Home / Romansa / Mr arrogant Mrs simple / Hari pertama kerja

Share

Hari pertama kerja

last update Last Updated: 2021-04-30 14:08:17

Terlihat wajah sumringan Rania ketika keluar dari ruangan Tuan Raka.

“Akhirnya aku bisa dapat pekerjaan. Terima kasih Tuhan!” ucap Rania. Gadis ini terlihat sangat bahagia karena baru saja mendapat pekerjaan baru. Walaupun hanya sebagai OB, namun Rania sangat mengharapkan pekerjaan ini.

Baru beberapa meter berjalan kaki, tiba-tiba ada seseorang menepuk pundak Rania, ia tak lain adalah Galang.

“Hei. Aku perhatikan kamu senyam-senyum sendiri sejak tadi. Ada kejadian apa barusan?Aku penasaran ingin dengar cerita kamu?” tanya Galih. Pria ini tersenyum ramah pada Rania.

Tentu saja Rania kaget karena di tanyakan hal seperti itu oleh adik sang Direktur.

“Eh, Pak Galih. Aku sampai kaget!Nggak ada kejadian yang aneh, Pak. Hanya saja, aku sangat senang karena bisa di terima kerja oleh perusahaan sebesar ini,” Jawab Rania. Gadis ini menjawab apa adanya dan sesuai dengan suasana hatinya sekarang.

“ Selamat, atas keberhasilanmu!Aku fikir kamu akan menyerah karena mendapatkan seorang direktur yang agak sedikit arogan seperti itu,” Jelas Galih sambil tersenyum manis.

Rania hanya membalas senyum dari Pak Galih. Ia tak ingin berkomentar lebih tentang sang Direktur yang angkuh itu. Setidaknya, kata-kata Galih telah mewakili kata hatinya. Rupanya Galih seakan mengerti dengan kemauan Rania sekarang. Tak tahu kenapa, gadis ini sangat senang jika mendengar Galih membelanya dari sang Direktur galak.

“Kamu yang betah kerja disini yah. Jangan dengerin dan ambil hati kalau kakak-ku ngomel-ngomel. Dia memang udah kayak gitu dari sononya. Sikapnya yang cuek dan pemarah itu, suka bikin orang lain kesal dan kurang nyaman. Walaupun begitu, ia sebenarnya orang yang baik,” Jelas Galih. Ia sengaja memberitahukan pada Rania tentang sikap dari sang Direktur, agar kedepan-nya Rania tak cepat menyerah dengan sikap saudaranya.

“Iya, Pak. Bapak tenang aja, aku bukanlah orang yang gampang menyerah dengan sebuah kesulitan. Aku juga bisa memahami dengan sikap sang Direktur yang agak aneh. Aku yakin, bisa mengatasi-nya!” jawab Rania. Gadis ini menjawab dengan penuh rasa percaya diri. Seakan-akan sikap direktur itu bukanlah masalah besar bagi-nya. 

Mendengar ucapan Rania, membuat Galih kagum dengan sikap dan rasa percaya diri yang tinggi pada gadis itu.

“Wah, aku fikir kamu adalah gadis yang lemah!Tapi ternyata aku salah. Sekarang, aku bisa lega. Kakak-ku tidak akan mudah menindas gadis sepertimu,” puji Galih. Pria ini terkekeh karena sekarang kakak-nya akan menemukan seseorang yang tak mudah menyerah seperti Rania. Galih bisa merasakan dari sikap dan sorot mata gadis itu.

Rania salah tingkah karena belum bekerja tapi sudah mendapatkan pujian dari Pak Galih.

“Pak Galih bisa aja. Kalau begitu, aku permisi mau melanjutkan aktivitas!” pamit Rania.

“Apa kamu sudah tahu dimana mengambil seragam kerja?Nggak mungkin kamu mau kenakan pakaian itu untuk bekerja, kan?” tanya Galih. 

Sambil menggelengkan kepala, Rania pun menjawab pertanyaan Galih.

“Aku nggak tahu dimana tempatnya, Pak,” jawabnya polos.

Sambil menarik tangan gadis itu,lalu Galih mengajaknya untuk mengambil baju kerja.

“Ayo!Aku akan menunjukan tempatnya,” ajak Galih.

Rania pun merasa tak nyaman karena tangan-nya kini berada di genggaman Galih. Gadis ini tak enak hati pada pegawai yang lain. Apalagi ia baru saja masuk kerja dan sudah di perlakukan seperti itu oleh Pak Galih. Tentu, pegawai yang lain akan merasa iri jika melihat pemandangan seperti itu.

 “Mengapa sikapnya berbeda jauh dari sang Direktur angkuh itu?” batin Rania bertanya-tanya. Gadis ini seakan membandingkan karakter kakak-beradik ini.

“Hei. Kok, bengong aja. Ayo!” ajak Galih. Pria ini tersenyum manis pada Rania.

Rania pun tersadar dari lamunan-nya. 

“I...iya, maaf pak,” Jawab Rania. Gadis ini langsung mengikuti langkah kaki Galih.

Semua mata memandang ke arah mereka berdua. Galih yang seakan tak ingin melepaskan genggaman-nya pada gadis itu, pria ini seakan tak perduli dengan pandangan orang terhadapnya dan juga Rania.

Sambil berjalan, Rania memandangi diam-diam wajah Galih.

“Pak Galih terlihat sangat hangat dan bersahabat. Tak seperti kakak-nya yang arogan itu.” Batin Rania lagi-lagi mengutuk sang Direktur.

Tak lama kemudian, merekapun sampai di tujuan.

“Ini tempat-nya. Ayo masuk ke dalam!Aku akan memperkenalkanmu pada kepala OB disini. Dia nanti yang akan memberikanmu seragam seperti yang lain-nya.” Jelas Galih.

Merekapun langsung masuk ke dalam ruangan itu. Tampak Buk Tuti dan yang lain-nya telah berada di ruangan untuk siap-siap bekerja.

“Selamat pagi semua.” Sapa Galih ramah.

Semua orang yang ada di dalam ruangan itu tiba-tiba saja kaget. Tak seperti biasanya Pak Galih datang tiba-tiba seperti itu. Biasanya ada pemberitahuan terlebih dahulu sebelum berkunjung.

Mereka pun langsung berkumpul dan memberi hormat pada Galih.

“Selamat pagi juga, Pak Galih.” Jawab semua. 

Semua-nya seakan gugup dengan kedatangan tiba-tiba Pak Galih. 

“Kalian semua nggak usah terlihat tegang seperti itu. Aku datang kesini hanya untuk memperkenalkan kalian dengan rekan kerja kita yang baru. Aku harap kalian bisa bekerja sama dengan baik!” jelas Galih.

Mereka merasa heran dan penasaran dengan hubungan Galih dan pegawai baru itu. Tak pernah Pak Galih turun tangan langsung dalam mengantar karyawan baru ke dalam ruangan-nya. Tentu pemandangan seperti itu membuat beberapa orang curiga dan bertanya-tanya tentang hubungan kedua-nya.

“Ayo Rania, perkenalkan dirimu!” ucap Galih.

Rania menarik nafas panjang dan mulai mengenalkan diri.

“Selamat pagi, semuanya. Perkenalkan, namaku Rania. Aku adalah OB baru disini. Aku harap kalian mau menerimaku bergabung disini. Mari bekerja-sama dengan baik!Mohon bimbingan-nya!”jelas Rania.

“Mulai sekarang, Rania akan bekerja dengan kalian. Perlakukanlah dia dengan baik!Buk Tuti, tolong tunjuk-kan dan ajari dia apa saja yang harus di kerjakan-nya di dalam perusahaan ini!” ucap Galih penuh harap.

“Iya, Pak Galih. Selamat bergabung di tim ini!Semoga kita bisa bekerja-sama dengan baik dan kamu juga betah disini,” Ucap Buk Tuti seraya sambil mengulurkan tangan.

Buk Tuti merupakan kepala OB di perusahaan. Ia yang mengatur semua kebersihan yang ada dalam kantor ini. 

“Terima kasih, Buk. Mohon bimbingannya!” Rania memberi salam.

“Sama-sama, Nak Rania. Sekarang, kamu cepat ganti baju karena kita akan segera bertempur hari ini!” jelas Buk Tuti sambil terkekeh.

Rupanya Buk Tuti menerima dengan ramah atas kedatangan Rania. Wanita paruh baya ini, memang terkenal dengan jiwa humorisnya. Walaupun demikian, Buk Tuti memiliki sikap tegas dan disiplin dengan para bawahan-nya. Ia menyukai orang yang tipe pekerja keras serta disiplin terhadap pekerjaan dan juga waktu, itulah Buk Tuti.

“Sekarang, bergabunglah dengan mereka!Aku pergi dulu melanjutkan pekerjaan. Selamat bekerja!” pamit Galih. Ia pun segera berlalu dari ruangan itu.

Rania dengan cepatnya langsung pergi ke ruangan ganti tanpa basa-basi. Ia tak ingin membuat kesan buruk di awal pertama kerja.

“Aku permisi ganti baju dulu!”pamit Rania.

“Cepatlah kembali dalam waktu 1 menit!” Buk Tuti dengan nada tegasnya.

Rania langsung bergegas ke ruangan ganti. Ia tak ingin berlama-lama dan membuat kepala OB itu marah.

Tak cukup satu menit dalam mengganti pakaian, gadis ini langsung kembali berkumpul dengan teman-teman yang lain. Ada beberapa orang yang menatap-nya sinis dan ada juga yang terlihat ramah terhadap-nya.

Salah satu OB disitu menghampiri dan menyapa Rania.

“ Hai. Kenalin, namaku Valen,” gadis itu mengulurkan tangan dan tersenyum ramah.

Dengan senang hati, Rania membalas uluran tangan Valen.

“Aku Rania, salam kenal juga,”Jawabnya. Ia pun membalas dengan ramah uluran tangan valen.

“Yang betah kerja disini, ya. Selamat datang di tempat kerja baru!” ucap Valen. Ia terlihat sangat menyambut dengan kedatangan Rania.

“Terima kasih, Valen,” Jawab Rania tersenyum tipis.

Setelah semuanya berkumpul, Buk Tuti langsung memberikan aba-aba dengan tugas mereka hari ini. Ob yang.ada di perusahaan itu terbagi menjadi sepuluh bagian. Masih banyak lagi teman OB yang lain, namun mereka di kelompok yang berbeda. Rania kini berada di dalam pengawasan Buk Tuti.

Di perusahaan sebesar itu, tentu mereka membutuhkan banyak OB disitu.Apalagi direktur mereka terkenal sangat pembersih. Ia tak ingin kantor-nya terlihat kotor dan berdebu. Makanya, ia di juluki si Tuan perfect. Ia tak ingin terlihat memiliki sedikit cela dalam penampilan-nya pada orang lain.

“ Aku akan membagi kalian menjadi lima kelompok. Kelompok satu, dua dan tiga, kalian membersihkan semua ruangan bagian atas!Jangan biarkan sedikit debu berserakan di lantai ataupun di dalam bagian setiap ruangan kantor. Pak Raka tak akan senang jika melihat sedikit debu saja. Aku harap kalian semua teliti dalam bekerja!” Buk Tuti mengarahkan.

“Siap Buk,” Seru mereka.

“Untuk kelompok empat dan lima, kalian bersihkan ruangan bawah yang ada di lantai dua. Bersihkan setiap ruangan dengan teliti. Kalian harus terbiasa mendisiplinkan diri sendiri dan pekerjaan. Sekarang, bubar dan mulai kerjakan tugas kalian masing-masing,” Tambah Buk Tuti.

Akhirnya semua bubar dan mengambil tugas masing-masing.

Terkecuali Rania, ia dipanggil Buk Tuti karena masih pemula disitu. Ia di bimbing dan di ajarkan bagaimana cara mengerjakan tugasnya disitu.

“Kamu kesini!” panggil Buk Tuti.

Dengan cepat, Raniapun segera bergegas menemui Buk Tuti. Gadis ini benar-benar terlihat ingin mempelajari dengan benar untuk keseluruhan tugasnya disitu.

“Iya, Buk. Apa saja yang harus ku kerjakan di dalam perusahaan sebesar ini?” tanya Rania serius.

“Pertanyaan yang bagus, Nak. Ayo ikut!Aku akan menunjukkan dimana tempat kerjamu dan apa saja yang harus di lakukan oleh pegawai baru disini,” Ajak Buk Tuti.

Ia pun mengikuti langkah wanita paruh baya itu dan sambil mendengarkan dengan jelas dan teliti setiap bagian penjelasan dari Buk Tuti. Rania tak ingin banyak bertanya dengan hal-hal yang tak seharusnya ia pertanyakan. Begitulah Rania menjaga sikapnya di awal pertama masuk kerja.

Buk Tuti menjelaskan sambil memberi contoh pada Rania. Ia menginginkan proses pelatihan ini tak memakan waktu yang lama dan harus di ulang-ulang. Buk Tuti adalah orang yang sangat menghargai waktu, makanya Rania mendengarkan dengan hati-hati setiap detail penjelasan dari Buk Tuti.

“Apa kamu sudah mengerti dengan semua tugasmu?” tanya Buk Tuti.

“Ingat Buk,” Jawab Rania tegas.

“Bagus!Aku sangat menyukai orang yang cepat tanggap dengan apa yang di sampaikan!Aku tak ingin mengulangi penjelasanku tadi. Jika seseorang berniat kerja, maka dia harus mengerti dengan setiap tugasnya tanpa harus disebutkan berulang kali,” Jelas Buk Tuti. Wanita paruh baya ini sedikit memberikan nasehat dan motivasi untuk Rania.

Apapun pekerjaan itu, kita harus mencintai dan mengingat setiap detail bagian dari tugas itu. Terlebih lagi harus bisa mendisiplinkan diri dan menghargai waktu.

“Jadi, aku sudah boleh bergabung dengan para pekerja lain-nya, Buk?” tanya Rania. Gadis ini terlihat sangat bersemangat dalam melakukan tugasnya.

“Untuk hari ini, kamu harus di training dulu. Aku ingin melihat hasil pekerjaanmu, sebelum kamu bergabung dengan yang lainnya,” jawab Buk Tuti yang terkesan memberi tantangan.

“Baik, Buk. Aku akan bekerja dengan giat. Mohon bimbingan-nya!” ucap Rania tenang.

Ia pun langsung memulai aktivitasnya dalam perusahaan itu. Rania mengerjakan dengan sungguh-sungguh setiap perintah yang di berikan oleh Buk Tuti. Secara diam-diam, Buk Tuti mengawasi pekerjaan Rania. Wanita paruh baya ini, ingin melihat bagaimana Rania bekerja tanpa di awasi olehnya. 

Walaupun Buk Tuti tak berada di dekat untuk mengawasinya, namun Rania tetap tekun dengan pekerjaannya. Ia tak mengambil sedikitpun kesempatan selama tak ada Buk Tuti disitu. Ia benar-benar melakukan semua yang diperintahkan oleh kepala OB-nya.

“Benar-benar gadis yang rajin dan jujur!Ia tak mengambil waktu sedikitpun selama aku tak mengawasi-nya. Gadis itu berbeda dari yang lain-nya. Ia benar sungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan-nya,”Buk Tuti tersenyum sambil memuji Rania.

Rania masih menikmati pekerjaan-nya. Ia terlihat serius dalam membersihkan setiap bagian ruangan. 

Tiba-tiba Buk Tuti datang dan menyapa.

“Apa kamu sudah selesai?” tanya Buk Tuti. Ia pura-pura tak melihat dengan pekerjaan Rania.

“Hampir selesai, Buk. Butuh tiga puluh menit lagi untuk membersihkan ruangan ini,” Jawab Rania.

“Baiklah. Kamu bersihkan ruangan ini dengan benar. Aku akan kembali lagi dalam waktu tiga puluh menit.” Jelas Buk Tuti. Iapun berlalu dari hadapan Rania. 

Buk Tuti sengaja tak memberitahu untuk memeriksa hasil pekerjaannya hari ini. Ia hanya ingin melihat sampai dimana kesungguhan Rania dalam melakukan tugasnya.

Anak tunggal dari Pak Marcel dan Buk Aulia ini,memang tak pernah melakukan pekerjaan berat di rumahnya. Ia di kelilingi banyak pembantu di rumah. Walaupun demikian, Rania tak ingin manja dan bermalas diri. Ia tak ingin diperlakukan istimewa dan layaknya seorang puteri di dalam istana megahnya. Rania ingin melakukan-nya sendiri, terkadang ia bertentangan dengan orang tua karena sikapnya itu. Namun itulah Rania, ia memiliki tujuan dan pemikirannya sendiri.

Setelah menyelesaikan tugasnya, kini Rania mengecek sendiri hasil kerjanya hari ini.

“Apa sudah terlihat bersih ruangan ini?” Rania bertanya-tanya sambil melihat setiap bagian sudut kantor itu.

Tak lupa juga ia mengecek debu di setiap ruangan itu. Rupanya aktivitas Rania sedari tadi tak luput dari pandangan Buk Tuti selaku kepala OB disitu.

“Benar-benar gadis yang rajin dan pandai mendisiplikan waktu!” puji Buk Tuti dari kejauhan.

Setelah melihat Rania selesaimengecek setiap bagian ruangan, Buk Tuti akhirnya muncul juga dengan wajah datar seperti biasanya.

“Bagaimana dengan pekerjaanmu?Apa sudah selesai?” tanya Buk Tuti.

“Iya, Buk.” Jawab Rania. Gadis ini tak menjelaskan apa yang di lakukannya tadi. 

Rania hanya khawatir jika pekerjaannya berantakan dan tak sesuai harapan dari Buk Tuti.

“Ia tak menjelaskan padaku tentang kejadian tadi. Gadis ini benar-benar murni melaksanakan tugas tanpa harus mengharap pujian.” Batin Buk Tuti. 

Wanita paruh baya ini semakin kagum dengan kepribadian Rania, walaupun ia baru bertemu beberapa jam yang lalu. 

Rupanya pekerjaan Rania cukup memuaskan. Buk Tuti telah mengamati dengan seksama sejak tadi. 

“Maafkan aku jika pekerjaanku kurang memuaskan!Aku akan memperbaikinya di kemudian hari.” Rania merendah.

Buk Tuti tak menjawab ucapan dari gadis itu. Ia sengaja tak memuji pekerjaan Rania, agar gadis itu tak mudah puas dengan hasil yang di capainya.

“Kamu boleh istirahat sekarang!Tugas kita masih banyak dan waktu masih panjang.” Jelas Buk Tuti.

“Terima kasih, Buk.” Jawab Rania. Gadis ini sambil menarik nafas.

Iapun mengikuti langkah kaki Buk Tuti untuk bergabung dengan yang lain-nya. Tampak rekan kerjanya yang lain telah istirahat makan siang.

“Sekarang, kamu bergabung dengan mereka!Gunakan waktu istirahatmu sebaik mungkin. Direktur kita tak akan bisa mentolerir waktu jika sudah waktunya bekerja. Silahkan makan dan istirahat!” perintah Buk Tuti.

Raniapun akhirnya bergabung dengan teman yang lain-nya. Tiba-tiba Valen menyapa.

“Hai Rania. Bagaimana dengan pekerjaanmu tadi?Apa berjalan dengan lancar?” tanya Valen ramah.

“Iya, semuanya baik dan berjalan lancar.” Jawab Rania tersenyum.

“Baguslah kalau gitu. Aku kira kamu akan menyerah dengan pekerjaan ini.” Tambah Valen.

“Mudah-mudahan aku bisa bertahan dan mencintai pekerjaan ini.” Jawab Rania.

“Kamu udah pernah bertemu dengan direktur kita?” tanya Valen.

“Hmmmm....sudah.” Jawab Rania singkat.

“Apa kamu nggak lagi bercanda?” tanya Valen seakan tak percaya.

“Iya, benar. Aku nggak bercanda, len.” Tambah Rania.

“Kamu ketemu dimana dengan sang direktur kita?” tanya Valen. Ia masih terlihat sangat penasaran dengan penjelasan Rania.

“Kenapa Valen tertarik sekali membahas sang direktur yang arogan itu?Apa sih yang menarik dari pria itu?Tatapannya saja membuat orang lain tak betah berlama-lama disisi-nya.” Batin Rania.

“Kok bengong sih, Ran?Jawab dong!Aku penasaran dengan direktur tampan itu. Seandainya saja dia bisa jadi pacarku, maka aku akan jadi wanita paling beruntung dan bahagia di dunia ini.” Tambah Valen sambil terkekeh.

Langsung saja Rania menjelaskan sikap sang direktur pada saat mereka pertama kali bertemu.

“Nggak ada yang menarik dari direktur kita, len. Sikapnya agak sedikit aneh. Kalo aku sarankan, sebaiknya kamu nggak usah jatuh cinta dengan pria yang temperamen seperti itu!Masih banyak pria diluar sana yang lebih baik.” Jelas Rania. Ia terlihat sangat kesal ketika membahas tentang sang direktur itu. Apalagi mengingat isi perjanjian yang ia tanda tangani tadi pagi.

“Sepertinya kamu terlihat sangat tak suka dengan Pak Raka!Apa ada sesuatu yang terjadi padamu?” tanya Valen. Gadis ini mengunyah makanan dengan tatapan yang lebih penasaran lagi.

“Sebaiknya kamu habiskan makananmu dulu!Setelah itu, aku akan menceritakan sebuah rahasia padamu.” Jawab Rania.

“Oke. Aku akan segera menghabiskan-nya secepat mungkin. Kamu harus me-megang kata-katamu barusan, ya!” tambah Valen. 

Rania hanya tersenyum tanpa menjawab ucapan Valen. Sebenarnya, Rania sangat kesal jika harus membahas direktur. Ia masih sangat jelas dalam mengingat setiap perlakuan buruk dari Raka.

“Mengapa Valen bisa tertarik dengan pria arogan, sok ganteng dan kasar seperti itu?Apa sih yang menarik dari pria sombong itu?” batin Rania bertanya-tanya.

“Aku sudah menghabiskan makananku. Sekarang, kamu harus tepati janjimu tadi. Ayo ceritakan padaku!Mengapa kamu terlihat sangat tak nyaman jika membahas sang direktur?Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Valen penasaran.

Gadis ini tak sabar ingin mendengarkan penjelasan dari Rania.

“Pokoknya, direktur itu memiliki sikap yang aneh dan sangat temperamen terhadab orang lain. Sok ganteng, arogan dan sikapnya buruk. Ia berbeda jauh dari Pak Galang.” Jelas Rania kesal.

“Apa benar seperti itu?Kalau memang direktur jahat, mengapa ia menerima-mu kerja disini?” tanya Valen lagi.

Rania di hujani berbagai macam pertanyaan oleh rekan kerjanya. Pertanyaan Valen seakan menjebaknya untuk mengatakan kejujuran.

Rania pun menarik nafas panjang sebelum akhirnya ia menjelaskan pada Valen.

“Kamu perlu tahu, mendapatkan pekerjaan ini tidaklah mudah. Aku tak langsung di terima begitu saja oleh direktur. Banyak hal yang harus ku lakukan dan setujui agar bisa masuk di tempat ini,” Jelas Rania.

“Maksud kamu gimana?Aku semakin nggak ngerti saja dengan cerita kamu barusan,” tambah Vania. Ia semakin bingung dengan cerita Rania.

“Maksudnya, aku di terima kerja disini tidaklah mudah. Direktur dan aku mempunyai perjanjian tertulis yang harus aku patuhi agar bisa di terima masuk di perusahaan ini,” Sahut Rania.

“Perjanjian apa?” tanya Valen. Ia semakin penasaran.

“Perjanjian itu dibuat oleh direktur langsung. Aku harus mematuhi semua perintahnya dari A sampai z. Kamu ngerti kan?Bukankah itu adalah syarat yang tak masuk akal?” jelas Rania lagi. Gadis ini terlihat semakin kesal menyebutkan isi perjanjian itu.

Valen menelan ludahnya. Ia tak menyangka jika Rania mempunyai perjanjian seperti itu dengan sang direktur tampan.

“Apa..?!Bukankah itu bagus?” Vania dengan nada terkejut.

“Bagus gimana?Bagus apanya?Itu sangat menyusahkan!Jika tak butuh pekerjaan ini, aku nggak bakalan mau menanda tangani perjanjian gila itu,” ucapnya lirih.

“Kamu kayak nggak senang mendapatkan kesempatan emas itu. Hampir semua wanita yang ada di perusahaan ini, ingin dekat dengan Pak Raka. Tak semua orang bisa mendekatinya. Direktur kita bukanlah orang yang mudah bergaul,” jelas Vania.

“Kesempatan emas apa?Aku kerja disini bukan hanya semata-mata kerja sebagai OB saja. Tak lebihnya, aku telah dijadikan kacung olehnya,” Jawab Rania mendengus.

“Kalau aku yang ada di posisi itu, maka aku akan sangat bahagia sepanjang hari karena bisa dekat dengan sang Direktur tampan,” Vania terkekeh.

“Emang ada yang salah dengan otak kamu ya. Pria seperti itu tak baik di jadikan pacar,” jelas Rania. Ia terlihat sangat kesal karena Vania tak mengerti juga.

“Kita jangan membicarakan direktur keras-keras!Ia mempunyai banyak mata-mata disini,” tambah Vania.

Setelah selesai bicara, tiba-tiba ada seorang pria tampan bertubuh tegap dan tampilannya terlihat sangat sempurna masuk ke ruangan mereka. Pria itu memakai kacamata berwarna hitam, ia tak lain adalah Tuan Raka.

Buk Tuti langsung menyuruh semua pekerja berdiri dan memberi salam pada sang direktur.

“Ayo berdiri dan beri salam pada direktur!” perintah Buk Tuti.

Para OB berdiri dan langsung memberi salam pada Tuan Raka, termasuk Rania. Betapa kesalnya wajah Rania ketika melihat wajah sang Direktur. Ia masih terbayang-bayang akan isi perjanjian yang tak masuk akal itu.

“Mengapa ia kesini?Bikin kesal saja,” batin Rania.

Berbeda dengan Vania, ia sangat senang dan antusias dalam menyambut sang Direktur.

“Wah, Direktur kita memang sangat tampan!Aku ingin sekali memeluk tubuhnya yang seksi itu,” Vania dengan nada rendah.

Mendengar ucapan Vania,membuat Rania merinding seketika.

“Vania benar-benar sudah sakit jiwa,” natin Rania.

Tak berapa lama, sang direktur hanya datang tanpa bicara apapun pada mereka. Ia hanya memperhatikan wajah dan ekspresi Rania sejak tadi. Rupanya Raka seakan tahu jika saat ini Rania terlihat sangat kesal dengan kehadiran-nya.

“Aku akan membuat hidupmu menderita kerja disini. Seberapa kuat dan percaya dirimu bertahan menghadapiku.” Batin Raka. Pria tampan itu menyeringai.

“Dia itu apa-apaan sih. Mengapa ke ruangan ini jika memang tak punya keperluan?Apa dia hanya pamer dengan kekuasaan-nya?Benar-benar ke kanak-kan!” Batin Rania kesal.

Tiba-tiba suara direktur memanggilnya.

“Hei, kamu pegawai baru cepat kesini!” panggil Raka.

Rania dengan rasa canggung dan kesalnya langsung menghampiri sang direktur.

Semua mata tertuju pada sang direktur dan juga Rania. Mereka tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi di antara keduanya. Tatapan mereka terlihat seakan mengajak perang satu sama-lain. Apalagi kedatangan direktur di ruangan OB merupakan peristiwa langka. Ia tak pernah sekalipun datang kesitu, kecuali mengirim seseorang jika ada hal yang perlu disampaikan.

Bagaimanakah kisah selanjutnya?

Penasaran!!!

Baca terus kelanjutan ceritanya hanya di GOOD N***L

Related chapters

  • Mr arrogant Mrs simple   Terjebak di lift

    Gadis itu melangkahkan kaki perlahan menuju ke arah direktur. Rasanya ia ingin mencekik pria arogan itu.Rania menunduk-kan wajahnya dan tak ingin melihat wajah sang direktur.“Mengapa dengan wajahmu?Apa kamu malu dan merasa tak percaya diri dengan wajahmu yang terlihat biasa saja?” ucap Raka. Ia terdengar seakan menghina gadis itu.“Jika kamu bukan atasanku, aku tak akan membiarkan kata-kata hinaan itu keluar dari mulutmu.” Batin Rania lirih.Ia sesekali menarik nafas panjang.“Ada apa denganmu?Apa kamu tersinggung dengan ucapanku barusan?” tanya Raka. Pria ini seakan mencari masalah dengan-nya.Jika saja Rania mengikuti ego-nya, sejak kemarin ingin sekali ia menampar wajah pria arogan itu.Rania hanya tersenyum biasa kala mendengar ucapan yang tak masuk akal Raka. Walaupun sudah kesal, Rania berusaha untuk menahan diri agar tak membuat masalah dengan direktur. Ia merasa jika sang

    Last Updated : 2021-05-01
  • Mr arrogant Mrs simple   Raka yang narsis 1

    “Gadis itu benar-benar pandai mencari masalah!Apa dia ingin cari mati?Jangan-jangan sikapku sendiri yang bermasalah?!Bukankah ini sangat memalukan jika ia membuka mulut kemana-mana?Aku harus terlihat tenang dan biasa saja. Jika marah sekarang, maka dia akan menertawakanku. Aku harus tenang dalam menghadapi situasi genting ini!Gadis ini sangat pandai mencari celahku. Aku tak boleh lalai dan kalah darinya!” batin Raka mulai khawatir.“Ada apa Tuan Raka?Kenapa wajah Tuan terlihat sangat gusar?Apa Tuan sakit kepala?Aku bisa membantu meringankan sakit kepala Tuan, itupun jika Tuan Raka butuh bantuanku.” Tambah Rania. Ingin sekali Rania tertawa sejadi-jadinya, namun ia menahan sekuat mungkin agar tak nampak di hadapan sang direktur angkuh.Tawaran Rania membuat Raka menemukan cara untuk mengerjai gadis itu. Sebenarnya, Raka tak sakit kepala atau apapun itu. Ia hanya memikirkan cara untuk menghindari pertanyaan konyol dan menjebak yang dilontarkan oleh Rania.“Karena kamu

    Last Updated : 2021-05-02
  • Mr arrogant Mrs simple   Jadi supir

    Walaupun terlihat kesal, Rania tetap harus mengikuti perintah dari sang atasan.Setelah masuk ke dalam ruang kerja Raka, ia memperhatikan penataan ruang kerja sang direktur dari setiap sudut ruangan.“ Wah....!Pantas saja ia dijuluki si Tuan bersih, ruangan-nya saja tertata rapi dan tak ada sedikit pun debu yang menempel dalam ruangan ini,” batin Rania kagum.Walaupun demikian, Rania sengaja tak menampakan wajah kagumnya kepada sang direktur. Ia tak ingin jika memuji sekarang, maka sang Direktur akan tambah besar kepala. Apalagi Rania berfikir jika direktur adalah tipe orang yang suka akan pujian.Masih asyik melirik suasana ruang kerja Raka, tiba-tiba sang direktur menyuruhnya duduk dengan nada sinis.“Mengapa bengong aja disitu?Mau berdiri terus sampai pelayanku datang mengantarkan baju?Cepat duduk!Jangan membuatku perlu mengulangi kata-kataku barusan!” ucap Raka dengan gaya arogannya.Mendengar sang Direktur menegur, akhirnya Rania langsu

    Last Updated : 2021-05-02
  • Mr arrogant Mrs simple   Raka pingsan

    Gadis itu sangat nekat,”batinnya lirih.” Detak jantung Raka, kini tak beraturan. Kacau-balau kini menghantui fikirannya. Imajinasinya,melayang kemana-mana.“Apa wanita ini sengaja ingin mencelakaiku?” semakin terlihat wajahnya yang pucat.Raka seakan memiliki trauma yang sulit untuk dilupakan. Tatapannya semakin memudar. Pandangannya kini samar-samar terhadap gadis yang sedang menyupir, ia tak lain adalah Rania.Gadis ini masih tetap dengan dramanya. Ia belum sadar akan penampakan pria yang duduk di belakang. Wajah direktur kian memucat. ”Tolong hentikan permainanmu!” ucapnya lirih. Nada suara yang biasa tinggi kini mulai merendah.“Ada apa denganmu, Tuan?Bukankah aku sangat pandai mengemudi?” Rania masih tak sadar juga. ”Cepat hentikan mobilnya!Aku...!” ucapannya terputus.Rania belum mengalihkan pandangannya ke belakang. Ia belum tahu apa yang terjadi pada sang Direktur.“Aku kenapa, Tuan?Mengapa tak melanjutkan kata-katamu?” R

    Last Updated : 2021-05-04
  • Mr arrogant Mrs simple   Menyembunyikan sesuatu

    Setelah kata-kata ancaman keluar dari mulut Raka, gadis ini sontak saja mengurungkan niatnya. Rania tak tahan diperlakukan seperti itu oleh sang Direktur. Hampir saja ia menyerah, namun tak mungkin jika harus angkat tangan dalam waktu yang singkat.Apalagi Rania telah membuat perjanjian dengan Raka.“Aku tak punya pilihan, selain mengikuti perintahnya sekarang. Toh, ini hanya sementara.” Gadis ini menenangkan diri.“Ngapain melamun, hah?Aku tak punya waktu untuk tinggal lama-lama disini. Kita pergi sekarang!” Raka terburu-buru.“Ta...,” ucapan Rania terputus.“Kenapa?Apa kamu kurang senang dengan perintahku?” bicaranya datar.Rania menarik nafas. Jika membantah dan membela diri pun, tak lantas akan membuat pemikiran sang Direktur berubah.“Dia kan pria berhati es, sangat dingin dan menyebalkan!” Rania membatin.Sang Direktur mengganti pakaian rumah sakit.“Dimana bajuku?Cepat bawakan kesini sekarang!” pria yang melemah kini

    Last Updated : 2021-05-05
  • Mr arrogant Mrs simple   Penasaran

    Setelah kejadian di stasiun itu, kini Raka seakan terlihat penasaran pada Rania. Mengapa demikian?Entahlah, pria itu pun tak mengerti.Waktu menunjukkan pukul enam pagi, Rania bangun seperti biasa. Gadis ceria ini terlihat tak bersemangat. Entah apa yang terjadi padanya, hanya dia yang tahu.Walaupun masih agak kesal dengan kejadian kemarin, namun Rania mencoba untuk tak mencampur aduk-kan dengan masalah pekerjaan. Apalagi hari ini, baru kedua harinya ia bekerja di perusahaan Raka.“Aku harus mandi secepatnya. Sebaiknya, aku tak bersikap seperti ini,” gadis ini mencoba kembali tersenyum dan melupakan semua kejadian kemarin.Langkah kakinya langsung menuju kamar mandi. Rania tak ingin Buk Tuti marah, hanya karena ia terlambat datang.“Aku tak boleh malas-malasan. Kasihan, Buk Tuti. Ia sudah cukup tua untuk marah dan membuang energi,” fikir Rania.Setelah selesai mandi dan bersiap-siap, kini Rania langsung turun ke bawah. Tampak mami dan papinya lag

    Last Updated : 2021-05-06
  • Mr arrogant Mrs simple   Jadi Asisten pengganti

    Mata mereka menatap satu sama lain. Sejuta pertanyaan membatin di antara keduanya. Gadis ini tak tahu lagi harus berkata apa?Situasinya sangat membingungkan.“Mengapa tak menjawabku?Siapa yang menjemputmu semalam?” tanya Raka yang terdengar menyelidiki.“Bukan urusan anda, Tuan Raka,” jawab Rania menghindari pertanyaan.Raka tersenyum dingin ketika mendengar jawaban datar dari gadis sederhana ini. Ia tak menyangka ada gadis yang terlihat kolot dan kampungan yang berani membantahnya. Benar-benar suatu penghinaan baginya. Sebenarnya, apa yang di katakan Rania memang tak salah. Walaupun sebagai atasan, Raka tak berhak untuk menanyakan urusan pribadi dari sang Karyawan. Namun,hal ini rupanya tak berlaku bagi Rania. Ia seakan terpojok dengan pertanyaan-pertanyaan sang Direktur yang kesannya tak masuk akal.“Kamu bekerja di atas lindungan perusahaanku. Jika terjadi sesuatu padamu,bagaimana nasib perusahaanku di masa depan?Apa kamu sengaja ingin mencoreng bisnisku?”

    Last Updated : 2021-05-07
  • Mr arrogant Mrs simple   Over protektiv

    Rania sontak saja kaget, matanya terbuka lebar karena mendengar keputusan direktur yang terbilang tiba-tiba.“Mengapa ia selalu memutuskan sesuatunya sendiri tanpa berdiskusi terlebih dahulu?Memangnya, aku ini sebuah boneka yang tak punya perasaan,” hatinya kesal.Tanpa bicara terlebih dahulu, tiba-tiba sang Direktur langsung menjadikan ia sebagai Asisten pengganti. Bagaimana tanggapan orang-orang terhadabnya nanti?Sang Direktur benar-benar telah membuat hidup Rania bermasalah.Walaupun marah, kesal dan tak terima, namun Rania tak bisa berbuat banyak. Ia tak ingin menghancurkan semua yang sudah ia bangun, hanya karena menuruti egonya.“Mengapa wajahmu terlihat murung?Apa kamu tak suka menjadi Asisten penggantiku?” Raka menatap sinis.“Bukan begitu, Tuan. Hanya saja, aku sangat terkejut dengan keputusan tiba-tiba ini. Aku juga merasa tak enak pada karyawan yang lain. Bukankah, aku baru dua hari bekerja disini?” Rania canggung.“Memangnya ada

    Last Updated : 2021-05-08

Latest chapter

  • Mr arrogant Mrs simple   Dia suka mengancam!

    Si Pria Arogan ini langsung saja masuk ke dalam kantor dengan wajah penuh dengan amarah. Bagaimana mungkin Galih bisa membela gadis asing itu tepat di hadapannya?Itu sangat melukai harga diri Raka.“Galih sudah berani melawanku!Ini semua gara-gara gadis itu!Dia memang pembawa malapetaka bagi kami!Jangan berharap bisa keluar dari sini sesuka hati!Dia harus membayar semua yang terjadi hari ini!” Raka mengepalkan kedua tangan dengan penuh amarah.Sementara Rania masih berada di rumah sakit bersama galih.“Terima kasih karena sudah membawaku kesini!” Galih dengan tatapan tulus.“Pak Galih tak perlu minta maaf. Semua terjadi karena aku. Jadi,aku harus merawat Pak Galih hingga sembuh.” Sahut Rania terdengar tulus.“Aku sangat terharu mendengarnya!Kau benar-benar gadis yang dapat di andalkan.” Galih dengan nada pujian.“Pak Galih masih saja bercanda dalam keadaan seperti ini. Aku benar-ben

  • Mr arrogant Mrs simple   Amarah Raka

    Rania sampai di kantor terlebih dahulu. Ia seakan menghindari untuk bertemu dengan sang Direktur. “Ini benar-benar menyebalkan!Mengapa dia harus ke rumahku?Apa pria itu ingin mengadukanku pada Mami?Ini tak bisa dibiarkan!” ketus Rania. Sementara Raka belum tahu jika Rania adalah putri tunggal dari Tuan Marcel dan Nyonya Aulia. “Ya Tuhan,apa yang harus kulakukan?Mengapa juga harus bertemu si Pria Arogan ini?Sangat menyebalkan!Bagaimana aku bisa menghindarinya?Dia selalu berkeliaran dimana-mana.” Ketus Rania lagi. Gadis ini pun berjalan dengan wajah yang penuh kecemasan. Rania tak sadar jika Galih memperhatikannya sejak tadi. Pria ini menyapa perlahan. “Hei. Mau kemana?” Galih menyapa ramah. Rania pun terlihat kaget. Bagaimana tidak?Gadis ini sedang menghayal. Tiba-tiba Galih muncul di hadapannya. “Tu—tuan!Apa yang kau lakukan disini?” tanya Rania dengan wajah panik. Galih pun tersenyum karena mendengar pertanyaan gadis i

  • Mr arrogant Mrs simple   Keyakinan seorang Raka

    Marcel dan Aulia merasa kaget akan kejujuran Raka. Namun,tak dipungkiri jika Aulia kagum tatkala mendengar keberanian Raka yang sangat jujur akan perasaannya. “Apa kau tak bercanda,Nak?” tanya Aulia. “Aku serius. Aku harap kalian jangan marah padaku setelah mendengar ini!” sahut Raka. “Hahaha....Anak muda yang sangat pemberani!Mengapa kami harus marah padamu?Hal itu biasa dirasakan oleh muda-mudi seperti kalian. Jadi,tak perlu merasa canggung. Jika kau menyukai Rania. Maka,kejarlah sampai kau mendapatkannya!Kami sudah memberi restu dan mendukungmu penuh!Apalagi kau adalah anak dari sahabat kami. Akan lebih bagus jika kau sendiri yang menginginkannya.” Tukas Marcel memberi restunya. “Iya. Om Marcel benar,Nak. Kami menginginkan agar kau sendiri yang mendapatkan hatinya!Tante hanya mengingatkan saja. Sebelumnya,Rania tak pernah pacaran atau memiliki kekasih. Jadi,dia masih agak sulit untuk menerima semua ini. Tante harap,kau bisa merubah semua sikap kera

  • Mr arrogant Mrs simple   Pernyataan Raka!

    Tak terasa mereka telah sampai di depan rumah Rania. “Apakah ini rumahmu?” tanya Raka. “Iya. Ini rumahku. Terima kasih telah mengantarku pulang.” Sahut Rania tersenyum ringan. “Apakah kau tak menyuruhku masuk terlebih dahulu?” Raka terdengar berharap. “Tak perlu. Ibumu pasti sudah cemas menunggumu di rumah. Kau seharusnya kembali lebih awal.” Rania mencari alasan. “Hahahaha. Ada apa denganmu,Nona Rania?Aku bukanlah anak kecil. Jadi,tak perlu mencemaskan hal itu. Ayo kita masuk ke dalam rumah!” sahut Raka nampak sumringah. “A—apa maksdumu?Mami pasti tak berada di rumah sekarang!Pergilah pulang!” Rania menatap cemas. “Kau nampak cemas?Apa yang terjadi denganmu?” tanya Raka penasaran. “Ti—tidak. Maksudku,tak terjadi apa-apa padaku. Kau tak perlu cemas. Aku bisa masuk sendiri. Ayo pergilah!” Rania semakin tak jelas. Raka semakin terlihat penasaran akan sikap gadis itu. “Mengapa dia menolakku masuk ke dalam r

  • Mr arrogant Mrs simple   Dasar pria Penggoda!

    Mereka berdua menikmati keindahan puncak hingga sore hari. Langit tampak cerah dan mulai menguning. Rania terlihat sangat senang menikmati keindahan puncak di sore hari. Gadis ini bahkan tak sadar akan tingkahnya yang terlihat kekanakkan. Rania lupa jika ada Raka di dekatnya. “Disini sangat nyaman!Aku menyukai tempat ini!Terima kasih sudah membawaku kesini!” Rania terdengar tulus. Raka hanya tersenyum dan memandangi kebahagiaan gadis yang sedang berputar-putar mengelilingi pohon yang berada di dekat situ. Tanpa sadar,pria arogan ini telah jatuh hati pada kepolosan Rania. “Apa anda sering kesini?” tanya Rania tersenyum ramah. “Iya. Di akhir pekan aku menghabiskan waktu mampir kesini. Aku suka akan tempat ini!Jiwaku tentram dan hatiku damai tanpa memikirkan aktivitasku yang menumpuk di kantor.” Jelas Raka apa adanya. “Oh,begitu. Aktivitas di kantor memang sangat membosankan!Kita perlu menyegarkan fikiran dengan mengunjungi tempat-tempat seperti

  • Mr arrogant Mrs simple   Dia tak mengenaliku!

    Rania terpaksa harus menunjukan wajah pada Raka. Semua orang telah mendesaknya. Tentu hal itu membuat Raka kaget. “Dia cantik sekali!Aku tak menyangka jika wajahnya seperti ini!” batin Raka memuji tanpa mengenali. Bagaimana tidak. Wajah Rania sangat berbeda jauh dari biasanya. Tentu saja Raka tak mengenalinya dengan baik. “Dia terlihat sangat berbeda jauh dari Rania si Gadis pembuat masalah itu!Jelas saja, Rania ini terlihat lebih cantik dan menggoda!” batin Raka tak hentinya memuji. Pria ini sampai lupa makan karena terpesona akan kecantikan Rania. Sementara Rania masih terlihat cemas dengan apa yang akan difikirkan oleh Raka. “Apa dia mengenaliku?Aku akan tamat hari ini!Ya Tuhan,tolong selamatkan aku!” keluhnya dalam hati. Melihat dua anak muda yang saling menatap membuat Denisa segera bertindak. Uhuk...,uhuk...,uhuk.... “Ayo dimakan!” tukas Denisa nampak sumringah. “Mengapa kalian termenung?Apa terjadi sesuat

  • Mr arrogant Mrs simple   Rania,nama gadis ini.

    Buk Aulia,Pak Marcel, dan juga keluarga Pak Hendra semakin merasa heran dengan sikap Rania. “Ada apa sayang?Kenapa wajahmu ditutupi seperti itu?” tukas Aulia bertambah heran. “Iya. Mami kamu benar. Nggak sopan kayak gitu,Nak. Ayo salaman!” ucap Marcel. Tanpa bicara,ia langsung saja menyalami pria yang ada di hadapannya dengan wajah yang masih tertutup. “Maafkan atas tingkah putri kami!Dia memang agak kekanakkan. Ini juga kali pertama aku mendandaninya.” Tukas Aulia dengan nada polosnya. “Aduh,Putrimu benar-benar sangat menggemaskan!Tak perlu minta maaf. Kadang kala,anak-anak selalu seperti itu. Kita sebagai orang tua harus lebih bijak lagi menghadapi mereka.” Jawab Denisa tersenyum ramah. “Iya,Pak Marcel. Tak perlu sungkan seperti itu. Wajar saja dia bertingkah seperti itu karena ini pertama kalinya dia merias diri.” Hendra menambahkan lagi. Ucapan Denisa dan Hendra membuat Aulia merasa lega. “Syukurlah kalau semuanya b

  • Mr arrogant Mrs simple   Dia Atasanku!

    Hari ini Rania libur. Gadis ini bangun agak kesiangan. Dia masih saja berdiam diri di kamar. Sementara Ibu dan Ayahnya pun tak pergi ke kantor. Mereka baru selesai lari pagi.“Rania kita dimana,Pi?” tanya Aulia.“Rania masih di kamarnya,Mi. Biarkan saja dia istirahat di akhir pekan ini. Akhir-akhir ini dia jarang istirahat di rumah.” Jawab Marcel sembari mengambil segelas air putih.“Iya juga sih. Berikan Mami juga air putihnya. Tenggorokan Mami rasanya kering,” tukas Aulia meminta segelas air untuk melepas dahaga.Marcel pun segera memberikan air putih pada Aulia.“Ini,Mi. Mami minum banyak-banyak. Papi mau mandi dulu. Udah bau keringat.” Pungkas Marcel tersenyum ringan.“Ya udah,Pi. Jangan kelamaan mandinya,ya. Mami juga mau mandi. Rasanya gerah habis jogging!” seru Aulia.Aulia pun langsung ke kamar Rania sambil menunggu Marcel selesai mandi.Tok,tok,tok.&ld

  • Mr arrogant Mrs simple   Dia keterlaluan!

    Si Cowok Arogan tak ingin terlihat lemah di hadapan Rania.“Gadis itu benar-benar pandai bicara. Dia mempunyai semua jawaban atas setiap pertanyaanku. Bagaimana aku bisa membungkam gadis cerewet itu,ya?” tukas Raka sambil memikirkan cara.Tiba-tiba Galih datang dan menepuk pundak Raka.“Hei,Kak. Lagi ngapain sih?Aku selalu melihatmu menghayal akhir-akhir ini. Kakak kenapa sih?” tanya Galih menatap bingung.“Kamu ngagetin aja. Siapa bilang Kakak melamun. Kamu asal bicara aja. Lagian,kamu ngapain kesini?” pungkas Raka.“Kakak itu selalu nggak mau jujur. Tetap saja mengelak. Aku jadi heran!Aku kesini mau minta tanda tangan,Kak.” Jawab Galih menatap heran.“Sini berikan berkasnya. Kakak tanda tangan sekarang. Setelah itu, kau jangan muncul lagi ke ruangan Kakak. Mengerti!” Raka dengan nada peringatan.“Iya,Kak. Bawel deh. Galak amat sama adik sendiri,” jawab Galih ter

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status