“Seth, lepaskan aku! SETH! Kau tidak boleh memperlakukan aku seperti tawanan, apakah kau dengar? SETH!” Ivory tak henti memanggil nama Seth, tetapi tak pernah sekali pun pria itu datang. Sejak semalam, Ivory hanya seorang diri di ruangan yang begitu besar dengan tatanan modern yang seharusnya bisa terasa seperti surga baginya yang tak punya tempat untuk pulang. Namun, dengan sikap Seth yang sangat mengejutkan ini, Ivory tidak merasa seperti di rumah. Dulu, Seth adalah rumah baginya. Setidaknya sebelum akhirnya pria itu memutuskan untuk bertunangan dengan seorang wanita yang tidak ia kenal. Ivory tak mengerti, setelah sekian lama kebersamaan mereka, Seth tidak memilihnya sebagai seseorang yang ingin ia perjuangkan. Dan kini, dengan seenaknya pria itu memperlakukan Ivory layaknya tahanan dan mengklaim bahwa Ivory adalah miliknya. Itu sangat menggelikan. “Lepaskan aku, bajingan!” teriak Ivory lagi. Dan apa pun yang ia lakukan tentu saja sia-sia. Tempat di mana dirinya disekap adalah
Ivory tidak percaya apa yang sedang terjadi padanya saat ini. Ia sudah berdiri dengan kaki masih terikat borgol dan beberapa wanita yang tengah menyeka seluruh tubuhnya serta memastikannya benar-benar sesuai dengan perintah Seth. Gaun putih bersih sudah ia kenakan—pelayan-pelayan itu yang membantunya, tanpa ia tahu untuk apa semua ini. Apakah ini seperti yang Seth katakan bahwa ia akan menikahi Ivory? Demi apa? Dan mengapa harus seperti ini? Jika memang Seth menginginkannya, mengapa pria itu tidak mengatakan apa pun saat bertemu dengannya di rumah sakit? Ivory tak bisa membantah. Hal mengerikan nyaris terjadi saat ia berada di kediaman Benjamin, di mana pria itu mengancam akan melenyapkan ketiga bayinya. Itu sebabnya Ivory melakukan apa pun yang Benjamin inginkan. Termasuk membuat Max pergi jauh dan melupakannya. Kini, ia bahkan tak akan pernah bisa bertemu dengan pria itu sekadar untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi saat itu. Ivory tak bisa lupakan betapa hebat nyeri ya
Max tak peduli andai Linea marah dan tak mau bicara padanya. Ia memang tak pernah serius dengan pernikahan mereka. Karebnanya, untuk menjalani segala hal yang berhubungan dengan pernikahan mereka pun, Max rasanya begitu enggan. Dan ia hanya akan membawa Linea berlibur ke tempat terdekat yang mudah mereka jangkau dan tak akan memakan waktu lama. Selain itu, Max akan bertemu dengan Markus Odephine, pimpinan pack daerah Barat yang sudah menjadi gurunya beberapa waktu terakhir. “Kau pasti bercanda, Max. Mengapa hanya ke Westmont?” gerutu Line yang akhirnya bicara dengannya setelah mendiamkannya seharian. Max tak memberi respon, karena ia tak ingin. “Max, jawab aku!” “Kau sendiri yang mengatakan kalau kau tak masalah ke mana pun asalkan bersamaku. Maka buktikanlah! Aku ada urusan dengan Markus dan harus menyelesaikannya dalam waktu dekat.” Linea masih memberengut. Ia memandangi suaminya dengan perasaan geram. Tak pernah sekali pun ia merasa mirip orang bodoh karena sikap Max. “Aku t
Ivory lupa sudah berapa lama dirinya dan Seth menjadi suami-istri. Tak sekali pun ia izinkan Seth untuk mendekat padanya untuk memintanya melayani pria itu. Seth juga tak pernah meminta, karena keinginannya terhadap gadis itu bukanlah perkara hal-hal intim, melainkan hanya sekadar memilikinya. Siapa yang tidak tahu mengenai legenda tentang seorang putri duyung yang merupakan makhluk mitologi dengan banyak kelebihan? Dan menjadi pemilik makhluk tersebut memberi kebanggaan besar bagi Seth. Tentu saja tak hanya itu yang pria itu inginkan, melainkan sesuatu yang besar. Bisa dikatakan, hampir sama dengan keinginan Benjamin. Hanya saja, Seth bahkan tak pernah meminta pada Ivory agar melayaninya. Setiap kali Seth datang pada wanita itu adalah untuk sekadar mengantarkan makanan atau berbincang sedikit. Namun, Ivory juga tidak menanggapi seperti yang Seth inginkan. Ivory hanya menyimak dan mendengarkan cerita dari Seth tanpa memberi tanggapan sedikit pun. Bagi Ivory, manusia sangat menyeram
“Max, apakah kau baik-baik saja? Apa yang terjadi?” tanya Mirielle, saat Max baru sadar setelah pingsan sehari semalam. Ia masih terengah karena tidak ingat apa pun selain Ivory dan rasa sakit beberapa saat sebelum dirinya hilang kesadaran. Ingatannya hanya tentang wanita itu dan bagaimana kondisinya di sana. Juga tentang rasa sakit yang kini dirasakan oleh gadis itu. Bahkan lokasi di mana ia disekap, Max tidak mengingatnya. “Max ... apakah kau mengingat sesuatu? Apa yang terjadi?” tanya Mirielle lagi, tak ingin menyerah karena ia tahu ada yang aneh dan hanya Max yang tahu. “Bukankah kau mengetahui segalanya, Elle? Mengapa kau bertanya padaku! Katakan padaku apa yang terjadi sebenarnya? Bagaimana kondisi Ivy? Elle!” desak Max yang mula frustasi ketika mengetahui kondisi Ivory di tempat asing itu. Mirielle pun telah berusaha mencari tahu, tetapi yang ia ketahui hanyalah apa yang dilihat oleh Max. “Mengapa semua orang menganggap aku mengetahui segalanya? Aku bukan dewi, Max!” “Dewi
Max terbangun tiba-tiba dengan kening dan sekujur tubuh dipenuhi peluh. Ia baru saja bermimpi buruk dan terasa begitu nyata. Bisa saja sesuatu memang sedang terjadi pada Ivory, mengingat wanita itu kini sedang berada dalam sanderaan pria itu. Max tak percaya Seth bisa melakukan perbuatan sekejam itu dengan menyekap Ivory dan menyiksanya. Dalam mimpinya, Ivory berusaha melarikan diri dan berakhir dengan beberapa cakaran di tubuhnya. Seth tampaknya tidak memiliki nafsu untuk menggauli Ivory, melainkan hanya untuk memberikan hukuman atas apa yang telah wanita itu lakukan terhadapnya. Mungkin saja bagi Seth, Ivory telah mengkhianati kepercayaan atau janji yang telah mereka sepakati. Bagaimana pun, serigala sangat pencemburu. Dan Max, tak yakin mimpinya adalah penggambaran nyata dari apa yang tengah terjadi pada Ivory. Bagaimana jika benar? Bagaimana jika apa yang ada dalam mimpinya ternyata benar terjadi di dunia nyata? Jika benar, Ivory sungguh tengah ada dalam masalah besar. “Ivy,
*TRIGGER WARNING! ADA ADEGAN KEKERASAN.Max kembali menyibukkan diri di kantor untuk sekadar melupakan Ivory yang terus mengganggu pikirannya selama beberapa hari ini. Ia masih dikuasai egoisme yang membuatnya merasa begitu terluka atas sikap Ivory ketika dirinya berada di kediaman Benjamin, dan kini ia berpindah tangan pada Seth, tak membuat Max berubah pikiran meski telah melihat bagaimana penderitaan Ivory selama berada di sana. Padahal Max beberapa kali telah menyaksikan sendiri, meski hanya lewat mimpi, tetapi terasa begitu nyata dan seharusnya itu bisa sedikit melunakkan hatinya yang membatu. Namun, tetap saja, Max masih mempertanyakan apakah seperti itu kenyataan yang terjadi. Meski beberapa hari lalu ia katakan pada Mirielle bahwa dirinya ingin menyelamatkan Ivory, tetapi entah apa yang terjadi, ia tampaknya kembali ragu akan keputusannya itu. “Max, bagaimana rencana kita?” tanya Mirielle yang muncul tiba-tiba di kantor, saat Max tengah sibuk mengurus beberapa bisnis merger
*TRIGGER WARNING! ADA ADEGAN KEKERASAN DI DALAMNYA.Max tak yakin dengan apa yang ia lakukan. Semua ini dijalankannya tanpa rencana matang. Hanya berusaha mencari tahu keberadaan Ivory melalui Seth, dengan berpura-pura melakukan konseling dan berharap nantinya ia bisa membaca pikiran Seth. Ia sudah berada di klinik dan menanti kedatangan Seth. Dari aroma tubuhnya, pria itu memang tidak berdekatan dengan Ivory, Max bisa mengendus itu. Sama sekali tak ada aroma Ivory yang menguar dari tubuh Seth. Namun, tetap saja, Max berniat menemui Seth untuk mengetahui di mana keberadaan Ivory. Max duduk setelah Seth mempersilakan nya. Pria itu tampak tenang, seolah tak melakukan kesalahan sama sekali. Ia kemudian mulai menanyakan bagaimana kondisi Max beberapa waktu terakhir, karena Max telah melewatkan jadwal konsultasi yang seharusnya mereka lakukan beberapa minggu sebelumnya, bahkan mungkin sudah terlewat satu bulan. “Bagaimana kondisimu, Max. Kupikir semua sudah membaik, karena kau tidak men
Beberapa tahun kemudian ... “Apakah kau percaya itu, Max? Kau lihatlah putra-putri kita. Mereka kini berusia delapan belas tahun dan—oh! Apakah kau dulu juga mengalami ini? Usia berapa kau berubah menjadi dewasa?” tanya Ivory saat sadar bahwa si kembar, Isaac dan Mackenzie telah berubah menjadi berusia delapan belas tahun di usia mereka yang kelima. Max tertawa mendengar komentar polos Ivory. Ia lantas meraih wanita itu dalam dekapannya dan mengecup bibirnya sekilas. “Di usia tiga tahun aku berubah menjadi delapan belas tahun dan menjalani pelatihan dari kakek Jeremiah untuk menerima jabatan darinya sebagai seorang alpha Alsenic pack. Apakah kau tidak mengalami itu?” “Apakah aku kelihatan seperti manusia ajaib seperti kalian?” tanya Ivory yang dijawab gelak tawa oleh Max. “Baiklah, artinya usia kita terpaut sangat jauh. Kau seharusnya lebih tua dibanding diriku. Benar begitu, kan?” Ivory mengangguk, kemudian menoleh lagi pada Isaac dan Mackenzie yang telah menghabiskan sarapan mere
Seth tersungkur tanpa daya di atas tanah, pandangan mata sayunya pandangi langit malam di mana bulan purnama tengah benderang menyinari dunia. Seth bisa mendengar lolongan serigala yang memuja Amethyst. Sebagai tanda syukur kemenangan mereka. Hawa panas menggelegak. Keheningan mencekam ini, Seth mati rasa, tidak bisa merasakan tubuhnya lagi. ‘Dad. Katakan padaku. Kalau aku adalah seorang putra dan keturunanmu yang baik.’ Wajah sang ayah yang tersenyum manis berkelebatan di benak Seth saat mendiang menyerunya penuh kasih sayang. Seth masih ingat kenangan itu dengan jelas. Linea berlarian menerjang kubangan-kubangan api yang meratakan tanah, sembari menahan rasa sakit di perutnya yang terasa sangat mengejang, demi apa pun. Melihat Seth menghadapi kematian, membuatnya Linea terseok-seok. Dia menyambar tubuh Seth yang tidak berdaya; merenggang nyawa. “Seth, astaga. Aku mohon, jangan tinggalkan aku. Bagaimana dengan anak-anakku. Dia membutuhkanmu. Jangan pergi, Seth. Kau harus melihat
TAANG!!! Anak panahnya meleset ke arah lain ketika Seth mematahkannya dengan sambaran petir. Terlepas dari tepat sasaran atau tidaknya, Ronan tak peduli. “Lihat aku di sini, Rogue tolol!” ejek Ronan tersenyum miring, dia sengaja benar memancing emosi Seth yang mudah sekali tersulut. “Dasar bodoh! Siapa pun tidak ada yang dapat mengalahkan aku!” amuk Seth terus luncurkan semua serangannya secara brutal. “Kau, Omega tidak berguna! Jangan halangi aku!” DUARR!!! Ronan berlari menghindar ketika serangkaian ledakan api meletus hebat di belakangnya. Melompat dengan langkah kaki panjang, bergerak gesit, cekatan serta lincah. Bermanuver—tak sulit menghindari serangan Seth yang lambat-laun mulai melambat. “Ada apa denganmu? Mengapa kau lamban sekali? Kau bahkan tidak bisa menggoresku sedikit saja!” Ronan terpingkal geli. Sekali lagi, dia melesatkan dua pasang anak panah. “DIAM KAU! Percuma! Serangan panahmu ini tidak akan bisa melumpuhkan aku!” DUARR!!! Ronan melompat tinggi di atas ud
Markus tanpa pikir panjang kembali, menyelamatkan karibnya. Dia menerobos semua ledakan-ledakan petir yang meletus di kanan-kirinya, berlari cepat demi menyelamatkan Alegria yang kepayahan akibat pendarahan. Markus bergegas menyambar Alegria yang terkapar, melompat cepat—menghindari sambaran petir lainnya yang tiada hentinya berdatangan.“Mengapa kau kembali? Bagaimana dengan pasukanmu?” tanya Alegria lemah dan merasa bersalah. Dia diserang oleh gelombang batuk darah.“Masih tanya juga! Tentu saja menyelamatkanmu! Mustahil, meninggalkanmu mati di sana! Pasukanku yang tersisa mereka berhasil ke tempat aman. Rogue itu memang keparat! Bagaimana bisa dia memiliki kekuatan sihir mengerikan seperti ini!?”Markus, Alegria, Marion, William dan semua pasukan yang tersisa berhasil mencapai zona perimeter aman yang sebelumnya telah disiapkan oleh mereka. Menjauhi medan pertempuran yang mustahil mereka hadapi. Mereka mengubah diri ke wujud manusia.
“Menyerahlah saja kau, Seth! Tidak ada jalan keluar atau lari! Sebelum kami semua benar-benar membunuhmu!” kecam Mirielle bersungguh-sungguh dengan ucapannya. “Kau sudah terkepung! Kau harus membayar seluruh kejahatanmu di hadapan Dewi Amethyst!”BZZT!“Kau pikir siapa dirimu?! Karena kau Elder pilihan yang menjembatani Dewi Bulan, kau pikir bisa berbuat segalanya?”Mirielle mencibir setengah meradang. “Tidakkah kau pikirkan semua korban yang telah kau hancurkan hidupnya? Pack yang tidak bersalah atau berdosa! Tidakkah kau memikirkan anak-anak yang kehilangan keluarga mereka? Aku tak paham mengapa kau memilih jalan beracun seperti ini?!”CLASSH!BLARR!“Tidak usah sok memahamiku, Mirielle! Aku tak peduli apa pun! Selama tujuanku tercapai, dendam kematian leluhurku terbalaskan, dan semua kelompok Pack yang kalian agung-agungkan itu hancur selamanya! Justru aku senang menghancurkan kalian semua hingga tidak ada yang ter
Mirielle merintih putus asa. “Max! Jawab aku! Mom! Dad! Ronan, please! Anybody hear me?!”“Elle?! Kau di mana?! Kau baik-baik saja?! Bertahanlah, Elle! Aku bersama pasukan The Cardinal, anggota Pack dan keluarga! Sebentar lagi, sampai! Kau tidak terluka ‘kan? Kami semua cemas sebab tak mendengar kabar apa pun darimu.” Max menjawab dari mind-link. “Katakan kalau kau bersama Lyra sekarang?”Helaan napas lega terdengar dari hidung bangir Mirielle. “Aku tidak bersama Lyra, Max. Aku gagal mendapatkannya. Ini semua karena kekuatan sihirku yang belum pulih sepenuhnya! Seth dan Linea memiliki mantra dinding sihir kuat. Padahal, aku nyaris berhasil. Aku mengacau! Aku baik-baik saja! Max, ada situasi genting! Sebelum kau menyaksikannya secara langsung. Aku ingin kau dengarkan ucapanku dulu.”“Tunggu sebentar, Elle! Aku mengendus bau Ivy dekat sini?! Apa itu jeritan istriku?! SEDANG APA DIA? MENGAPA IVY BISA BERSAMA DENGAN SETH?!!”Sensasi berdenyut
“Sekarang apa maumu?” tanya Linea mengeraskan nada suaranya. Dia menjerit penuh amarah. “Aku telah mengikuti semua perintahmu! Kau bilang ingin dapatkan darah Ivy demi memperkuat kekuatan kita?! Mengapa sekarang kau malah menawannya?! Kau bilang membangun Mansion khusus untuk wanita ini?! Apa kau sudah gila?! Kau mengingkari janjimu, Seth!”Seth tertawa bengis. Tetap mencengkeram tubuh Ivory dalam belitan tangannya. Mereka perlahan-lahan berjalan mundur. “Kau kira siapa dirimu, Linea?! Mengatur atau mengendalikan diriku?! Sudah kubilang berkali-kali jangan konyol! Kita melakukan segalanya sesuai kesepakatan, ingat?! Inilah tujuanku! Mendapatkan Ivy kembali.”Ivory mendesis jijik ketika Seth menjilati ceruk lehernya. Rasanya dia ingin sekali menghajar Seth sekarang juga, tetapi apa dayanya. Kekuatan Seth terlalu kuat untuk dilawan. Semakin Ivory memberontak—semakin Seth mencekiknya. Linea menggeleng. Mulai banjir air mata, mengentakkan kaki menahan b
“Oh! Akhirnya, Benjamin mampu memenuhi kesepakatannya! Senang sekali, kau mengerti maksudku. Maaf, kuharap Watcher yang aku utus, tidak memperlakukanmu dengan buruk, ya? Mendengar kau datang bersama Ivory.” Suara Seth menggema di sela-sela tawa maniaknya. “Woah, ini pencapaian terbesarku, bukan? Aku meminta Benjamin menukar darah Ivory tapi dia malah membawanya kemari. Well done, Ben. Aku tahu kau memang tak akan mengecewakan aku.”Benjamin mendesis sinis. “Cukup basa-basinya, keparat! Aku telah memberikan apa yang kau mau. Lantas, di mana Lyra sekarang?! Berikan kepadaku sekarang juga!”Ivory meraung marah. “Lyra milikku! Seth, jangan berani kau melukai satu helai rambut pun putriku. Bila kau menyakitinya aku bersumpah akan membunuhmu!”Seth terbahak geli. Matanya meneliti Ivory penuh obsesi. “Oh, ayolah. Lyra aman di tangan kami. Jadi, jangan cemas. Selama kalian menuruti semua perintahku, nyawanya terjaga, sayang.”Ivory membuang pandangannya, tidak sudi mendengar kata-kata Seth se
“Ini kesempatanku,” ucap Ivory setengah berbisik. “Tidak ada waktu lagi. Aku harus menemui Benjamin segera.”Ivory menimang bayinya sampai mereka tertidur. Menggendong, membaringkan Mackenzie dan Isaac di dalam ranjang bayi mereka. Helaan napas Ivory terdengar penuh beban berat. Dia telah mempertimbangkannya, memikirkan ucapan Benjamin sebelumnya dengan keputusan panjang. Hingga membawa Ivory pada jalan akhir, menyetujui kesepakatannya bersama Benjamin. Ivory tahu keputusannya ini memang gila. Memicu kemarahan terbesar Max, namun apa dayanya. Ivory tidak punya pilihan lain demi menyelamatkan nyawa Lyra, keluarga kecilnya dan menyudahi peperangan melelahkan ini. “Maafkan aku, nak. Aku hanya lelah dengan semua pertumpahan darah, pertempuran, dan pertikaian tiada berujung ini. Mungkin melalui pengorbananku, perang ini bisa dihentikan. Yang Seth inginkan hanya aku, bukan Lyra. Jika menyerahkan diri bisa menyelamatkan semuanya. Maka keputusanku ini sepadan.” Gumam Ivory mengusap puncak k