Beranda / CEO / Mr. Gynophobia / PENGAGUM RAHASIA

Share

PENGAGUM RAHASIA

Penulis: DaisyLia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Bukankah akan lebih cepat kalau tuan mau menyebutkan nama daripada bermain tebak menebak seperti ini?"

=====

Bloom Florist, Queens-New York.

"Ah ... maaf, Elle, ini aku--" Bibirnya langsung merapat ketika melihat Estelle yang tiba-tiba saja menjulurkan lengan kanannya. Telapak tangannya terbuka dan berdiri tegak, tanda agar dirinya berhenti bicara.

"Em, Sam?" Sam mengangguk membenarkan, hati yang senang tidak bisa ia sembunyikan. Binar dari mata yang bernaung di bawah dua alis tebal sudah menampakkannya dengan jelas. Sam senang Estelle bisa mengingatnya. 

Tebakkannya dibenarkan, Estelle pun langsung membekap mulutnya. Sedikit tidak percaya kalau orang di hadapannya adalah orang yang membantunya semalam. Auranya benar-benar berbeda.

"Ya Tuhan, ternyata benar ya, kesan pertama seseorang itu tergantung dari penampilan."

Sam hanya bisa tersenyum mendengarnya. Apa segitu berbedanya? Dan lagi, kesan pertama seperti apa, dirinya di mata Estelle?

"Jadi, kamu kenal dia?"

Estelle mengangguk membenarkan pertanyaan Noel. Detik berikutnya, pria paruh baya itu pun memandang Sam penuh penilaian.

"Jangan melihatnya seperti itu, aku berhutang budi padanya karena dia telah membantuku," tegur Estelle merasa tidak enak pada Sam. Meskipun begitu, ia juga menikmati rasa canggung di antara dua pria di sana. Yah ... melihat mereka mengingatkan dirinya pada seseorang dari masa lalu.

Sejenak Noel diam dan kembali menatap Sam yang tersenyum kikuk. Bagaimana tidak canggung diperhatikan lekat-lekat seperti itu. Rasanya seakan Noel bisa membaca isi kepala dan hatinya.

"Hm ... utang budi ya? Kalau begitu, sekarang kamu ajak dia makan. Kamu juga pasti belum makan 'kan?" balas Noel, tangan kanannya menepuk bahu Estelle. Dilihat dari bersihnya baju Estelle, ia pun tahu kalau putrinya yang pergi sejak siang tadi itu pasti belum makan. 

"Oh, itu tidak perlu, Paman ... aku kemari hanya untuk memastikan Elle ada di sini. Kalaupun Elle bersedia makan denganku, aku bisa menunggunya sampai dia selesai bekerja," sambar Sam merasa tidak enak. Dipikirannya, Estelle bekerja di sana dan Noel adalah bos Estelle. Jadi, ia merasa tidak enak kalau Estelle menemani dirinya, padahal belum selesai bekerja.

"Pfttt!" Noel dan Sam serempak memandang Estelle. "Padre, bukankah dia sangat manis?" ucap Estelle meminta pendapat pada Noel. Seorang pria yang baru dikenal mau menunggu sampai ia selesai bekerja, bukankah itu terdengar manis? Bahkan adiknya saja tidak pernah mau menunggunya.

"Tidak manis sama sekali. Sweetheart, ingat apa yang selalu aku katakan?" tegas Noel dengan wajah serius.

"Jangan mudah terbuai dengan kata manis, atau diri sendiri yang akan tersakiti," ucap Noel dan Estelle bersamaan.

"Padre, aku sudah sangat hafal dan mengerti itu."

Estelle memaksakan senyumnya dan Noel tahu itu. Rasa sedih dan kecewa masih ada di hati putrinya, sampai saat ini Estelle masih belum mau menceritakan semuanya. Namun, sebagai ayah, ia tahu betul hati anaknya sedang terluka dan semua itu karena seseorang atau ... bisa juga karena dirinya yang telah membuat kenangan buruk untuk anak-anaknya. Entahlah, untuk sekarang ia hanya perlu menjaga Estelle dari orang-orang yang ingin menyakiti hati anak perempuannya, seperti Estelle yang telah merawat dirinya dengan sabar saat ia terpuruk.

*

*

SkyCoffee Cafe, Queens-New York.

"Apa, kakimu benar tidak apa-apa?" tanya Sam yang melirik, mengintip ke bawah meja hanya untuk melihat kaki Estelle. Sekarang, mereka sudah berada di sebuah kafe sederhana. Kafe yang berada tepat di seberang toko bunga Bloom Florist.

Estelle yang sedang memajukan kursinya pun menggeleng. "Jangan khawatir. Tadi aku sudah bilang tidak apa-apa, 'kan?"

"Haah, bagaimana tidak khawatir, kakimu menginjak pecahan kaca seperti menginjak rumput."

Estelle mendebas malu. Mengingat bagaimana ceroboh dirinya tadi. Saat Noel memberitahukan kalau ia melupakan mafelanya dan saat bagaimana ia menarik kain rajutnya itu sampai membuat vas kaca jatuh, kemudian kakinya yang kaget malah loncat ke arah serpihan kaca. Noel hanya bisa menggeleng, menghela napas lalu terkekeh, sudah terbiasa dengan tingkah sang putri. Berbeda dengan Sam yang kaget dan takut Estelle terluka.

"Sudah, tolong lupakan," pinta Estelle, kalau dibahas terus, mukanya akan berubah menjadi kepiting rebus. Untungnya ia memakai sepatu boot yang tebal. Jadi, serpihan kaca yang ia injak tidak sampai melukai kakinya.

"Kenapa? Malu?" Sam terkekeh saat menerima delikan sinis dari wanita bersurai chestnut gelombang di depannya itu.

Iya, Estelle memang selalu bisa membuatnya tersenyum bahkan terbahak. Sudah lama ia memperhatikan dari jauh wanita berbentuk mata almond tersebut. Sejak ia tahu ada wanita yang suka tersenyum dengan ceria di toko bunga itu, Sam selalu menyempatkan diri untuk datang ke kafe ini setiap akhir pekan.

Sayangnya, dirinya tidak pernah sempat atau bahkan memiliki keberanian untuk menyapa Estelle. Hanya sesekali ia membeli bunga dan wanita itu ternyata tidak mengenalinya. Kemarin, dirinya pun cukup terkejut melihat Estelle bisa ada di diskotek dan dari sana juga, sekali lagi ia tahu kalau Estelle adalah wanita yang berbeda dari kebanyakan wanita di kota ini.

"Sudahlah. Sekarang katakan, bagaimana kamu bisa tahu keberadaanku?"

"Aku tidak menyangka, kalau pria di toko bunga itu adalah ayahmu, aku pikir dia adalah bosmu. Unik juga memanggilnya dengan Padre," alih Sam. Pengalihan yang disadari Estelle dan ia memilih untuk mengikuti alur baru yang dibuat Sam.

"Wow, kamu, bisa bahasa spanyol?" tanya Estelle, tidak menyangka kalau Sam mengerti panggilan Padre, ditambah pelafalannya sangat tepat. Detik berikutnya mata Estelle melihat makanan dan minuman yang sedang di tata pelayan. Sebenarnya, banyak yang ingin ia tanyakan. Namun, nanti saja ... untuk sekarang, ia akan menahannya.

Mata Sam menyipit. "Parezco un tonto?"

"Pfft! Hahaha!" Estelle tergelak, bagaimana mungkin Sam mengatakan itu dengan wajah serius. Ya Tuhan,  bagaimana ia harus merespon pertanyaan itu. 

"Hei, aku tersinggung dengan tawamu. Jadi benar, kalau tampangku terlihat seperti orang bodoh? Sial. Aku pikir wajahku ini sudah sangat menjelaskan kalau aku ini orang yang pintar." 

Mendengar dumelan Sam yang seperti itu, membuat Estelle semakin terbahak. Perutnya sampai terasa sakit. "Tunggu, biarkan aku bernapas dulu." Estelle mengambil tisu di atas meja untuk mengeringkan sedikit air mata yang keluar dari sudut matanya. "Haah ... bagaimana bisa kamu mengakui tampang bodohmu dengan wajah serius itu, ah, ya ampun, tapi terima kasih ... setidaknya kesalku hilang berkat kamu," lanjutnya dengan telunjuk yang masih membersihkan sudut-sudut mata dari air matanya.

Kesal? Inginnya menanyakan lebih lanjut. Namun, Sam mengurungkannya, sebab ia merasa itu adalah hal privasi dan dirinya masih sebatas orang asing, meski beberapa jam lalu mengatakan dengan lantang pada Dave kalau Estelle adalah temannya. Setidaknya, Sam tahu kalau rasa kesal wanita itu sudah pergi membuih karena ulahnya.

"Minum dulu." Sam mendekatkan minuman Estelle. Tertawa geli seperti itu pasti membuat tenggorokan kering. "Boleh aku bertanya?" Estelle mengangguk. "Bagaimana kesan pertamamu saat melihat penampilan diriku yang semalam dan yang sekarang?" lanjutnya, jujur saja sejak tadi dirinya sangat penasaran dengan hal itu.

Estelle berdeham, hampir saja pertanyaan Sam membuatnya tersedak. "Penasaran?" Sam mengangguk seraya menyandarkan punggungnya. Bersiap mendengarkan penilaian Estelle tentangnya. 

Dua jari Estelle melepas sedotan. Wajahnya terlihat serius. "Kalau begitu, jawab dulu pertanyaanku. Bagaimana kamu bisa tahu aku ada di sana?"

Sam terdiam dengan seringaian misteriusnya. Mata mereka saling bertumbukkan, satu memandang dengan wajah serius sedang satu lagi menatapnya penuh arti.

“Penasaran?” balas Sam, mengajukan pertanyaan yang sama dengan Estelle.

“Come on, aku tidak bercanda. Jujur saja, aku tidak akan mau dekat dengan orang yang banyak menyimpan rahasia. Kalau hal ini saja tidak bisa membuatmu jujur denganku, sepertinya hubungan kita cukup sampai di sini.”

“Jadi, kamu berharap hubungan kita berlanjut?”

“Aku itu netral, semua itu tergantung lawan dan sepertinya yang ingin hubungan ini berlanjut adalah, dirimu.” Estelle tersenyum miring, satu jari menggiring beberapa surai gelombangnya ke belakang telinga.

Sam terkekeh seraya menundukkan pandangannya. Menarik. Firasatnya benar soal Estelle, sejak pertama kali melihatnya, Estelle memang wanita yang menarik dan sekarang, ia juga tahu kalau Estelle itu wanita yang cerdas. Ucapannya sangat tepat sasaran. Estelle benar, dirinya-lah yang ingin hubungan mereka berlanjut. Kalau tidak mengharapkan itu, untuk apa dia menaruh perhatian begitu lama pada seorang wanita penjual bunga.

Tidak lama, Sam pun mengaku kalau ia sering memperhatikan Estelle dari kafe ini. Ia juga mengaku kalau dirinya kaget melihat Estelle ada di diskotek kemarin.

Yah ... agak sedikit merinding saat Estelle tahu kalau Sam sudah memperhatikannya sejak enam bulan lalu. Tidak menyangka kalau dirinya memiliki pengagum rahasia.

Waktu terus bergulir. Suara musik di sana menjadi iringan dua orang yang terus berbincang sambil menghabiskan makanan yang sudah habis separuh, saling bertukar cerita tentang masing-masing hidup mereka, meski tidak semua setidaknya, mereka berdua merasa bisa melanjutkan hubungan mereka dengan label pertemanan.

“Beritahu aku, Dave itu orang yang seperti apa? Apa dia itu pria yang kasar?” tanya Estelle. Setelah Sam mengaku kalau Dave adalah temannya, ia jadi ingat kembali dengan kejadian menyeramkan yang telah menimpanya. Dan dirinya ingin tahu orang seperti apa Dave itu.

Sam menarik satu alis tebalnya. Ada rasa was was saat Estelle berkata seperti itu. “Kenapa bertanya seperti itu? Apa ada masalah saat kamu mengantar dia pulang?”

Sebelum membalas ucapan Sam, Estelle membersihkan tenggorokannya dengan sedikit menyeruput minuman ice tea lemonnya. “Dia mencekikku. Kalau supir taksi tidak membantuku, mungkin pagi ini aku sudah menjadi mayat.”

Sam langsung terdiam, debaran jantungnya meningkat. Kini, kepalanya terasa panas karena ulah dari hati yang sedang dipenuhi amarah. Kenapa Dave tidak mengatakan apapun padanya soal ini?

“Oh iya, karena kamu teman Dave. Tolong beritahu aku jadwalnya, besok aku ingin bertemu dengannya, aku belum me--”

Pertanyaan Estelle membuat Sam kembali menarik diri dari lautan amarahnya. “Apa? Apa kamu tidak takut untuk bertemu dengannya lagi?” serunya tiba-tiba, tidak habis pikir mengapa Estelle masih mau bertemu dengan Dave setelah apa yang telah ia terima dari pria gynophobia itu.

“Aku takut, tetapi aku harus tetap bertemu dengannya. Ada yang ingin aku tahu dari dirinya.”

“Soal apa? Tanyakan saja padaku,” tawar Sam, sejujurnya ia ingin memberitahu Estelle kalau Dave mengidap fobia aneh. Namun, ia rasa ini bukan haknya untuk memberitahu kelemahan temannya pada teman barunya.

Bersambung ....

Bab terkait

  • Mr. Gynophobia   DIA, IBLIS YANG TERLUKA

    “Aneh sekali mendengarmu berkata seperti itu,” ujar Dave yang baru keluar dari liftkemudian berjalan ke tempat mobilnya terparkir. Sejak kemarin ia sudah kembali ke Winter penthousenya setelah menyelesaikan beberapa tugas pekerjaaan yang diberikan Sam. Kira-kira sudah satu menit tangan kirinya itu menggerayangi area belakang leher, memberikan pijatan singkat untuk otot-otot yang terasa kaku. Jujur saja, sekarang badannya terasa sangat lelah,padahal ia sudah tidurselamalima jam. Semalam, Dave masih harus menyelesaikan beberapa berkas laporan yang berakhir hinggapukul dua dini hari dan paginya, ia juga masih harus mengerjakan urusan lain. Kesibukannya bukan tanpa alasan, bukan hanya karena ia seorang calon pewaris Hotel Polaris. Namun, karena ada sesuatu yang harus ia lindungi. “Jangan terlalu berpikir rumit, aku ‘kan hanya bertanya,apa obatmu sudah diminumatau belum?”

  • Mr. Gynophobia   INISIAL J.E

    Estelle menggenggam erat tali tas yang tergantung pada bahu kirinya. Menggigit bibir dalam, bukan karena dingin dari bekas hujan salju yang turun deras semalam, melainkan karena sedang menahan rasa lelah dan kesal. Sudah beberapa hari ini ia dihadapkan masalah sepele yang menguras emosinya dan semua itu hanya karena sebuah cincin.“Ya Tuhan, semuanya benar-benar menyebalkan ... dari awal semua ini memang tidak masuk akal!” gerutu Estelle.Wanita bermake up tipis itu berjalan dengan cepat sambil mengingat kejadian kemarin. Di mana dirinya ditinggal begitu saja oleh Dave setelah menunjukkan reaksi yang membuat dirinya sedikit tersinggung, pria itu pergi membawa mobil besarnya.Entah kenapa akhir-akhir ini, ia merasa seperti orang bodoh. “Apa sih yang sedang aku lakukan? Menambah masalah hidup saja!” lanjutnya, kemudian menyeruput kopi hangat yang ia beli di kafe dekat halte bus.Tidak lama kemudian, Estelle berhenti di depan sebuah g

  • Mr. Gynophobia   SALAH PAHAM

    “Apa? Operasi?”=====“Sudah kubilang, aku tidak melakukan apa pun padanya! Jadi, berhenti memikirkan wanita itu dan bekerjalah dengan benar!” geram Dave pada ponselnya.Berdiri bertumpu pada kaki kiri dengan satu tangan bertolak pinggang, pria itu mendebas kesal. Entah sudah berapa kali Sam meneleponnya hanya untuk menanyakan hal yang sama. Sam bertanya, apa yang sudah ia lakukan pada teman wanita yang bahkan namanya saja tidak ia ingat meski sudah diucapkan berkali-kali dalam perbincangan mereka.“Sial, memangnya jadi salahku kalau wanita itu tidak mau menerima teleponmu,” lanjutnya menggerutu, menatap layar ponsel yang masih menyala. Ini sudah yang keempat kalinya ia memutuskan sepihak panggilan dari Sam. Kemarin, saat bertemu mereka tidak membahas hal ini. Dave tidak bilang apa pun pada Sam tentang apa yang terjadi di basementnya. Toh, itu tidak penting, pikirn

  • Mr. Gynophobia   KERICUHAN RUMAH SAKIT

    “Dengar Tuan, aku sungguh tidak tahu apa yang membuatmu marah, tapi aku harus pergi sekarang, permisi,” ujar Estelle=====“Mau pergi ke mana kamu, hm? Kamu pikir aku akan diam dan melepasmu lagi, hah?!” tukas Dave, tangannya langsung ditepis Estelle.“Terserah Anda mau berpikir atau berbicara apa, aku-tidak-peduli!” balas Estelle, kemudian berbalik pergi. Sungguh, dirinya sedang tidak ingin menghadapi pria itu, meski sejak beberapa jam lalu hatinya terus mengutuk Dave.“Hei penguntit! Apa sekarang kamu mau berpura-pura suci karena sudah tertangkap basah olehku, hah?!” teriak Dave, suara yang menggema di lorong membuat langkah Estelle terhenti.Mata Estelle terpejam seraya menekan semua gigi-giginya. Tangan putihnya juga ikut terkepal erat, ia benar-benar tidak suka pada tingkah ke kanak-kanakan Dave.Belum terlalu siang, tetapi kesabarannya sudah melewati garis maksimal

  • Mr. Gynophobia   MENIKMATI KEHANCURANMU

    "Dave menyeringai. "Oke, aku terima saranmu. Secepatnya, aku akan membuat dia merasa malu. Hukum untuk seorang stalker di sini terlalu murah hati. Jadi, aku akan membuat hukuman sendiri untuknya."=====Meski dingin semakin menyengat kulit dan meski langit malam tidak berbintang, semua itu tetaplah terasa indah untuk Dave, bahkan tumpukan berkas yang ia kerjakan hari ini terasa menyenangkan.Sejak siang tadi, tidak lelah mulut berbingkai bibir tebal itu bersenandung, sudah seperti anak muda yang baru mendapatkan kekasih.Tidak peduli pada tatapan aneh serta heran yang ditunjukkan oleh para bawahannya. Entah sadar atau tidak, Dave yang selalu menjaga wibawa, kini ia lupakan. Wajah datar dengan tatapan intimidasi serta suaraketus belum terlihat sejak Dave menginjakkan kaki ke kantornya.Lebih tepatnya, setelah ia berbincang dengan andrew tadi pagi.

  • Mr. Gynophobia   TRENDING TOPIC

    “Aku juga tidak tahu, Valeri bilang ada video tentangku yang sedang ramai di bicarakan sejak semalam.”=====Jalan terlihat lancar. Banyak orang-orang yang berjalan di tepi bahu, jalan khusus yang telah di sediakan untuk pejalan kaki. Biasanya, Estelle ada bersama di dalam kerumunan orang-orang di sana. Bersaing untuk berjalan lebih cepat, padahal tidak sedang mengikuti perlombaan. Yah ... setiap orang di berbagai negara, sudah pasti setiap pagi akan sibuk seperti ini 'kan?Beralih ke dalam mobil, dengan wajah muram Estelle diam menatap jalan. Di sampingnya, ada wanita bersurai pendek sebahu sedang mengemudi. Wanita dengan usia sama seperti Estelle itu sudah beberapa kali melirik ke samping."El, sebaiknya kamu izin saja, aku akan putar lagi mobilnya, oke?" ucap Valeri.Usai menceritakan tentang video yang tidak tahu kenapa bisa muncul dan menjadi trending topik. Valeri pun memutuskan untuk pergi ke kantor bersama setelah menganta

  • Mr. Gynophobia   ANCAMAN SAM OWEN

    Entah sudah berapa kali sepatu bertali itu mengetuk pelan lantai, bergoyang dan berpindah. Punggung pun sama, sudah berkali-kali bersandar kemudian kembali tegak. Sam menengok jam yang ada di pergelangan tangannya, lalu memasukan ponselnya ke saku. Ponsel yang sebelumnya ia gunakan untuk menghubungi Estelle. Namun sayang, wanita itu masih belum mau berbicara dengannya atau mungkin sedang sibuk dengan masalahnya. Inginnya sih langsung datang ke hadapan Estelle. Akan tetapi, Sam takut Estelle akan marah padanya. Meski mereka sudah saling bersedia untuk berteman. Namun, tidak bisa menghilangkan fakta kalau mereka itu, dua manusia yang belum lama saling mengenal. “Berapa lama lagi rapatnya selesai?” Pria dengan celana jeans hitam dan baju putih berleher V membuka mantel musim dinginnya. Sam kembali bertanya setelah dua jam menunggu Dave yang katanya sedang ada rapat untuk membahas video yang menjadi trending topic hany

  • Mr. Gynophobia   HANYA KARENA VIDEO

    Suara ketukan pintu menggema, membuat seorang pria yang yang sedang menatap layar ponsel jadi berkedip. Wajah datarnya semakin terbentuk kala seseorang mendorong pintu dan masuk dengan senyum yang membuat si pria ingin melempar gawai yang ada dalam genggamannya.“Bapak memanggil saya?” ucap sang wanita. Tidak lama, ia berhenti tepat di depan meja kayu cokelat tua dengan barang-barang yang tersusun rapi.Duk!Jeff melempar gawainya hingga benda pipih tak berdosa itu sedikit meluncur dan berhenti di tepi meja. Jika saja tidak ada papan nama yang bertuliskan Jeff Hansen, mungkin ponsel bercasing hitam itu sudah terjun dari meja ke lantai.“Estelle, saya dengar pagi tadi kamu membuat keributan di lobi?” seru sang wakil direktur seraya menyandarkan punggung, kedua tangannya bertengger pada lengan kursi.Estelle menunduk, menelan cepat salivanya. Membasahi tengg

Bab terbaru

  • Mr. Gynophobia   LAST PART

    Happy reading! ------ Dave menjauhkan tangannya dari kepala Estelle, lalu membuat sebuah kepalan untuk menutupi mulutnya yang berdeham canggung. "Aku baru ingat kalau pengurus rumah pernah berbicara mengenai kantung berisi celana. Coba kamu periksa di kamarku dan carilah di dalam lemari kecil, sepertinya aku menyuruh dia menaruhnya di sana," ucap Dave. Ia sungguh baru teringat akan hal itu. Sebuah tas jinjing berisi celana. Waktu itu dirinya sedang bergegas untuk pergi, jadi tidak terlalu menaruh perhatian pada apa yang ditemukan pengurus rumahnya itu. "Benarkah? Tapi, apa tidak sebaiknya kamu saja yang mengambilkan barangku?" Dave sedikit menaikkan satu alis. "Aku bukan pesuruhmu," serunya sambil menangkup dan sedikit menekan kedua pipi Estelle, membuat bibir wanita itu mengerucut. "Ck! Ya sudah, kalau begitu aku pinjam kamarmu juga. Aku harus mengganti celanaku," seru Estelle setelah melerai kedua tangan yang mengapit

  • Mr. Gynophobia   EXTRA PART

    Happy reading!------Satu tahun berlalu ...."Kemana yang lain?"Suara Dave menginterupsi ketenangan seorang wanita bersurai pixie yang sedang duduk di pinggir kolam, menengadah menikmati langit malam sambil menggoyang-goyangkan kakinya yang berada di dalam air."Kamu terlalu lama, Dave. Mereka sudah pulang," jawab malas Estelle, sekilas memandang Dave yang berdiri bersandar di tiang pintu, lalu kembali pada apa yang ia lihat sebelumnya.Secepat itu? Dave melirik jam tangannya, berpikir ini belum terlalu larut. Tidak lama kemudian, pria itu pun tersenyum kecil. Sepertinya, mereka mulai mengerti apa yang sedang ia butuhkan.Mereka yang di maksud adalah Valeri dan Sam. Akhir-akhir ini, mereka berempat sering menghabiskan waktu bersama, membuat Dave sedikit jengkel.Dave berjalan mendekat ke tempat di mana Estelle berada. "Maaf, aku tidak menyangka kalau urusanku ternyata memakan waktu sedikit lebih la

  • Mr. Gynophobia   MAAFKAN AKU

    Happy reading!------Canggung.Itulah yang sedang dirasakan Dave sekarang. Berdiri di hadapan dua orang sambil menggendong rangkaian tulip putih sebagai pelengkap permintaan maafnya.Kemarin, Estelle menolak untuk diajak ke NightBar. Siang tadi pun wanita itu masih menolak ajakan Sam yang menawarkan untuk makan bersama Dave.Meski diri selalu beranggapan kalau tindakannya itu tidak melanggar aturan. Namun anehnya, hati malah merasa semakin bersalah, terlebih Sam terus mengatakan kalau dirinyalah yang salah.Karena perasaan itulah, malam ini Dave memutuskan untuk pergi mengunjungi rumah Estelle. Namun, Alan memberitahukan kalau sang kakak sedang berada di toko bunga.Estelle melirik bergantian pada buket kecil dan pada pemeluk bunga tulip putih itu. Tidak mengira kalau Dave akan mendatangi dirinya seperti ini.Meminta maaf pada teman saja bisa seromantis ini? Bagaimana jika dengan kekasihnya nanti? Pikir Est

  • Mr. Gynophobia   KAMULAH YANG SALAH

    Happy reading!------Tiga hari berlalu sejak hari kematian Louis dan Bertha.Tidak ada perubahan besar yang terjadi. Hanya saja, semua seolah terasa terlalu cepat dan sedikit tidak adil bagi Dave, sebagai korban. Dosa yang ditebus dengan kematian memang terlalu mudah. Namun ... entahlah, Dave sungguh tidak tahu harus bagaimana lagi.Setiap hari selalu dipenuhi pikiran kewaspadaan dan kecurigaan terhadap dua orang itu, tetapi sekarang tidak ada perasaan itu dan rasanya ... kosong. Meski kata ‘kosong’ itu masuk dalam artian baik. Hatinya tenang. Entah sejak kapan, tubuhnya terasa ringan seperti ini.Kepergian yang tidak menggerakkan hati, meski Dave akui dirinya begitu terkejut dengan kematian Louis, tambah terkejut lagi karena Callie ada dibalik kematian Bertha. Meski tidak membunuh secara langsung dengan tangannya, Callie tetaplah otak dari penyiksaan yang diterima Bertha. Begitu rapi pekerjaan sang ibu, hingga hukum ikut membung

  • Mr. Gynophobia   KEMBALI PERCAYA?

    Happy reading! ------ Sepasang kaki beralas sepatu hitam tergesa menghentak gelisah ke lantai. Dave memasuki rumah dengan sorot mata yang memandang ke arah ruangan, di mana sosok sang ibu baru saja mendudukkan tubuhnya. Menatap curiga pada Callie yang baru kali ini bisa ia kunjungi kembali setelah terbongkarnya sebuah rahasia tentang dirinya. Ingin hati, belum mau melihat wajah Callie, tetapi ada suatu hal yang perlu ia periksa. “Apa ini perbuatanmu?” todong Dave, berdiri angkuh di depan sang ibu yang tatapan yang sulit ia baca. Sosok ibu yang belum bisa Dave pahami--tidak--sejak dulu, Dave memang sulit memahami sikap dan sifat Callie. Setiap hari Dave hanya berusaha untuk memahami dan menjaga sang ibu dari suami yang licik. Melakukan itu semua, hanya karena wajah penuh kecemasan dan kekecewaan Callie masih tergambar jelas di kepalanya. Di mana, sang ibu menangis pilu dan terlihat hancur saat mengetahui dirinya mengidap

  • Mr. Gynophobia   KABAR DUKA

    Happy reading!------“Em, ini bukan rumahku, Dave,” ujar Estelle dengan mata bergerak bingung memandang ke arah luar. Dave bilang mereka akan pulang, tetapi malah berhenti di depan sebuah bangunan bertingkat tiga yang cukup besar dan luas.Sejenak sebuah kolam air mancur yang meluncur indahmenarik atensinya, tidak lama kemudian kembali melirik pada bangunan, Estelle memandang kaca-kaca tembus pandang yang menampilkan beberapa sepatu cantik dengan background desain dalam toko yang terkesan hangat dan elegan.“Cepat turun,” titah Dave sambil melepaskan seatbelt dan keluar dari mobil.Estelle menghela lalu merengut. Tangannya membuka sabuk pengaman hitam itubersamaan dengan mata yang mengekori tubuh Dave yang menghilang masuk ke dalam toko sepatu di sana. Sungguh, ia sudah sangat lelah dan ingin segera merebahkan diri, tetapi sepertinya Dave masih ingin berpetualang di jalan.Usai keluar dari m

  • Mr. Gynophobia   PELUKAN DAN SEPATU

    Happy reading!------Estelle menjejakkan kaki telanjangnya di atas pasir putih dingin yang lembut. Berjalan di tepi pantai sambil mendengarkan debur ombak malam yang terdengar merdu dan menenangkan di telinga. Memejamkan mata, melangkah santai dengan dua sepatu bertali yang ia jinjing dibalik belakang tubuhnya.Membiarkan raganya diterjang angin laut yang dingin. Menghirup segar udara malam kemudian menghembuskannya perlahan, udara karbon dioksida yang keluar bersamaan dengan luncuran air hangat yang terjun dari mata yang terpejam.Tidak terdengar isakan dari bibir yang bergetar rapat itu. Tubuhnya terasa panas, meski bisa ia pastikan seluruh kulitnya sudah mendingin.Suasana nyaman dan damai di sana membuat wanita itu teringat akan percakapan dirinya dengan sang mantan beberapa menit lalu.“Harusnya, aku tidak mengangkat panggilannya,” sesal Estelle dalam hati.Sejak ia mengirimkan pesan untuk mempertegas h

  • Mr. Gynophobia   AKU TAHU

    Happy reading!------Empat hari berlalu ....“Lalu, apa keputusanmu?” ucap Andrew, terlihat tenang saat melayangkan pertanyaan setelah mendengarkan cerita Dave tentang kedua orang tuanya. Telunjuk kirinya mengetuk-ngetuk pelan meja kerja. Pun posisi punggung yang bersandar, statement yang cukup menguatkan bahwa dirinya sedang menanti pasien sekaligus temannya itu untuk membuat keputusan. Sebuah keputusan yang terkait erat pada asal mula fobia Dave.Tatapan yang sejak tadi terpaku memandang jemari yang saling terkait di atas pangkuan, mulai naik dan membingkai wajah sang dokter dari kejauhan lima langkah. Binar keraguan juga kebingungan jelas terpancar dari mata emerald itu. Dua suara yang sejak satu jam lalu saling bersahutan kini meredam cukup lama.Beberapa kali Dave mengeratkan rahang juga membuka sedikit bingkai mulutnya. Namun, selalu berakhir sama. Suara untuk jawaban dari pertanyaan Andrew enggan kelu

  • Mr. Gynophobia   MENEMANIMU

    Happy reading!------Riuh angin malam menemani hati yang muram. Dave melempar pandang jauh ke tengah laut. Seakan ikut terbuai pada ayunan ombak yang menderu di sana, Dave puas melayangkan pikiran.Tidak ada yang mengganggu, urusan pekerjaan ia singkirkan. Sangat tidak bertanggung jawab--benar--dan Dave tidak peduli akan anggapan seperti itu. Hidupnya sudah kacau, untuk apa bertanggung jawab pada hal yang sudah mati-matian ia pertahankan? Yang pada akhirnya, semua terasa sia-sia.Dirinya hanyalah objek pembalasan dendam. Apa mereka pikir dirinya ini adalah manusia tanpa hati? Tidak mengertikah mereka bagaimana ia menjalani hidup selama ini? Bertahan dalam sebuah ancaman yang berakhir dengan menanggung rasa sakit. Ingin mengasihani diri sendiri, tetapi suara tawalah yang keluar membaur bersama riuh angin.Dave tidak tahu harus bagaimana lagi. Ia cukup kagum dengan Callie yang begitu tega menyimpan fakta sepenting ini dan muncul pertan

DMCA.com Protection Status