Share

Bab 9

Penulis: Esther
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-08 19:12:29
Liana membuka pintu dan melihat Winda berdiri di samping tempat tidurnya, memegang syal yang diberikan oleh Yohan di tangannya.

"Liana?" Melihat Liana sudah pulang, Winda buru-buru memasukkan barang-barang itu kembali ke dalam tas dan menarik tangan Liana, "Liana, kapan kamu kembali ke asrama? Kenapa kamu nggak memberitahuku?"

Liana menarik tangannya dan berjalan tepat di depannya, "Bukannya kamu sudah pindah?"

"Ya, aku kembali untuk mengambil sesuatu." Winda menghampiri dan menunjuk ke tas bermerek di lemari, "Liana, apa syal itu punyamu?"

"Ya." Liana menatapnya dengan tatapan dingin dan cuek, "Emang kenapa?"

"Nggak kenapa-kenapa." Senyuman Winda terlihat palsu, "Syal ini adalah edisi terbatas yang baru dirilis LV bulan lalu. Harganya sangat mahal dan sulit didapat. Aku cuma mau tanya, bagaimana kamu mendapatkannya? Aku juga mau beli itu."

Liana melihat tas itu dan melihat logo mereknya. Itu hadiah dari Yohan. Dia tidak berniat menerimanya dan dia juga tidak melihat dengan teliti saat menerimanya. Tidak disangka, ternyata benda itu sangat mahal.

"Itu hadiah dari teman." Liana berkata dengan santai, "Aku juga nggak tahu jelasnya."

"Teman yang mana?" Winda bertanya, tapi ada lebih banyak rasa tidak percaya di matanya. Dia telah berteman baik dengan Liana selama bertahun-tahun dan dia paling tahu betapa bersihnya lingkaran teman Liana. Selain dia dan Hamdan, Liana tidak punya teman lain.

Liana berkata dengan santai, "Kamu nggak kenal dia."

Winda ingin menanyakan sesuatu lagi, tetapi ponselnya berdering saat itu. Setelah melihat penelepon, Winda tidak ragu-ragu menjawab panggilan itu di depan Liana, "Halo, Hamdan ... oke, aku di asrama. Ya. Siang ini aku mau makanan Perancis yang kita kunjungi terakhir kali ... oke, aku akan menemuimu nanti."

Setelah menutup telepon, Winda berkata kepada Liana, "Liana, istirahatlah, aku pergi dulu."

Liana bahkan tidak menanggapinya. Dia duduk di tempat tidur dan membuka laptopnya.

Saat itu, Winda cuma mengerutkan bibir, berbalik dan meninggalkan asrama.

....

Restoran Perancis.

Winda memesan beberapa hidangan dan menyerahkan menunya kepada Hamdan.

Hamdan melihat dan membatalkan beberapa hidangan, "Kenapa pesan banyak banget, emang kamu bisa menghabiskannya?"

"Nggak masalah kalau nggak habis. Pokoknya aku bisa mencicipinya," kata Winda acuh tak acuh dan menambahkan foie gras yang mahal.

Hamdan meliriknya, "Sebelumnya, aku rasa kamu nggak seboros ini."

Dulu, saat masih pacaran dengan Liana, dia sesekali mengajak Winda makan malam. Saat itu, Winda selalu sangat pendiam dan menahan diri lebih dari Liana. Belakangan, Hamdan mengetahui kalau hal itu disebabkan oleh latar belakang keluarga Winda yang miskin dan harga diri yang rendah.

Salah satu hal yang paling membuatnya terkesan adalah suatu saat ketika mereka bertiga selesai makan dan pergi, Winda kembali ke ruangan itu dan meminta pelayan untuk mengemas sisa makanan. Saat itu Winda benar-benar berbeda dengan yang sedang menyantap makanan Perancis di hadapannya sekarang.

Melihat ekspresi Hamdan, Winda menutup menu dan berkata, "Apa aku memesan terlalu banyak dan kamu nggak setuju?"

"Bukan begitu." Keluarga Hamdan kaya dan kedua orang tuanya adalah profesor di universitas, jadi mereka tidak peduli dengan sedikit uang ini. Setelah Winda berkencan dengannya, dia selalu membawanya ke tempat-tempat mewah seperti ini. Dia tidak berpikir ada yang salah sebelumnya. Mungkin karena dia melihat Liana di rumah sakit hari ini, kemudian dia menyadari kalau selama ini, dia dan Winda sudah berubah, tapi Liana masih sama seperti dulu.

"Hamdan? Ada apa denganmu?" Winda mengangkat tangannya dan melambai di depan matanya, "Apa kamu ada masalah? Kenapa nggak fokus malam ini?"

Hamdan tersadar dan berkata, "Nggak apa-apa."

Winda sedang memotong foie gras, dia berpura-pura tidak tahu dan berkata, "Liana pindah kembali ke asrama sekolah."

Hamdan menghentikan gerakan pisau dan garpunya sejenak, lalu berkata dengan tenang, "Benarkah?"

"Tadi sore, aku bertemu dengannya saat aku kembali ke asrama untuk mengambil barang. Aku melihat dia memegang tas LV yang berisi syal yang sangat aku inginkan. Liana mengatakan itu hadiah dari seorang teman. Aku bertanya padanya teman yang mana. Tapi dia nggak menjelaskannya." Saat Winda mengatakan ini, dia melihat ke arah Hamdan.

Hamdan mengerutkan kening, "Benarkah?"

Winda memegangi dagunya dan berkata dengan polos, "Kupikir kamu diam-diam membelikan untuknya."

"Aku?" Hamdan menggelengkan kepalanya, "Bukan aku."

"Aku tahu itu bukan kamu. Meski kamu yang memberikannya, aku juga nggak akan marah. Siapa yang menyuruhku untuk meminta maaf padanya? Kalau memberi syal bisa menyelesaikan kebencian di hati Liana, aku juga bersedia. Hanya saja ... Liana kan nggak punya teman lain selain kita. Lagipula, bahkan teman biasa pun tidak akan memberikan barang semahal itu, 'kan?

Hamdan meletakkan pisau dan garpunya, "Aku mau ke kamar mandi sebentar."

Kata-kata Winda membuatnya merasa tidak nyaman. Hamdan pergi ke kamar mandi untuk merokok dan menenangkan diri.

Setelah merokok, dia sepertinya mengingat sesuatu dan merogoh sakunya. Dia menyadari kalau ponselnya tertinggal di meja makan.

Winda langsung mengambil ponselnya, membuka layar dan membuka beberapa aplikasi belanja luar negeri. Sejujurnya, dia masih tidak percaya kalau ada orang lain yang memberi hadiah semahal itu pada Liana selain Hamdan.

Namun, setelah mencari-cari, dia hanya menemukan pesanan syal Hamdan sebelumnya.

Ekspresi Winda berubah setelah mengklik dan melihatnya. Dia sangat menginginkan syal itu dan dia menyukainya pada pandangan pertama saat produk baru dirilis. Butuh waktu lama membuat Hamdan setuju untuk membelinya. Tepat saat dia berharap untuk memamerkan apa yang dia terima, Hamdan mengatakan kepadanya kalau dia tidak bisa mendapatkannya.

Namun, sekarang dia mengetahui faktanya, bukan karena dia tidak mendapatkannya, tetapi ternyata dia membatalkan pesanannya.

Kenapa dia membatalkan pesanannya? Jawabannya sederhana, Hamdan tidak mau memberikannya!

Dua menit kemudian, Hamdan kembali ke meja makan. Dia melihat ponselnya masih dalam posisi semula, seolah belum disentuh.

Winda menyerahkan potongan foie gras, wajahnya penuh sanjungan, "Hamdan, aku sudah memotongnya untukmu, kamu bisa mencobanya."

"Terima kasih."

....

Keesokan paginya, Liana naik kereta bawah tanah untuk pergi ke bekerja.

Sebelum rekan-rekan departemennya tiba, dia membawa tas yang diberikan oleh Yohan dan diam-diam memasuki kantor CEO.

Tirai di kantor tertutup rapat dan sunyi. Liana masuk dan langsung menuju meja Yohan. Dia tidak memperhatikan kalau ada seseorang yang duduk di sofa di sebelah kiri.

Saat dia menaruh tasnya dan hendak kembali, dia menoleh dan menatap mata orang di sofa itu.

"Pak Yohan!"

Pertanyaan: Bagaimana rasanya tertangkap basah sebagai pencuri?

Jawab: Itu sangat memalukan.

Yohan sedang duduk di sofa hitam, dengan kerah kemeja terbuka dan kaki panjangnya sedikit ditekuk. Tetapi alisnya terangkat dan dia tampak dalam suasana hati yang baik. Dia menatap Liana dengan sedikit lucu, "Aku berpikir keamanan perusahaan sangatlah ketat, bagaimana mungkin ada pencuri yang bisa masuk? Setelah aku perhatikan baik-baik, ternyata itu kamu Liana?"

Komen (2)
goodnovel comment avatar
nadya buaya
di pegawai magang kak masih kuliah juga mungkin libur sekolah kayaknya
goodnovel comment avatar
Bee
Aku baca sampai bab ini masih kurang paham, Liana udah kerja tapi kok tinggal nya di asrama sekolah?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 10

    Nada bicara Yohan agak malas, itu mungkin karena dia baru saja bangun. Tetapi, nada suara saat memanggil nama Liana agak meninggi dan ada sedikit kasih sayang yang tidak bisa dijelaskan.Mendengar itu, Liana tersipu dan menjelaskan, "Saya cuma mau mengembalikan apa yang Anda berikan padaku."Yohan melirik tas di atas meja, "Kamu nggak suka?""Bukan." Liana menggelengkan kepalanya, "Saya tidak bisa menerima barang yang sangat berharga itu dan saya tidak punya alasan untuk menerimanya.""Itu bukan barang yang berharga, itu cuma sedikit niat baikku." Yohan berkata, "Atau katakan saja apa yang kamu suka? Aku akan menyuruh Hasan membelinya, atau kamu bisa memilihnya sendiri."Dia ingin menebus kesalahannya dan dia sangat tulus."Pak Yohan, sebenarnya saya tidak menganggap serius kejadian malam itu dan saya tidak akan mengingatnya setelah itu berlalu. Kalau Anda memberi saya sesuatu, Anda akan mengingatkan saya pada hal itu sepanjang waktu." Yang dikatakan Liana adalah jujur. Yang lalu biarl

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 11

    Liana duduk di meja kerjanya, menatap layar, tetapi pikirannya kacau. Memikirkan kejadian tadi, dia masih merasa luar biasa. Sejak masih kecil, ini pertama kalinya ada orang selain kakaknya yang melindunginya seperti ini. Orang itu adalah pria yang pernah melakukan kontak fisik dengannya dan itu membuat jantung Liana berdebar kencang.Isak tangis Widia datang dari samping dan beberapa rekan kerja wanita berkumpul untuk menghiburnya."Widia, jangan sedih, riasanmu luntur loh.""Ya, Widia, Pak Yohan nggak mengatakan apa pun tentangmu. Kamu orang tercantik dan tercakap di antara kami, bagaimana mungkin Pak Yohan akan memakimu?"Saat Widia mengangkat kepalanya, dia melihat Liana dan memelototinya dengan tajam, "Paling cantik? Paling Cakap? Apa gunanya? Aku tetap nggak bisa mengalahkan wanita licik itu!"Semua orang menatap Liana dengan tatapan penasaran. Mungkin mereka menebak-nebak tentang hubungannya dengan Yohan.Pintu kantor terbuka, Yohan keluar dan Hasan mengikutinya di belakang.Yoh

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 12

    Menyadari apa yang akan dia lakukan, Liana tertegun, "Pak Yohan, Anda ...."Yohan mengulurkan tangan untuk menarik tangan Liana karena menurutnya Liana terlalu lambat. Tanpa sengaja, jari-jarinya menyentuh punggung tangan Liana."Hiss ...." Liana tersentak kesakitan dan fitur wajahnya meringis kesakitan.Yohan segera melepaskannya, memundurkan pegangannya di pergelangan tangan Liana. Dia membalikkan punggung tangannya serta melihat sebagian besar kemerahan dan melepuh terlihat di kulit putihnya.Yohan sedikit mengernyit, "Kenapa bisa begini?"Dia mencelupkan kapas ke dalam disinfektan dan menyeka punggung tangan Liana.Saat kapas menyentuh lepuh di tangan Liana, dia gemetar kesakitan.Yohan berhenti dan berkata, "Aku harus menghilangkan lepuhnya."Mata Liana memerah begitu dia mendengar tentang lepuh ditangannya.Yohan mencari jarum dari kotak P3K dan berkata, "Tahan sebentar, ini mungkin agak sakit."Suaranya begitu lembut sehingga hati Liana melembut dan dia menatapnya tanpa sadar.P

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 13

    "Halo, Helena?""Ya, ini aku." Suara Helena terdengar dari ujung sana, dengan sedikit nada mendesak, "Liana, di mana kamu dan Pak Yohan sekarang?""Kenapa?""Ada dokumen penting yang memerlukan tanda tangan Pak Yohan." Nada suara Helena sangat serius.Liana melirik ke pintu, "Kalau begitu aku akan memberi tahu Pak Yohan.""Nggak perlu." Helena berkata, "Aku tahu Pak Yohan punya urusan untuk didiskusikan hari ini dan aku nggak mau mengganggu dia. Kirimkan saja aku alamatnya, aku akan ke sana serta membawa dokumennya kepada Pak Yohan untuk ditandatangani."Memikirkan uang triliunan itu, Liana merasa itu memang urusan yang besar. Liana mengirimkan lokasinya tanpa ragu-ragu.Kemudian, dia berbaring di tempat tidur dan tertidur.Dia tidur sampai gelap. Saat Liana keluar dari kamar, Yohan dan Hasan hendak pergi.Liana merapikan penampilannya dan mengikuti mereka.Yohan berhenti, berbalik dan berkata padanya, "Kamu nggak perlu ikut."Liana bertanya-tanya."Semua yang hadir makan bersama adala

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 14

    "Pak Wawan bercanda, Pak Yohan selalu sangat perhatian terhadap bawahannya," kata Hasan.Pak Wawan menatapnya dengan tatapan dingin, "Asisten Hasan, aku sedang berbicara dengan Pak Yohan kenapa kamu selalu menyelaku?"Hasan mengangguk dan berhenti menyela.Yohan yang duduk di sana, membelai gelas anggur dengan jarinya, wajahnya terlihat muram.Pak Wawan dan timnya juga tersenyum palsu.Suasana di ruang itu sangat mencekam.Pada saat ini, ada orang yang membuka pintu ruang pribadi dan suara menawan terdengar, "Permisi.""Helena?" Hasan agak terkejut, "Kenapa kamu ada di sini?""Ada dokumen penting perlu Pak Yohan tandatangani." Helena mengambil dokumen itu dan datang ke sisi Yohan.Mata para pria di ruang pribadi juga tertuju pada satu-satunya gadis yang ada di sana. Helena mengenakan setelan formal, kemeja putih dan rok hitam yang agak ketat. Lekuk tubuhnya terlihat saat dia sedikit membungkuk.Pak Wawan sedikit menyipitkan matanya dan tiba-tiba menjadi lebih tertarik, "Siapa ini?""In

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 15

    Kulit wanita itu putih dan bekasnya sudah ada sejak beberapa hari. Tepiannya berangsur-angsur menjadi kabur, tetapi belum sepenuhnya memudar.Mata Yohan berubah ketika dia melihatnya. Matanya tertuju pada Helena dan aura di sekelilingnya luar biasa, "Dari mana asal tanda di tubuhmu ini?""Pak Yohan ...." Helena panik dan meraih pakaiannya dengan tangannya seolah dia ketakutan. Mata Helena langsung mengelak saat dihadapkan dengan pertanyaan Yohan.Yohan mencengkeram pergelangan tangannya dan mencubit dagunya, "Katakan padaku! Dari mana asalnya?"Air mata Helena terus mengalir dari sudut matanya, tetapi dia menggigit bibirnya dan tidak mengucapkan sepatah kata pun."Hasan!" Yohan berkata dengan nada dingin, "Urus sisanya.""Baik." Hasan mengangguk.Yohan menyeret Helena ke dalam lift.....Liana sedang makan malam di kamar. Saat dia mendengar pintu terbuka, dia berbalik, "Pak Yohan? Helena?"Yohan tidak memandangnya dan menyeret Helena ke kamarnya.Brak!Pintu dibanting dengan keras, bah

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab16

    Nenek semakin tua dan keinginan terbesarnya adalah agar dia menikah sesegera mungkin. Tidak ada rencana dalam hal ini sebelumnya, tetapi sekarang sudah seperti ini, masuk akal untuk memberi Helena dan dia kesempatan."Saya bersedia!" Helena berkata, "Saya bersedia berhenti dari pekerjaan demi Anda.""Oke." Yohan mengangguk.....Liana baru mengetahui kalau tempat ini sangat terpencil dan puluhan kilometer jauhnya dari kota setelah meninggalkan kedai teh itu. Kebanyakan orang yang datang ke sini adalah pebisnis.Dia tidak punya tempat tujuan, jadi ketika dia lelah berjalan, dia duduk di samping air mancur sebentar."Liana?" Sebuah suara yang familiar terdengar.Liana berbalik dan melihat Candra.Beberapa pria berjas bersama dengan Candra. Saat mereka melihat Liana , mereka semua berhenti dan memandang Liana dari atas ke bawah."Kakak ipar." Liana berdiri dan memanggil dengan sopan.Candra berkata, "Kenapa kamu ada di sini?""Aku datang dengan bosku." Liana menjawab dengan jujur.Candra

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 17

    "Pak Yohan ...."Yohan langsung masuk sambil memeluk Helena. "Pergi ke rumah sakit.""Baik." Hasan tidak banyak bicara dan dengan cepat menekan lift dan turun.Hasan mengemudikan mobil, sementara Liana dan Yohan berdiri menunggu sambil memeluk Helena. Begitu angin malam bertiup, Helena menggigil kedinginan. Dari sudut mata Liana, lengan Yohan yang memeluk Helena jelas makin mengencang.Saat mobil melaju, Liana membuka pintu kursi belakang dan membiarkan Yohan dan Helena masuk terlebih dahulu.Yohan awalnya bermaksud untuk membiarkan kedua gadis itu duduk di kursi belakang, tetapi begitu dia menurunkannya, Helena terbangun, membuka matanya yang bengkak karena menangis dan meraih erat pakaian Yohan dengan tangannya.Melihat ini, Liana sadar diri dan membuka pintu penumpang, lalu masuk.Sepanjang jalan, Liana melihat pemandangan jalanan di luar jendela, dia merasa bingung.Saat mereka tiba di rumah sakit, Yohan berjalan cepat ke rumah sakit sambil membopong Helena. Sementara Liana berlari

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08

Bab terbaru

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 960

    Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 959

    ....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 958

    "Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 957

    Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 956

    Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 955

    Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 954

    Yansen menyerahkan tabung berisi bunga tujuh warna itu dengan wajah sedikit memerah. "Linda, sebelum berangkat, aku membuat sebuah janji. Kalau aku bisa melihat bunga tujuh warna lagi dan berhasil membawanya kembali, aku akan menyatakan cinta kepada orang yang kusukai."Linda tertegun.Sebelum dia sempat mengatakan apa pun, Yansen sudah mengeluarkan sebuah cincin berlian, lalu berlutut dengan satu kaki di hadapannya. "Linda, aku menyukaimu. Sejak pertama kali aku melihatmu, aku sudah menyukaimu. Hanya saja karena berbagai alasan, aku selalu ragu untuk mengatakannya. Apakah kamu bersedia menjadi pacarku? Apakah kamu mau menikah denganku?""...."Situasi yang tiba-tiba ini membuat Linda bingung.Entah bagaimana, beberapa orang yang lewat mulai berkumpul dan bertepuk tangan sambil bersorak, "Terima dia, terima dia, terima dia ....""Aku ...." Linda tidak ingin mempermalukan Yansen, tetapi ...."Maaf, Yansen. Aku nggak bisa menerima pernyataan cintamu."Yansen tertegun.Linda berkata, "Seb

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 953

    Linda tahu bahwa Josua sedang mencoba menghiburnya. Padahal biasanya Josua sangat tahan sakit, tapi barusan dia tidak tahan lagi dan mengerang kesakitan ...."Sudahlah, cepat berbaring saja, jangan sampai lukamu terbuka lagi."Lengan Josua melingkari pinggang ramping Linda, menariknya ke dalam pelukannya dan mereka berbaring bersama di tempat tidur, "Temani aku berbaring."Karena insiden barusan, Linda tidak berani bergerak sembarangan, dan hanya berbaring diam dalam pelukan Josua.Tidak lama kemudian, keduanya tertidur....Linda merawat Josua di hotel selama dua hari, dan lukanya perlahan-lahan mulai membaik.Hari itu, ketika mereka sedang makan, seseorang datang melaporkan bahwa Yansen datang mencari Linda, dan sekarang dia sedang menunggu di lobi hotel.Linda meletakkan sendoknya, "Aku akan pergi sebentar."Saat dia baru saja bangkit, Josua langsung menarik lengannya dan berkata dengan wajah serius, "Nggak boleh pergi.""Dia mungkin ingin bicara denganku. Selain itu, saat di gunung

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 952

    Potongan kain berlumuran darah dan bola kapas berserakan begitu saja di lantai, bercak-bercak darahnya hampir mengering.Linda berjalan mendekati tempat tidur, dan tiba-tiba lututnya lemas. "Bruk" Dia pun jatuh terduduk.Linda meraih tangan yang terkulai di tepi ranjang dan menggenggamnya erat. "Josua, bukankah kamu belum minta maaf padaku? Bagaimana bisa kamu pergi selamanya?"Dengan tangan gemetar, dia membuka kain yang menutupi wajah Josua yang pucat tanpa darah. Air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.Linda bersandar di tepi tempat tidur, menangis tersedu-sedu dengan hati yang hancur."Josua, dasar bodoh! Kamu nggak menepati janji! Katanya kamu akan membujukku!""Aku bahkan belum sempat memaafkanmu, bagaimana bisa kamu pergi duluan?""Hidup kembali! Aku ingin kamu hidup lagi! Huhuhu ...."Linda menangis dengan sedih sekali, sama sekali tidak menyadari bahwa orang-orang yang tadi berdiri di sekitarnya telah diam-diam pergi. Sementara pria yang terbaring di tempat tidur,

DMCA.com Protection Status