Di dalam gedung tua, sekelompok orang sudah berada di sana menanti kedatangan para tamu. Ruangan tersebut sangat terang, kecuali diujung atas tangga yang terdapat satu pria duduk santai dengan dua bodyguard dibelakangnya.
"Kita lihat saja. Siapa yang akan datang pertama kali," ucap Jordan.
Brak!
Tentu saja, orang yang datang pertama kali adalah Rai dan Zaila. Ia datang langsung merusak pinta dalam satu kali tendangannya. Ia membawa undangan tersebut dengan cengkraman tangannya yang menggenggam erat.
"Siapa bajingan yang berani menggunakan nama Meysha!" teriak Rai.
"Rai, jaga emosimu!" bisik Zaila.
Seorang pria dengan wajah misteriusnya, menatap Rai sembari menyumbingkan bibirnya. Pria itu duduk santai dengan bibirnya yang mengepulkan asap.
"Hanya sebuah nama, apa artinya?" ujarnya.
"Lukas, hentikan!" pinta Jordan.
Grep!
&
Kondisi Orchia tidak sebaik yang Kiana pikirkan. Orchia kembali kritis dan harus mendapatkan perawatan lebih baik. Kiana cemas setelah ia mendapatkan kabar dari Gracia. Kiana langsung bergegas datang karena suara Gracia terdengar sangat marah ditelinganya. Orchia berbaring diruangan dengan segala alat yang menempel ditubuhnya. Sadisnya, lengan kirinya patah dan bisa dipastikan ia tidak bisa menggunakan tangan kirinya dalam jangka waktu yang tidak bisa ditentukan.Drap ... Drap ... Drap ... Zeki tidak memenuhi undangan hitam yang mengatasnamakan Meysha. Ia juga bergegas setelah mendapatkan kabar yang sama dengan Kiana.Brak!“Akh!” pekik Kiana. Kiana meminta Osca
Penawaran gila yang baru saja Jordan lontarkan. Di mana orang yang ingin menghancurkan HG Group, diminta untuk berada dipihaknya. Bukan hanya gila, tapi hal itu terdengar lucu dan tidak masuk akal."Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Aku tidak akan sudi bergabung dengan iblis seperti kalian!" ujar Rai. "Aku hanya perlu membuatmu turun dari tempatmu itu!" imbuhnya dengan suara yang terdengar lantang."Baiklah! Anda jelas menolak, Tuan muda Rai. Lalu, bagaimana dengan perwakilan keluarga Muchen, Kaleid, ah! Ternyata Keluarga Kinoy yang tidak datang?" ujar Jordan."Bukankah pertanyaanmu itu sangat gila? Kau bahkan sudah mendapatkan jawabannya sebelum keluar dari mulutku sendiri!" kata Arta."Siapa yang sudi bekerjasama dengan kalian? Bajingan!" balas Leon."Selain otak kalian yang kotor, mulut kalian juga bermasalah rupanya!" ujar Eren. Mereka semua kompak membalikkan tubuhnya untuk segera pergi. Berdebat, menolak pena
Leon tidak mengenal siapa pria yang saat ini ada dihadapannya. Ia tidak bisa menebak apa yang pria tersebut pikirkan. Rencana tersembunyi bisa Leon rasakan, namun rencana itu tidak dapat Leon uraian.“Bagaimana dengan hadiah yang aku berikan?” ujar Lukas.Leon menaikan sebelah alisnya. “Hadiah?” tanya Leon.Situasi mencengkam. Apalagi Renza dan Nick sudah bertarung tanpa ada jeda untuk istirahat. Mereka berdua seperti sedang berada di dalam ring.Leon percaya kalau Renza bisa mengatasinya. Leon hanya perlu fokus pada Lukas yang memberikannya kesan misterius. Apalagi hadiah yang Lukas katakan. Leon tidak mengenalnya, apalagi menerima hadiah, kecuali hadiah yang diberikan oleh orang yang ada di pasar gelap.“Kau orang itu? Kau yang menyebarkan peluru sebagai sapaan?” pekik Leon.“Aku?” Tunjuk Lukas pada diri sendiri. Ia tersenyum sinis. “Apa kau pikir, aku orang yang memiliki banyak w
Zaila orang yang paling santai diantara semuanya. Brian juga demikian. Mereka seperti tidak memiliki niat untuk bertarung, Apalagi Brian tidak suka jika harus menghadapi seorang wanita. Zaila juga diam seribu bahasa. Bahkan Zaila tidak memasang kuda-kuda atau sekedar teknik untuk menjaga diri sendiri jika sewaktu-waktu ada serangan.“Aku tidak tahu harus menilaimu wanita seperti apa. Mungkin, bodoh?” ucap Brian.“Terserah kau saja!” jawab Zaila begitu enggan untuk bicara.Brian yang pendiam harus berurusan dengan Zaila yang tidak suka bicara. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Mungkin mereka berdua hanya berdiri saling menatap dalam jangka waktu yang cukup lama.“Jangan lama-lama menatapku. Kau bisa jatuh cinta padaku,” ucap Brian.“Aku bahkan sudah memliki pria yang jauh di atasmu. Untuk apa aku menyukai bocah sepertimu?” balas Zaila.“Apa kau hanya memiliki keunggulan dalam membalikkan ucapan
Arta tidak akan membiarkan siapapun menghalangi Eren yang sudah berhasil masuk ke dalam tempat Jordan. Bagi mereka, Jordan adalah ujung tanduk dari HG Group. Jika bisa mengalahkan Jordan atau bisa membuat Jordan setidaknya waspada, mereka sudah berhasil mengusik."Untuk membuatnya menjauh dari tempat itu, aku memang harus menyingkirkanmu!" ucap Yogas."Bajingan sepertimu memang layak untuk mati!" ujar Ryu."Majulah! Aku tidak suka banyak bicara!" tantang Arta. Pertarungan sengit mulai kembali terjadi. Orang yang sangat tidak nyaman untuk melakukan itu hanya Lukas, Leon, Zaila dan Brian. Mereka berempat terlihat sedang memiliki diskusi lain dibandingkan harus mengeluarkan tenaga mereka tanpa ada hasil. Rai berbeda. Dimatanya hanya ada dendam. Ia dikelilingi oleh dua Crew HG. Namun, Rai sama sekali tidak bergeming.
Hahahaha... Mendengar ucapan Zaila yang meminta bayaran dimuka, Brian dan Sofia tertawa. Mereka menganggap remeh ucapan itu dan menilainya sebagai wanita yang haus akan uang, uang dan juga uang.“Tertawalah kalau kau menganggap semuanya lucu. Aku tidak akan melarangnya,” ujar Zaila. Membiarkan lawan tertawa sampai tenang, itulah cara Zaila menanggapi musuh dengan santai. Ia tidak gugup, tidak juga tergesa-gesa. Zaila sangat pandai memanfaatkan waktu yang ada.“Kalau kau suka uang, kenapa kau harus bertarung dan menolak tawaran sejumlah uang?” tanya Brian yang sudah tenang.“Siapa bilang kalau bayaran itu aku meminta uang?” balas Zaila.“Lantas?” tanya Sofia.“Aku mengingingkan darah kalian
Buagh! Semua orang terdiam. Mata mereka terpaku menatap ke arah ujung tangga yang gelap. Suara pukulan terdengar seperti runtuhan bebatuan. Itukah kekuatan yang sebenarnya? Pikir mereka semua tanpa terkecuali. Mereka yang sedang bertarung, menghentikan aksi hanya untuk mengetahui siapa yang berhasil membuat suara retakan tulang yang menggema menusuk telinga.“Eren!” pekik Leon. Arta menyeringai. Ia menyibakkan rambutnya ke belakang. “Erenku luar biasa!” ucap Arta.“Bocah itu terlihat sedang bersenang-senang,” kata Zaila.“Apa perlu kita membantunya?” sahut Renza.“Tidak!” Rai menjawab dengan te
Jordan hanya mendengarkan suara teriakan Eren yang memakinya. Semuanya masih terdiam dan tidak bertindak apa-apa. Jordan mengamati Eren dari kegelapan yang menyelimutinya. Bibirnya tertutup sangat rapat. Ia menatap tanpa berkedip. Mengamati Eren dari sela-sela tersembunyi sekalipun.‘Meski aku tidak mengeluarkan seluruh tenagaku, tapi bocah itu mampu menandingiku. Semuanya jadi semakin menarik,’ batin Jordan.Tap ... Tap ... Tap ... Eren mulai menapakkan kakinya ke tangga. Ia mengepalkan dengan erat jari-jemarinya yang sudah memegang knuckle. Bahkan knuckle tersebut sudah berdarah karena mengenai pelipis Jordan.‘Dia memang bukan lawan yang mudah. Powernya sangat kuat, tapi aku tidak akan tahu hasi