Share

Bab 3

Author: Esther
Demam Liana berkurang setelah menghabiskan empat botol infus. Tetapi, dokter mengatakan kalau dia mengalami infeksi bakteri dan masih terdapat peradangan di sekujur tubuhnya. Meski demamnya sudah sembuh, untuk sementara dia tetap perlu dirawat di rumah sakit selama dua hari lagi dan minum obat anti inflamasi selama dua hari.

Sore harinya, Linda buru-buru membuka pintu dan masuk, "Liana, kamu nggak apa-apa, 'kan?"

Melihat kakaknya yang datang, matanya terasa perih, "Aku nggak apa-apa kok kak."

"Syukurlah. Kenapa bisa separah ini?" Linda sangat sedih melihat adiknya yang sakit.

Keduanya kehilangan orang tua mereka saat mereka masih kecil. Linda berusia tujuh tahun lebih tua dari Liana. Dia telah merawat adiknya selama bertahun-tahun baik sebagai saudara maupun ibu.

Liana tidak mau kakaknya khawatir, jadi dia menahan air matanya dan berkata, "Mungkin karena terkena angin malam jadi aku demam. Nggak apa-apa, sekarang aku sudah membaik."

Linda merasa agak lega setelah melihat Liana kembali bersemangat. Helena menoleh ke samping dan berkata, "Siapa kamu?"

"Halo, aku Helena rekan kerja Liana." Linda langsung dengan sopan mengulurkan tangannya dan menjabat tangan Helena.

"Oh, apa kamu yang mengantar adikku ke rumah sakit?"

"Bukan." Helena menggelengkan kepalanya, "Bos kami yang mengantar Liana ke rumah sakit. Aku cuma menemaninya selama satu hari."

"Terima kasih banyak. Liana sangat tertutup. Dia beruntung memiliki rekan kerja yang baik sepertimu."

"Sama-sama." Helena sekilas melihat jam dan berpikir kalau Yohan tidak akan datang, jadi dia mengambil tas di sofa dan berkata, "Karena kakak sudah ada di sini, aku serahkan Liana pada kakak. Aku pulang dulu."

Linda mengantar Helena keluar. Saat Linda kembali ke kamar, dia berkata pada Liana, "Rekan kerjamu sangat baik. Apa dia teman barumu?"

Liana menggelengkan kepalanya, "Kami biasanya nggak saling bicara saat di perusahaan."

Helena memang biasanya sangat ramah, tetapi dia paling dekat dengan Widia saat di departemen. Liana adalah orang yang membosankan, dia hanya menundukkan kepala saat bekerja di perusahaan dan tidak pernah bersosialisasi. Sebenarnya ini agak aneh, kenapa hari ini Helena sangat ramah kepadaku?

"Kalau begitu, dia memang baik, mau menemanimu di sini sepanjang hari."

"Ya."

Liana berpikir, suatu saat nanti, dia pasti akan membalas budi pada Helena.

Linda berkata kalau rumah sakit terlalu berisik, lebih baik pulang dan istirahat di rumah. Liana tidak merasa kalau di rumah sakit berisik, tetapi tanpa kakaknya, dia merasa kurang nyaman, jadi dia setuju.

Saat mereka berdua keluar dari rumah sakit, angin sejuk bertiup dari luar pintu. Liana merasakan ada sesuatu yang ditaruh di bahunya, ternyata kakaknya mengenakan jaket di tubuhnya. Jelas kalau kakaknya mengenakan pakaian tipis, tapi kakaknya tetap melindunginya, Liana mengerucutkan bibirnya dan dengan cepat masuk ke dalam taksi.

Saat mereka berada di dalam mobil, Candra, suami kakaknya menelepon dan mengatakan kalau dia akan menghadiri pesta malam ini dan akan pulang larut malam, jadi mereka tidak perlu menunggunya makan. Linda memberikan beberapa instruksi, tetapi suaminya berkata dengan terburu-buru dan menutup telepon.

Liana memegang tangan Linda dan berkata, "Kakak, aku ingin makan mie masakanmu malam ini."

Linda tersenyum. "Oke, kakak akan masakkan untukmu."

"Ya."

Saat mereka sampai di rumah, Linda membantu Liana masuk ke kamar, meletakkan bantal di punggungnya, menuangkan secangkir air hangat dan menyentuh dahinya dengan gelisah. "Kamu tunggu di sini sebentar, Kakak akan masak mie untukmu. Kalau butuh sesuatu, panggil saja kakak."

Liana mengangguk setuju. "Ya."

Linda mengenakan celemek dan pergi ke dapur untuk memasak mie.

Mendengarkan keributan di dapur, Liana mengangkat selimut dan turun dari tempat tidur, lalu pergi ke kamar kakaknya. Dia membuka laci samping tempat tidur kakaknya dan dengan mudah menemukan pil KB di dalamnya. Dengan cepat dia melihat petunjuk di kotak pil, mengambil dua pil dan menelannya.

Setelah makan malam, Liana pergi mandi. Saat dia melepas pakaiannya, dia berdiri di depan cermin dan melihat jejak di tubuhnya. Kegilaan kemarin malam muncul di benaknya dan dia masih merasa ketakutan.

Mungkin karena dia terlalu banyak tidur di siang hari, atau mungkin karena merasa tidak nyaman, Liana tidak bisa tidur nyenyak di malam hari. Saat dia sedang bimbang, dia mendengar suara pertengkaran di luar. Dia mengusap pelipisnya dan berdiri, kemudian membuka pintu sedikit.

Lampu di ruang tamu menyala dan ada dasi, sepatu dan kaus kaki pria berserakan di lantai. Candra sedang berbaring di sofa dan berbau alkohol.

Linda sedang membereskannya dan berkata, "Aku sudah bilang jangan minum terlalu banyak. Lihat dirimu, kamu minum seperti ini, kamu akan sakit kepala lagi besok ...."

"Bla, bla, bla, kamu cuma tahu bla, bla, bla. Apa menurutmu aku juga mau minum seperti ini? Ini semua juga aku lakukan untukmu, untuk keluarga ini dan untuk adik perempuanmu itu. Kalau nggak, kenapa aku harus selelah ini?"

Linda sangat kesal. "Jangan salahkan Liana, salahkan saja aku."

"Kenapa?" Suara Candra agak meninggi, "Dia makan, minum dan tinggal ditempatku, kenapa aku nggak boleh berkata apa-apa? Mereka yang tahu bilang kalau dia adalah adikmu, tapi mereka yang nggak tahu berpikir kalau dia adalah majikan kita!"

"Liana sudah dapat kerja dan dia telah membayar biaya hidupnya sejak tahun pertamanya, kenapa dia harus makan dan minum punyamu?" Linda membela adiknya.

Candra menunjuknya, "Oke! Kalau kamu bisa menyuruhnya pindah besok. Aku sangat muak melihatnya!"

"Liana itu adikku, dia satu-satunya saudaraku. Dia belum lulus kuliah dan baru saja mendapatkan pekerjaan. Apa maksudmu mau mengusirnya?"

Candra menjelaskan semuanya, seperti orang pelit, "Ini rumahku. Aku membeli rumah ini dengan uang dan akulah yang membayar cicilannya setiap bulan. Aku yang punya keputusan di sini, kalau aku suruh dia keluar, dia harus keluar!"

"Kamu ...." Linda sangat marah sampai menangis.

Kemudian, Candra tertidur dalam keadaan mabuk.

Setelah beberapa saat, Linda menyeka air matanya dan memanggil Candra lagi, "Oke! Cepat mandi dan tidurlah di kamar."

Liana diam-diam menutup pintu dan berbaring di tempat tidur lagi. Tetapi matanya terbuka lebar, dia melewatkan malam itu hanya dengan membolak balikkan badannya dan tidak bisa tidur.

Keesokan paginya, dia bangun pagi-pagi sekali untuk membuat sarapan, meninggalkan amplop dan catatan untuk kakaknya. Dia meninggalkan rumah kakaknya dengan membawa kopernya.

Liana ikut bertanggung jawab atas alasan kakaknya menikah dengan Candra. Kakaknya selalu mengatakan kalau mereka berdua adalah perempuan dan sangat menderita, dia ingin ada laki-laki di dalam keluarga mereka, agar tidak ada yang berani menindas mereka. Kakaknya tidak punya kualifikasi akademis dan tidak bisa menghasilkan banyak uang. Keinginan membeli rumah adalah mimpi yang mustahil.

Candra lulus dari universitas biasa dan sekarang bekerja di sebuah perusahaan. Awalnya dia cukup baik, tetapi mungkin karena dia berada di bawah banyak tekanan, jadi dia selalu pulang dalam keadaan mabuk dan bertengkar dengan kakaknya begitu sampai di rumah.

Karena ada Liana, Linda selalu mengalah dari suaminya dan harus bersabar serta menahannya sendiri.

Liana tahu kalau kakaknya mencintai kakak iparnya. Tidak ada cinta yang bisa mengalahkan kebutuhan sehari-hari dan dia tidak ingin menjadi beban bagi kakak dan iparnya. Dia mengambil inisiatif untuk pindah dan berharap keadaan mereka berdua akan lebih baik.

Lift berhenti sejenak di lantai 8. Saat pintu terbuka, Liana berhadapan dengan orang yang berdiri di luar dan tangannya yang memegang gagang koper langsung mengepal.

Comments (10)
goodnovel comment avatar
Zuhrul Islam
hmm. menarik
goodnovel comment avatar
sulihakamil
makin menarik bikin pengen baca terussss lanjut
goodnovel comment avatar
Meida Situmorang
sangat menarik
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 4

    Sebelumnya, Liana tidak pernah menyangka kalau kejadian pacar yang selingkuh dengan sahabatnya akan menimpa dirinya. Dia selalu berpikir kalau itu adalah kejadian absurd yang ditulis oleh seorang penulis skenario. Baru setelah itu benar-benar terjadi padanya, Liana akhirnya memahami pepatah yang mengatakan, 'Tanpa ada kejadian dari kehidupan, tidak akan ada seni'.Dia masih ingat betapa mendalam keterkejutan dan perasaan terkhianatinya saat membuka pintu asrama sekolah hari itu dan melihat Hamdan serta Winda sedang bersama.Salah satunya adalah sahabatnya dan yang lainnya adalah orang yang paling dia andalkan selain kakaknya. Tetapi, mereka menggunakan cara yang paling kotor dan paling tajam untuk menyakiti hati Liana."Liana?" Winda tertegun sejenak.Liana sudah mengalihkan pandangannya dan menyeret kopernya ke dalam.Dia tidak berniat menyapa mereka. Bagaimanapun, masa lalu telah berlalu. Dia dan Hamdan sudah putus dan persahabatannya dengan Winda juga telah berakhir. Mulai sekarang,

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 5

    "Hah ...." Liana menjerit dan terbangun dari mimpinya. Saat membuka mata, dia mendapati dirinya terbaring di ranjang rumah sakit. Siang, malam dan Yohan tadi semuanya telah lenyap.Wanita tua di ranjang rumah sakit sebelah yang baru datang bertanya sambil tersenyum, "Gadis kecil, apa kamu bermimpi buruk? Aku lihat saat kamu tertidur, kamu memegang erat sprei dengan kedua tanganmu. Kamu mimpi apa?"Saat dia masih kecil, Liana mendengar kalau dia mengalami mimpi buruk dan menceritakannya, mimpi itu tidak akan terjadi. Saat wanita tua itu bertanya, dia langsung menjawab dengan lancar, "Bosku."Wanita tua itu tertegun, menggelengkan kepalanya dan mendesah, "Bosmu pasti sangat menakutkan."Segera setelah dia selesai berbicara, pintu bangsal dibuka dari luar dan sesosok tubuh kurus dan tinggi muncul.Awalnya Liana mau bangun dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi. Dia masih memakai sandal di satu kaki dan hampir tergelincir dari ranjang rumah sakit saat melihat orang itu datang.Yohan me

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 6

    "Halo, Liana, apa kamu sudah baikan?" Begitu panggilan tersambung, Helena bertanya dengan penuh perhatian.Liana mengangguk, "Ya, sudah baikan.""Apa sekarang kamu masih demam? Kamu sudah makan siang? Kamu lapar nggak? Mau aku pesankan makanan? Atau aku bisa membawakanmu apa pun yang mau kamu makan."Menghadapi kekhawatiran dari Helena, Liana merasa agak bingung dan tidak mengerti. Mereka tidak akrab satu sama lain, tetapi kenapa Helena tiba-tiba sangat mengkhawatirkannya?Namun, dia baik, Liana tidak mungkin mengabaikannya, jadi dia menjawab pertanyaannya satu per satu, "Aku sudah nggak demam. Aku sudah makan siang dan aku nggak lapar. Kalau aku lapar, aku bisa memesan makanan sendiri. Helena, terima kasih sudah perhatian padaku.""Oh ...." Helena merenung sejenak, "Kalau begitu ... apa bos masih ada di sana?""Dia sudah pergi.""Oh ... apa bos secara khusus menjengukmu?""Nggak." Liana tidak bicara tentang fakta kalau nenek Yohan juga dirawat di rumah sakit ini. Bagaimanapun, Yohan a

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 7

    Yohan pergi ke kantor dokter dan menanyakan hasil tes neneknya lebih dulu. Saat dia kembali ke bangsal, Liana sudah bangun dan membungkuk untuk menyelimuti nenek itu.Liana berbalik saat mendengar suara gerakan itu, dia berbalik, matanya masih terlihat seperti baru bangun dari tidur. "Pak Yohan."Suara gadis itu lembut dan mendengarkannya di malam yang gelap ini benar-benar membuat hatinya menjadi nyaman. Yohan agak mengangguk, "Terima kasih sudah merawat nenekku."Yohan tahu alasan kenapa dia tidak pergi. Nenek tidak pernah memuji orang lain dengan mudah, itu menunjukkan kalau Liana memang punya kualitas yang sangat baik."Anda tidak perlu berterima kasih, Saya tidak melakukan apa-apa. Selain itu ... saya juga makan sup iga Anda untuk makan siang."Seperti kata pepatah, 'kamu harus membalas kebaikan seseorang'. Aku memakan sup iganya tadi siang dan membantu merawat neneknya bukan hal uang serius.Yohan meliriknya dan bertanya, "Bagaimana rasanya?""Hah?" Liana tidak menyangka dia akan

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 8

    Saat kemejanya dilepas, punggung putih mulus Liana terlihat di mata Yohan.Ada sedikit kekecewaan di matanya dan dia membuang muka, meminta maaf dengan suara yang dalam, "Maafkan aku."Liana menarik sprei di tempat tidur dan membungkus badannya, dengan air mata terhina. "Pak Yohan, apa ini sudah membuktikannya?"Yohan membuka mulutnya, tetapi merasa apa pun yang dia katakan saat ini terlalu jahat.Saat pergi, dia melirik ke arah lantai dua. Masih ada cahaya redup di jendela. Ekspresi lemah Liana muncul di benaknya. Dia bertanya-tanya apakah dia sedang menutupi wajahnya dan menangis saat ini?Yohan mengambil ponsel dan menelepon Hasan, "Bantu aku menyiapkan hadiah. Yang paling indah untuk seorang gadis."....Begitu Yohan pergi, Liana mengunci pintu dan membawa piyama bersih ke kamar mandi.Setelah melepas jaketnya, bekas di dadanya sedikit memudar, tetapi tetap saja mengejutkan. Tidak banyak bekas luka di punggungnya. Dia mengoleskan salep jadi luka dipunggungnya sudah sembuh, Yohan ti

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 9

    Liana membuka pintu dan melihat Winda berdiri di samping tempat tidurnya, memegang syal yang diberikan oleh Yohan di tangannya."Liana?" Melihat Liana sudah pulang, Winda buru-buru memasukkan barang-barang itu kembali ke dalam tas dan menarik tangan Liana, "Liana, kapan kamu kembali ke asrama? Kenapa kamu nggak memberitahuku?"Liana menarik tangannya dan berjalan tepat di depannya, "Bukannya kamu sudah pindah?""Ya, aku kembali untuk mengambil sesuatu." Winda menghampiri dan menunjuk ke tas bermerek di lemari, "Liana, apa syal itu punyamu?""Ya." Liana menatapnya dengan tatapan dingin dan cuek, "Emang kenapa?""Nggak kenapa-kenapa." Senyuman Winda terlihat palsu, "Syal ini adalah edisi terbatas yang baru dirilis LV bulan lalu. Harganya sangat mahal dan sulit didapat. Aku cuma mau tanya, bagaimana kamu mendapatkannya? Aku juga mau beli itu."Liana melihat tas itu dan melihat logo mereknya. Itu hadiah dari Yohan. Dia tidak berniat menerimanya dan dia juga tidak melihat dengan teliti saat

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 10

    Nada bicara Yohan agak malas, itu mungkin karena dia baru saja bangun. Tetapi, nada suara saat memanggil nama Liana agak meninggi dan ada sedikit kasih sayang yang tidak bisa dijelaskan.Mendengar itu, Liana tersipu dan menjelaskan, "Saya cuma mau mengembalikan apa yang Anda berikan padaku."Yohan melirik tas di atas meja, "Kamu nggak suka?""Bukan." Liana menggelengkan kepalanya, "Saya tidak bisa menerima barang yang sangat berharga itu dan saya tidak punya alasan untuk menerimanya.""Itu bukan barang yang berharga, itu cuma sedikit niat baikku." Yohan berkata, "Atau katakan saja apa yang kamu suka? Aku akan menyuruh Hasan membelinya, atau kamu bisa memilihnya sendiri."Dia ingin menebus kesalahannya dan dia sangat tulus."Pak Yohan, sebenarnya saya tidak menganggap serius kejadian malam itu dan saya tidak akan mengingatnya setelah itu berlalu. Kalau Anda memberi saya sesuatu, Anda akan mengingatkan saya pada hal itu sepanjang waktu." Yang dikatakan Liana adalah jujur. Yang lalu biarl

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 11

    Liana duduk di meja kerjanya, menatap layar, tetapi pikirannya kacau. Memikirkan kejadian tadi, dia masih merasa luar biasa. Sejak masih kecil, ini pertama kalinya ada orang selain kakaknya yang melindunginya seperti ini. Orang itu adalah pria yang pernah melakukan kontak fisik dengannya dan itu membuat jantung Liana berdebar kencang.Isak tangis Widia datang dari samping dan beberapa rekan kerja wanita berkumpul untuk menghiburnya."Widia, jangan sedih, riasanmu luntur loh.""Ya, Widia, Pak Yohan nggak mengatakan apa pun tentangmu. Kamu orang tercantik dan tercakap di antara kami, bagaimana mungkin Pak Yohan akan memakimu?"Saat Widia mengangkat kepalanya, dia melihat Liana dan memelototinya dengan tajam, "Paling cantik? Paling Cakap? Apa gunanya? Aku tetap nggak bisa mengalahkan wanita licik itu!"Semua orang menatap Liana dengan tatapan penasaran. Mungkin mereka menebak-nebak tentang hubungannya dengan Yohan.Pintu kantor terbuka, Yohan keluar dan Hasan mengikutinya di belakang.Yoh

Latest chapter

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 960

    Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 959

    ....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 958

    "Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 957

    Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 956

    Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 955

    Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 954

    Yansen menyerahkan tabung berisi bunga tujuh warna itu dengan wajah sedikit memerah. "Linda, sebelum berangkat, aku membuat sebuah janji. Kalau aku bisa melihat bunga tujuh warna lagi dan berhasil membawanya kembali, aku akan menyatakan cinta kepada orang yang kusukai."Linda tertegun.Sebelum dia sempat mengatakan apa pun, Yansen sudah mengeluarkan sebuah cincin berlian, lalu berlutut dengan satu kaki di hadapannya. "Linda, aku menyukaimu. Sejak pertama kali aku melihatmu, aku sudah menyukaimu. Hanya saja karena berbagai alasan, aku selalu ragu untuk mengatakannya. Apakah kamu bersedia menjadi pacarku? Apakah kamu mau menikah denganku?""...."Situasi yang tiba-tiba ini membuat Linda bingung.Entah bagaimana, beberapa orang yang lewat mulai berkumpul dan bertepuk tangan sambil bersorak, "Terima dia, terima dia, terima dia ....""Aku ...." Linda tidak ingin mempermalukan Yansen, tetapi ...."Maaf, Yansen. Aku nggak bisa menerima pernyataan cintamu."Yansen tertegun.Linda berkata, "Seb

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 953

    Linda tahu bahwa Josua sedang mencoba menghiburnya. Padahal biasanya Josua sangat tahan sakit, tapi barusan dia tidak tahan lagi dan mengerang kesakitan ...."Sudahlah, cepat berbaring saja, jangan sampai lukamu terbuka lagi."Lengan Josua melingkari pinggang ramping Linda, menariknya ke dalam pelukannya dan mereka berbaring bersama di tempat tidur, "Temani aku berbaring."Karena insiden barusan, Linda tidak berani bergerak sembarangan, dan hanya berbaring diam dalam pelukan Josua.Tidak lama kemudian, keduanya tertidur....Linda merawat Josua di hotel selama dua hari, dan lukanya perlahan-lahan mulai membaik.Hari itu, ketika mereka sedang makan, seseorang datang melaporkan bahwa Yansen datang mencari Linda, dan sekarang dia sedang menunggu di lobi hotel.Linda meletakkan sendoknya, "Aku akan pergi sebentar."Saat dia baru saja bangkit, Josua langsung menarik lengannya dan berkata dengan wajah serius, "Nggak boleh pergi.""Dia mungkin ingin bicara denganku. Selain itu, saat di gunung

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 952

    Potongan kain berlumuran darah dan bola kapas berserakan begitu saja di lantai, bercak-bercak darahnya hampir mengering.Linda berjalan mendekati tempat tidur, dan tiba-tiba lututnya lemas. "Bruk" Dia pun jatuh terduduk.Linda meraih tangan yang terkulai di tepi ranjang dan menggenggamnya erat. "Josua, bukankah kamu belum minta maaf padaku? Bagaimana bisa kamu pergi selamanya?"Dengan tangan gemetar, dia membuka kain yang menutupi wajah Josua yang pucat tanpa darah. Air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.Linda bersandar di tepi tempat tidur, menangis tersedu-sedu dengan hati yang hancur."Josua, dasar bodoh! Kamu nggak menepati janji! Katanya kamu akan membujukku!""Aku bahkan belum sempat memaafkanmu, bagaimana bisa kamu pergi duluan?""Hidup kembali! Aku ingin kamu hidup lagi! Huhuhu ...."Linda menangis dengan sedih sekali, sama sekali tidak menyadari bahwa orang-orang yang tadi berdiri di sekitarnya telah diam-diam pergi. Sementara pria yang terbaring di tempat tidur,

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status