Jihan. Kalian disini?"Panggil seseorang yang kini menghampiri mereka berdua. Lalu Septian dan Jihan pun menoleh ke arah suara itu, Septian tersenyum saat melihat sosok gadis yang kini ada dihadapannya.Semetara Jihan dia masih bingung dan bertanya-tanya tentang gadis yang kini berdiri dihadapannya dengan senyuman manisnya."Karina. Kapan kamu sampai disini?" Tanya Septian terlihat senang, sampai-sampai dia pun melepaskan genggaman tangannya pada Jihan. membuat Jihan semakin bingung dan mulai merasa Penasaran sekaligus kecewa dengan sikap Septian."Baru aja datang kok. Aku buru-buru dari New York kesini karena ingin bertemu kamu dan Jihan. Aku penasaran dengan sahabatmu yang bernama Jihan. Ternyata aslinya lebih cantik ya," Puji Karina yang kini menatap Jihan dengan senyuman yang tidak pudar dari bibirnya.""Sahabat? Kenapa Septian ngenalin gue sebagai sahabat sama dia. Bukan

  • Musuh Tapi Menikah   Bab 17

    "Ya Tuhan dimana dia? Lo kemana sih, Han? Harus kemana lagi gue cari lo, Jihan Aiyana. Lo dimana sekarang? maafkan gue karena udah bikin lo kecewa dan mungkin sakit hati," Batin Septian. Smbil sesekali mengusap kasar wajahnya."Tuan ini sudah larut malam saya harus pulang, kasihan anak istri saya sudah menunggu dirumah. Maaf tuan aku akan mengantar anda kembali ke hotel," Ucap sang sopir taksi itu."Tapi pak, bagaimana dengan istri saya? Dia belum ketemu. Saya takut terjadi sesuatu pada istri saya pak." Septian kini terlihat semakin khawatir karena belum juga menemukan Jihan."Semoga istri anda baik-baik saja tuan. Sebaiknya anda beristirahat dulu saja. Besok pagi-pagi saya jemput anda lagi kesini. Saya akan temani anda mencari istri anda sampai ketemu," Ucap Super taxsi itu. Septian pun tak bisa memaksa kehendaknya, dia pun kembali ke hotel dengan perasaan khawatirnya. Dia berharap Jihan s

  • Musuh Tapi Menikah   Bab 18

    Septian kini sedang duduk dikantin menikmati secangkir kopi dan makanan yang dia pesan. Dia tampak berpikir dan teringat kembali dengan keinginan Jihan untuk kembali ke Indonesia. Namun, tiba-tiba ada yang menepuk pundak Septian. Lalu Septian pun menoleh, dan alangkah terkejut saat gadis yang ingin dia hindari. Kini berada dihadapannya."Bagaimana keadaan Jihan. Sep?" Tanya Karina yang kini sudah duduk disamping Jihan."Sudah membaik, mungkin besok kami akan kembali ke Indonesia, kasihan Jihan, dia ingin kembali ke Indonesia," Jawab Septian sambil meminum kopinya yang masih hangat."Em..., boleh aku bertemu dengan dia? Kebetulan ini aku bawa sedikit buah dan makanan untuk kamu dan Jihan," Ujar Karina.Karena merasa tidak enak pada Karina. Akhirnya Septian pun menyetujui keinginan Karina. Lagi pula tidak ada salahnya kan? Toh, Karina hanya ingin menengok Jihan saja.Dan pada akhirnya

Latest chapter

  • Musuh Tapi Menikah   Exstra Part

    Tuh kan Zam, gerbangnya udah ditutup. Kamu sih!" Azzam memandang Zura dari kaca spion. Terlihat wajah gadis itu yang sangat menggemaskan saat dia sedang kesal seperti sekarang ini. "Udah nggak apa-apa. Cuma lima menit kok." Azzam turun dari motornya diikuti oleh Zura. Lalu dia men-standar kan motornya di depan gerbang, tanpa kata dia lalu menarik tangan Zura ke samping sekolah. "Kita mau kemana, Zam?" Tidak ada jawaban dari Azzam. Dia hanya menunjuk ke tembok samping sekolah yang tingginya hampir dua meter dan sudah ada tangga disana. "Maksudnya kita manjat?" "Iyalah, Emang kamu mau dihukum?" "Tapi Zam...." "Udah Ayo! Namish membimbing Zura untuk menaiki tembok itu. Zura terlihat sangat kesulitan saat ingin meloncat. Berbeda dengan Azzam yang sudah sampai dibawah. "Azzam, aku ta

  • Musuh Tapi Menikah   Exstra Part 6

    "Zam, kamu itu ngeyel banget sih! Kamu mau belajar sekarang atau aku pulang?" "Aku tinggal bilang ke opa kalau kamu nggak mau nge-lesin aku!" "Apa sih mau kamu, Zam?" Zura bertanya dengan mengacak-acak rambutnya. Wajahnya terlihat sangat frustasi. Bagaimana tidak? Semenjak pulang sekolah. Dia sudah duduk diruang tamu rumah Azzam. Tapi pemuda itu tidak sedikit pun mau membuka bukunya. Dan yang dia lakukan hanya memandangi wajah Zura saja. "Masakin aku ya? Janji deh habis ini mau belajar." Zura memutar bola matanya malas saat mendengar permintaan Azzam. Lalu dia pun beranjak dari duduknya dan berjalan menuju dapur dengan bibir yang tak henti mengucapkan sumpah serapah untuk Azzam. Sementara Azzam dia malah tersenyum senang melihat wajah kesal Zura. Azzam menyusul Zura ke dapur dan duduk di salah satu kursi yang tersedia di sana. Dia kembali memandangi Zura yang sibuk b

  • Musuh Tapi Menikah   Exstra Part 5

    "Lo kenapa diem aja?" Azzam bertanya. Yap, seseorang yang misterius tadi pagi adalah Azzam. Dan sekarang mereka kini berada ditaman kota. Entah apa tujuan Azzam mengajak Zura ke taman. "Hah? Apa, Zam?" Zura balik bertanya dengan gelagapan. Pasalnya Zura canggung disaat dia bersama dengan Azzam. lidahnya mendadak kelu. "Lo kenapa?" Tanya Azzam lagi. "Nggak apa-apa kok, oh iya ngapain kamu ngajak aku kesini?" Zura menjawab dengan pertanyaan. "Gue cuma mau ngasih tau kalo pacar lo itu nggak baik buat lo!" Azzam memandangi wajah Zura yang terlihat manis dengan kalung emas putih yang melingkari lehernya. Dan rambut hitamnya yang terurai. menambah kesan cantik untuk gadis itu. “Pacar? Maksud kamu siapa ya?” Tanya Zura dengan heran. Dia melupakan hal yang tadi malam dibicarakannya dengan Raga. kakaknya. “Itu yang sok kecakepan. Yang kerjaanya antar jemput

  • Musuh Tapi Menikah   Exstra Part 4

    "Loh itu bukannya Kak Rania ya, Kakak lo? Yah gue keduluan dong." Richi terlihat sedih. "Iya, tapi cowok yang bareng kak Rania itu. Pacarnya Zura." "Wah nggak bener tuh orang. Udah punya Zura juga masih aja ngembat calon gue." Richi yang juga menatap geram kearah Rania dan Raga. "Kali aja cuma temenan. Jangan berpikiran negatif dulu lah." Kali ini Dika yang berbicara. Dia paling dewasa diantara yang lainnya. "Kita tanya nanti aja waktu udah keluar. Disini malu kalau sampek ribut." Ujar Richi. Azzam semakin geram saat melihat Raga memasangkan jam tangan ke pergelangan tangan kakaknya. Rania. Azzam beranjak dari duduknya saat melihat pergerakan sepasang kekasih itu. Bugh! "Brengsek lo ya!" Raga tersungkur akibat pukulan

  • Musuh Tapi Menikah   Exstra Part 3

    "Ekhem." Raga dan Zura memoleh kearah suara orang yang mengganggu quality time keduanya. Dan Zura membulatkan matanya saat dihadapannya berdiri seorang Azzam Dengan senyuman manis meski seperti dipaksakan. "Hai." Sapa Azzam. Yang membuat Zura tersenyum kaku. "Boleh gue duduk disini?" Tanya Azzam. Zura hendak menjawab namun sudah lebih dulu dipotong oleh Raga. "Kenapa harus disini? Kan masih banyak tempat kosong yang ada disana." "Gue nanya sama, Zura bukan nanya lo." Azzam terlihat kesal dengan penolakan yang dilakuan Raga. Dan dengan santainya Azzam malah duduk di samping Zura. "Kenapa lo mau pacaran sama dia? Masih ganteng juga gue." Teja merutuk dalam hatinya. Bisa-bisanya Azzam bicara seperti itu dihadapan Raga yang Azzam ketahui adalah kekasih Zura. "Sebenarnya dia..." "Ya jelas dia pilih gue lah. Lo kan masih ingusan. Dan gue udah dewasa." Kalo masalah ganteng, lo ngaca deh sana. Masih gantengan gu

  • Musuh Tapi Menikah   Exstra Part 2

    Zura duduk dengan cemas di sofa ruang kepala sekolah. Setelah bel pulang sekolah tadi ada siswi yang mengatakan bahwa dia dipanggil bapak kepala sekolah untuk ke ruangannya. "Ada apa ya Pak? Apa saya membuat kesalahan?" "Apa kamu sudah lama mengenal, Azzam?" Tanya kepala sekolah itu dengan menatap ke arah Zura dengan intens. "Belum Pak, baru tadi pagi saat Azzam tidak sengaja menabrak saya." "Jangan terlalu formal, Nak. Panggil saja saya Opa seperti, Azzam." Zura pun tersenyum kikuk saat menanggapi ucapan Opa. Dia dibuat semakin bingung. "Begini Zura. Opa lihat kamu itu berbeda. Jadi bolehkah Opa meminta tolong padamu?" "Kalau saya bisa bantu pasti saya bantu Opa." "Sebenarnya Opa capek menasehati Cucu Opa itu. Dia itu keras kepala. Opa dan orang tua juga kakaknya sudah menyerah." "Maksud Opa gimana? Saya ng

  • Musuh Tapi Menikah   Exstra Part 1

    16 Tahun Kemudian Citttt!!! Seorang pemuda mengeram kesal di dalam mobilnya. Walau pun begitu dia keluar dari mobilnya setelah menabrak seseorang. "Lo gak apa-apa kan?" Tanya pemuda itu. Dengan membantu seorang gadis yang tanpa sengaja dia tabrak untuk berdiri. Gadis itu pun menatap pemuda itu karena merasa sedang ditatap olehnya, namun pemuda itu mengalihkan pandangannya dari sang gadis "Lo masih bisa jalan, kan?" Gadis itu menggelengkan kepalanya karena luka di lututnya terasa sangat perih. Dia pun sesekali meringis. "Hei, Apa yang kamu lakukan?" Teriak gadis itu. "Diamlah!" Pemuda itu mendudukan gadis itu di kursi samping kemudi dan menatapnya. "Kita mau kemana?" "Nama lo, siapa?" Bukannya menjawab. Pemuda itu malah balik bertanya. "Zura." Gadis itu menjawab dengan sedikit meringis. "Lo, mau kemana?" "Sek

  • Musuh Tapi Menikah   Part 96 - SAGARA dan NAIRA

    5 Tahun Kemudian "Papa...!"Seru seorang bocah laki-laki sambil berlari. "Hap, jagoan Papa." Gara pun langsung menangkap tubuh mungil yang berlari kearahnya sambil tertawa. "Dede Raga tunggu Kakak dong! Kok ditinggal sih," Teriak gadis kecil berumur sekitar 8 tahun itu. "Kak Nala lama sih. Jadi Laga tinggal aja. Papa, Laga kangen." "Iya sayang Papa juga kangen sama Abang. Tapi jangan lari-lari dong sayang, kasihan Kak Nara nya ngejar-ngejar kamu tuh cape," Ucap Gara. Yang kini melihat Nara tengah terengah-engah karena mengejar Raga. "Mama mana, Bang? " Tanya Gara pada putranya. "Kak Nala. Lihat Mama nggak?" Bukan menjawab Raga malah balik bertanya pada Nara. "Tante lagi dikamar Om. Katanya dari tadi perutnya mules terus, Jangan-jangan mau lahiran Om Tante nya," Jawab Nara. "Hah, Lahiran! Ya udah Abang main sama kak Nara dulu ya. Papa mau ke kamar lihat Mama dulu takut adi

  • Musuh Tapi Menikah   Bab 95 - SAGARA dan NAIRA

    Seperti apa yang Naira katakan. Kini mereka pun berkunjung ke rumah mama Jihan. Seperti biasa Maura pun sudah datang dari pagi untuk menyambut cucu kesayanganya itu. Karena memang Naira memberi tahukan kalau dia akan berkunjung ke rumah Jihan. Nara pun tak mau kalah dia malah menginap dari semalam karena tidak mau terlambat untuk menyembut baby Raga. Semenjak Naira dan Gara pindah ke rumahnya sendiri satu bulan yang lalu. Naira dan Gara harus bisa membagi waktu untuk mempertemukan Raga dengan kedua neneknya. "I'm Coming Kak Nara, Kakek, Nenek Aunti Nindy. Raga udah datang nih," Naira berseru membuat Raga kini tertawa saat melihat Nara kakaknya berseru memanggil nama Raga. Sambil berlari kearahnya. "Yeay baby Laga udah datang," Seru Nara. Dengan hebohnya membuat Gara dan Naira tertawa melihat respon Nara yang begitu sangat antusias. "Hay kakak Nara," Sapa Naira. Lalu dia mengecup pipi Nara dan men

DMCA.com Protection Status