Share

Termakan Umpan

Penulis: AL
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-25 21:02:19

Bukan tanpa alasan jika Yoga menganggap 100 orang bukan masalah besar bagi Aji. Dia tahu sendiri bagaimana Aji menghabisi 300 orang sendirian, meski dia tidak tahu jika saat itu jiwa Aji dikuasai Ruh yang bersemayam di dalam pedang Kegelapan. 

Ratih hanya terkekeh pelan melihat Aji tersenyum kecut. Dia yakin jika kekasihnya itu pasti akan bisa menghadapi bahkan 200 orang sendirian, meski jiwanya tanpa dikuasai Ruh pedang Kegelapan. Kemampuan Aji baginya bahkan sudah berada di atas kemampuan ayahnya, Ki Mangkubumi.

"Masa kalian hanya menonton saja saat aku bertarung melawan 100 orang? Kalau terjadi apa-apa padaku, aku kuatir ada yang akan bersedih lagi," Aji terkekeh pelan. Lirikannya tertuju kepada Ratih yang berada di sampingnya.

Bugh!

Sebuah pukulan langsung melayang ke bahu Aji. Lelaki tampan itu meringis kecil setelah Ratih memukulnya. 

"Jangan pemarah begitu dong, nanti gak ada yang mau sama kamu," goda Aji lagi. 

Ratih m

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Mustika Naga Bumi   Adu Domba

    "Apa dia selalu seperti itu?" tanya Yoga kepada Ratih."Apa?" Ratih bertanya balik. Dia tidak paham maksud pemimpin teliksandi Kadipaten Tanjung Rejo itu."Selalu tidak sabaran dalam bertarung?""Tidak juga. Tapi dia memang ... Awas!" Ratih mendorong Yoga sebelum sebuah tebasan pedang mengenai leher lelaki tersebut.Selepas mendorong Yoga, Ratih menebaskan pedangnya cepat dan merobek perut lelaki yang berusaha memenggal leher Yoga.Erangan kesakitan pun terdengar untuk sesaat sebelum lelaki itu terhuyung dan kemudian ambruk ke tanah mati.Kedua bola mata Yoga mendelik lebar melihat keganasan Ratih. Bahkan dia menyaksikan sendiri kalau Ratih masih bisa tersenyum setelah melakukan pembunuhan, seolah membunuh adalah makanan sehari-hari buatnya.'Di balik kecantikannya yang luar biasa, ternyata menyimpan kebengisan yang juga tak kalah menakutkan' pikirnya."Jangan lengah! Awas belakangmu!" Ratih

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-26
  • Mustika Naga Bumi   Fanatisme yang Berlebihan

    Dengan kemampuan ilmu meringankan tubuhnya yang lumayan, dalam waktu singkat Yoga bisa mengejar Satrio, bahkan menghadang di depannyaSatrio seketika menghentikan ayunan cepat langkahnya. Dia terkejut karena tiba-tiba saja Yoga sudah berdiri di depannya dengan senyum menyeringai mengintimidasi."Kau mau apa, Yoga? Biarkan aku pergi dari sini!" ucap Satrio dengan nada sedikit keras."Kau ini bodoh atau bagaimana, Satrio? Posisimu saat ini tidak diuntungkan, dan kau berlagak seolah-olah kau masih pemimpin mereka yang kini sedang membunuh satu sama lain," sahut Yoga cepat.Satrio menelan ludahnya. Dia sadar jika kemampuannya masih berada di bawah Yoga, dan dia juga tidak mungkin untuk melakukan perlawanan. Jadi satu-satunya cara untuk menyelamatkan nyawanya adalah memberikan penawaran apa yang dibutuhkan Yoga."Jika kau membiarkanku selamat, aku akan melakukan apapun perintahmu. Bahkan memberikan informasi yang kau inginkan tentang pergerakan pasukan

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-26
  • Mustika Naga Bumi   Sandi Khusus

    Aji menatap dua prajurit yang masih menundukkan kepalanya. "Bagaimana dengan kalian berdua? Apa kalian mau ikut denganku atau mati di tanganku?"Kedua prajurit itu menelan ludahnya. Sebenarnya mereka sudah sadar jika telah salah mendukung Pangeran Dananjaya. Dan mereka ingin memperbaiki kesalahannya dengan cara membantu Adipati Hanggareksa mempertahankan Kadipaten Tanjungrejo."kami berdua ikut dengan Tuan. Tolong berilah kami kesempatan untuk memperbaiki kesalahan yang telah kami lakukan," ucap seorang dari mereka."Baiklah. Aku memberi kalian kesempatan kedua. Buktikanlah bahwa kalian benar-benar ingin berubah menjadi lebih baik," kata Aji.Lelaki tampan itu menghela napas berat, lalu berkata kepada Yoga. "Saat saat ini kita mengalami situasi yang rumit. Kita akan mengalami kesulitan untuk membedakan mana penduduk asli dan mana yang prajurit pendukung Pangeran Dananjaya. Dan satu-satunya cara ialah kita harus menekan kepala desa untuk member

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-26
  • Mustika Naga Bumi   Sandiwara

    Satrio mengangguk dan kemudian berjalan terlebih dahulu di depan. Aji dan Ratih serta Yoga, mengikuti di belakang mereka. Sedangkan dua anak buah Satria dan juga dua orang Teliksandi berjalan paling belakang. Dengan komposisi seperti itu, paling tidak jika ada pemeriksaan, maka depan dan belakang biasanya adalah yang didahulukan untuk diperiksa.Tidak butuh waktu lama, mereka akhirnya sampai di gapura masuk desa. Melihat datangnya 8 orang yang belum pernah mereka kenal, 6 orang laki-laki berperawakan kekar pun menghadang sambil memajukan tangannya."Berhenti! Apa tujuan kalian datang kemari?"Satria berjalan maju dan menunjukkan kan gambar mawar hitam yang ada di pergelangan tangannya kepada lelaki berperawakan kekar."Aku pengawal Pangeran Dananjaya. Kami baru saja sampai setelah menjemput kedua putra dan putri beliau. Pangeran berpesan agar membawa putra dan putrinya ke desa ini terlebih dahulu karena sebentar lagi penyerangan ak

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-27
  • Mustika Naga Bumi   Penghadangan

    "Apa sebelumnya Ki Ageng tahu jika ayahku adalah adik tiri Paman Wanajaya?" Aji bertanya balik.Ki Ageng menggeleng pelan. "Tuan Lodra yang memberitahuku, Pangeran.""Seperti itulah ayah merahasiakan aku dan adikku ini. Beliau tidak ingin keberadaan kami berdua diketahui khalayak ramai. Nanti kalau Paman Lodra datang kemari, Ki Ageng bisa bertanya kepadanya tentang aku dan adikku ini " Aji tersenyum hangat. Dalam hati dia tidak bisa menahan tawanya, karena sampai kapanpun Lodra tidak akan pernah muncul lagi ke dunia.Ratih tidak bisa menahan rasa kagumnya atas kecerdasan kekasihnya tersebut. Semua jawaban yang diberikan Aji begitu mengena dan tidak akan bisa diragukakan lagi oleh Ki Ageng. Selain itu ketenangan yang ditunjukan Aji juga semakin membuat jawabannya seolah-olah benar adanya."Oh iya, berapa jumlah pasukan ayah yang baru saja datang di desa ini, Ki? Kata Yoga, sekarang ini ada sekitar 700 sampai 800 orang prajurit di kadipaten," ta

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-27
  • Mustika Naga Bumi   Pembunuh Berdarah Dingin

    Setelah berhasil mengejar pasukan Pangeran Dananjaya, Aji dan Ratih kemudian bersembunyi di balik sebuah pohon besar."Ratih, kau tunggu di sini! Biar aku sendiri yang menghadang mereka," kata Aji sambil tetap mengawasi pergerakan lawan yang terus menjauh."Tidak! Aku ikut denganmu. Hidup mati kita tetap bersama-sama!" sahut Ratih."Bukan seperti itu. Saat ini situasinya berbeda. Kau tidak memakai penutup kepala dan juga kau sudah dikenali mereka. Jika ada yang berhasil selamat, maka rencana kita akan berantakan. Jadi tolong mengertilah!" Aji memandang wajah kekasihnya tersebut dengan lembut."Baiklah. Untuk kali ini aku tidak ikut, tapi besok aku akan memakai pakaian sama sepertimu, dan ikut bertarung bersamamu!"Aji menggangguk untuk menyenangkan hati kekasihnya tersebut. "Bawalah pedangku! Aku pinjam pedangmu sebentar." ucapnya sambil menyerahkan pedang kegelapan kepada Ratih.Gadis cantik tersebut memberikan pedangnya k

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-27
  • Mustika Naga Bumi   Terkejutnya Ki Ageng

    "Apa yang harus kita lakukan sekarang? Kalau kita melawan pun akan percuma saja," tanya seorang dari mereka pelan."Entahlah, aku juga tidak tahu harus berbuat apa. Kemampuannya sangat jauh di atas kita," jawab seorang temannya, lalu kembali menelan ludahnya."Kita harus kembali ke desa untuk melaporkan penyerangan ini kepada Ki Ageng," timpal prajurit lainnya."Apa kau yakin bisa selamat sampai di desa? Sedangkan kau lihat sendiri, tadi dia membunuh belasan teman kita tanpa terlihat sama sekali," sahut prajurit di sebelahnya.Dengan tatapan mata yang begitu mengerikan, Aji berjalan maju selangkah demi selangkah. Sengaja dia tidak berjalan cepat, karena ingin menebarkan teror ketakutan dalam pikiran para prajurit yang tersisa.Tanpa diduga Aji, sekitar 40 prajurit itu tiba-tiba berlarian kembali ke desa. Dan itu berarti mereka akan melewati tempat Ratih bersembunyi di balik pohon.Tidak ingin nyawa kekasihnya dalam ba

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-27
  • Mustika Naga Bumi   Serangan Dipercepat?

    Ki Ageng mengurut keningnya. Pikirannya melayang, tertuju kepada cerita kejadian pembantaian 300 prajurit yang terjadi di markas kecil dalam hutan."Apa itu saling berkaitan?" ucapnya pelan bertanya-tanya. Tatapannya tajam tertuju kepada sosok lelaki yang memberinya imformasi. "Apa tidak ada yang bertahan hidup untuk dimintai keterangan?""Tidak ada, Ki. Semuanya mati mengenaskan."Ki Ageng menghela napas berat. Bayang-bayang kegagalan rencana Pangeran Dananjaya tiba-tiba merasuki pikirannya. Rencana yang sudah tersusun rapi sejak 2 tahun belakangan itu terancam gagal jika pelaku pembantaian itu gagal diungkap."Apa mungkin dia?" tanya Ki Ageng dalam hati. Kembali bayangannya melayang jauh, dan kini tertuju kepada Aji yang mengaku sebagai putra dari pangeran Dananjaya."Darto, cepat kau pergi ke Sendang Biru! Coba kau lihat, apakah Pangeran masih berada di sana atau tidak!" perintah Ki Ageng"Siap, Ki. Sekarang juga aku ber

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-28

Bab terbaru

  • Mustika Naga Bumi   Kematian Raja Iblis (Tamat)

    "Kau! Energi apa yang kau miliki itu?"Raja Iblis dibuat heran dengan kemampuan lawan yang bahkan menurutnya memiliki kekuatan lebih besar dari pada yang dibayangkannya. Selain itu, energi yang keluar dari tubuh lawan sejauh ini tidak pernah diketahuinya."Itu tadi belum seberapa, Iblis busuk! Kali ini aku akan mengeluarkan semua kemampuan yang kumiliki!" Aji yang sudah memegang pedang Mustika Naga Bumi, mengerahkan semua energi yang dimilikinya.‘Tidak mungkin!’ pekik Raja Iblis dalam hati. Dia terkejut dengan energi pemuda itu yang menjadi berlipat ganda, setelah pedang di tangannya mengeluarkan aura hijau terang."Sekarang terimalah ajalmu! Kembalilah kau ke alammu Iblis biadab!” Pedang Mustika Naga Bumi di tangan Aji memancarkan energi yang begitu besar, bahkan lebih besar dari energi yang dikeluarkan Raja Iblis di awal kemunculannya tadi.Tiba-tiba saja, suara tawa Raja Iblis terdengar menggelegar. "Hahaha ... Aku memang terkejut dengan kemampuanmu, manusia hina! Tapi kau pun ju

  • Mustika Naga Bumi   Aji vs Raja Iblis

    Setelah debu pekat yang menutupi pandangannya menghilang, Aji yang masih dalam keadaan tergeletak di tanah bisa melihat dengan jelas jika Caraka masih berdiri dengan kokoh di tempatnya berdiri. Bahkan tubuhnya tidak sedikit pun bergeser dari tempatnya semula. Pendekar yang belum genap 30 tahun tersebut merasakan nyeri yang begitu hebat di dadanya. Dia kemudian terbatuk kecil dan lalu memuntahkan darah segar dari mulutnya. ‘Kekuatannya sangat besar. Bahkan energiku saja tidak mampu untuk menggoyahkannya,’ gumam dalam hati. Tubuh Caraka kemudian melayang satu meter di atas tanah. Dia lalu bergerak maju mendekati Aji yang belum juga bangkit berdiri, "Apa kau sudah sadar betapa jauhnya perbedaan kekuatan kita berdua? Aku tahu kau belum mengeluarkan energi terkuatmu, tapi meskipun kau mengeluarkannya, itu tidak akan merubah apapun!" Caraka yang masih merasa geram dengan Aji langsung melesat tanpa terlihat seusai berbicara. Tendangan kerasnya mendarat dengan telak di perut Aji, hingga m

  • Mustika Naga Bumi   Aji Vs Caraka

    Rasa terkejut Aji belum selesai, tiba-tiba saja muncul bayangan hitam berbentuk cakar naga melayang di angkasa. Bayangan hitam itu menutupi matahari sehingga suasana yang semula terang menjadi redup. “Jurus apapun yang kau keluarkan tidak akan bisa mengalahkan aku!” ucap Ki Brenggolo Karang. Seusai berucap, energi yang lebih besar meluap dari tubuhnya. Secara perlahan energi tersebut semakin membuat Aji tertekan. Namun suami Ratih itu masih menunggu kesempatan untuk menjatuhkan jurus Naga Bumi Mengoyak Langit yang masih mengambang di angkasa. Dia terus menarik unsur alam yang ada di sekitar hutan tersebut untuk menambah daya hancur jurus yang hendak dikeluarkannya. Sejauh ini, Ki Brenggolo Karang belum menyadari apa yang dilakukan Aji. Dia menduga lawannya itu hanya menggunakan tenaga dalamnya untuk bertahan dari tekanan energi yang dikeluarkannya. Selain itu, redupnya sinar matahari juga menurutnya hanya karena tertutup awan tebal saja.Beberapa saat kemudian, Cakar Naga raksasa y

  • Mustika Naga Bumi   Naga Bumi Mengoyak Langit

    Aura hitam yang menyelimuti tubuh Ki Brenggolo Karang perlahan menghilang. Dia sadar jika terus menggunakannya dalam jangka panjang, yang ada tenaga dalamnya akan berkurang drastis. Murid Caraka itu juga berpikir harus bisa mengefektifkan serangannya lebih tepat lagi. Dia melihat jika lawannya itu masih menyimpan kekuatannya yang sebenarnya. Itu terlihat dari kondisinya yang masih terlihat bugar meski sudah terkena serangannya.Melihat aura hitam di tubuh Ki Brenggolo Karang menghilang, Aji tersenyum lebar. Kuat dugaan energi lawan sudah berkurang cukup signifikan. Memaksa menggunakan kabut beracun dalam jangka panjang jelas menguras energinya.Di antara reruntuhan pepohonan dan kepulan debu, pertarungan sengit masih terus terjadi di antara kedua pendekar yang tidak henti bertukar serangan. Beberapa pohon kembali bertumbangan terkena dampak pertarungan mereka berdua.Seperti terjadi kesepakatan, mereka berdua melompat mundur mengambil jarak. Nafas mereka tersengal-sengal terasa berat

  • Mustika Naga Bumi   Aji vs Ki Brenggolo Karang 2

    Belum juga sempat menyeimbangkan tubuhnya, serangan kembali muncul tanpa terlihat oleh mata Aji. Dia hanya merasakan energi besar saja yang bergerak menyerangnya. Aji kembali bergerak menghindar. Dia melompat menyamping dua langkah. Namun tiba-tiba sebuah pukulan menghantam punggungnya dengan begitu keras, hingga membuatnya terjungkal dan bergulingan di tanah berulang kali. Batuk kecil terdengar dari mulut Aji. Sesaat kemudian, darah segar meleleh keluar dari sudut bibirnya. Sambil bangkit berdiri, dia mengusap darah tersebut dengan punggung tangannya. Belum sempat pemuda itu berdiri tegak, kembali sebuah serangan yang tidak bisa dilihat menghajar dadanya dengan telak. Beruntung Aji masih sempat menahannya dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada ketika merasakan energi besar yang bergerak ke arahnya. Meskipun bisa melindungi dadanya, tapi tak urung tubuh Aji harus kembali terlempar hampir 12 langkah ke belakang hingga membentur sebuah batang pohon.Batuk kecil kembali te

  • Mustika Naga Bumi   Aji vs Ki Brenggolo Karang

    Sementara itu di sekitar lembah, terdapat sebuah gubuk kecil yang berdiri di dekat sungai kecil. Air di sungai itu berasal dari air terjun yang berada tidak jauh dari gubuk itu berdiri. Di dalam gubuk, Sanjaya terlihat duduk sendirian di sudut ruangan dengan wajah pucat pasi. Dia menunggu kedatangan Ki Brenggolo Karang yang menemui Caraka sejak dia baru datang di gubuk tersebut. Menjelang tengah malam, Ki Brenggolo Karang akhirnya kembali ke gubuknya yang biasa digunakannya beristirahat sehari-hari. Sanjaya yang tertidur sambil memeluk lutut, terbangun ketika terdengar suara pintu dibuka. “Ki, akhirnya kau kembali,” ucap Sanjaya pelan.“Kenapa kau kemari tanpa membawa gadis, Sanjaya? Apa kau tidak tahu jika proses yang dilakukan Guru Caraka sudah mendekati akhir?” tanya Ki Brenggolo Karang seraya menatap tajam Sanjaya yang menunduk ketakutan.“Maaf, Ki, sebenarnya tiga gadis tambahan yang dibutuhkan sudah tersedia, tapi sebelum aku membawanya kemari, ternyata anak buahku telah menc

  • Mustika Naga Bumi   Sambaran Petir

    Tubuh tinggi besar itupun terguling hingga menabrak dinding. Suara tubuhnya yang jatuh terdengar cukup keras. Aji berjalan mendekati lelaki itu dan berjongkok di sampingnya. ‘Hmmmm … ternyata pingsan,”’ batinnya. Aji bangkit berdiri untuk melihat kondisi istrinya yang masih berada di dalam kamar. Setelah Aji mengalirkan energinya ke dalam tubuh Ratih, wajah wanita cantik yang pucat itupun kembali segar seperti semula. “Kang, kenapa aku bisa ada di tempat ini?” tanya Ratih. “Panjang ceritanya, nanti saja kuceritakan. Sekarang kita selamatkan dulu gadis yang lain,” kata Aji. Dilihatnya tali tambang di atas sebuah lemari, kemudian diambilnya. ***Tiga orang gadis sudah dikeluarkan dari kamar, salah satunya adalah anak kepala desa Sudirjo. Sedang lelaki bertubuh besar terikat erat di sebuah kursi di ruang tamu. Setelah lelaki itu sadar, Aji pun melakukan interogasi. Dari pengakuannya, lelaki bernama Sanjaya itu diperintah oleh seorang lelaki tua yang merupakan bawahan dari Caraka, s

  • Mustika Naga Bumi   Pembebasan

    “Kalian kira aku sedang melucu?” Aji menggeleng dengan satu sudut bibir terangkat naik, “Tapi tidak apa-apa jika kalian berpikir seperti itu. Kalian nanti bisa tertawa sepuasanya setelah kucabut nyawa satu-satunya yang kalian miliki!” Hahahahaha! Semakin keraslah tawa 8 orang penjaga itu. Bahkan tawa mereka sampai terdengar masuk ke dalam dan memantik keingintahuan penjaga yang berada di dalam. Pintu gerbang pun terbuka, beberapa orang tampak keluar menemui 8 penjaga gerbang. “Kenapa kalian tertawa begitu keras, apa ada yang lucu?” tanya seorang penjaga yang baru saja keluar. “Lihatlah dia, katanya dia akan memberi hukuman kepada kita, bukankah itu sesuatu yang lucu? Apa hanya karena dia membawa pedang terus kita harus takut? Hahahaha!” “Kalian pasti akan ketakutan hingga meminta untuk tidak dibunuh!” sela Aji, kemudian bergerak begitu cepat hingga tiba-tiba sudah berada di depan penjaga yang sudah meremehkannya. Jari tangan Aji langsung mencengkeram leher orang itu hingga kesu

  • Mustika Naga Bumi   Pengorbanan Gadis

    Jendela kamar pun terbuka. Dua orang langsung melompat masuk ke dalam. Suasana kamar yang gelap tidak menyulitkan mereka berdua untuk menemukan ranjang yang digunakan Ratih tidur. Perlahan tubuh Ratih diangkat dan dibawa keluar. Satu orang yang berada di luar menerima tubuh wanita cantik itu. Mereka tidak memeriksa terlebih dahulu, karena merasa sudah mendapatkan targetnya. Dari atas atap, Aji merasa heran karena tidak ada perlawanan sedikitpun dari istrinya. Padahal seharusnya jika dalam posisi tersebut, Ratih pasti terbangun. Aji menilai ketiga orang tersebut menggunakan bius untuk membuat istrinya tidak sadar. Ketiga orang itu kemudian pergi sambil membawa Ratih. Suasana yang sepi membuat aksi mereka berjalan lancar tanpa ada halangan hingga keluar desa. Aji terus mengikuti dari belakang, dia menjaga jarak agar tidak diketahui ketiga orang yang membawa istrinya hingga masuk ke dalam hutan. Hampir tiga jam berjalan di dalam hutan, ketiga orang itu akhirnya sampai di bibir hutan,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status