Share

Bab 10

Penulis: Esther
Nada bicara Yohan agak malas, itu mungkin karena dia baru saja bangun. Tetapi, nada suara saat memanggil nama Liana agak meninggi dan ada sedikit kasih sayang yang tidak bisa dijelaskan.

Mendengar itu, Liana tersipu dan menjelaskan, "Saya cuma mau mengembalikan apa yang Anda berikan padaku."

Yohan melirik tas di atas meja, "Kamu nggak suka?"

"Bukan." Liana menggelengkan kepalanya, "Saya tidak bisa menerima barang yang sangat berharga itu dan saya tidak punya alasan untuk menerimanya."

"Itu bukan barang yang berharga, itu cuma sedikit niat baikku." Yohan berkata, "Atau katakan saja apa yang kamu suka? Aku akan menyuruh Hasan membelinya, atau kamu bisa memilihnya sendiri."

Dia ingin menebus kesalahannya dan dia sangat tulus.

"Pak Yohan, sebenarnya saya tidak menganggap serius kejadian malam itu dan saya tidak akan mengingatnya setelah itu berlalu. Kalau Anda memberi saya sesuatu, Anda akan mengingatkan saya pada hal itu sepanjang waktu." Yang dikatakan Liana adalah jujur. Yang lalu biarlah berlalu. Dia tidak akan mengungkitnya lagi. Kalau dia tidak mengatakannya tidak akan ada masalah yang muncul. Tetapi, sepertinya dia tidak bisa menerima hadiah yang diberikan Yohan.

Perkataannya cukup masuk akal, Yohan akhirnya mengangguk, "Oke. Aku nggak akan memaksamu."

"Terima kasih Pak Yohan."

Liana berbalik dan ingin pergi, tetapi Yohan menghentikannya lagi, "Bisakah kamu membuatkanku secangkir kopi?"

Sebagai anggota asisten departemennya, Liana secara alami bisa menangani masalah kecil ini, "Baik. Mohon tunggu sebentar."

Saat dia menunggu kopi dibuat, Yohan memejamkan mata dan sepertinya dia tertidur di atas sofa.

"Pak Yohan?" Liana memanggil dengan lembut, tetapi dia tidak menjawab.

Liana membungkuk dan meletakkan cangkir di atas meja karena tidak ingin mengganggunya, tetapi saat dia mau meletakkannya Yohan tiba-tiba meraih pergelangan tangannya.

"Ah!" seru Liana, cangkir di tangannya tidak stabil dan kopinya tumpah.

Yohan refleks dan melepaskannya sambil mengusap alisnya, "Maafkan aku ...."

Dia hanya bermimpi tentang malam itu, kebetulan Liana datang. Aroma samar di tubuhnya membuatnya kesal, jadi dia tanpa sadar mengulurkan tangan dan menggenggamnya.

"Apa kamu baik-baik saja?" Yohan merasa lebih bersalah karena melihat tangan Liana yang memerah.

Dia tahu itu gadis yang pemalu tapi sepertinya dia selalu membuatnya takut tanpa sengaja.

Karena melihat kalau dia tidak sengaja melakukannya, Liana menyembunyikan tangannya di belakang punggungnya dan berkata, "Tidak apa-apa. Kalau tidak ada pekerjaan lain, saya akan keluar dulu."

"Ya."

Yohan akhirnya melepaskannya.

Liana bergegas keluar dan kebetulan bertemu dua orang pegawai lain.

"Liana?" Mata Widia membelalak karena terkejut, "Kenapa kamu keluar dari kantor Pak Yohan?"

Helena menatapnya dengan kebingungan di wajahnya.

Liana tidak mau menjelaskan, jadi dia pergi, tapi Widia menangkapnya, "Jangan pergi dulu! Apa kamu tahu kalau perusahaan punya peraturan kalau pegawai magang nggak boleh masuk ke kantor CEO? Terlebih lagi, nggak ada yang datang sepagi ini, kamu keluar dengan panik, apa kamu mencuri sesuatu?"

Saat dia mengatakan itu, Widia memperhatikan tangan kiri Liana tersembunyi di belakang punggungnya dan segera menuduh Liana telah mencuri sesuatu. Dia berkata dengan tegas, "Apa yang ada di tanganmu? Keluarkan!"

Saat ini, Hasan datang dari lift bersama dengan beberapa orang, "Ada apa? Kenapa berisik sekali?"

Widia menunjuk ke arah Liana dan berkata dengan keras, "Asisten Hasan, aku baru saja melihat Liana keluar dari kantor CEO. Sepertinya dia telah mencuri sesuatu!"

Mata semua orang tertuju pada Liana.

"Aku nggak mencuri apa pun!" Liana membela diri.

"Terus kenapa kamu menyembunyikan tangan kirimu di belakang punggung?" Wajah Widia penuh dengan penghinaan. Dia sudah lama tidak menyukai Liana, "Kalau begitu, ulurkan tanganmu dan biarkan semua orang melihatnya, berani nggak?

Melihat situasi ini, Liana tidak punya pilihan selain mengeluarkan tangan kirinya.

Tangannya kosong, dia tidak membawa apa pun, hanya punggung tangannya yang merah karena terbakar.

Widia berkata, "Kamu pasti sudah menyembunyikannya, 'kan? Kalau begitu biarkan kami menggeledahmu."

Wajah Liana memerah karena cemas, "Aku nggak mencuri apa pun, kenapa harus menggeledahku?"

"Karena kamu mencurigakan. Karena kamu nakal dan menyelinap ke kantor CEO! Kalau kamu nggak membiarkan kami menggeledahmu, itu berarti kamu menyembunyikan sesuatu!" Widia begitu sombong hingga dia hampir menunjuk ke hidung Liana dan menyuruhnya keluar.

Helena berdiri di samping dan hanya terdiam.

Orang-orang lain biasanya ikut bermain dengan Widia, tetapi sekarang mereka semua cuma menonton dengan sikap pengamat.

Hasan ragu-ragu dan berkata, "Liana, perusahaan menetapkan kalau pegawai magang nggak boleh masuk ke kantor CEO. Apa kamu tahu itu?"

"Aku tahu." Liana mengangguk.

Dia cuma mau mengembalikan hadiah dari Yohan dan tidak ingin melakukan hal lain. Selain itu, kalau tidak dikembalikan seperti ini, apa dia mau mengembalikan barang tersebut kepada Yohan di depan semua orang?

Lalu, bagaimana pendapat orang lain tentangnya dan mereka bisa saja salah paham dengan Yohan.

Widia menangkap kata-kata itu dan mulai membangun momentum, "Apa semua orang mendengarnya? Dia dengan sengaja melakukan pelanggaran! Menurutku, dia pasti baru saja mencuri sesuatu, mungkin dia adalah mata-mata yang dikirim oleh pesaing. Asisten Hasan, kamu harus menggeledahnya, selidiki baik-baik orang ini!"

Hasan tidak akan memercayai perkataan Widia. Dia mengenal banyak orang dan merasa bahwa Liana tidak terlihat seperti mata-mata. Tetapi, di depan semua orang, dia harus adil, "Liana, apa ada yang perlu kamu jelaskan?"

Liana ragu-ragu sejenak dan menggelengkan kepalanya.

Dia tidak bisa menjelaskan apa-apa.

"Terus, apa yang kamu lakukan di kantor CEO?"

Liana masih menggelengkan kepalanya.

"Kalau begitu, apa ada yang bisa membuktikan kalau kamu nggak mencuri apa pun?" Hasan ingin membantunya. Pelanggarannya terhadap peraturan hanyalah masalah kecil, tetapi dituduh mencuri adalah masalah serius.

Liana tahu betul posisinya di perusahaan. Bahkan karyawan tetap pun bisa melakukan apa pun yang dia minta, apalagi dia hanya karyawan magang. Apa dia masih mengharapkan Yohan untuk membantunya menjelaskan?

Dia menutup matanya, "Tidak ada ...."

Sebelum dia selesai berbicara, pintu kantor terbuka dan suara Yohan terdengar, "Aku akan membantunya membuktikannya, apa itu cukup?"

Semua orang menoleh dan menatap ke arah Yohan.

Liana juga mengangkat kepalanya karena terkejut dan melihat pria yang berjalan ke arahnya. Dia tidak tahu apa yang dia rasakan saat ini, tetapi dia merasa semua kegelisahannya hilang dengan kemunculan Yohan.

"Pak Yohan?" Widia adalah orang yang paling terkejut, "Apakah Anda ada di dalam kantor?"

Yohan meliriknya, "Aku selalu ada di sana. Aku mengizinkan Liana masuk kantor dan aku juga bisa membuktikan kalau dia tidak mencuri apa pun dari perusahaan. Apa itu cukup?"

Tak ada suara apa pun.

Semua menjadi hening.

Sangat jarang Yohan melindungi orang seperti ini.

Widia tidak puas, "Pak Yohan, saya tidak ingin Anda terlalu berat sebelah! Liana adalah seorang pegawai magang. Peraturan dan regulasi perusahaan tertulis dengan jelas kalau pegawai magang tidak diperbolehkan memasuki kantor CEO. Dia melanggar peraturan ...."

Helena memandang Yohan, bertanya-tanya bagaimana dia akan menanganinya. Lagi pula, peraturan dan ketentuan perusahaan bukanlah hiasan. Kalau tidak bisa menangani masalah ini dengan baik, dia tidak akan bisa meyakinkan karyawan lain.

Secara logika, Liana tidak akan bisa lepas dari hukuman ini.

"Siapa bilang dia pegawai magang?" Dalam keheningan, Yohan berkata dengan lembut, "Hasan, tolong umumkan, mulai hari ini dan seterusnya, Liana telah resmi menjadi karyawan tetap."

Semua orang terdiam.

Widia bertanya-tanya.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Puspa Sella
kayaknya Liana perempuan bodoh ya ceritanya banyak nunduk gak bisa bicara
goodnovel comment avatar
Petro Opp
wah makin seru, yg sabar ya liana krn byk mata sirik yg akan mengawasi gerak gerik mu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 11

    Liana duduk di meja kerjanya, menatap layar, tetapi pikirannya kacau. Memikirkan kejadian tadi, dia masih merasa luar biasa. Sejak masih kecil, ini pertama kalinya ada orang selain kakaknya yang melindunginya seperti ini. Orang itu adalah pria yang pernah melakukan kontak fisik dengannya dan itu membuat jantung Liana berdebar kencang.Isak tangis Widia datang dari samping dan beberapa rekan kerja wanita berkumpul untuk menghiburnya."Widia, jangan sedih, riasanmu luntur loh.""Ya, Widia, Pak Yohan nggak mengatakan apa pun tentangmu. Kamu orang tercantik dan tercakap di antara kami, bagaimana mungkin Pak Yohan akan memakimu?"Saat Widia mengangkat kepalanya, dia melihat Liana dan memelototinya dengan tajam, "Paling cantik? Paling Cakap? Apa gunanya? Aku tetap nggak bisa mengalahkan wanita licik itu!"Semua orang menatap Liana dengan tatapan penasaran. Mungkin mereka menebak-nebak tentang hubungannya dengan Yohan.Pintu kantor terbuka, Yohan keluar dan Hasan mengikutinya di belakang.Yoh

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 12

    Menyadari apa yang akan dia lakukan, Liana tertegun, "Pak Yohan, Anda ...."Yohan mengulurkan tangan untuk menarik tangan Liana karena menurutnya Liana terlalu lambat. Tanpa sengaja, jari-jarinya menyentuh punggung tangan Liana."Hiss ...." Liana tersentak kesakitan dan fitur wajahnya meringis kesakitan.Yohan segera melepaskannya, memundurkan pegangannya di pergelangan tangan Liana. Dia membalikkan punggung tangannya serta melihat sebagian besar kemerahan dan melepuh terlihat di kulit putihnya.Yohan sedikit mengernyit, "Kenapa bisa begini?"Dia mencelupkan kapas ke dalam disinfektan dan menyeka punggung tangan Liana.Saat kapas menyentuh lepuh di tangan Liana, dia gemetar kesakitan.Yohan berhenti dan berkata, "Aku harus menghilangkan lepuhnya."Mata Liana memerah begitu dia mendengar tentang lepuh ditangannya.Yohan mencari jarum dari kotak P3K dan berkata, "Tahan sebentar, ini mungkin agak sakit."Suaranya begitu lembut sehingga hati Liana melembut dan dia menatapnya tanpa sadar.P

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 13

    "Halo, Helena?""Ya, ini aku." Suara Helena terdengar dari ujung sana, dengan sedikit nada mendesak, "Liana, di mana kamu dan Pak Yohan sekarang?""Kenapa?""Ada dokumen penting yang memerlukan tanda tangan Pak Yohan." Nada suara Helena sangat serius.Liana melirik ke pintu, "Kalau begitu aku akan memberi tahu Pak Yohan.""Nggak perlu." Helena berkata, "Aku tahu Pak Yohan punya urusan untuk didiskusikan hari ini dan aku nggak mau mengganggu dia. Kirimkan saja aku alamatnya, aku akan ke sana serta membawa dokumennya kepada Pak Yohan untuk ditandatangani."Memikirkan uang triliunan itu, Liana merasa itu memang urusan yang besar. Liana mengirimkan lokasinya tanpa ragu-ragu.Kemudian, dia berbaring di tempat tidur dan tertidur.Dia tidur sampai gelap. Saat Liana keluar dari kamar, Yohan dan Hasan hendak pergi.Liana merapikan penampilannya dan mengikuti mereka.Yohan berhenti, berbalik dan berkata padanya, "Kamu nggak perlu ikut."Liana bertanya-tanya."Semua yang hadir makan bersama adala

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 14

    "Pak Wawan bercanda, Pak Yohan selalu sangat perhatian terhadap bawahannya," kata Hasan.Pak Wawan menatapnya dengan tatapan dingin, "Asisten Hasan, aku sedang berbicara dengan Pak Yohan kenapa kamu selalu menyelaku?"Hasan mengangguk dan berhenti menyela.Yohan yang duduk di sana, membelai gelas anggur dengan jarinya, wajahnya terlihat muram.Pak Wawan dan timnya juga tersenyum palsu.Suasana di ruang itu sangat mencekam.Pada saat ini, ada orang yang membuka pintu ruang pribadi dan suara menawan terdengar, "Permisi.""Helena?" Hasan agak terkejut, "Kenapa kamu ada di sini?""Ada dokumen penting perlu Pak Yohan tandatangani." Helena mengambil dokumen itu dan datang ke sisi Yohan.Mata para pria di ruang pribadi juga tertuju pada satu-satunya gadis yang ada di sana. Helena mengenakan setelan formal, kemeja putih dan rok hitam yang agak ketat. Lekuk tubuhnya terlihat saat dia sedikit membungkuk.Pak Wawan sedikit menyipitkan matanya dan tiba-tiba menjadi lebih tertarik, "Siapa ini?""In

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 15

    Kulit wanita itu putih dan bekasnya sudah ada sejak beberapa hari. Tepiannya berangsur-angsur menjadi kabur, tetapi belum sepenuhnya memudar.Mata Yohan berubah ketika dia melihatnya. Matanya tertuju pada Helena dan aura di sekelilingnya luar biasa, "Dari mana asal tanda di tubuhmu ini?""Pak Yohan ...." Helena panik dan meraih pakaiannya dengan tangannya seolah dia ketakutan. Mata Helena langsung mengelak saat dihadapkan dengan pertanyaan Yohan.Yohan mencengkeram pergelangan tangannya dan mencubit dagunya, "Katakan padaku! Dari mana asalnya?"Air mata Helena terus mengalir dari sudut matanya, tetapi dia menggigit bibirnya dan tidak mengucapkan sepatah kata pun."Hasan!" Yohan berkata dengan nada dingin, "Urus sisanya.""Baik." Hasan mengangguk.Yohan menyeret Helena ke dalam lift.....Liana sedang makan malam di kamar. Saat dia mendengar pintu terbuka, dia berbalik, "Pak Yohan? Helena?"Yohan tidak memandangnya dan menyeret Helena ke kamarnya.Brak!Pintu dibanting dengan keras, bah

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab16

    Nenek semakin tua dan keinginan terbesarnya adalah agar dia menikah sesegera mungkin. Tidak ada rencana dalam hal ini sebelumnya, tetapi sekarang sudah seperti ini, masuk akal untuk memberi Helena dan dia kesempatan."Saya bersedia!" Helena berkata, "Saya bersedia berhenti dari pekerjaan demi Anda.""Oke." Yohan mengangguk.....Liana baru mengetahui kalau tempat ini sangat terpencil dan puluhan kilometer jauhnya dari kota setelah meninggalkan kedai teh itu. Kebanyakan orang yang datang ke sini adalah pebisnis.Dia tidak punya tempat tujuan, jadi ketika dia lelah berjalan, dia duduk di samping air mancur sebentar."Liana?" Sebuah suara yang familiar terdengar.Liana berbalik dan melihat Candra.Beberapa pria berjas bersama dengan Candra. Saat mereka melihat Liana , mereka semua berhenti dan memandang Liana dari atas ke bawah."Kakak ipar." Liana berdiri dan memanggil dengan sopan.Candra berkata, "Kenapa kamu ada di sini?""Aku datang dengan bosku." Liana menjawab dengan jujur.Candra

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 17

    "Pak Yohan ...."Yohan langsung masuk sambil memeluk Helena. "Pergi ke rumah sakit.""Baik." Hasan tidak banyak bicara dan dengan cepat menekan lift dan turun.Hasan mengemudikan mobil, sementara Liana dan Yohan berdiri menunggu sambil memeluk Helena. Begitu angin malam bertiup, Helena menggigil kedinginan. Dari sudut mata Liana, lengan Yohan yang memeluk Helena jelas makin mengencang.Saat mobil melaju, Liana membuka pintu kursi belakang dan membiarkan Yohan dan Helena masuk terlebih dahulu.Yohan awalnya bermaksud untuk membiarkan kedua gadis itu duduk di kursi belakang, tetapi begitu dia menurunkannya, Helena terbangun, membuka matanya yang bengkak karena menangis dan meraih erat pakaian Yohan dengan tangannya.Melihat ini, Liana sadar diri dan membuka pintu penumpang, lalu masuk.Sepanjang jalan, Liana melihat pemandangan jalanan di luar jendela, dia merasa bingung.Saat mereka tiba di rumah sakit, Yohan berjalan cepat ke rumah sakit sambil membopong Helena. Sementara Liana berlari

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 18

    Helena tersenyum, "Terima kasih, Liana."....Malam itu, Liana hampir tidak bisa tidur sama sekali.Di tengah malam sebelumnya, dia membantu menjaga botol infus. Di tengah malam kedua, begitu dia memejamkan mata, dia memimpikan proses intens di tenda malam itu.Setelah berjuang sepanjang malam, dia hampir pingsan.Saat hari hampir fajar, Liana mendengar suara langkah kaki dan saat dia membuka matanya, dia bertemu dengan tatapan Yohan."Kamu nggak tidur?" Yohan melihatnya membuka matanya, duduk di sampingnya dan meletakkan tas di tangannya di atas meja, "Terima kasih, ini aku bawakan sarapan untukmu."Liana duduk dan berkata, "Karena Anda sudah di sini, saya akan pulang.""Liana." Yohan menghentikannya, "Ini sarapannya."Liana menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu, Anda berikan saja pada Helena."Setelah mengatakannya, dia membuka pintu dan pergi.Pintunya tertutup, menghalangi cahaya dan bayangan di luar. Cahaya redup di ruangan itu membuat mata Yohan merasa tidak nyaman. Mungkin karen

Bab terbaru

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 960

    Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 959

    ....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 958

    "Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 957

    Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 956

    Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 955

    Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 954

    Yansen menyerahkan tabung berisi bunga tujuh warna itu dengan wajah sedikit memerah. "Linda, sebelum berangkat, aku membuat sebuah janji. Kalau aku bisa melihat bunga tujuh warna lagi dan berhasil membawanya kembali, aku akan menyatakan cinta kepada orang yang kusukai."Linda tertegun.Sebelum dia sempat mengatakan apa pun, Yansen sudah mengeluarkan sebuah cincin berlian, lalu berlutut dengan satu kaki di hadapannya. "Linda, aku menyukaimu. Sejak pertama kali aku melihatmu, aku sudah menyukaimu. Hanya saja karena berbagai alasan, aku selalu ragu untuk mengatakannya. Apakah kamu bersedia menjadi pacarku? Apakah kamu mau menikah denganku?""...."Situasi yang tiba-tiba ini membuat Linda bingung.Entah bagaimana, beberapa orang yang lewat mulai berkumpul dan bertepuk tangan sambil bersorak, "Terima dia, terima dia, terima dia ....""Aku ...." Linda tidak ingin mempermalukan Yansen, tetapi ...."Maaf, Yansen. Aku nggak bisa menerima pernyataan cintamu."Yansen tertegun.Linda berkata, "Seb

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 953

    Linda tahu bahwa Josua sedang mencoba menghiburnya. Padahal biasanya Josua sangat tahan sakit, tapi barusan dia tidak tahan lagi dan mengerang kesakitan ...."Sudahlah, cepat berbaring saja, jangan sampai lukamu terbuka lagi."Lengan Josua melingkari pinggang ramping Linda, menariknya ke dalam pelukannya dan mereka berbaring bersama di tempat tidur, "Temani aku berbaring."Karena insiden barusan, Linda tidak berani bergerak sembarangan, dan hanya berbaring diam dalam pelukan Josua.Tidak lama kemudian, keduanya tertidur....Linda merawat Josua di hotel selama dua hari, dan lukanya perlahan-lahan mulai membaik.Hari itu, ketika mereka sedang makan, seseorang datang melaporkan bahwa Yansen datang mencari Linda, dan sekarang dia sedang menunggu di lobi hotel.Linda meletakkan sendoknya, "Aku akan pergi sebentar."Saat dia baru saja bangkit, Josua langsung menarik lengannya dan berkata dengan wajah serius, "Nggak boleh pergi.""Dia mungkin ingin bicara denganku. Selain itu, saat di gunung

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 952

    Potongan kain berlumuran darah dan bola kapas berserakan begitu saja di lantai, bercak-bercak darahnya hampir mengering.Linda berjalan mendekati tempat tidur, dan tiba-tiba lututnya lemas. "Bruk" Dia pun jatuh terduduk.Linda meraih tangan yang terkulai di tepi ranjang dan menggenggamnya erat. "Josua, bukankah kamu belum minta maaf padaku? Bagaimana bisa kamu pergi selamanya?"Dengan tangan gemetar, dia membuka kain yang menutupi wajah Josua yang pucat tanpa darah. Air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.Linda bersandar di tepi tempat tidur, menangis tersedu-sedu dengan hati yang hancur."Josua, dasar bodoh! Kamu nggak menepati janji! Katanya kamu akan membujukku!""Aku bahkan belum sempat memaafkanmu, bagaimana bisa kamu pergi duluan?""Hidup kembali! Aku ingin kamu hidup lagi! Huhuhu ...."Linda menangis dengan sedih sekali, sama sekali tidak menyadari bahwa orang-orang yang tadi berdiri di sekitarnya telah diam-diam pergi. Sementara pria yang terbaring di tempat tidur,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status