Setelah tidur beberapa saat, Liana merasa tenggorokannya sangat kering. Dia merangkak keluar tenda dengan grogi dan tiba-tiba sepasang sepatu kets pria muncul di depannya. Dia mendongak ke atas dan dia bisa melihat sepasang kaki yang ramping dan lurus.Matahari menembus awan dan bersinar terang. Liana melihat wajah Yohan dengan jelas dan dia sangat terkejut."Pak ... Pak Yohan?"Bukannya dia pergi naik gunung?Yohan berjongkok di depannya, memandangi pipinya yang memerah karena demam dan berkata dengan sangat serius, "Ada yang ingin aku tanyakan padamu."Jantung Liana berdetak kencang dan dia menjilat bibirnya yang kering. Jantungnya berdebar seperti drum. "Ka ... katakan saja Pak.""Apa kamu melihat seseorang memasuki tendaku tadi malam?" Saat Yohan menanyakan itu, dia menatap langsung ke arah mata Liana. Tekanan Yohan begitu kuat hingga tidak bisa dihindari, seperti ada tangan tak kasat mata yang menggapai jantung dan menghancurkannya.Mata Liana mengelak dan bulu matanya bergetar. "
Demam Liana berkurang setelah menghabiskan empat botol infus. Tetapi, dokter mengatakan kalau dia mengalami infeksi bakteri dan masih terdapat peradangan di sekujur tubuhnya. Meski demamnya sudah sembuh, untuk sementara dia tetap perlu dirawat di rumah sakit selama dua hari lagi dan minum obat anti inflamasi selama dua hari.Sore harinya, Linda buru-buru membuka pintu dan masuk, "Liana, kamu nggak apa-apa, 'kan?"Melihat kakaknya yang datang, matanya terasa perih, "Aku nggak apa-apa kok kak.""Syukurlah. Kenapa bisa separah ini?" Linda sangat sedih melihat adiknya yang sakit.Keduanya kehilangan orang tua mereka saat mereka masih kecil. Linda berusia tujuh tahun lebih tua dari Liana. Dia telah merawat adiknya selama bertahun-tahun baik sebagai saudara maupun ibu.Liana tidak mau kakaknya khawatir, jadi dia menahan air matanya dan berkata, "Mungkin karena terkena angin malam jadi aku demam. Nggak apa-apa, sekarang aku sudah membaik."Linda merasa agak lega setelah melihat Liana kembali
Sebelumnya, Liana tidak pernah menyangka kalau kejadian pacar yang selingkuh dengan sahabatnya akan menimpa dirinya. Dia selalu berpikir kalau itu adalah kejadian absurd yang ditulis oleh seorang penulis skenario. Baru setelah itu benar-benar terjadi padanya, Liana akhirnya memahami pepatah yang mengatakan, 'Tanpa ada kejadian dari kehidupan, tidak akan ada seni'.Dia masih ingat betapa mendalam keterkejutan dan perasaan terkhianatinya saat membuka pintu asrama sekolah hari itu dan melihat Hamdan serta Winda sedang bersama.Salah satunya adalah sahabatnya dan yang lainnya adalah orang yang paling dia andalkan selain kakaknya. Tetapi, mereka menggunakan cara yang paling kotor dan paling tajam untuk menyakiti hati Liana."Liana?" Winda tertegun sejenak.Liana sudah mengalihkan pandangannya dan menyeret kopernya ke dalam.Dia tidak berniat menyapa mereka. Bagaimanapun, masa lalu telah berlalu. Dia dan Hamdan sudah putus dan persahabatannya dengan Winda juga telah berakhir. Mulai sekarang,
"Hah ...." Liana menjerit dan terbangun dari mimpinya. Saat membuka mata, dia mendapati dirinya terbaring di ranjang rumah sakit. Siang, malam dan Yohan tadi semuanya telah lenyap.Wanita tua di ranjang rumah sakit sebelah yang baru datang bertanya sambil tersenyum, "Gadis kecil, apa kamu bermimpi buruk? Aku lihat saat kamu tertidur, kamu memegang erat sprei dengan kedua tanganmu. Kamu mimpi apa?"Saat dia masih kecil, Liana mendengar kalau dia mengalami mimpi buruk dan menceritakannya, mimpi itu tidak akan terjadi. Saat wanita tua itu bertanya, dia langsung menjawab dengan lancar, "Bosku."Wanita tua itu tertegun, menggelengkan kepalanya dan mendesah, "Bosmu pasti sangat menakutkan."Segera setelah dia selesai berbicara, pintu bangsal dibuka dari luar dan sesosok tubuh kurus dan tinggi muncul.Awalnya Liana mau bangun dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi. Dia masih memakai sandal di satu kaki dan hampir tergelincir dari ranjang rumah sakit saat melihat orang itu datang.Yohan me
"Halo, Liana, apa kamu sudah baikan?" Begitu panggilan tersambung, Helena bertanya dengan penuh perhatian.Liana mengangguk, "Ya, sudah baikan.""Apa sekarang kamu masih demam? Kamu sudah makan siang? Kamu lapar nggak? Mau aku pesankan makanan? Atau aku bisa membawakanmu apa pun yang mau kamu makan."Menghadapi kekhawatiran dari Helena, Liana merasa agak bingung dan tidak mengerti. Mereka tidak akrab satu sama lain, tetapi kenapa Helena tiba-tiba sangat mengkhawatirkannya?Namun, dia baik, Liana tidak mungkin mengabaikannya, jadi dia menjawab pertanyaannya satu per satu, "Aku sudah nggak demam. Aku sudah makan siang dan aku nggak lapar. Kalau aku lapar, aku bisa memesan makanan sendiri. Helena, terima kasih sudah perhatian padaku.""Oh ...." Helena merenung sejenak, "Kalau begitu ... apa bos masih ada di sana?""Dia sudah pergi.""Oh ... apa bos secara khusus menjengukmu?""Nggak." Liana tidak bicara tentang fakta kalau nenek Yohan juga dirawat di rumah sakit ini. Bagaimanapun, Yohan a
Yohan pergi ke kantor dokter dan menanyakan hasil tes neneknya lebih dulu. Saat dia kembali ke bangsal, Liana sudah bangun dan membungkuk untuk menyelimuti nenek itu.Liana berbalik saat mendengar suara gerakan itu, dia berbalik, matanya masih terlihat seperti baru bangun dari tidur. "Pak Yohan."Suara gadis itu lembut dan mendengarkannya di malam yang gelap ini benar-benar membuat hatinya menjadi nyaman. Yohan agak mengangguk, "Terima kasih sudah merawat nenekku."Yohan tahu alasan kenapa dia tidak pergi. Nenek tidak pernah memuji orang lain dengan mudah, itu menunjukkan kalau Liana memang punya kualitas yang sangat baik."Anda tidak perlu berterima kasih, Saya tidak melakukan apa-apa. Selain itu ... saya juga makan sup iga Anda untuk makan siang."Seperti kata pepatah, 'kamu harus membalas kebaikan seseorang'. Aku memakan sup iganya tadi siang dan membantu merawat neneknya bukan hal uang serius.Yohan meliriknya dan bertanya, "Bagaimana rasanya?""Hah?" Liana tidak menyangka dia akan
Saat kemejanya dilepas, punggung putih mulus Liana terlihat di mata Yohan.Ada sedikit kekecewaan di matanya dan dia membuang muka, meminta maaf dengan suara yang dalam, "Maafkan aku."Liana menarik sprei di tempat tidur dan membungkus badannya, dengan air mata terhina. "Pak Yohan, apa ini sudah membuktikannya?"Yohan membuka mulutnya, tetapi merasa apa pun yang dia katakan saat ini terlalu jahat.Saat pergi, dia melirik ke arah lantai dua. Masih ada cahaya redup di jendela. Ekspresi lemah Liana muncul di benaknya. Dia bertanya-tanya apakah dia sedang menutupi wajahnya dan menangis saat ini?Yohan mengambil ponsel dan menelepon Hasan, "Bantu aku menyiapkan hadiah. Yang paling indah untuk seorang gadis."....Begitu Yohan pergi, Liana mengunci pintu dan membawa piyama bersih ke kamar mandi.Setelah melepas jaketnya, bekas di dadanya sedikit memudar, tetapi tetap saja mengejutkan. Tidak banyak bekas luka di punggungnya. Dia mengoleskan salep jadi luka dipunggungnya sudah sembuh, Yohan ti
Liana membuka pintu dan melihat Winda berdiri di samping tempat tidurnya, memegang syal yang diberikan oleh Yohan di tangannya."Liana?" Melihat Liana sudah pulang, Winda buru-buru memasukkan barang-barang itu kembali ke dalam tas dan menarik tangan Liana, "Liana, kapan kamu kembali ke asrama? Kenapa kamu nggak memberitahuku?"Liana menarik tangannya dan berjalan tepat di depannya, "Bukannya kamu sudah pindah?""Ya, aku kembali untuk mengambil sesuatu." Winda menghampiri dan menunjuk ke tas bermerek di lemari, "Liana, apa syal itu punyamu?""Ya." Liana menatapnya dengan tatapan dingin dan cuek, "Emang kenapa?""Nggak kenapa-kenapa." Senyuman Winda terlihat palsu, "Syal ini adalah edisi terbatas yang baru dirilis LV bulan lalu. Harganya sangat mahal dan sulit didapat. Aku cuma mau tanya, bagaimana kamu mendapatkannya? Aku juga mau beli itu."Liana melihat tas itu dan melihat logo mereknya. Itu hadiah dari Yohan. Dia tidak berniat menerimanya dan dia juga tidak melihat dengan teliti saat
Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo
....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men
"Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se
Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai
Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka
Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak
Yansen menyerahkan tabung berisi bunga tujuh warna itu dengan wajah sedikit memerah. "Linda, sebelum berangkat, aku membuat sebuah janji. Kalau aku bisa melihat bunga tujuh warna lagi dan berhasil membawanya kembali, aku akan menyatakan cinta kepada orang yang kusukai."Linda tertegun.Sebelum dia sempat mengatakan apa pun, Yansen sudah mengeluarkan sebuah cincin berlian, lalu berlutut dengan satu kaki di hadapannya. "Linda, aku menyukaimu. Sejak pertama kali aku melihatmu, aku sudah menyukaimu. Hanya saja karena berbagai alasan, aku selalu ragu untuk mengatakannya. Apakah kamu bersedia menjadi pacarku? Apakah kamu mau menikah denganku?""...."Situasi yang tiba-tiba ini membuat Linda bingung.Entah bagaimana, beberapa orang yang lewat mulai berkumpul dan bertepuk tangan sambil bersorak, "Terima dia, terima dia, terima dia ....""Aku ...." Linda tidak ingin mempermalukan Yansen, tetapi ...."Maaf, Yansen. Aku nggak bisa menerima pernyataan cintamu."Yansen tertegun.Linda berkata, "Seb
Linda tahu bahwa Josua sedang mencoba menghiburnya. Padahal biasanya Josua sangat tahan sakit, tapi barusan dia tidak tahan lagi dan mengerang kesakitan ...."Sudahlah, cepat berbaring saja, jangan sampai lukamu terbuka lagi."Lengan Josua melingkari pinggang ramping Linda, menariknya ke dalam pelukannya dan mereka berbaring bersama di tempat tidur, "Temani aku berbaring."Karena insiden barusan, Linda tidak berani bergerak sembarangan, dan hanya berbaring diam dalam pelukan Josua.Tidak lama kemudian, keduanya tertidur....Linda merawat Josua di hotel selama dua hari, dan lukanya perlahan-lahan mulai membaik.Hari itu, ketika mereka sedang makan, seseorang datang melaporkan bahwa Yansen datang mencari Linda, dan sekarang dia sedang menunggu di lobi hotel.Linda meletakkan sendoknya, "Aku akan pergi sebentar."Saat dia baru saja bangkit, Josua langsung menarik lengannya dan berkata dengan wajah serius, "Nggak boleh pergi.""Dia mungkin ingin bicara denganku. Selain itu, saat di gunung
Potongan kain berlumuran darah dan bola kapas berserakan begitu saja di lantai, bercak-bercak darahnya hampir mengering.Linda berjalan mendekati tempat tidur, dan tiba-tiba lututnya lemas. "Bruk" Dia pun jatuh terduduk.Linda meraih tangan yang terkulai di tepi ranjang dan menggenggamnya erat. "Josua, bukankah kamu belum minta maaf padaku? Bagaimana bisa kamu pergi selamanya?"Dengan tangan gemetar, dia membuka kain yang menutupi wajah Josua yang pucat tanpa darah. Air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.Linda bersandar di tepi tempat tidur, menangis tersedu-sedu dengan hati yang hancur."Josua, dasar bodoh! Kamu nggak menepati janji! Katanya kamu akan membujukku!""Aku bahkan belum sempat memaafkanmu, bagaimana bisa kamu pergi duluan?""Hidup kembali! Aku ingin kamu hidup lagi! Huhuhu ...."Linda menangis dengan sedih sekali, sama sekali tidak menyadari bahwa orang-orang yang tadi berdiri di sekitarnya telah diam-diam pergi. Sementara pria yang terbaring di tempat tidur,