Beranda / Romansa / Mr. Radhika / 03. Maunya Apa?

Share

03. Maunya Apa?

Penulis: Levi Skaa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-22 23:36:26

Hari ini Tasya sangat mengantuk. Bahkan tadi dia nyaris tertidur saat mengajar. Semalam Tasya hanya tidur tiga jam. Dia tidak bisa tidur setelah membaca pesan yang dikirim Radhika. Radhika benar-benar out of the box. Tasya yakin, tidak ada satu orang pun yang bisa menebak jalan pikiran Radhika, kecuali Yang Maha Kuasa.

Sungguh, Tasya tidak mengerti kenapa ada orang yang super duper labil seperti Radhika. Dua hari yang lalu Radhika memintanya untuk tidak berurusan dengannya. Dia bahkan menghinanya dan mengusirnya, tapi semalam dia ingin mengajaknya bertemu. Itu sangat tidak masuk akal. Apa kepala Radhika terbentur sesuatu sehingga kepalanya sedikit sengklek?

Tasya menyeruput Milk

Shake Strawberrynya dan bersandar pada sandaran kursi. Kini dia sedang berada di Oh Me Time!─kafe yang pertama kali ia kunjungi saat bertemu dengan Senja.

Sebelumnya dia benar-benar kepikiran dengan pesan yang dikirim si Sableng. Pikirannya meminta dirinya menemui Radhika. Jadilah sekitar pukul setengah delapan malam, Tasya pergi ke kantor Radhika. Namun, setelah sampai, Tasya mengurungkan niatnya itu. Dia meminta supir ojek online untuk mengantarnya ke sini. Itulah alasan mengapa malam-malam dia duduk sendiri di sini.

Sekarang sudah pukul sepuluh kurang, dan Tasya harus segera pergi dari sini, karena cafe ini akan segera tutup. Dia tidak menyadari kalau dia sudah sangat lama duduk di sini. Dia terlalu larut dalam pikirannya sendiri. Tasya mengambil ponselnya. Dia hendak memesan ojek online dan pulang ke rumahnya.

Namun, hatinya merasa tidak tenang. Jadi dia segera mengirim Radhika pesan.

Tasya      : Kamu masih di kantor?

Jika dalam lima menit Radhika tidak membalas pesannya, maka Tasya akan langsung pulang, dan dia tidak akan mau menemuinya lagi. Itulah tekadnya sekarang. Namun belum sampai dua menit, Radhika sudah membalas pesan Tasya. Dia bilang masih berada di ruangannya. Seketika Tasya merasa bersalah. Pasti Radhika belum pulang karena menunggunya. Jadi dia berjalan dengan terburu-buru.

Walaupun Tasya masih marah atas perlakuan Radhika, tetapi tetap saja dia merasa bersalah. Tasya termasuk orang yang suka memikirkan perasaan orang lain. Dan terkadang itu membuatnya sulit. Namun, dia tidak menyesal menjadi orang seperti itu, karena terkadang kebaikan datang begitu saja padanya.

Jarak dari kafe ke perusahaan Radhika sekitar sepuluh menit, jadi Tasya berlari ke sana. Ada dua alasan kenapa dia berlari. Yang pertama dia tidak ingin membuat Radhika terlalu lama menunggu. Yang kedua, jalanan sudah sepi karena saat menuju ke sana harus melewati jalan kecil dan gelap. Tasya dari kecil takut gelap, jadi dia menyalakan lampu di ponselnya dan berlari dengan sangat cepat saat melewati jalan kecil itu.

Tasya terengah-engah saat sampai di depan perusahaan Radhika. Dia membungkuk dan memegang lututnya, berusaha untuk menormalkan debaran jantungnya. Sudah lama sekali dia tidak berolahraga, jadi rasanya lelah sekali. Seperti habis maraton dengan jarak sepuluh kilometer.

"Maaf, Bu. Mau ke mana, ya?" tanya security itu.

"Aku mau ketemu dengan Radhika." Dia memperlihatkan percakapannya pada security tadi.

"Tunggu sebentar, ya." Security itu pergi ke posnya dan terlihat sedang menelepon seseorang. Tak lama dari itu, dia kembali dan dia bilang akan mengantar Tasya ke ruangan Radhika.

Selama perjalanan Tasya merasa sedikit takut, karena semua ruangan yang ia lewati kosong. Dan lampu-lampunya juga redup bahkan ada yang padam. Cukup bagus sih sebenarnya untuk menghemat energi, namun hal itu malah membuat suasananya menjadi seram. Untung saja dia ada yang menemani. Jika tidak, mungkin dia tidak akan jadi mengunjungi Radhika.

"Sudah sampai, Bu. Saya pamit," kata security tadi.

Tasya menghela napas. Dia merasa ragu lagi. Sebenarnya dia tidak tau alasan kenapa dia mau datang kemari. Bagaimanapun juga, dia masih marah dan sakit hati atas perlakukan Radhika hari ini. Tapi sebagian dari dirinya berkata, dia harus menyelesaikan masalahnya dengan Radhika secara tuntas. Lebih cepat, lebih baik.

Apa pun yang terjadi hari ini semoga itu akan menjadi hal yang baik di masa yang akan datang. Tasya menarik napas dalam-dalam, lalu membuangnya. Dia mengetuk pintu sebanyak tiga kali.

Setelah mendengar Radhika memersilahkan dirinya masuk, Tasya segera masuk. Tasya melihat Radhika sedang memunggunginya. Radhika sedang melihat ke arah jendela besar di belakang meja kerjanya.

Tasya sekarang bingung, apakah dia harus menunggu Radhika menyuruhnya duduk atau langsung bertanya apa yang Radhika inginkan.

"Langsung aja." Radhika berjalan mendekati Tasya, dan berhenti beberapa langkah dari tempat Tasya berdiri. "Kemari!"

Tasya mengerutkan keningnya. Dia tidak tau apa yang sedang Radhika rencanakan. Mungkin saja dia mau balas dendam atas tamparannya kemarin. Ya, itu masuk akal karena kemarin Tasya pergi begitu saja, pasti Radhika marah padanya dan ingin balas dendam.

"Kamu mau apa?" Tasya sedikit panik, namun berusaha untuk tidak terlihat takut.

"Cepat!" Radhika menatap Tasya tajam.

Tasya menelan ludah, dia berjalan perlahan menghampiri Radhika.

"Ada ap─"

Sebelum Tasya menyelesaikan ucapannya, Radhika menarik lengannya. Tasya sangat terkejut. Dia mengira Radhika mau memukulnya. Namun, ketakutan Tasya tidak terbukti. Radhika malah membawa lengan Tasya untuk menyentuh wajahnya.

"A─apa-apaan ini?" Tasya sangat bingung dengan perlakuan Radhika. Dia juga sangat gugup, karena mereka terlalu dekat. Dan itu membuat jantung Tasya berdetak kencang. “Dhika, kamu kesambet, ya?”

"Sebentar."

Radhika menutup matanya. Radhika merasa kalau tangan Tasya sedikit bergetar dan kaku. Tapi dia tidak peduli, karena tangannya terasa hangat dan dia menyukainya. Radhika membuka matanya. Dan yang pertama ia lihat wajah Tasya yang memerah. Radhika menjauhkan tangan Tasya dari wajahnya.

"Bantu saya sedikit lagi."

Tasya masih merasa bingung, dan dia dikejutkan lagi saat Radhika tiba-tiba memeluknya. "Ih, si gelo! Dhika, nyebut! Kita bukan muhrim!" Tasya mendorong dada Radhika, namun hal tersebut tidak berhasil membuat pelukannya terlepas.

"Sebentar aja. Dosanya saya yang tanggung," ucap Radhika.

“Mana bisa gitu!” Sepertinya Radhika memang sudah benar-benar Sableng.

“Dua menit.” 

Tasya mulai berhenti berontak, karena ia merasa itu sangat percuma. Jadi dia membiarkan Radhika memeluknya sebentar, cuman dua menit. Tidak boleh lebih. Tasya menghitung dalam hati. Namun, dia tidak bisa menghitung dengan benar karena pikirannya berkecamuk, akhirnya dia menyerah.

Tubuh Tasya kaku, karena dia tidak tau harus beraksi seperti apa. Sebenarnya, Tasya merasa heran pada dirinya sendiri. Seharusnya dia memukul atau menampar Radhika, karena sudah bersikap seenaknya. Namun, dia malah merasa gugup, dan lagi, apa-apaan dengan jantungnya yang berdegup cepat? Semoga saja si Sableng tidak menyadarinya.

Sedangkan Radhika merasa seperti menemukan sesuatu yang telah lama hilang. Sudah lama sekali dia tidak pernah merasakan perasaan seperti ini. Dia merasa senang karena ada orang lain yang bisa bersentuhan dengannya. Dan dia sangat berharap agar bisa sembuh dan bisa berdamai dengan masa lalunya.

Radhika melepaskan pelukannya. "Saya pesankan taksi online untuk kamu." Radhika berjalan ke mejanya hendak mengambil ponselnya.

Tasya mengerjapkan matanya. Dia masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi.

Bab terkait

  • Mr. Radhika   04. Bisa Gila

    Radhikamelepaskan pelukannya. "Saya pesankantaksionlineuntukkamu." Radhikaberjalan ke mejanya hendak mengambil ponselnya.Tasyamengerjapkan matanya. Dia masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi."Tunggu dulu... jelasin dulu yang tadi!" Tasyamenghampiri Radhika. "Kenapa kamu kaya gitu!?" Tasyamenggebrak meja dengan kedua lengannya, lalumenatap Radhikadengan kesal."Kamu enggakperlu tau alasannya. Sekarang sebaiknya kamu pulang."Perkataan Radhikasukses membuat kekesalan Tasyabertambah. Dia yang mengundangnya, lalu dia mengusirnya dengan seenaknya. Lelucon yang bagus."Dhika … kamu waras? Kayanya kamu emang bener-bener sableng ya. Kemarin ngusir seenak udel. Sekarang main peluk sembarangan. Denger ya, aku bukan cewek gampangan.”Radhikamenghela napas, dia memijit keningnya. "Kamu bikinkepalasayamau pecah."

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-27
  • Mr. Radhika   05. Enggak Bisa Ditebak

    Kurang lebih sepuluh menit kemudian, mereka sampai di sebuahkafe. Bisa dibilang kafe ini sangat populer akhir-akhir ini, tetapi Tasya belum pernah kemari. Karena sepertinya harga makanannya lumayan, tapi tempatnya nyaman dan sangat bagus untuk huntingfoto.Hujan sudah berhenti saat mereka masih dalam perjalanan menuju ke sini. Butuh sekitar empat puluh menit untuk sampai, karena jalanan macet.Radhikaberjalan duluan, sedangkan Tasyamengekor dibelakangnya.Mereka menaiki tangga melingkar. Setelah sampai di lantai dua, Tasya dibuat kagum dengan pemandangan yang disuguhkan.Karena kafe ini terletak di dataran tinggi, jadi dia bisa melihat pemandangan kota dari jendela kaca yang sangat besar."Duduk," ucap Radhikasetelah mereka sampai di meja yang telah ia pesan.Mereka duduk berhadapan. Kemudian seorang pelayan datang memberikan buku menu pada Radhikadan Tasya.Tasyamembuka satu pers

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-29
  • Mr. Radhika   06. Officialy Pengangguran

    Tasya benar-benar kesal, dan dia marah sekarang, emosinya sudah sampai di ubun-ubun. Radhika sudah sangat keterlaluan. Bisa-bisanya dia berbuat seenaknya seperti itu. Lihat saja, Tasya akan memberi perhitungan padanya.Tasya kini berdiri tepat di depan pintu ruangan Radhika, dia diantar oleh Yoga. Tadi Yoga datang ke playgroup dan langsung membawanya kemari setelah Tasya berbicara dengan Ilham─pemilik playgroup tempatnya bekerja. Sebenarnya saat dalam perjalanan ke sini Tasya ingin sekali memarahi Yoga. Tapi ia urungkan, karena dalang dari masalahnya ini adalah si kutu kupret, Radhika Putra Prawira Sableng.Yoga mengetuk pintu lalu membawa Tasya masuk ke ruangan Radhika."Pak Dhika, Tasya sudah sampai, saya pamit." Yoga keluar dari ruangan setelah mendapat anggukan dari Radhika.Tasya menatap Radhika tajam. Sedangkan Radhika hanya meliriknya sekilas kemudian kembali fokus pada pekerjaannya, dia seakan tidak peduli dengan kehadiran Tasya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-03
  • Mr. Radhika   07. Radhika yang Kampret

    Esok harinya, Tasya merasa pusing sekali ketika dia bangun tidur. Semalam dia begadang sambil maraton drama sampai jam lima pagi. Benar-benar hidup seperti seorang pengangguran.Hari ini adalah hari keduanya sebagai seorang pengangguran. Ayahnya sudah berangkat ke kedai beberapa jam yang lalu. Tapi sebelumnya dia memarahi Tasya terlebih dahulu. Karena tadi dia sulit dibangunkan. Setelah mendapat nasihat dari ayahnya, Tasya kembali tidur dan baru bangun beberapa menit yang lalu.Tasyamenghela napaslalu membuka kulkas. Dia mengambil apel yang ada dikulkas lalu memakannya. Ayahnya belum tau kalau dia sudah dipecat. Yang ayahnya tau hari ini dia sedang cuti, karena semalam Rakamembantunya berbicara pada ayahnyabahwa dia akan cuti beberapa hari.Tasyapergi ke kamarnya untuk mengambil laptopnya, setelah itu dia pergi ke ruang tengah. Dia menyimpan laptopnya di meja lalu duduk bersila di karpet. Dia akan mencari pekerjaan di webs

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-05
  • Mr. Radhika   08. Enggak Tahu, Ah!

    Radhika melirik Tasya, lalu tersenyum. Dan kini Tasya merasa sedang bermimpi buruk. Melihat raut wajah Radhika seperti itu, pasti dia merencanakan hal busuk di kepalanya.“Apa Om mengizinkan Tasya bekerja di kantor saya?”Tasya ingin sekali menyumpal mulut Radhika dengan kain lap yang tadi dia gunakan untuk mengelap meja. Tasya melirik ayahnya, dia ingin tahu reaksi ayahnya. Namun, ayahnya hanya diam, tidak ada ekspresi yang berarti, jadi Tasya tidak tahu apa yang sedang ayahnya pikirkan.“Tasya udah setuju.” Radhika tersenyum pada Tasya. Sedangkan Tasya hanya melongo. “Hanya tinggal minta izin dari Om Robi. Tapi, kalau misalnya om Robi keberatan, enggak apa-apa. Saya enggak akan maksa.”Ternyata Radhika pandai berakting. Seharusnya dia bermain film saja. Selain pintar berakting dia juga pintar mengarang cerita. Seharusnya dia jadi penulis skenario atau penulis novel saja, daripada mengganggu kedamaian hidupnya. Sekaran

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-10
  • Mr. Radhika   09. Cerita Malam

    "Aca, ayo makan." Tasya mendengar ayahnya berteriak dari luar kamarnya."Iya, Yah. Bentar lagi turun." Tasya meletakkan sisir di meja riasnya, dia baru selesai mandi. Segera saja dia keluar dari kamarnya.Saat sudah hampir sampai ke ruang makan, Tasya mencium aroma masakan yang sangat harum. Ayahnya benar-benar sangat pintar memasak, tidak heran jika kedai milik ayahnya selalu ramai."Ayah bawa bahan makanan dari kedai, kalau dimasak besok rasanya pasti kurang enak. Jadi inilah mahakarya, Ayah." Ayah Tasya membuka tutup panci, dan seketika aroma yang sungguh enak memenuhi indra penciuman Tasya."Ini pasti enak." Tasya segera mengambil piring dan mengisinya dengan nasi."Iya dong. Kan, Ayah masaknya pakai cinta." Ayah Tasya meletakan beberapa potong daging ke piring Tasya. "Awas panas."Tasya meniup-niup makanannya dan mulai mengunyahnya. Ini benar-benar enak, memang masakan rumah itu selalu menjadi yang terbaik, apalagi jika orang yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-13
  • Mr. Radhika   10. Negosiasi

    Sekarang sudah hari sabtu. Setelah makan malam dengan ayahnya semalam, Tasya langsung menghubungi Radhika, memintanya untuk bertemu. Setelah mendapat balasan dari Radhika, Tasyamalah menjadi tidak isa tidur. Dia ragu dengan keputusannya.Tasya menghela napas. Diakini menunggu Radhikadi sebuah kafedi pusat kota. Radhikabilang akan datang sekitar pukul sebelas, itu berarti seharusnya tidak lama lagi dia akan sampai. Benar saja, kini Tasya bisa melihat Radhika sedang berjalan ke arahnya.Tasyaheran, setiap kali dia meihat Radhika, dia selalu mengenakan pakaian formal bahkan di hari libur seperti ini. Dia berpikir apakah jadwal Radhikasangat padat sehingga membuatnya harus bertemu klien di hari libur juga."Jadi?""Eh itu.. enggak mau pesen dulu?" Tasyamenggeser menu kearah Radhika.Radhika terlalu to the point, Tasya kan belum siap."Enggak.""Oh, oke." Tasyam

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-17
  • Mr. Radhika   11. Ada Apa?

    “Saya bisa memberi tawaran yang menarik.”Tasya menyipitkan matanya. “Apa?”“Gaji dua kali lipat dari tempat kerja kamu sebelumnya.”“Dua kali lipat?” tanya Tasya terkejut. “Tapi bukannya kamu merasa aku enggak kompeten? Kamu bilang tadi enggak mau ngambil risiko.”“Memang, itulah sebabnya saya ngasih kamu tugas khusus, dan itu sangat gampang.”“Ini kamu lagi ngehina aku atau apa sih?” tanya Tasya kesal.“Dengar ya, Anindira. Saya mempekerjakan orang sesuai dengan kemampuannya. Kalau kamu bisa membuktikan kemampuan kamu yang lain, saya akan kasih tugas yang sesuai dengan kemampuan kamu itu.”Tasya terdiam. Benar juga sih yang dikatakan Radhika. Walau dia tidak tahu tugas macam apa yang akan diberikan Radhika, tapi dia setuju dengan pemikirannya. Dengan pengalamannya sekarang yang masih nol, entah kontribusi apa yang bisa ia berikan untuk pe

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-26

Bab terbaru

  • Mr. Radhika   49. Sedikit Kesenangan

    Minyak di wajan sepertinya sudah panas, karena sudah mulai mengeluarkan sedikit asap. Dengan perlahan Tasya menuangkan telur yang sudah ia beri garam dan potongan daun bawang ke dalam wajan tadi. Memasak telur seperti ini sangat mudah ternyata, dia juga sudah memasak nasi. Tadinya dia ingin membuat nasi goreng, tetapi dulu ibunya pernah bilang kalau membuat nasi goreng dari nasi yang masih panas itu pamali. Sebenarnya Tasya percaya, tidak percaya sih. Namun, saat dia browsing, hal itu memang tidak akan bagus, karena nasinya nanti akan menggumpal. Mungkin maksud dari pamaliyang diucapkan mendiang ibunya, mengarah ke arah situ. Sepertinya sudah saatnya membalik telur yang sedang ia goreng, Tasya mengambil spatula yang tidak jauh dari kompor. Perlahan-lahan Tasya mengangkat telur dalam wajan, namun dia merasa kesulitan. Tasya menghela napas, dengan sekali gerakan dia membalik telur tersebut, namun pada akhirnya telur itu tidak terbalik dengan sem

  • Mr. Radhika   48. Kambuh

    “Kamu kenapa? Pucat banget, kan aku bilang apa. Jangan telat makan. Sakit, kan, jadinya. Udah kita balik lagi aja.”Ucapan Tasya membuatnya seperti tersedot lagi ke dunia nyata. Napasnya terengah-engah, tubuhnya terasa lemas sekali.Radhika bisa melihat pintu lift terbuka. Kedua wanita tadi keluar. Sedangkan Tasya menekan angka lima, mereka harus kembali lagi ke kamar.“Tahan sebentar, ya.” Tasya menggandeng lengan Radhika. “Sebentar lagi sampai.”Radhika mengangguk. Dia menarik napas panjang, lalu membuangnya perlahan. Dia menyandarkan punggungnya dan mencoba mengusir ingatan buruk itu.“Tahan, ya.” Tasya mengelus-elus punggung Radhika. Dan Radhika merasa sedikit tenang karena sentuhan itu.Radhika merasa waktu berlalu begitu lamban. Walau perasaannya sudah mulai tenang, tetapi ingatan buruk masih berputar-putar di kepalanya. Membuatnya, merasa tersiksa.“Udah dibilangin makan itu

  • Mr. Radhika   47. Masih Surprise

    “Malam ini saya akan pulang. Kamu sebagai ketua tim Alpha harus menyelesaikan masalah ini sebelum saya pulang. Karena besok, kita sudah mulai kerja keras lagi. Kita cuman punya waktu dua minggu untuk cari solusi.”“Oke, Pak. Saya akan bicara sama Taufik. Saya yakin, Taufik ngelakuin itu pasti ada alasannya. Taufik lagi diamanin sama anak-anak, Pak. Lagi usaha ngorek-ngorek informasi.”“Oke, saya percaya sama kamu. Saya tutup ya.”Radhika menyimpan ponselnya di meja. Dia lelah sekali. Rapatnya tadi siang tidak sepenuhnya bisa dibilang lancar. Karena, dewan direksi masih menekannya. Bahkan mereka mengancam, jika dalam dua minggu tidak mendapat memberikan solusi, maka Radhika harus melepaskan jabatannya. Pantas saja proyek ini sebelumnya lancar-lancar saja. Hambatannya hanya di awal saja. Ternyata mereka menyimpan kejutan di akhir.Waktu dua minggu, adalah waktu yang singkat. Jelas tidak mungkin mengubah gamep

  • Mr. Radhika   46. Surprise

    “Buang itu, Tasya! Saya enggak mau liat!”Bingung, terkejut dan takut. Itulah yang Tasya rasakan sekarang. Dia tidak tahu, mengapa Radhika bereaksi berlebihan seperti itu. Tasya melirik ke arah Radhika. Sepertinya ada yang tidak beres. Wajah Radhika pucat dan tangannya bergetar. Apakah dia … takut?“Dhika.” Tasya menyentuh lengan Radhika, namun dia tidak merespons. “Kamu enggak apa-apa?” Lalu dia mencoba menarik lengannya, namun tetap tidak berhasil.Tangan Radhika mulai memegang kepalanya, hal itu membuat Tasya semakin panik. Mungkin mainan itu ada kaitannya dengan kasus penculikan lima belas tahun yang lalu. Ya, itu masuk akal. Karena saat diculik, Radhika masih anak-anak. Bisa jadi mainan ini dia bawa saat diculik. Dengan perlahan, Tasya menarik lengan Radhika, lalu memeluknya dan berbisik. “Ada aku di sini. Jangan takut.” Dia mengelus punggung Radhika, berharap sentuhannya bisa membuat Radh

  • Mr. Radhika   45. Hadiah

    Udara di Surabaya lebih panas daripada di Bandung. Namun, tidak sepanas di Jakarta. Tasya baru saja menyelesaikan sarapannya. Sekarang masih pukul delapan lebih. Sebelum kembali ke kamarnya, dia berencana untuk berkeliling di sekitaran hotel. Ini adalah pertama kalinya dia datang ke Surabaya, jadi dia tidak mungkin berkeliling jauh. Lagi pula, dia datang ke sini untuk bekerja, bukan untuk wisata.Tadinya Tasya ingin mengajak Radhika keluar, mencari udara segar, supaya dia bisa sedikit lebih rileks. Namun, chat darinya tidak dibalas. Mereka juga belum bertemu, sejak berpisah kemarin. Sepertinya Radhika sangat sibuk, Tasya tidak ingin mengganggunya.“Mbak.” Tasya terkejut saat bahunya tiba-tiba ditepuk. “Maaf, saya bikin kaget. Ini ada titipan untuk Pak Radhika, kurirnya bilang harus segera dibuka.”Tasya mengerutkan kening. Mengapa tiba-tiba ada kiriman untuk Radhika? Dan kenapa laki-laki di hadapannya tahu kalau dia adalah kenalan Radhika

  • Mr. Radhika   44. Kekacauan

    Ada masalah besar. Dan masalah itu terjadi di kantornya. Ternyata ini masalah yang membuat Radhika kemarin buru-buru pergi. Sekarang situasi di kantor sangat kacau.Dari yang ia dengar, ada dua masalah yang datang bersamaan. Pertama sebuah perusahaan star up, baru saja merilis game yang sangat mirip, hampir 95% dari game Fire and Gun. Kedua, Athena’s diserang cheater lagi, dan sekarang lebih parah dari sebelumnya, karena memengaruhi keseimbangan dalam game, sehingga merugikan pemain lain.Diduga salah satu anggota tim Alpha ada yang membocorkan data. Sampai sekarang sepertinya kasus itu sedang diselidiki secara rahasia oleh Yoga, itu yang dikatakan oleh RadhikaTasya bingung, ingin membantu, tetapi tidak tahu harus melakukan apa. Apalagi bulan depan game ini sudah harus rilis. Dia hanya berharap semua akan baik-baik saja, dan Radhika bisa menemukan jalan keluarnya.Tasya menghela napas dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

  • Mr. Radhika   43. Gagal Kencan

    Tasya mengaduk-aduk minuman cola dengan sedotan. Dia tidak mengerti dengan situasinya sekarang. Awalnya dia hanya ingin mengantar Raka membeli hadiah, lalu makan dan pulang. Tetapi sekarang, entah apa yang akan mereka lakukan setelah keluar dari sini.Setelah menutup telepon, Radhika memintanya untuk menunggu sampai dia sampai. Jadi Tasya mengajak Raka untuk makan terlebih dahulu. Sekarang, Radhika dan Senja sudah bergabung bersama mereka.“Jadi kalian habis ngapain?” tanya Senja pada Raka.Raka yang sedang fokus pada ponselnya, kini menatap ke arah Senja. “Oh, tadi kita abis beli hadiah buat ibu saya.”“Ibu kamu ulang tahun?”Raka menggeleng. “Bukan, cuman lagi ingin kasih aja.”“Oh gitu. Aku juga jadi pengin kasih hadiah buat mama sama papa.” Senja berdiri dari kursinya. “Bang minta kartu.” Gadis itu mengulurkan tangannya ke arah Radhika.Radhika mengambil dompe

  • Mr. Radhika   42. Toko Perhiasan

    Tasya berguling di atas kasur nya. Sekarang dia sudah berada di rumahnya dan bersiap untuk tidur. Soal permintaan Radhika tadi, jelas saja dia menolaknya. Tidak ada alasan untuk bermalam di sana. Terlebih lagi, hal itu tidak terlalu baik. Mengingat hubungan mereka sekarang, walaupun sebenarnya masih tidak jelas, tetapi tetap saja mereka adalah sepasang kekasih.Gadis itu mengecek jam di layar ponselnya. Sudah satu jam lebih, tetapi Radhika belum mengabarinya. Padahal laki-laki itu sendiri yang mengatakan jika dirinya sudah sampai, maka dia akan memberi kabar. Jarak rumah mereka juga tidak terlalu jauh, bisa ditempuh kurang lebih empat puluh menit. Lalulintas juga tidak terlalu ramai, jadi Radhika tidak mungkin terjebak macet.“Apa gue tanya aja ya?” Tasya buru-buru menggeleng. “Enggak, enggak … kalau kayak gini, nanti gue dikira nungguin kabar dari dia.”Tasya menyimpan ponselnya lagi di samping kepalanya, lalu menatap langit-langi

  • Mr. Radhika   41. Sedikit Masa Lalu Radhika

    Tasya sedang duduk di ruang tengah, tangannya sibuk memencet tombol remote TV, mencari saluran yang menurutnya menarik. Radhika sepertinya berlangganan TV kabel, karena banyak sekali salurannya. Tasya yang terbiasa menonton saluran lokal menjadi bingung sendiri.Sebenarnya Tasya juga tidak terlalu ingin menonton, dia juga sudah jarang menonton televisi. Hanya saja, dia cukup bosan menunggu Radhika yang sedang mencuci piring.Akhirnya Tasya menyerah, dia menyimpan remote TV di meja. Dia membiarkan TV memutar acara binatang yang hidup di alam liar. Tasya memperbaiki posisi duduknya, lalu mengambil bantal dan menaruhnya di atas paha.“Kamu suka acara kayak gini?”Tasya melirik ke arah Radhika yang kini duduk di sampingnya. “Enggak juga, cuman bingung aja.”“Mau coba nonton film?”Tasya berpikir sejenak. Menonton akan memakan waktu yang cukup panjang, minimal satu jam. Dia berencana pulang sekitar pukul sembil

DMCA.com Protection Status