Home / CEO / Mr. Gynophobia / BLOOM FLORIST

Share

BLOOM FLORIST

Author: DaisyLia
last update Last Updated: 2021-05-06 02:06:41

"Kurang ajar! Dasar ular! Argh! Kenapa jadi sulit begini, sih?! Itu cincinku! Milikku! Kenapa harus susah payah hanya untuk mengambilnya kembali?" gerutu Estelle, tubuhnya terbungkus rapat dengan coat merah bata dan mafela yang melingkar di leher.

Tujuan memakai pakaian hangat agar dirinya tidak kedinginan di tengah hamparan salju, tetapi rasanya percuma karena sepertinya, tanpa baju-baju itu pun tubuh Estelle bisa tetap hangat bahkan kepanasan sebab bara amarah di hatinya semakin meningkat. 

Entah sudah berapa kali wanita dengan tinggi badan 164 sentimeter itu menghembuskan napas demi meredakan amarahnya. Namun, rasa geram hatinya tidak juga kunjung mereda ... dan semua itu karena ulah Julia. 

Hari ini, Estelle datang menemui Julia untuk meminta kembali cincinnya, sekaligus menolak permintaan yang menyuruhnya untuk mencari informasi tentang Dave, tetapi semua itu sia-sia saja. Julia tidak mau mengembalikan barang miliknya sebelum ia memberikan informasi tentang pria idamannya. Padahal, Estelle sudah mengatakan kalau Dave itu psikopat gila. Namun, Julia tidak peduli. Wanita itu malah mengancam akan menghancurkan cincin miliknya jika dalam sebulan ini tidak membawa berita tentang Dave.

Mendapat ancaman seperti itu, bagaimana dirinya tidak kesal setengah mati? Wanita itu benar-benar senang mempermainkan dirinya. Julia sungguh licik. Sebenarnya, ia bisa saja menuduh Julia mencuri kemudian bermain drama seperti yang sering rekannya itu lakukan. Namun, sialnya ada CCTV di dekat pintu yang mengarah ke wastafel. Hanya dengan itu saja, tentu dirinya akan terbukti kalau sudah melupakan benda berharganya dan Julia yang menemukannya jadi tidak bersalah.

Hah! Rasanya mau mengamuk saja. Mencari informasi dari pria gila itu sama saja menggali kuburan sendiri. Dirinya selalu bergidik ngeri saat mengingat bagaimana Dave mencekik lehernya beberapa jam lalu. Tatapan tajam yang seakan bisa menembus dan mengacak jiwanya, ditambah, rasa sakit yang seperti ingin membunuhnya perlahan itu ... sungguh, tidak mau lagi ia rasakan.

Bagaimana bisa Dave melakukan hal itu pada orang yang baru ia temui, terlebih pada seorang wanita. Apa karena sedang mabuk?

"Haah ...." Estelle menggeleng pelan lalu menghembuskan napas, saat ini kakinya ia hentikan tidak jauh dari sebuah toko bunga dengan papan nama Bloom Florist yang terpatri menggantung di atas. Jemari tangannya meremas sedikit tepi mafela hitamnya. Matanya menatap lurus pada pria bertubuh tinggi dengan hiasan gurat halus di wajah. Ada sedikit pancaran sedih di kedua mata indah itu. 

Lagi, wanita dengan surai tergerai itu menghembuskan napasnya. "Oke, cukup sampai di sini saja memikirkan semua itu," gumam hatinya, kemudian bibir tanpa polesan gincu pun saling menarik.

"Padre!" seru Estelle, kakinya melangkah dengan lantang ke dalam toko bunga. Toko yang di desain dengan tampilan kaca transparan untuk bagian depan, membuat orang yang berlalu lalang bisa mengintip keindahan di dalam sana.

Harum dari berbagai bunga menyambut wajah ceria Estelle. Pria paruh baya yang sedang merangkai bunga hyacinth pun menoleh. 

"Akhirnya, putri yang kutunggu datang juga," balas Noel Evandro, ayah Estelle. Senyum hangat terpatri indah di wajah tuanya.

"Ah ... muy divertido cuando hay un apuesto viudo esperando mi llegada," goda Estelle dengan bahasa spanyol seraya menaruh mafela ke bahu kursi kayu.

"Sweetheart, jangan menggodaku di depan pengunjung," sembur Noel sambil memberikan rangkaian bunga pada pembeli. Perutnya terasa geli saat mendengar putrinya berkata seperti itu.

Merasa senang saat duda tampan menunggu dirinya? Menggemaskan sekali 'kan, putrinya itu ... dan apa tadi? Tampan? Yang benar saja, umur yang sudah melebihi angka lima puluh ini mana bisa disebut tampan. Anak pertamanya itu memang sering menghujani dirinya dengan godaan, semakin lama mendengar kata-kata manis itu, ia pun jadi tidak tahan dan malu sendiri. Estelle selalu memanjakan dirinya dan ia juga tahu, kenapa dua anaknya seperti itu.

Suara tawa terdengar, bukan berasal dari anak dan ayah di sana, melainkan dari wanita cantik yang sedang memeluk bunga hyacinth. "Lagi-lagi Elle menggoda Padrenya, kali ini, apa yang putrimu katakan, hm?"

"Apa Nona sangat penasaran?" tanya Estelle seraya mendekat.

"Nona? Ya ampun, Noel, putrimu sungguh bisa membuat orang lain senang, ya?" balas tanya dari wanita berusia empat puluh enam tahun itu. Noel hanya bisa menanggapinya dengan tawa.

"Terima kasih, Nona Merry." Estelle melingkarkan tangannya ke pinggang Noel, lalu menyandarkan sisi kepala ke bahu pria yang masih terlihat gagah itu. Tersenyum hangat pada wanita yang sudah menjadi pelanggan setia sejak ibunya masih hidup.

Perbincangan hangat pun berlanjut menghiasi ruangan yang penuh dengan pernak pernik bunga di sana. Membicarakan masa lalu di mana istri Noel masih hidup.

Keluarga yang selalu terlihat harmonis, meski sekarang ada lubang di dalamnya. Kepergian satu anggota membuat Noel dan dua anaknya merasakan kehilangan yang tidak pernah bisa tertutupi. Semua berubah ... Noel yang baru setahun ini bisa mewaraskan diri, selalu menyalahkan dirinya atas kemalangan yang menimpa kedua anaknya.

Setelah kepergian wanitanya, Noel menjadi depresi. Pria itu kehilangan pekerjaan dan hidup seperti boneka yang cinta dengan alkohol dan narkotik. Noel akan mengamuk jika tidak diberikan barang-barang tersebut. Hanya dengan barang itu Noel tidak merasakan sakit, bahkan, ia bisa bertemu dengan wanitanya meski itu hanyalah ilusi mata. Begitu dalam cintanya untuk sang istri, sampai lupa pada dua anak yang harus ia urus. 

Estelle Clarice, anak pertama yang tidak pernah lelah untuk membawa Noel pada kewarasannya. Melakukan berbagai cara untuk menghasilkan uang demi menyembuhkan mental ayahnya. Sekarang, Estelle bisa bernapas lega dengan keadaan Noel yang semakin hari semakin membaik, meski ia juga sedih harus melepaskan rumah yang menyimpan banyak kenangan dari sang ibu. Kini, satu-satunya yang tersisa hanya toko bunga tersebut. Bayangan wanita lembut lagi kuat dan bersemangat masih terasa jelas di sana.

"Permisi," suara bass menginterupsi tiga orang di toko Bloom Florist. Melihat ada pengunjung datang, Merry pun pamit pergi. 

Estelle yang masih bersandar manja pada Noel langsung berdiri tegak sambil membalas senyum pria yang terlihat familiar, tetapi ia juga tidak tahu siapa pria itu.

"Selamat datang, ada--"

"Elle, kamu tidak mengenalku?" sela si pria, membuat kaki yang baru saja ingin melangkah mendekat itu jadi terhenti.

"Hm?" Estelle diam sambil memandang lekat wajah pria di hadapannya. "Maaf, apa ... kita pernah bertemu?" tanyanya ragu, seraya memilah memori di kepala, mencari gambaran yang mirip dari pria di depannya itu.

"Ah, ini rambut asliku, semalam aku cat," jelas si pria, jari telunjuk kanannya menunjuk ke arah rambut, memberikan clue agar Estelle mudah mengingatnya. "Si pirang," tambahnya lagi.

Baru ingin membuka mulut, kepala Estelle lebih dulu menoleh ke kiri saat merasakan bahu kanannya disentuh lembut oleh Noel. "Bukankah akan lebih cepat kalau tuan mau menyebutkan nama daripada bermain tebak menebak seperti ini?" ucapnya. Jujur saja, Noel tidak suka dengan pria di depannya itu. Bisa ia kira kalau pertemuan ini adalah pertemuan kedua mereka, tetapi pria itu sudah sangat terlihat nyaman di sekitar putrinya. Menyebalkan!

Bersambung ....

Related chapters

  • Mr. Gynophobia   PENGAGUM RAHASIA

    "Bukankah akan lebih cepat kalau tuan mau menyebutkan nama daripada bermain tebak menebak seperti ini?"=====Bloom Florist, Queens-New York."Ah ... maaf, Elle, ini aku--" Bibirnya langsung merapat ketika melihat Estelle yang tiba-tiba saja menjulurkan lengan kanannya. Telapak tangannya terbuka dan berdiri tegak, tanda agar dirinya berhenti bicara."Em, Sam?" Sam mengangguk membenarkan, hati yang senang tidak bisa ia sembunyikan. Binar dari mata yang bernaung di bawah dua alis tebal sudah menampakkannya dengan jelas. Sam senang Estelle bisa mengingatnya.Tebakkannya dibenarkan, Estelle pun langsung membekap mulutnya. Sedikit tidak percaya kalau orang di hadapannya adalah orang yang membantunya semalam. Auranya benar-benar berbeda."Ya Tuhan, ternyata benar ya, kesan pertama seseorang itu tergantung dari penampilan."Sam hanya bisa tersenyum mendengarnya. Apa segitu berbedanya? Dan lagi, kesan pertama seperti apa, dirinya

    Last Updated : 2021-05-19
  • Mr. Gynophobia   DIA, IBLIS YANG TERLUKA

    “Aneh sekali mendengarmu berkata seperti itu,” ujar Dave yang baru keluar dari liftkemudian berjalan ke tempat mobilnya terparkir. Sejak kemarin ia sudah kembali ke Winter penthousenya setelah menyelesaikan beberapa tugas pekerjaaan yang diberikan Sam. Kira-kira sudah satu menit tangan kirinya itu menggerayangi area belakang leher, memberikan pijatan singkat untuk otot-otot yang terasa kaku. Jujur saja, sekarang badannya terasa sangat lelah,padahal ia sudah tidurselamalima jam. Semalam, Dave masih harus menyelesaikan beberapa berkas laporan yang berakhir hinggapukul dua dini hari dan paginya, ia juga masih harus mengerjakan urusan lain. Kesibukannya bukan tanpa alasan, bukan hanya karena ia seorang calon pewaris Hotel Polaris. Namun, karena ada sesuatu yang harus ia lindungi. “Jangan terlalu berpikir rumit, aku ‘kan hanya bertanya,apa obatmu sudah diminumatau belum?”

    Last Updated : 2021-05-25
  • Mr. Gynophobia   INISIAL J.E

    Estelle menggenggam erat tali tas yang tergantung pada bahu kirinya. Menggigit bibir dalam, bukan karena dingin dari bekas hujan salju yang turun deras semalam, melainkan karena sedang menahan rasa lelah dan kesal. Sudah beberapa hari ini ia dihadapkan masalah sepele yang menguras emosinya dan semua itu hanya karena sebuah cincin.“Ya Tuhan, semuanya benar-benar menyebalkan ... dari awal semua ini memang tidak masuk akal!” gerutu Estelle.Wanita bermake up tipis itu berjalan dengan cepat sambil mengingat kejadian kemarin. Di mana dirinya ditinggal begitu saja oleh Dave setelah menunjukkan reaksi yang membuat dirinya sedikit tersinggung, pria itu pergi membawa mobil besarnya.Entah kenapa akhir-akhir ini, ia merasa seperti orang bodoh. “Apa sih yang sedang aku lakukan? Menambah masalah hidup saja!” lanjutnya, kemudian menyeruput kopi hangat yang ia beli di kafe dekat halte bus.Tidak lama kemudian, Estelle berhenti di depan sebuah g

    Last Updated : 2021-06-08
  • Mr. Gynophobia   SALAH PAHAM

    “Apa? Operasi?”=====“Sudah kubilang, aku tidak melakukan apa pun padanya! Jadi, berhenti memikirkan wanita itu dan bekerjalah dengan benar!” geram Dave pada ponselnya.Berdiri bertumpu pada kaki kiri dengan satu tangan bertolak pinggang, pria itu mendebas kesal. Entah sudah berapa kali Sam meneleponnya hanya untuk menanyakan hal yang sama. Sam bertanya, apa yang sudah ia lakukan pada teman wanita yang bahkan namanya saja tidak ia ingat meski sudah diucapkan berkali-kali dalam perbincangan mereka.“Sial, memangnya jadi salahku kalau wanita itu tidak mau menerima teleponmu,” lanjutnya menggerutu, menatap layar ponsel yang masih menyala. Ini sudah yang keempat kalinya ia memutuskan sepihak panggilan dari Sam. Kemarin, saat bertemu mereka tidak membahas hal ini. Dave tidak bilang apa pun pada Sam tentang apa yang terjadi di basementnya. Toh, itu tidak penting, pikirn

    Last Updated : 2021-06-08
  • Mr. Gynophobia   KERICUHAN RUMAH SAKIT

    “Dengar Tuan, aku sungguh tidak tahu apa yang membuatmu marah, tapi aku harus pergi sekarang, permisi,” ujar Estelle=====“Mau pergi ke mana kamu, hm? Kamu pikir aku akan diam dan melepasmu lagi, hah?!” tukas Dave, tangannya langsung ditepis Estelle.“Terserah Anda mau berpikir atau berbicara apa, aku-tidak-peduli!” balas Estelle, kemudian berbalik pergi. Sungguh, dirinya sedang tidak ingin menghadapi pria itu, meski sejak beberapa jam lalu hatinya terus mengutuk Dave.“Hei penguntit! Apa sekarang kamu mau berpura-pura suci karena sudah tertangkap basah olehku, hah?!” teriak Dave, suara yang menggema di lorong membuat langkah Estelle terhenti.Mata Estelle terpejam seraya menekan semua gigi-giginya. Tangan putihnya juga ikut terkepal erat, ia benar-benar tidak suka pada tingkah ke kanak-kanakan Dave.Belum terlalu siang, tetapi kesabarannya sudah melewati garis maksimal

    Last Updated : 2021-06-09
  • Mr. Gynophobia   MENIKMATI KEHANCURANMU

    "Dave menyeringai. "Oke, aku terima saranmu. Secepatnya, aku akan membuat dia merasa malu. Hukum untuk seorang stalker di sini terlalu murah hati. Jadi, aku akan membuat hukuman sendiri untuknya."=====Meski dingin semakin menyengat kulit dan meski langit malam tidak berbintang, semua itu tetaplah terasa indah untuk Dave, bahkan tumpukan berkas yang ia kerjakan hari ini terasa menyenangkan.Sejak siang tadi, tidak lelah mulut berbingkai bibir tebal itu bersenandung, sudah seperti anak muda yang baru mendapatkan kekasih.Tidak peduli pada tatapan aneh serta heran yang ditunjukkan oleh para bawahannya. Entah sadar atau tidak, Dave yang selalu menjaga wibawa, kini ia lupakan. Wajah datar dengan tatapan intimidasi serta suaraketus belum terlihat sejak Dave menginjakkan kaki ke kantornya.Lebih tepatnya, setelah ia berbincang dengan andrew tadi pagi.

    Last Updated : 2021-06-10
  • Mr. Gynophobia   TRENDING TOPIC

    “Aku juga tidak tahu, Valeri bilang ada video tentangku yang sedang ramai di bicarakan sejak semalam.”=====Jalan terlihat lancar. Banyak orang-orang yang berjalan di tepi bahu, jalan khusus yang telah di sediakan untuk pejalan kaki. Biasanya, Estelle ada bersama di dalam kerumunan orang-orang di sana. Bersaing untuk berjalan lebih cepat, padahal tidak sedang mengikuti perlombaan. Yah ... setiap orang di berbagai negara, sudah pasti setiap pagi akan sibuk seperti ini 'kan?Beralih ke dalam mobil, dengan wajah muram Estelle diam menatap jalan. Di sampingnya, ada wanita bersurai pendek sebahu sedang mengemudi. Wanita dengan usia sama seperti Estelle itu sudah beberapa kali melirik ke samping."El, sebaiknya kamu izin saja, aku akan putar lagi mobilnya, oke?" ucap Valeri.Usai menceritakan tentang video yang tidak tahu kenapa bisa muncul dan menjadi trending topik. Valeri pun memutuskan untuk pergi ke kantor bersama setelah menganta

    Last Updated : 2021-06-10
  • Mr. Gynophobia   ANCAMAN SAM OWEN

    Entah sudah berapa kali sepatu bertali itu mengetuk pelan lantai, bergoyang dan berpindah. Punggung pun sama, sudah berkali-kali bersandar kemudian kembali tegak. Sam menengok jam yang ada di pergelangan tangannya, lalu memasukan ponselnya ke saku. Ponsel yang sebelumnya ia gunakan untuk menghubungi Estelle. Namun sayang, wanita itu masih belum mau berbicara dengannya atau mungkin sedang sibuk dengan masalahnya. Inginnya sih langsung datang ke hadapan Estelle. Akan tetapi, Sam takut Estelle akan marah padanya. Meski mereka sudah saling bersedia untuk berteman. Namun, tidak bisa menghilangkan fakta kalau mereka itu, dua manusia yang belum lama saling mengenal. “Berapa lama lagi rapatnya selesai?” Pria dengan celana jeans hitam dan baju putih berleher V membuka mantel musim dinginnya. Sam kembali bertanya setelah dua jam menunggu Dave yang katanya sedang ada rapat untuk membahas video yang menjadi trending topic hany

    Last Updated : 2021-06-11

Latest chapter

  • Mr. Gynophobia   LAST PART

    Happy reading! ------ Dave menjauhkan tangannya dari kepala Estelle, lalu membuat sebuah kepalan untuk menutupi mulutnya yang berdeham canggung. "Aku baru ingat kalau pengurus rumah pernah berbicara mengenai kantung berisi celana. Coba kamu periksa di kamarku dan carilah di dalam lemari kecil, sepertinya aku menyuruh dia menaruhnya di sana," ucap Dave. Ia sungguh baru teringat akan hal itu. Sebuah tas jinjing berisi celana. Waktu itu dirinya sedang bergegas untuk pergi, jadi tidak terlalu menaruh perhatian pada apa yang ditemukan pengurus rumahnya itu. "Benarkah? Tapi, apa tidak sebaiknya kamu saja yang mengambilkan barangku?" Dave sedikit menaikkan satu alis. "Aku bukan pesuruhmu," serunya sambil menangkup dan sedikit menekan kedua pipi Estelle, membuat bibir wanita itu mengerucut. "Ck! Ya sudah, kalau begitu aku pinjam kamarmu juga. Aku harus mengganti celanaku," seru Estelle setelah melerai kedua tangan yang mengapit

  • Mr. Gynophobia   EXTRA PART

    Happy reading!------Satu tahun berlalu ...."Kemana yang lain?"Suara Dave menginterupsi ketenangan seorang wanita bersurai pixie yang sedang duduk di pinggir kolam, menengadah menikmati langit malam sambil menggoyang-goyangkan kakinya yang berada di dalam air."Kamu terlalu lama, Dave. Mereka sudah pulang," jawab malas Estelle, sekilas memandang Dave yang berdiri bersandar di tiang pintu, lalu kembali pada apa yang ia lihat sebelumnya.Secepat itu? Dave melirik jam tangannya, berpikir ini belum terlalu larut. Tidak lama kemudian, pria itu pun tersenyum kecil. Sepertinya, mereka mulai mengerti apa yang sedang ia butuhkan.Mereka yang di maksud adalah Valeri dan Sam. Akhir-akhir ini, mereka berempat sering menghabiskan waktu bersama, membuat Dave sedikit jengkel.Dave berjalan mendekat ke tempat di mana Estelle berada. "Maaf, aku tidak menyangka kalau urusanku ternyata memakan waktu sedikit lebih la

  • Mr. Gynophobia   MAAFKAN AKU

    Happy reading!------Canggung.Itulah yang sedang dirasakan Dave sekarang. Berdiri di hadapan dua orang sambil menggendong rangkaian tulip putih sebagai pelengkap permintaan maafnya.Kemarin, Estelle menolak untuk diajak ke NightBar. Siang tadi pun wanita itu masih menolak ajakan Sam yang menawarkan untuk makan bersama Dave.Meski diri selalu beranggapan kalau tindakannya itu tidak melanggar aturan. Namun anehnya, hati malah merasa semakin bersalah, terlebih Sam terus mengatakan kalau dirinyalah yang salah.Karena perasaan itulah, malam ini Dave memutuskan untuk pergi mengunjungi rumah Estelle. Namun, Alan memberitahukan kalau sang kakak sedang berada di toko bunga.Estelle melirik bergantian pada buket kecil dan pada pemeluk bunga tulip putih itu. Tidak mengira kalau Dave akan mendatangi dirinya seperti ini.Meminta maaf pada teman saja bisa seromantis ini? Bagaimana jika dengan kekasihnya nanti? Pikir Est

  • Mr. Gynophobia   KAMULAH YANG SALAH

    Happy reading!------Tiga hari berlalu sejak hari kematian Louis dan Bertha.Tidak ada perubahan besar yang terjadi. Hanya saja, semua seolah terasa terlalu cepat dan sedikit tidak adil bagi Dave, sebagai korban. Dosa yang ditebus dengan kematian memang terlalu mudah. Namun ... entahlah, Dave sungguh tidak tahu harus bagaimana lagi.Setiap hari selalu dipenuhi pikiran kewaspadaan dan kecurigaan terhadap dua orang itu, tetapi sekarang tidak ada perasaan itu dan rasanya ... kosong. Meski kata ‘kosong’ itu masuk dalam artian baik. Hatinya tenang. Entah sejak kapan, tubuhnya terasa ringan seperti ini.Kepergian yang tidak menggerakkan hati, meski Dave akui dirinya begitu terkejut dengan kematian Louis, tambah terkejut lagi karena Callie ada dibalik kematian Bertha. Meski tidak membunuh secara langsung dengan tangannya, Callie tetaplah otak dari penyiksaan yang diterima Bertha. Begitu rapi pekerjaan sang ibu, hingga hukum ikut membung

  • Mr. Gynophobia   KEMBALI PERCAYA?

    Happy reading! ------ Sepasang kaki beralas sepatu hitam tergesa menghentak gelisah ke lantai. Dave memasuki rumah dengan sorot mata yang memandang ke arah ruangan, di mana sosok sang ibu baru saja mendudukkan tubuhnya. Menatap curiga pada Callie yang baru kali ini bisa ia kunjungi kembali setelah terbongkarnya sebuah rahasia tentang dirinya. Ingin hati, belum mau melihat wajah Callie, tetapi ada suatu hal yang perlu ia periksa. “Apa ini perbuatanmu?” todong Dave, berdiri angkuh di depan sang ibu yang tatapan yang sulit ia baca. Sosok ibu yang belum bisa Dave pahami--tidak--sejak dulu, Dave memang sulit memahami sikap dan sifat Callie. Setiap hari Dave hanya berusaha untuk memahami dan menjaga sang ibu dari suami yang licik. Melakukan itu semua, hanya karena wajah penuh kecemasan dan kekecewaan Callie masih tergambar jelas di kepalanya. Di mana, sang ibu menangis pilu dan terlihat hancur saat mengetahui dirinya mengidap

  • Mr. Gynophobia   KABAR DUKA

    Happy reading!------“Em, ini bukan rumahku, Dave,” ujar Estelle dengan mata bergerak bingung memandang ke arah luar. Dave bilang mereka akan pulang, tetapi malah berhenti di depan sebuah bangunan bertingkat tiga yang cukup besar dan luas.Sejenak sebuah kolam air mancur yang meluncur indahmenarik atensinya, tidak lama kemudian kembali melirik pada bangunan, Estelle memandang kaca-kaca tembus pandang yang menampilkan beberapa sepatu cantik dengan background desain dalam toko yang terkesan hangat dan elegan.“Cepat turun,” titah Dave sambil melepaskan seatbelt dan keluar dari mobil.Estelle menghela lalu merengut. Tangannya membuka sabuk pengaman hitam itubersamaan dengan mata yang mengekori tubuh Dave yang menghilang masuk ke dalam toko sepatu di sana. Sungguh, ia sudah sangat lelah dan ingin segera merebahkan diri, tetapi sepertinya Dave masih ingin berpetualang di jalan.Usai keluar dari m

  • Mr. Gynophobia   PELUKAN DAN SEPATU

    Happy reading!------Estelle menjejakkan kaki telanjangnya di atas pasir putih dingin yang lembut. Berjalan di tepi pantai sambil mendengarkan debur ombak malam yang terdengar merdu dan menenangkan di telinga. Memejamkan mata, melangkah santai dengan dua sepatu bertali yang ia jinjing dibalik belakang tubuhnya.Membiarkan raganya diterjang angin laut yang dingin. Menghirup segar udara malam kemudian menghembuskannya perlahan, udara karbon dioksida yang keluar bersamaan dengan luncuran air hangat yang terjun dari mata yang terpejam.Tidak terdengar isakan dari bibir yang bergetar rapat itu. Tubuhnya terasa panas, meski bisa ia pastikan seluruh kulitnya sudah mendingin.Suasana nyaman dan damai di sana membuat wanita itu teringat akan percakapan dirinya dengan sang mantan beberapa menit lalu.“Harusnya, aku tidak mengangkat panggilannya,” sesal Estelle dalam hati.Sejak ia mengirimkan pesan untuk mempertegas h

  • Mr. Gynophobia   AKU TAHU

    Happy reading!------Empat hari berlalu ....“Lalu, apa keputusanmu?” ucap Andrew, terlihat tenang saat melayangkan pertanyaan setelah mendengarkan cerita Dave tentang kedua orang tuanya. Telunjuk kirinya mengetuk-ngetuk pelan meja kerja. Pun posisi punggung yang bersandar, statement yang cukup menguatkan bahwa dirinya sedang menanti pasien sekaligus temannya itu untuk membuat keputusan. Sebuah keputusan yang terkait erat pada asal mula fobia Dave.Tatapan yang sejak tadi terpaku memandang jemari yang saling terkait di atas pangkuan, mulai naik dan membingkai wajah sang dokter dari kejauhan lima langkah. Binar keraguan juga kebingungan jelas terpancar dari mata emerald itu. Dua suara yang sejak satu jam lalu saling bersahutan kini meredam cukup lama.Beberapa kali Dave mengeratkan rahang juga membuka sedikit bingkai mulutnya. Namun, selalu berakhir sama. Suara untuk jawaban dari pertanyaan Andrew enggan kelu

  • Mr. Gynophobia   MENEMANIMU

    Happy reading!------Riuh angin malam menemani hati yang muram. Dave melempar pandang jauh ke tengah laut. Seakan ikut terbuai pada ayunan ombak yang menderu di sana, Dave puas melayangkan pikiran.Tidak ada yang mengganggu, urusan pekerjaan ia singkirkan. Sangat tidak bertanggung jawab--benar--dan Dave tidak peduli akan anggapan seperti itu. Hidupnya sudah kacau, untuk apa bertanggung jawab pada hal yang sudah mati-matian ia pertahankan? Yang pada akhirnya, semua terasa sia-sia.Dirinya hanyalah objek pembalasan dendam. Apa mereka pikir dirinya ini adalah manusia tanpa hati? Tidak mengertikah mereka bagaimana ia menjalani hidup selama ini? Bertahan dalam sebuah ancaman yang berakhir dengan menanggung rasa sakit. Ingin mengasihani diri sendiri, tetapi suara tawalah yang keluar membaur bersama riuh angin.Dave tidak tahu harus bagaimana lagi. Ia cukup kagum dengan Callie yang begitu tega menyimpan fakta sepenting ini dan muncul pertan

DMCA.com Protection Status