Share

Bab 4

Author: Esther
Sebelumnya, Liana tidak pernah menyangka kalau kejadian pacar yang selingkuh dengan sahabatnya akan menimpa dirinya. Dia selalu berpikir kalau itu adalah kejadian absurd yang ditulis oleh seorang penulis skenario. Baru setelah itu benar-benar terjadi padanya, Liana akhirnya memahami pepatah yang mengatakan, 'Tanpa ada kejadian dari kehidupan, tidak akan ada seni'.

Dia masih ingat betapa mendalam keterkejutan dan perasaan terkhianatinya saat membuka pintu asrama sekolah hari itu dan melihat Hamdan serta Winda sedang bersama.

Salah satunya adalah sahabatnya dan yang lainnya adalah orang yang paling dia andalkan selain kakaknya. Tetapi, mereka menggunakan cara yang paling kotor dan paling tajam untuk menyakiti hati Liana.

"Liana?" Winda tertegun sejenak.

Liana sudah mengalihkan pandangannya dan menyeret kopernya ke dalam.

Dia tidak berniat menyapa mereka. Bagaimanapun, masa lalu telah berlalu. Dia dan Hamdan sudah putus dan persahabatannya dengan Winda juga telah berakhir. Mulai sekarang, dia tidak ingin berurusan dengan kedua orang ini lagi.

Winda meraih lengan Hamdan dan berjalan masuk, lalu pintu lift tertutup. Winda menoleh ke arah Liana dan berkata, "Kudengar kamu mendapatkan pekerjaan. Apa kamu akan melakukan perjalanan bisnis?"

Liana menunduk dan mengiakan. Dia menganggap itu sudah selesai.

Setelah Winda melihat ini, dia tidak berkata apa-apa lagi.

Saat lift sampai dilantai satu, Liana menarik koper dan berjalan keluar. Tanpa diduga, dia melakukan kesalahan dengan tergesa-gesa dan salah satu roda koper tersangkut di celah. Liana menariknya dengan kuat dua kali, wajahnya sudah memerah, tetapi kopernya sama sekali tidak bergerak.

Tepat saat dia tidak tahu harus berbuat apa, Hamdan mengulurkan tangannya dan mendorong koper dengan pelan, akhirnya roda koper itu keluar.

"Terima kasih." Liana mengucapkan terima kasih dengan pelan dan pergi karena malu.

Pintu lift tertutup kembali dan berlanjut turun ke bawah.

Winda melirik Hamdan dan berkata dengan intonasi yang tidak jelas, "Sepertinya Liana sudah banyak berubah dan aku rasa dia masih marah pada kita. Menurutmu, apa aku harus menemuinya dan meminta maaf padanya?"

"Apa itu perlu?" Hamdan berkata dengan tenang, "Sudah terjadi seperti ini, apa gunanya minta maaf?"

Winda mengerucutkan bibirnya dan berkata dengan sedih, "Hamdan, apa kamu menyalahkanku?"

Hamdan hanya diam.

Winda melepaskan tangannya dari lengan Hamdan dan berkata, "Hamdan, kalau kamu nggak bisa melepaskan Liana, aku akan menjelaskan masalah kita padanya. Ini awalnya memang salahku dan aku akan bertanggung jawab. Liana orang yang baik, dia pasti bisa memaafkanmu ...."

Pintu lift terbuka dan tempat parkir bawah tanah di lantai dua terang benderang.

Winda berlari keluar lift sambil menangis dan dihadang oleh sebuah mobil yang melaju kencang dengan klaksonnya yang berbunyi keras, Winda berdiri di tengah jalan seolah dia kehilangan kemampuan untuk bereaksi, mengangkat tangannya untuk menutupi matanya, tapi lupa menghindarinya.

Untungnya, Hamdan datang dengan cepat dan mengulurkan tangan untuk menariknya tepat waktu. Rem mobil hampir berasap, melewati mereka berdua dan berhenti dengan suara melengking. Pengemudi itu mengeluarkan kepalanya keluar jendela mengutuk beberapa kata, kemudian dia pergi.

"Kamu mau mati?" Hamdan memegang pergelangan tangan Winda, dia berkata dengan suara yang bergetar.

Adegan tadi terlalu mendebarkan, kalau dia terlambat satu detik saja, Winda mungkin sudah mati.

Winda juga sangat ketakutan hingga wajahnya menjadi pucat. Air matanya terus mengalir, dia menangis sampai gemetar dan melemparkan dirinya ke pelukan Hamdan. Dia tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun.

Hamdan menghela napas, lalu mengulurkan tangannya untuk memeluknya dan dengan lembut menghiburnya. "Sudah, jangan menangis lagi ...."

....

Liana naik taksi kembali ke asrama sekolah. Ini adalah satu-satunya tempat dia bisa tinggal setelah keluar dari rumah kakaknya. Awalnya, asrama itu untuk empat orang, karena ini adalah akhir semester tahun terakhir, setelah mendapatkan pekerjaan mereka semua pindah satu per satu.

Liana biasanya tidak tinggal di sini, tetapi tokonya belum dipindahkan.

Sebelum kejadian perselingkuhan itu, Winda tinggal sendirian di sini. Karena keluarganya tinggal di luar kota dan dia juga belum mendapatkan pekerjaan magang.

Saat Liana datang malam itu, dia mendengar dari teman-teman sekelasnya kalau ada pemadaman listrik di asrama. Dia khawatir Winda akan takut sendirian, jadi dia datang untuk menemaninya. Tetapi, saat membuka pintu dia malah melihat pemandangan itu ....

Sekarang Winda tidak tinggal di sini lagi. Kudengar Hamdan menyewakan rumah untuknya di luar.

Liana sangat sibuk sejak dia bergabung dengan Perusahaan Lewis. Dia bangun pagi dan pulang larut malam. Dia sangat terkejut karena melihat mereka berdua di lingkungan tempat tinggal kakaknya hari ini.

Tidak disangka, rumah yang disewakan Hamdan untuk Winda ternyata ada di komplek kakaknya dan juga di gedung yang sama.

Entah itu hanya kebetulan atau memang disengaja, Liana sudah tidak mau memikirkannya lagi. Sekarang dia merasa kalau pindah adalah hal yang benar. Ada banyak peluang untuk bertemu seseorang dan itu tidak bisa dihindari. Singkatnya, dia hanya merasa tidak nyaman.

Setelah membereskan tempat tidur, ponsel Liana berdering.

Itu adalah telepon dari kakaknya. Suaranya terdengar sedikit menangis saat dia berbicara, "Liana, kamu kenapa? Kamu baik-baik saja, 'kan? Kenapa nggak pamitan padaku? Kamu dimana? Aku akan datang menjemputmu."

Liana bersandar di tempat tidur, "Kak, aku pindah lagi ke asrama sekolah. Saat lulus masa magang nanti, aku bisa mendaftar di asrama karyawan di perusahaan ...."

"Ada tempat di rumah, kenapa tinggal di asrama karyawan? Tunggu aku, kakak akan segera datang menjemputmu ...."

"Kak!" Liana berteriak dengan sungguh-sungguh.

Linda langsung terdiam.

Liana menahan semua emosi sedihnya, menatap ke langit-langit dan berpura-pura santai. "Kakak, aku sudah dewasa. Aku nggak mau jadi bebanmu lagi dan aku juga ingin jadi sandaranmu."

Linda duduk di kursi ruang tamu, memegang ponsel dan air mata terus mengalir. Dia menyeka air matanya dan berkata, "Aku nggak perlu bergantung padamu. Aku cuma butuh kamu di sisiku. Nggak peduli berapa umurmu, kamu akan selalu jadi adikku."

"Kak, terima kasih. Tapi kali ini aku benar-benar ingin bisa mandiri. Kak, kamu akan mendukungku, 'kan?"

Suara Linda terdengar serak, "Bagaimana kalau aku nggak mendukungmu? Apa kamu akan langsung pulang?"

"Nggak." Liana tersenyum, air mata mengalir tanpa suara, "Saat tumbuh dewasa, apa pun yang aku lakukan, kakakku akan mendukungku. Dia adalah kakak perempuan terbaik di dunia."

Linda tidak berbicara untuk waktu yang lama. Meski dia telah mencoba yang terbaik untuk menahan diri, Liana masih mendengar isak tangisnya.

"Kak, saat aku menghasilkan banyak uang nanti, aku akan membelikanmu rumah besar dan membukakan toko untukmu. Kamu dan kakak ipar nggak perlu bekerja terlalu keras lagi."

Barulah saat itu Linda tertawa dan berkata, "Kamu ini! Aku nggak mau rumah besar atau toko. Kakak iparmu dan aku cuma orang biasa dan kami nggak berharap untuk berumur panjang. Liana, kamu cuma perlu ingat ini, kakak nggak mau apa pun, kakak cuma mau kamu baik-baik saja. Selama kamu bahagia, aku lebih puas dari apa pun."

"Ya." Liana mengangguk dalam, "Kak, aku pasti bisa melakukannya!"

Setelah menutup telepon, Liana menangis untuk beberapa saat.

Tok, tok, tok ....

Tiba-tiba ada suara ketukan di pintu. Liana menyeka air matanya dan pergi untuk membuka pintu. Saat pintu terbuka, ternyata hari sudah berganti malam dan wajah tampan Yohan membesar di depannya ....

Comments (6)
goodnovel comment avatar
Isnaini Putri S
kok yohan bisa tau tempat liana berada ?
goodnovel comment avatar
Meida Situmorang
jadi penasaran...lanjut
goodnovel comment avatar
Eamroe Aura
bisa ga sih loncat ke bab 90an?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 5

    "Hah ...." Liana menjerit dan terbangun dari mimpinya. Saat membuka mata, dia mendapati dirinya terbaring di ranjang rumah sakit. Siang, malam dan Yohan tadi semuanya telah lenyap.Wanita tua di ranjang rumah sakit sebelah yang baru datang bertanya sambil tersenyum, "Gadis kecil, apa kamu bermimpi buruk? Aku lihat saat kamu tertidur, kamu memegang erat sprei dengan kedua tanganmu. Kamu mimpi apa?"Saat dia masih kecil, Liana mendengar kalau dia mengalami mimpi buruk dan menceritakannya, mimpi itu tidak akan terjadi. Saat wanita tua itu bertanya, dia langsung menjawab dengan lancar, "Bosku."Wanita tua itu tertegun, menggelengkan kepalanya dan mendesah, "Bosmu pasti sangat menakutkan."Segera setelah dia selesai berbicara, pintu bangsal dibuka dari luar dan sesosok tubuh kurus dan tinggi muncul.Awalnya Liana mau bangun dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi. Dia masih memakai sandal di satu kaki dan hampir tergelincir dari ranjang rumah sakit saat melihat orang itu datang.Yohan me

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 6

    "Halo, Liana, apa kamu sudah baikan?" Begitu panggilan tersambung, Helena bertanya dengan penuh perhatian.Liana mengangguk, "Ya, sudah baikan.""Apa sekarang kamu masih demam? Kamu sudah makan siang? Kamu lapar nggak? Mau aku pesankan makanan? Atau aku bisa membawakanmu apa pun yang mau kamu makan."Menghadapi kekhawatiran dari Helena, Liana merasa agak bingung dan tidak mengerti. Mereka tidak akrab satu sama lain, tetapi kenapa Helena tiba-tiba sangat mengkhawatirkannya?Namun, dia baik, Liana tidak mungkin mengabaikannya, jadi dia menjawab pertanyaannya satu per satu, "Aku sudah nggak demam. Aku sudah makan siang dan aku nggak lapar. Kalau aku lapar, aku bisa memesan makanan sendiri. Helena, terima kasih sudah perhatian padaku.""Oh ...." Helena merenung sejenak, "Kalau begitu ... apa bos masih ada di sana?""Dia sudah pergi.""Oh ... apa bos secara khusus menjengukmu?""Nggak." Liana tidak bicara tentang fakta kalau nenek Yohan juga dirawat di rumah sakit ini. Bagaimanapun, Yohan a

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 7

    Yohan pergi ke kantor dokter dan menanyakan hasil tes neneknya lebih dulu. Saat dia kembali ke bangsal, Liana sudah bangun dan membungkuk untuk menyelimuti nenek itu.Liana berbalik saat mendengar suara gerakan itu, dia berbalik, matanya masih terlihat seperti baru bangun dari tidur. "Pak Yohan."Suara gadis itu lembut dan mendengarkannya di malam yang gelap ini benar-benar membuat hatinya menjadi nyaman. Yohan agak mengangguk, "Terima kasih sudah merawat nenekku."Yohan tahu alasan kenapa dia tidak pergi. Nenek tidak pernah memuji orang lain dengan mudah, itu menunjukkan kalau Liana memang punya kualitas yang sangat baik."Anda tidak perlu berterima kasih, Saya tidak melakukan apa-apa. Selain itu ... saya juga makan sup iga Anda untuk makan siang."Seperti kata pepatah, 'kamu harus membalas kebaikan seseorang'. Aku memakan sup iganya tadi siang dan membantu merawat neneknya bukan hal uang serius.Yohan meliriknya dan bertanya, "Bagaimana rasanya?""Hah?" Liana tidak menyangka dia akan

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 8

    Saat kemejanya dilepas, punggung putih mulus Liana terlihat di mata Yohan.Ada sedikit kekecewaan di matanya dan dia membuang muka, meminta maaf dengan suara yang dalam, "Maafkan aku."Liana menarik sprei di tempat tidur dan membungkus badannya, dengan air mata terhina. "Pak Yohan, apa ini sudah membuktikannya?"Yohan membuka mulutnya, tetapi merasa apa pun yang dia katakan saat ini terlalu jahat.Saat pergi, dia melirik ke arah lantai dua. Masih ada cahaya redup di jendela. Ekspresi lemah Liana muncul di benaknya. Dia bertanya-tanya apakah dia sedang menutupi wajahnya dan menangis saat ini?Yohan mengambil ponsel dan menelepon Hasan, "Bantu aku menyiapkan hadiah. Yang paling indah untuk seorang gadis."....Begitu Yohan pergi, Liana mengunci pintu dan membawa piyama bersih ke kamar mandi.Setelah melepas jaketnya, bekas di dadanya sedikit memudar, tetapi tetap saja mengejutkan. Tidak banyak bekas luka di punggungnya. Dia mengoleskan salep jadi luka dipunggungnya sudah sembuh, Yohan ti

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 9

    Liana membuka pintu dan melihat Winda berdiri di samping tempat tidurnya, memegang syal yang diberikan oleh Yohan di tangannya."Liana?" Melihat Liana sudah pulang, Winda buru-buru memasukkan barang-barang itu kembali ke dalam tas dan menarik tangan Liana, "Liana, kapan kamu kembali ke asrama? Kenapa kamu nggak memberitahuku?"Liana menarik tangannya dan berjalan tepat di depannya, "Bukannya kamu sudah pindah?""Ya, aku kembali untuk mengambil sesuatu." Winda menghampiri dan menunjuk ke tas bermerek di lemari, "Liana, apa syal itu punyamu?""Ya." Liana menatapnya dengan tatapan dingin dan cuek, "Emang kenapa?""Nggak kenapa-kenapa." Senyuman Winda terlihat palsu, "Syal ini adalah edisi terbatas yang baru dirilis LV bulan lalu. Harganya sangat mahal dan sulit didapat. Aku cuma mau tanya, bagaimana kamu mendapatkannya? Aku juga mau beli itu."Liana melihat tas itu dan melihat logo mereknya. Itu hadiah dari Yohan. Dia tidak berniat menerimanya dan dia juga tidak melihat dengan teliti saat

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 10

    Nada bicara Yohan agak malas, itu mungkin karena dia baru saja bangun. Tetapi, nada suara saat memanggil nama Liana agak meninggi dan ada sedikit kasih sayang yang tidak bisa dijelaskan.Mendengar itu, Liana tersipu dan menjelaskan, "Saya cuma mau mengembalikan apa yang Anda berikan padaku."Yohan melirik tas di atas meja, "Kamu nggak suka?""Bukan." Liana menggelengkan kepalanya, "Saya tidak bisa menerima barang yang sangat berharga itu dan saya tidak punya alasan untuk menerimanya.""Itu bukan barang yang berharga, itu cuma sedikit niat baikku." Yohan berkata, "Atau katakan saja apa yang kamu suka? Aku akan menyuruh Hasan membelinya, atau kamu bisa memilihnya sendiri."Dia ingin menebus kesalahannya dan dia sangat tulus."Pak Yohan, sebenarnya saya tidak menganggap serius kejadian malam itu dan saya tidak akan mengingatnya setelah itu berlalu. Kalau Anda memberi saya sesuatu, Anda akan mengingatkan saya pada hal itu sepanjang waktu." Yang dikatakan Liana adalah jujur. Yang lalu biarl

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 11

    Liana duduk di meja kerjanya, menatap layar, tetapi pikirannya kacau. Memikirkan kejadian tadi, dia masih merasa luar biasa. Sejak masih kecil, ini pertama kalinya ada orang selain kakaknya yang melindunginya seperti ini. Orang itu adalah pria yang pernah melakukan kontak fisik dengannya dan itu membuat jantung Liana berdebar kencang.Isak tangis Widia datang dari samping dan beberapa rekan kerja wanita berkumpul untuk menghiburnya."Widia, jangan sedih, riasanmu luntur loh.""Ya, Widia, Pak Yohan nggak mengatakan apa pun tentangmu. Kamu orang tercantik dan tercakap di antara kami, bagaimana mungkin Pak Yohan akan memakimu?"Saat Widia mengangkat kepalanya, dia melihat Liana dan memelototinya dengan tajam, "Paling cantik? Paling Cakap? Apa gunanya? Aku tetap nggak bisa mengalahkan wanita licik itu!"Semua orang menatap Liana dengan tatapan penasaran. Mungkin mereka menebak-nebak tentang hubungannya dengan Yohan.Pintu kantor terbuka, Yohan keluar dan Hasan mengikutinya di belakang.Yoh

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 12

    Menyadari apa yang akan dia lakukan, Liana tertegun, "Pak Yohan, Anda ...."Yohan mengulurkan tangan untuk menarik tangan Liana karena menurutnya Liana terlalu lambat. Tanpa sengaja, jari-jarinya menyentuh punggung tangan Liana."Hiss ...." Liana tersentak kesakitan dan fitur wajahnya meringis kesakitan.Yohan segera melepaskannya, memundurkan pegangannya di pergelangan tangan Liana. Dia membalikkan punggung tangannya serta melihat sebagian besar kemerahan dan melepuh terlihat di kulit putihnya.Yohan sedikit mengernyit, "Kenapa bisa begini?"Dia mencelupkan kapas ke dalam disinfektan dan menyeka punggung tangan Liana.Saat kapas menyentuh lepuh di tangan Liana, dia gemetar kesakitan.Yohan berhenti dan berkata, "Aku harus menghilangkan lepuhnya."Mata Liana memerah begitu dia mendengar tentang lepuh ditangannya.Yohan mencari jarum dari kotak P3K dan berkata, "Tahan sebentar, ini mungkin agak sakit."Suaranya begitu lembut sehingga hati Liana melembut dan dia menatapnya tanpa sadar.P

Latest chapter

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 960

    Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 959

    ....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 958

    "Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 957

    Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 956

    Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 955

    Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 954

    Yansen menyerahkan tabung berisi bunga tujuh warna itu dengan wajah sedikit memerah. "Linda, sebelum berangkat, aku membuat sebuah janji. Kalau aku bisa melihat bunga tujuh warna lagi dan berhasil membawanya kembali, aku akan menyatakan cinta kepada orang yang kusukai."Linda tertegun.Sebelum dia sempat mengatakan apa pun, Yansen sudah mengeluarkan sebuah cincin berlian, lalu berlutut dengan satu kaki di hadapannya. "Linda, aku menyukaimu. Sejak pertama kali aku melihatmu, aku sudah menyukaimu. Hanya saja karena berbagai alasan, aku selalu ragu untuk mengatakannya. Apakah kamu bersedia menjadi pacarku? Apakah kamu mau menikah denganku?""...."Situasi yang tiba-tiba ini membuat Linda bingung.Entah bagaimana, beberapa orang yang lewat mulai berkumpul dan bertepuk tangan sambil bersorak, "Terima dia, terima dia, terima dia ....""Aku ...." Linda tidak ingin mempermalukan Yansen, tetapi ...."Maaf, Yansen. Aku nggak bisa menerima pernyataan cintamu."Yansen tertegun.Linda berkata, "Seb

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 953

    Linda tahu bahwa Josua sedang mencoba menghiburnya. Padahal biasanya Josua sangat tahan sakit, tapi barusan dia tidak tahan lagi dan mengerang kesakitan ...."Sudahlah, cepat berbaring saja, jangan sampai lukamu terbuka lagi."Lengan Josua melingkari pinggang ramping Linda, menariknya ke dalam pelukannya dan mereka berbaring bersama di tempat tidur, "Temani aku berbaring."Karena insiden barusan, Linda tidak berani bergerak sembarangan, dan hanya berbaring diam dalam pelukan Josua.Tidak lama kemudian, keduanya tertidur....Linda merawat Josua di hotel selama dua hari, dan lukanya perlahan-lahan mulai membaik.Hari itu, ketika mereka sedang makan, seseorang datang melaporkan bahwa Yansen datang mencari Linda, dan sekarang dia sedang menunggu di lobi hotel.Linda meletakkan sendoknya, "Aku akan pergi sebentar."Saat dia baru saja bangkit, Josua langsung menarik lengannya dan berkata dengan wajah serius, "Nggak boleh pergi.""Dia mungkin ingin bicara denganku. Selain itu, saat di gunung

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 952

    Potongan kain berlumuran darah dan bola kapas berserakan begitu saja di lantai, bercak-bercak darahnya hampir mengering.Linda berjalan mendekati tempat tidur, dan tiba-tiba lututnya lemas. "Bruk" Dia pun jatuh terduduk.Linda meraih tangan yang terkulai di tepi ranjang dan menggenggamnya erat. "Josua, bukankah kamu belum minta maaf padaku? Bagaimana bisa kamu pergi selamanya?"Dengan tangan gemetar, dia membuka kain yang menutupi wajah Josua yang pucat tanpa darah. Air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.Linda bersandar di tepi tempat tidur, menangis tersedu-sedu dengan hati yang hancur."Josua, dasar bodoh! Kamu nggak menepati janji! Katanya kamu akan membujukku!""Aku bahkan belum sempat memaafkanmu, bagaimana bisa kamu pergi duluan?""Hidup kembali! Aku ingin kamu hidup lagi! Huhuhu ...."Linda menangis dengan sedih sekali, sama sekali tidak menyadari bahwa orang-orang yang tadi berdiri di sekitarnya telah diam-diam pergi. Sementara pria yang terbaring di tempat tidur,

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status