"Lalu siapa yang akan mengambil wewenang di sini saat Tuan pergi besok?" tanya Yoga.
"Kamu yang aku serahi memimpin kadipaten Tanjung Rejo ini untuk sementara," jawab Adipati Hanggareksa tegas.
"Hamba takut membuat kesalahan saat mengambil keputusan, Tuan Adipati." Yoga menundukkan kepalanya.
Adipati Hanggareksa tersenyum kecil. "Aku tahu kau sudah belajar banyak dari kesalahan yang pernah kau lakukan, Yoga. Jadi kau pasti akan berpikir matang-matang sebelum mengambil keputusan."
"Kalau sudah selesai, kami akan keluar dulu untuk mencari makan, Tuan," ucap Aji. Lelaki tampan itu lalu menepuk pelan pundak Yoga, "Apa kau tidak mau ikut dengan kami?"
Yoga mengangkat wajahnya memandang Aji dan kemudian mengalihkannya kepada Adipati Hanggareksa.
"Pergilah," kata Adipati Hanggareksa memberi ijin.
Mereka berlima memberi hormat kepada Adipati Hanggareksa sebelum melangkah keluar aula.
"Nanti kau akan mengetahui bagaimana jelinya A
"Sifatmu yang bisa mengayomi dan melindungiku, serta memberikan kehangatan dan rasa nyaman, itulah yang membuatku sulit untuk lepas darimu. Kau benar-benar sosok suami idaman setiap wanita di muka bumi ini, Aji," ucap Ratih lirih."Aku tidak sebaik yang kau pikirkan, Ratih. Dan kadang aku masih dihantui masa laluku yang begitu kelam," balas Aji. Pandanganyna terangkat naik menatap bintang dan bulan yang tersenyum melihat kebahagiaan mereka berdua."Tidak, Aji ... Aku tahu kau tidak pandai bermain tutur kata untuk mengekspresikan sisi romantismu. Tapi dari sikapmu itulah kau menunjukkan bahwa kau sosok yang begitu bertanggung jawab dan perhatian. Dan yang membuatmu begitu istimewa di mataku, kau bahkan rela berkorban nyawa demi untuk membantu orang lain." Ratih merebahkan tubuhnya dan menggunakan paha Aji sebagai bantal.Aji menatap wajah cantik yang kini tidur berbantal pahanya. "Satu yang kuharapkan darimu ketika kita menikah nanti, Ratih. Aku harap kau bisa me
Bargowo menoleh keluar penginapan lalu mengacungkan 3 jari yang disambut anggukan kepala Aji."Kami pesan 3 kamar, Nisanak. Berapa?" ucap Bargowo."Untuk berapa malam, Tuan?""Malam ini saja," jawab Bargowo seraya menyerahkan satu koin emas kepada wanita pemilik penginapan.Wanita itu melongo tak percaya Bargowo dengan begitu mudahnya mengeluarkan koin emas. Padahal dari penampilannya, wanita itu menilai Bargowo tidak menunjukkan sosok yang berharta."Maaf, Tuan. 3 kamar untuk 1 malam hanya satu setengah koin perak saja, dan ini ... aku tidak punya kembaliannya.""Belikan kami makanan dan ambil saja kembaliannya, atau berikan kepada penduduk desa ini yang membutuhkan bantuan," jawab Bargowo enteng. Tidak terlihat ada sedikitpun raut keberatan di wajahnya."Yang benar, Tuan?""Apa aku terlihat berbohong?" Bargowo menatap wanita itu dengan tajam. Setelah itu dia berjalan keluar memanggil Aji dan yang
Setelah 500 meter meninggalkan desa, akhirnya mereka menemukan sebuah jalan setapak yang memiliki ciri-ciri seperti penjelasan wanita pemilik penginapan.Dua batang pohon besar yang mengapit jalan setapak itu merupakan ciri utama yang bisa mereka ingat. Setelah berembuk sebentar, mereka kemudian kembali memacu kudanya dengan cepat dan meninggalkan debu tebal yang mengambang di belakang.Tanpa terasa dua jam berlalu. Mereka akhirnya tiba di sebuah hutan yang jika dilihat dari luar tampak begitu lebat dan gelap. Ada sedikit keraguan diperlihatkan Bargowo, tapi pengalaman sebagai pemimpin perampok mengatakan bahwa hutan yang dianggap angker biasanya menyimpan suatu rahasia.Aji dan Ratih yang menunggangi seekor kuda berjalan paling depan. selanjutnya Bargowo dan Rangga paling belakang.Bukan tanpa alasan tentunya Jika Aji memasuki hutan itu terlebih dahulu. Ketajaman matanya dan pendengarannya yang kuat pastinya menjadi alasan khusus dia me
Kedua orang tersebut hanya bisa melotot ketika serangannya yang sudah jelas-jelas akan bisa melukai lawannya, tiba tiba seperti membentur sebuah benda yang sangat padat dan kuat. Bahkan pedang mereka sampai sedikit tumpul karenanya.Seperti yang sudah diajarkan kakek moyangnya kemarin ketika dia tidur seusai mengalahkan pasukan Pangeran Dananjaya, Aji melesatkan serangan energi yang secara cepat menyerang mereka keempat lawannya.Tak mau menjadi sasaran empuk, keempat sosok berjubah hitam itu dengan kecepatan kedua pedang di tangannya, berusaha menangkis serangan energi yang meluncur ke arah mereka. Namun belum sempat mereka menjejakkan diri dengan tegap, belasan serangan energi lainnya langsung menerjang mereka. Mau tak mau, mereka berlompatan menghindar dari pada mati percuma."Hati-hati, dia bukan pendekar sembarangan. seranganya benar-benar merepotkan!"ucap salah seorang dari 4 Jagal Hitam dengan geram.Mereka berempat kemudian melompat mu
"Mereka cepat sekali!" Bayu menangkis serangan pedang terbang yang seakan tidak mau berhenti bergerak ke arahnya. Selain menangkis pedang terbang, dia juga harus meladeni dua sosok bertopeng yang terus mencecarnya dengan serangan.Aji menambahkan kecepatannya untuk menghindari pedang terbang yang terus mengincarnya dan sekaligus memberi serangan kepada dua sosok yang menyerangnya dari jarak dekat.Serangan tiba-tiba yang dilepaskan Aji berhasil mendesak dua sosok bertopeng itu terdesak mundur. Di saat bersamaan dia menarik sedikit energi hitam pedang Kegelapan untuk membuat serangannya semakin kuat.Aji kembali bergerak cepat ke arah satu sosok bertopeng, dan melepaskan tebasan kuat mengincar leher lawan. Belum sempat ujung pedangnya mencapai titik sasaran, sebuah pedang terbang bergerak ke arah titik butanya dan berhasil menggores punggungnya. Seketika darah segar mengalir keluar dari luka tersebut dan membasahi bagian belaka
"Kita tidak punya rencana lain sekarang. Kalau kau punca rencana untuk melumpuhkannya, katakan sekarang!" sahut yang lain."Apa kalian sudah berdiskusi untuk siap mati?" cibir Aji. Ujung bilah Pedang Kegelapan diarahkannya tertuju kepada mereka berempat, "Jangan harap aku akan membiarkan kalian hidup lebih lama!" tambahnya."Sialan! Kita sudah salah memilih lawan.""Kita bukan salah memilih lawan, tapi memang tugas kita menjaga kedalaman hutan ini dan tidak membiarkan siapapun boleh memasukinya.""Kalian sudah membuang waktuku!" teriak Aji, lalu melesat maju memberi serangan. Langkah angin dikerahkannya untuk mempercepat serangannya.Tak pelak kecepatan Aji yang jauh meningkat membuat 4 Jagal Hitam kelimpungan dibuatnya. Mereka tak pernah mengira jika tenaga dalam yang dimiliki lawannya masih begitu banyak. Sedangkan mereka sendiri sudah hampir kehabisan tenaga dalam karena menggunakan formasi Pedang Terbang dan mengendalikan Peda
"Terima kasih, Kisanak," ucap Aji. Pandangannya menoleh samping ketika Ratih sudah berada di sampingnya.Lelaki tampan itu melompat ke atas punggung kudanya dan memacunya cepat membelah hutan luas tersebut. Rangga dan Bargowo lebih dulu memacu kuda mereka, karena masalah sudah dipastikan tidak akan lagi setelahnya."Untung aku mengawasi kalian dari atas selama pertarungan. Dia tadi juga sudah mengetahui keberadaanku sebenarnya, tapi entah kenapa dia membiarkanku saja," kata lelaki bungkuk itu, setelah Aji dan yang lainnya pergi meninggalkan mereka."Apa guru pernah mengenal atau mendengar tentangnya?""Tidak, tapi pedang pusaka yang digunakannya itu memiliki kekuatan yang sangat mengerikan jika kekuatannya sudah sepenuhnya dia keluarkan."4 Jagal Hitam menelan ludahnya berkali-kali. Mereka baru sadar jika lawan mereka mengeluarkan kekuatannya sejak awal, maka mereka tidak akan bisa bertahan lama.Hingga hampir menjelang malam, me
Aji tentu saja seketika dibuat terkejut. Padahal penerimaan para prajurit tadi malam baik-baik saja terhadap mereka. Tapi kenapa sikap mereka berbeda saat ini."Tapi atas dasar apa kami tidak boleh meninggalkan kadipaten ini, Tuan? Apa kesalahan yang telah kami lakukan?""Kalian tadi malam telah melanggar waktu yang sudah ditetapkan ketika masuk ke dalam kadipaten Sarirejo ini," jawab seorang prajurit."Melanggar apa? Teman kalian yang berjaga di pintu gerbang mengijinkan kami masuk tadi malam!" bantah Aji."Sudah jangan banyak bicara, segera ikut kami!" bentak seorang prajurit.Aji sedikit mengernyitkan dahinya ketika sekilas melihat dua orang prajurit yang lain tersenyum tipis. Dia merasa ada yang janggal dengan sikap yang ditunjukkan prajurit kadipaten Sarirejo.Untuk membuktikan rasa penasarannya, dia pun berpikiran untuk mengikuti permainan para prajurit itu. Dia yakin ada sesuatu di balik sikap yang