Begitu melihat ke arah yang ditunjuk Baruna, beberapa orang prajurit itu langsung berlari ke arah Setiaji. Lelaki setengah baya itu berlari dengan cepat tanpa menoleh ke belakang.
Dia tidak menyangka jika Baruna yang juga sahabatnya, telah menghianatinya dan melaporkan kedatangannya ke kotaraja Kalingga kepada pihak istana.
"Bajingan kau Baruna ... aku berjanji akan membunuhmu nanti!" umpat Setiaji dalam hati, sambil berlari dengan begitu kencang hingga menarik perhatian penduduk kotaraja.
Setiaji tidak langsung menuju penginapan. Dia yang masih sedikit hapal tentang seluk beluk kotaraja, keluar masuk gang untuk menghindari kejaran para prajurit tersebut. Baginya, keselamatannya adalah nomer sekian, karena yang terpenting tentu rencana untuk melengserkan Raja Wanajaya bisa terlaksana dengan hasil sempurna.
"Cari dia sampai ketemu!" teriak seorang prajurit yang kehilangan jejak Setiaji.
Lelaki itu bersembunyi di sebuah rumah tua yang tidak ter
"Ternyata ada bidadari di dalam kamar ini. Kenapa kita tidak pernah mengetahuinya?" tanya seorang prajurit."Paduka pasti akan sangat senang jika kita memberikan Bidadari cantik ini kepada beliau. Dan kita akan mendapatkan imbalan yang sangat besar, hahaha!" balas temannya seraya membayangkan besarnya nominal yang akan mereka dapatkan."Kau benar, kita bisa berpesta nanti, hahaha!""Cepat keluar atau kami akan memaksamu!" bentak seorang prajurit."Jangan sampai lecet atau ada bekas luka. Paduka bisa marah jika melihat Bidadari yang kulitnya begitu bening ini terluka," sahut temannya.Ratih menatap tajam keempat prajurit yang sudah merangsek memasuki kamarnya. Di saat bersamaan hatinya terus berteriak memanggil suaminya. Dia tidak mau kegadisannya terenggut oleh lelaki yang tidak dicintainya."Ayolah Bidadari cantik. Ikutlah dengan kami baik-baik. Aku jamin kau akan bahagia dengan kemewahan istana," bujuk seorang prajurit.Ratih tidak
Jaya kembali mengernyitkan dahinya. "Sembilan belas orang itu?""Bukan, tapi sahabat lama Paman Setiaji yang bernama Baruna," jawab Aji."Berarti rencana kita gagal?""Sepertinya tidak. Paman Setiaji tidak menyebut kita sama sekali ketika memancing informasi dari Baruna. Tapi sebaiknya sekarang aku membawa Ratih keluar dulu dari kotaraja untuk mengamankannya di desa terdekat," jawab Dirga."Baiklah, aku tunggu di sini saja. Aku sudah mendapat informasi tentang Putri Larasati."Aji mengangguk, "Kita bicarakan setelah aku kembali."Selepas itu, Aji mengajak Ratih keluar dari penginapan. Kondisi jalanan yang sepi dan gelap membuat mereka bisa mudah keluar dari kotaraja. Apalagi dengan tidak adanya penjaga pintu gerbang yang sudah menjadi mayat.Butuh waktu dua jam bagi mereka untuk sampai di desa terdekat. Malam yang telah larut membuat mereka kesulitan mencari informasi tempat penginapan. Aji berinisiatif mengajak Ratih beristirahat di
Setelah berada di dalam penginapan, Aji langsung menuju kamar Jaya, dan kebetulan di dalam kamar itu ada beberapa orang teman Setiaji yang sudah berkumpul. Sedang yang lainnya masih berada di luar."Bagaimana informasinya?" tanya Aji penasaran."Sebaiknya kau duduk dulu dan minum air ini," balas Jaya sambil menyodorkan gelas yang sudah diisinya dengan air.Aji meletakkan pantatnya di atas tikar pandan yang mereka gunakan sebagai alas untuk duduk di lantai yang masih berupa tanah. "Kebetulan, aku juga lagi haus."Menurut informasi yang aku dapatkan dari orang yang bisa aku percaya, Putri Larasati berangkat menuju purinya dua hari sebelum purnama," jawab Jaya. Dia kemudian mengeluarkan sebuah gulungan kulit kering dan menggelarnya di lantai."Peta ini adalah jalur menuju Gunung Merapi, dan puri milik Putri Larasati berada di sisi barat gunung tersebut," tambahnya.Aji memandang peta tersebut dengan seksama. Otaknya bekerja mencari titik
Selama dia menjadi raja kerajaan Kalingga, tidak ada kejadian yang bahkan bisa sedikit mengguncang singgasananya. Semuanya bisa dia selesaikan dengan mudah. Termasuk menguasai beberapa kerajaan yang berada di sekitar kerajaan Kalingga.Tak berapa lama, seorang gadis yang cantik dan memiliki tinggi semampai dan berbodi aduhai, memasuki ruangan tersebut.Raja Wanajaya langsung tersenyum lebar melihat putrinya yang berjalan memasuki ruang pribadinya."Ada apa Ayah memanggilku?""Putriku Larasati, kamu tahu kalau anak ayah cuma kamu seorang. Di umur ayah yang sudah tua ini, ayah juga ingin menimang cucu. Lalu kapan kau akan menikah? Setiap kali ayah menjodohkanmu dengan pangeran dari berbagai kerajaan, kau selalu menolaknya dengan alasan belum ada yang cocok," berondong Raja Wanajaya."Memang aku belum merasa ada kecocokan dengan para pangeran yang Ayah sodorkan. Sejauh ini aku pun belum menemukan lelaki yang pas dengan hatiku," jawab Putri Larasati
Pertarungan yang cepat kembali terjadi. Mata para prajurit bahkan sulit untuk menangkap pergerakan kedua pendekar tersebut. Hanya warna baju putih dan hitam saja yang terlihat berkelebat cepat di mata mereka.Hingga akhirnya sebuah ledakan mengagetkan mereka, termasuk juga Putri Larasati yang masih bertahan di kereta kuda mewahnya. Putri cantik itu bahkan harus sampai melongok keluar jendela untuk melihatnya.Blaaaar!Sebuah ledakan kembali terjadi. Terlihat lelaki berbaju hitam itu terpental jauh ke belakang dan tidak bergerak lagi. Sedangkan Aji juga terdorong ke belakang hampir 7 langkah sebelum jatuh terjungkal.Lelaki tampan itu bangkit sambil memegangi dadanya. Dia berjalan mendekati lelaki berbaju hitam itu dan mengamatinya sebelum memeriksa detak jantungnya.Seorang prajurit memberanikan diri untuk mendekati Aji, "Pendekar, apa dia sudah mati?""Dia sudah mati," jawab Aji singkat."Terima kasih, Pendekar. Andai tad
Dengan langkah gontai seperti kehabisan tenaga, lelaki tampan itu berjalan menuju kereta kuda Putri Larasati.Sudah aman, Gusti Putri. Harimau itu sudah melarikan diri." Aji melihat Putri Maharani yang seperti was-was melihat keadaannya."Kau tidak apa-apa?""Aku tidak apa-apa. Hanya lelah saja," jawab Aji lirih."Masuklah, sebentar lagi kita akan sampai ke Puri."Aji mengangguk dan masuk ke dalam kereta kuda itu. Perjalanan itupun mereka lanjutkan lagi.Setelah dua jam perjalanan, mereka telah sampai di sebuah bangunan yang sangat indah."Bangunan besar ini adalah puri yang dibangun ayah untukku. Aku menamakannya, Puri Keabadian. Aku menamakannya seperti.itu karena makam ibuku ada di dalam puri ini. Dua kali dalam satu purnama, aku datang kemari untuk berziarah," kata Putri Larasati menjelaskan."Kenapa jauh sekali Gusti Ratu dimakamkan di sini?""Itu permintaan ibu sebelum meninggal, dan wasiat itu di
"Tapi kau berhak mendapatkan imbalan karena telah menolong putriku," sahut raja yang sudah berumur tua, tapi memiliki perawakan setengah baya itu. Dia menilai jika lelaki tampan itu menurutnya memiliki sesuatu yang misterius di dalam tubuhnya, tapi dia tidak bisa menerkanya."Mohon maaf, Paduka. Bukannya hamba menolak, tapi biarlah Dewata yang memberi imbalan buat hamba kelak di alam sana."Senyum hangat yang terlontar dari bibir Aji serasa bagai palu godam yang memukul batinnya. Selama ini dia tidak pernah berpikir tentang kehidupan lain setelah kehidupan dunia.Putri Larasati terkejut dengan semua perkataan Aji yang berbanding terbalik dengan sifat ayahnya. Dia tidak menyangka jika pemuda yang sudah menolongnya itu mempunyai jiwa yang begitu luhur.Tanpa terasa, rasa simpati langsung dirasakan putri cantik itu kepada Aji. Dia merasakan kenyamanan yang begitu besar hanya dari ucapan sesaat pahlawan yang menolongnya tersebut."Suatu kehormata
Sementara itu di dalam kamarnya, Aji termenung memikirkan rencananya untuk bisa mendekati dan memancing Raja Wanajaya agar bisa bertarung dengannya tanpa melibatkan para prajurit."Penjagaan di dalam istana ini begitu ketat. Tampaknya akan membutuhkan waktu sedikit lama," ucapnya dalam hati.Dia juga berpikir bagaimana memberitahu Ratih tentang renncananya yang waktunya bisa molor lebih dari 7 hari, seperti yang dijanjikannya kepada istrinya itu.Di tengah lamunannya, dia dikagetkan dengan suara pintu kamarnya yang diketuk dari luar.Lelaki tampan itu bangkit dan berjalan menuju pintu lalu membukanya. Rasa terkejut langsung dirasakannya begitu melihat Putri Larasati sudah berada di depan pintu kamarnya."Kenapa Gusti Putri datang ke kamar hamba?'Putri Larasati tersenyum hangat kepada sosok yang sudah membuatnya jatuh hati tersebut, "Bukankah aku berada di istana ayahku sendiri? Apa aku tidak boleh kesini?""Maaf, Gusti Putri. B