Bargowo menoleh keluar penginapan lalu mengacungkan 3 jari yang disambut anggukan kepala Aji.
"Kami pesan 3 kamar, Nisanak. Berapa?" ucap Bargowo.
"Untuk berapa malam, Tuan?"
"Malam ini saja," jawab Bargowo seraya menyerahkan satu koin emas kepada wanita pemilik penginapan.
Wanita itu melongo tak percaya Bargowo dengan begitu mudahnya mengeluarkan koin emas. Padahal dari penampilannya, wanita itu menilai Bargowo tidak menunjukkan sosok yang berharta.
"Maaf, Tuan. 3 kamar untuk 1 malam hanya satu setengah koin perak saja, dan ini ... aku tidak punya kembaliannya."
"Belikan kami makanan dan ambil saja kembaliannya, atau berikan kepada penduduk desa ini yang membutuhkan bantuan," jawab Bargowo enteng. Tidak terlihat ada sedikitpun raut keberatan di wajahnya.
"Yang benar, Tuan?"
"Apa aku terlihat berbohong?" Bargowo menatap wanita itu dengan tajam. Setelah itu dia berjalan keluar memanggil Aji dan yang
Setelah 500 meter meninggalkan desa, akhirnya mereka menemukan sebuah jalan setapak yang memiliki ciri-ciri seperti penjelasan wanita pemilik penginapan.Dua batang pohon besar yang mengapit jalan setapak itu merupakan ciri utama yang bisa mereka ingat. Setelah berembuk sebentar, mereka kemudian kembali memacu kudanya dengan cepat dan meninggalkan debu tebal yang mengambang di belakang.Tanpa terasa dua jam berlalu. Mereka akhirnya tiba di sebuah hutan yang jika dilihat dari luar tampak begitu lebat dan gelap. Ada sedikit keraguan diperlihatkan Bargowo, tapi pengalaman sebagai pemimpin perampok mengatakan bahwa hutan yang dianggap angker biasanya menyimpan suatu rahasia.Aji dan Ratih yang menunggangi seekor kuda berjalan paling depan. selanjutnya Bargowo dan Rangga paling belakang.Bukan tanpa alasan tentunya Jika Aji memasuki hutan itu terlebih dahulu. Ketajaman matanya dan pendengarannya yang kuat pastinya menjadi alasan khusus dia me
Kedua orang tersebut hanya bisa melotot ketika serangannya yang sudah jelas-jelas akan bisa melukai lawannya, tiba tiba seperti membentur sebuah benda yang sangat padat dan kuat. Bahkan pedang mereka sampai sedikit tumpul karenanya.Seperti yang sudah diajarkan kakek moyangnya kemarin ketika dia tidur seusai mengalahkan pasukan Pangeran Dananjaya, Aji melesatkan serangan energi yang secara cepat menyerang mereka keempat lawannya.Tak mau menjadi sasaran empuk, keempat sosok berjubah hitam itu dengan kecepatan kedua pedang di tangannya, berusaha menangkis serangan energi yang meluncur ke arah mereka. Namun belum sempat mereka menjejakkan diri dengan tegap, belasan serangan energi lainnya langsung menerjang mereka. Mau tak mau, mereka berlompatan menghindar dari pada mati percuma."Hati-hati, dia bukan pendekar sembarangan. seranganya benar-benar merepotkan!"ucap salah seorang dari 4 Jagal Hitam dengan geram.Mereka berempat kemudian melompat mu
"Mereka cepat sekali!" Bayu menangkis serangan pedang terbang yang seakan tidak mau berhenti bergerak ke arahnya. Selain menangkis pedang terbang, dia juga harus meladeni dua sosok bertopeng yang terus mencecarnya dengan serangan.Aji menambahkan kecepatannya untuk menghindari pedang terbang yang terus mengincarnya dan sekaligus memberi serangan kepada dua sosok yang menyerangnya dari jarak dekat.Serangan tiba-tiba yang dilepaskan Aji berhasil mendesak dua sosok bertopeng itu terdesak mundur. Di saat bersamaan dia menarik sedikit energi hitam pedang Kegelapan untuk membuat serangannya semakin kuat.Aji kembali bergerak cepat ke arah satu sosok bertopeng, dan melepaskan tebasan kuat mengincar leher lawan. Belum sempat ujung pedangnya mencapai titik sasaran, sebuah pedang terbang bergerak ke arah titik butanya dan berhasil menggores punggungnya. Seketika darah segar mengalir keluar dari luka tersebut dan membasahi bagian belaka
"Kita tidak punya rencana lain sekarang. Kalau kau punca rencana untuk melumpuhkannya, katakan sekarang!" sahut yang lain."Apa kalian sudah berdiskusi untuk siap mati?" cibir Aji. Ujung bilah Pedang Kegelapan diarahkannya tertuju kepada mereka berempat, "Jangan harap aku akan membiarkan kalian hidup lebih lama!" tambahnya."Sialan! Kita sudah salah memilih lawan.""Kita bukan salah memilih lawan, tapi memang tugas kita menjaga kedalaman hutan ini dan tidak membiarkan siapapun boleh memasukinya.""Kalian sudah membuang waktuku!" teriak Aji, lalu melesat maju memberi serangan. Langkah angin dikerahkannya untuk mempercepat serangannya.Tak pelak kecepatan Aji yang jauh meningkat membuat 4 Jagal Hitam kelimpungan dibuatnya. Mereka tak pernah mengira jika tenaga dalam yang dimiliki lawannya masih begitu banyak. Sedangkan mereka sendiri sudah hampir kehabisan tenaga dalam karena menggunakan formasi Pedang Terbang dan mengendalikan Peda
"Terima kasih, Kisanak," ucap Aji. Pandangannya menoleh samping ketika Ratih sudah berada di sampingnya.Lelaki tampan itu melompat ke atas punggung kudanya dan memacunya cepat membelah hutan luas tersebut. Rangga dan Bargowo lebih dulu memacu kuda mereka, karena masalah sudah dipastikan tidak akan lagi setelahnya."Untung aku mengawasi kalian dari atas selama pertarungan. Dia tadi juga sudah mengetahui keberadaanku sebenarnya, tapi entah kenapa dia membiarkanku saja," kata lelaki bungkuk itu, setelah Aji dan yang lainnya pergi meninggalkan mereka."Apa guru pernah mengenal atau mendengar tentangnya?""Tidak, tapi pedang pusaka yang digunakannya itu memiliki kekuatan yang sangat mengerikan jika kekuatannya sudah sepenuhnya dia keluarkan."4 Jagal Hitam menelan ludahnya berkali-kali. Mereka baru sadar jika lawan mereka mengeluarkan kekuatannya sejak awal, maka mereka tidak akan bisa bertahan lama.Hingga hampir menjelang malam, me
Aji tentu saja seketika dibuat terkejut. Padahal penerimaan para prajurit tadi malam baik-baik saja terhadap mereka. Tapi kenapa sikap mereka berbeda saat ini."Tapi atas dasar apa kami tidak boleh meninggalkan kadipaten ini, Tuan? Apa kesalahan yang telah kami lakukan?""Kalian tadi malam telah melanggar waktu yang sudah ditetapkan ketika masuk ke dalam kadipaten Sarirejo ini," jawab seorang prajurit."Melanggar apa? Teman kalian yang berjaga di pintu gerbang mengijinkan kami masuk tadi malam!" bantah Aji."Sudah jangan banyak bicara, segera ikut kami!" bentak seorang prajurit.Aji sedikit mengernyitkan dahinya ketika sekilas melihat dua orang prajurit yang lain tersenyum tipis. Dia merasa ada yang janggal dengan sikap yang ditunjukkan prajurit kadipaten Sarirejo.Untuk membuktikan rasa penasarannya, dia pun berpikiran untuk mengikuti permainan para prajurit itu. Dia yakin ada sesuatu di balik sikap yang
"Sekarang kau mau apa, Adipati mes*m? Aji tersenyum menyeringai menunjukkan sisi bengisnya."Kau bisa saja menjatuhkan tangan dan nafsumu kepada setiap wanita yang kau kehendaki, tapi tidak kepada kekasihku! Aku tidak perlu tahu sudah berapa wanita yang kau injak-injak dan kau nodai kehormatannya. Hari ini aku sudah melihat sendiri bukti yang membuatku bisa untuk memberimu hukuman mati." Aji mempererat cengkeraman tangannya hingga membuat Adipati tersebut semakin sulit untuk bernafas.Para prajurit yang ada di aula itu hanya diam tak berani bergerak sedikitpun. Melihat pemimpin mereka nyawanya sudah di ujung tanduk membuat mereka kebingungan. Belum lagi Bargowo dengan golok besarnya tentu akan dengan mudah membelah tubuh mereka jika berani maju barang selangkahpun."A-aku tidak bermaksud buruk kepada kekasihmu, Pendekar. Dan tuduhanmu itu tidak be-benar, aku tidak pernah menodai wanita manapun." Tergagap Adipati tersebut mencoba membela diri.
Para prajurit itu tersentak kaget, karena lelaki tampan yang sedang menatap tajam ke arah mereka itu seolah-olah bisa membaca apa yang ada di dalam hati mereka. Dan itu membuat ketakutan mereka semakin membesar."Begini saja." Aji tiba-tiba berubah pikiran. "Aku tidak akan melaporkan perbuatan kalian kepada Paduka Raja. Tapi kalian harus benar-benar berjanji tidak akan melakukan kesalahan yang sama! Dan jika aku nanti mendengar satu saja prajurit Kadipaten Sarirejo ini mengulangi kesalahannya, maka seluruh prajurit yang ada di kabupaten ini akan mendapat hukuman berat.""Dan ada lagi, jika para prajurit yang ada di luar aula ini berani menghalangi jalan kami menuju istana di Kotaraja, maka aku tidak akan membiarkan satupun dari kalian yang hidup! Kalau kalian tidak percaya aku bisa membunuh kalian semua, maka buktikan saja!" sambung Aji. Senyumnya terlihat begitu dingin tapi memberikan intimidasi yang sangat kuat.Para prajurit itu hanya terdiam dan
"Kau! Energi apa yang kau miliki itu?"Raja Iblis dibuat heran dengan kemampuan lawan yang bahkan menurutnya memiliki kekuatan lebih besar dari pada yang dibayangkannya. Selain itu, energi yang keluar dari tubuh lawan sejauh ini tidak pernah diketahuinya."Itu tadi belum seberapa, Iblis busuk! Kali ini aku akan mengeluarkan semua kemampuan yang kumiliki!" Aji yang sudah memegang pedang Mustika Naga Bumi, mengerahkan semua energi yang dimilikinya.‘Tidak mungkin!’ pekik Raja Iblis dalam hati. Dia terkejut dengan energi pemuda itu yang menjadi berlipat ganda, setelah pedang di tangannya mengeluarkan aura hijau terang."Sekarang terimalah ajalmu! Kembalilah kau ke alammu Iblis biadab!” Pedang Mustika Naga Bumi di tangan Aji memancarkan energi yang begitu besar, bahkan lebih besar dari energi yang dikeluarkan Raja Iblis di awal kemunculannya tadi.Tiba-tiba saja, suara tawa Raja Iblis terdengar menggelegar. "Hahaha ... Aku memang terkejut dengan kemampuanmu, manusia hina! Tapi kau pun ju
Setelah debu pekat yang menutupi pandangannya menghilang, Aji yang masih dalam keadaan tergeletak di tanah bisa melihat dengan jelas jika Caraka masih berdiri dengan kokoh di tempatnya berdiri. Bahkan tubuhnya tidak sedikit pun bergeser dari tempatnya semula. Pendekar yang belum genap 30 tahun tersebut merasakan nyeri yang begitu hebat di dadanya. Dia kemudian terbatuk kecil dan lalu memuntahkan darah segar dari mulutnya. ‘Kekuatannya sangat besar. Bahkan energiku saja tidak mampu untuk menggoyahkannya,’ gumam dalam hati. Tubuh Caraka kemudian melayang satu meter di atas tanah. Dia lalu bergerak maju mendekati Aji yang belum juga bangkit berdiri, "Apa kau sudah sadar betapa jauhnya perbedaan kekuatan kita berdua? Aku tahu kau belum mengeluarkan energi terkuatmu, tapi meskipun kau mengeluarkannya, itu tidak akan merubah apapun!" Caraka yang masih merasa geram dengan Aji langsung melesat tanpa terlihat seusai berbicara. Tendangan kerasnya mendarat dengan telak di perut Aji, hingga m
Rasa terkejut Aji belum selesai, tiba-tiba saja muncul bayangan hitam berbentuk cakar naga melayang di angkasa. Bayangan hitam itu menutupi matahari sehingga suasana yang semula terang menjadi redup. “Jurus apapun yang kau keluarkan tidak akan bisa mengalahkan aku!” ucap Ki Brenggolo Karang. Seusai berucap, energi yang lebih besar meluap dari tubuhnya. Secara perlahan energi tersebut semakin membuat Aji tertekan. Namun suami Ratih itu masih menunggu kesempatan untuk menjatuhkan jurus Naga Bumi Mengoyak Langit yang masih mengambang di angkasa. Dia terus menarik unsur alam yang ada di sekitar hutan tersebut untuk menambah daya hancur jurus yang hendak dikeluarkannya. Sejauh ini, Ki Brenggolo Karang belum menyadari apa yang dilakukan Aji. Dia menduga lawannya itu hanya menggunakan tenaga dalamnya untuk bertahan dari tekanan energi yang dikeluarkannya. Selain itu, redupnya sinar matahari juga menurutnya hanya karena tertutup awan tebal saja.Beberapa saat kemudian, Cakar Naga raksasa y
Aura hitam yang menyelimuti tubuh Ki Brenggolo Karang perlahan menghilang. Dia sadar jika terus menggunakannya dalam jangka panjang, yang ada tenaga dalamnya akan berkurang drastis. Murid Caraka itu juga berpikir harus bisa mengefektifkan serangannya lebih tepat lagi. Dia melihat jika lawannya itu masih menyimpan kekuatannya yang sebenarnya. Itu terlihat dari kondisinya yang masih terlihat bugar meski sudah terkena serangannya.Melihat aura hitam di tubuh Ki Brenggolo Karang menghilang, Aji tersenyum lebar. Kuat dugaan energi lawan sudah berkurang cukup signifikan. Memaksa menggunakan kabut beracun dalam jangka panjang jelas menguras energinya.Di antara reruntuhan pepohonan dan kepulan debu, pertarungan sengit masih terus terjadi di antara kedua pendekar yang tidak henti bertukar serangan. Beberapa pohon kembali bertumbangan terkena dampak pertarungan mereka berdua.Seperti terjadi kesepakatan, mereka berdua melompat mundur mengambil jarak. Nafas mereka tersengal-sengal terasa berat
Belum juga sempat menyeimbangkan tubuhnya, serangan kembali muncul tanpa terlihat oleh mata Aji. Dia hanya merasakan energi besar saja yang bergerak menyerangnya. Aji kembali bergerak menghindar. Dia melompat menyamping dua langkah. Namun tiba-tiba sebuah pukulan menghantam punggungnya dengan begitu keras, hingga membuatnya terjungkal dan bergulingan di tanah berulang kali. Batuk kecil terdengar dari mulut Aji. Sesaat kemudian, darah segar meleleh keluar dari sudut bibirnya. Sambil bangkit berdiri, dia mengusap darah tersebut dengan punggung tangannya. Belum sempat pemuda itu berdiri tegak, kembali sebuah serangan yang tidak bisa dilihat menghajar dadanya dengan telak. Beruntung Aji masih sempat menahannya dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada ketika merasakan energi besar yang bergerak ke arahnya. Meskipun bisa melindungi dadanya, tapi tak urung tubuh Aji harus kembali terlempar hampir 12 langkah ke belakang hingga membentur sebuah batang pohon.Batuk kecil kembali te
Sementara itu di sekitar lembah, terdapat sebuah gubuk kecil yang berdiri di dekat sungai kecil. Air di sungai itu berasal dari air terjun yang berada tidak jauh dari gubuk itu berdiri. Di dalam gubuk, Sanjaya terlihat duduk sendirian di sudut ruangan dengan wajah pucat pasi. Dia menunggu kedatangan Ki Brenggolo Karang yang menemui Caraka sejak dia baru datang di gubuk tersebut. Menjelang tengah malam, Ki Brenggolo Karang akhirnya kembali ke gubuknya yang biasa digunakannya beristirahat sehari-hari. Sanjaya yang tertidur sambil memeluk lutut, terbangun ketika terdengar suara pintu dibuka. “Ki, akhirnya kau kembali,” ucap Sanjaya pelan.“Kenapa kau kemari tanpa membawa gadis, Sanjaya? Apa kau tidak tahu jika proses yang dilakukan Guru Caraka sudah mendekati akhir?” tanya Ki Brenggolo Karang seraya menatap tajam Sanjaya yang menunduk ketakutan.“Maaf, Ki, sebenarnya tiga gadis tambahan yang dibutuhkan sudah tersedia, tapi sebelum aku membawanya kemari, ternyata anak buahku telah menc
Tubuh tinggi besar itupun terguling hingga menabrak dinding. Suara tubuhnya yang jatuh terdengar cukup keras. Aji berjalan mendekati lelaki itu dan berjongkok di sampingnya. ‘Hmmmm … ternyata pingsan,”’ batinnya. Aji bangkit berdiri untuk melihat kondisi istrinya yang masih berada di dalam kamar. Setelah Aji mengalirkan energinya ke dalam tubuh Ratih, wajah wanita cantik yang pucat itupun kembali segar seperti semula. “Kang, kenapa aku bisa ada di tempat ini?” tanya Ratih. “Panjang ceritanya, nanti saja kuceritakan. Sekarang kita selamatkan dulu gadis yang lain,” kata Aji. Dilihatnya tali tambang di atas sebuah lemari, kemudian diambilnya. ***Tiga orang gadis sudah dikeluarkan dari kamar, salah satunya adalah anak kepala desa Sudirjo. Sedang lelaki bertubuh besar terikat erat di sebuah kursi di ruang tamu. Setelah lelaki itu sadar, Aji pun melakukan interogasi. Dari pengakuannya, lelaki bernama Sanjaya itu diperintah oleh seorang lelaki tua yang merupakan bawahan dari Caraka, s
“Kalian kira aku sedang melucu?” Aji menggeleng dengan satu sudut bibir terangkat naik, “Tapi tidak apa-apa jika kalian berpikir seperti itu. Kalian nanti bisa tertawa sepuasanya setelah kucabut nyawa satu-satunya yang kalian miliki!” Hahahahaha! Semakin keraslah tawa 8 orang penjaga itu. Bahkan tawa mereka sampai terdengar masuk ke dalam dan memantik keingintahuan penjaga yang berada di dalam. Pintu gerbang pun terbuka, beberapa orang tampak keluar menemui 8 penjaga gerbang. “Kenapa kalian tertawa begitu keras, apa ada yang lucu?” tanya seorang penjaga yang baru saja keluar. “Lihatlah dia, katanya dia akan memberi hukuman kepada kita, bukankah itu sesuatu yang lucu? Apa hanya karena dia membawa pedang terus kita harus takut? Hahahaha!” “Kalian pasti akan ketakutan hingga meminta untuk tidak dibunuh!” sela Aji, kemudian bergerak begitu cepat hingga tiba-tiba sudah berada di depan penjaga yang sudah meremehkannya. Jari tangan Aji langsung mencengkeram leher orang itu hingga kesu
Jendela kamar pun terbuka. Dua orang langsung melompat masuk ke dalam. Suasana kamar yang gelap tidak menyulitkan mereka berdua untuk menemukan ranjang yang digunakan Ratih tidur. Perlahan tubuh Ratih diangkat dan dibawa keluar. Satu orang yang berada di luar menerima tubuh wanita cantik itu. Mereka tidak memeriksa terlebih dahulu, karena merasa sudah mendapatkan targetnya. Dari atas atap, Aji merasa heran karena tidak ada perlawanan sedikitpun dari istrinya. Padahal seharusnya jika dalam posisi tersebut, Ratih pasti terbangun. Aji menilai ketiga orang tersebut menggunakan bius untuk membuat istrinya tidak sadar. Ketiga orang itu kemudian pergi sambil membawa Ratih. Suasana yang sepi membuat aksi mereka berjalan lancar tanpa ada halangan hingga keluar desa. Aji terus mengikuti dari belakang, dia menjaga jarak agar tidak diketahui ketiga orang yang membawa istrinya hingga masuk ke dalam hutan. Hampir tiga jam berjalan di dalam hutan, ketiga orang itu akhirnya sampai di bibir hutan,