Home / Romansa / Money And The Power / 124. Penawaran Sinting (Empat)

Share

124. Penawaran Sinting (Empat)

Author: Sabrina Angelitta
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Arta tidak akan membiarkan siapapun menghalangi Eren yang sudah berhasil masuk ke dalam tempat Jordan. Bagi mereka, Jordan adalah ujung tanduk dari HG Group. Jika bisa mengalahkan Jordan atau bisa membuat Jordan setidaknya waspada, mereka sudah berhasil mengusik.

"Untuk membuatnya menjauh dari tempat itu, aku memang harus menyingkirkanmu!" ucap Yogas. 

"Bajingan sepertimu memang layak untuk mati!" ujar Ryu.

"Majulah! Aku tidak suka banyak bicara!" tantang Arta. 

              Pertarungan sengit mulai kembali terjadi. Orang yang sangat tidak nyaman untuk melakukan itu hanya Lukas, Leon, Zaila dan Brian. Mereka berempat terlihat sedang memiliki diskusi lain dibandingkan harus mengeluarkan tenaga mereka tanpa ada hasil.

              Rai berbeda. Dimatanya hanya ada dendam. Ia dikelilingi oleh dua Crew HG. Namun, Rai sama sekali tidak bergeming. 

   

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
S Rohmah
Deuuhh si brian emang,Rai aja gak selevel ngeladenin sofia,lah dia malah terus ngeladenin zaila.Hajar lah zaila tuman.
goodnovel comment avatar
Mikayla Azahra
Nahhh,, ayok bayar wkwkwkw......... Zaila ada2 aja
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Money And The Power   125. Penawaran Sinting (Lima)

    Hahahaha... Mendengar ucapan Zaila yang meminta bayaran dimuka, Brian dan Sofia tertawa. Mereka menganggap remeh ucapan itu dan menilainya sebagai wanita yang haus akan uang, uang dan juga uang.“Tertawalah kalau kau menganggap semuanya lucu. Aku tidak akan melarangnya,” ujar Zaila. Membiarkan lawan tertawa sampai tenang, itulah cara Zaila menanggapi musuh dengan santai. Ia tidak gugup, tidak juga tergesa-gesa. Zaila sangat pandai memanfaatkan waktu yang ada.“Kalau kau suka uang, kenapa kau harus bertarung dan menolak tawaran sejumlah uang?” tanya Brian yang sudah tenang.“Siapa bilang kalau bayaran itu aku meminta uang?” balas Zaila.“Lantas?” tanya Sofia.“Aku mengingingkan darah kalian

  • Money And The Power   126. Akhir

    Buagh! Semua orang terdiam. Mata mereka terpaku menatap ke arah ujung tangga yang gelap. Suara pukulan terdengar seperti runtuhan bebatuan. Itukah kekuatan yang sebenarnya? Pikir mereka semua tanpa terkecuali. Mereka yang sedang bertarung, menghentikan aksi hanya untuk mengetahui siapa yang berhasil membuat suara retakan tulang yang menggema menusuk telinga.“Eren!” pekik Leon. Arta menyeringai. Ia menyibakkan rambutnya ke belakang. “Erenku luar biasa!” ucap Arta.“Bocah itu terlihat sedang bersenang-senang,” kata Zaila.“Apa perlu kita membantunya?” sahut Renza.“Tidak!” Rai menjawab dengan te

  • Money And The Power   127. Pahlawan Kesiangan

    Jordan hanya mendengarkan suara teriakan Eren yang memakinya. Semuanya masih terdiam dan tidak bertindak apa-apa. Jordan mengamati Eren dari kegelapan yang menyelimutinya. Bibirnya tertutup sangat rapat. Ia menatap tanpa berkedip. Mengamati Eren dari sela-sela tersembunyi sekalipun.‘Meski aku tidak mengeluarkan seluruh tenagaku, tapi bocah itu mampu menandingiku. Semuanya jadi semakin menarik,’ batin Jordan.Tap ... Tap ... Tap ... Eren mulai menapakkan kakinya ke tangga. Ia mengepalkan dengan erat jari-jemarinya yang sudah memegang knuckle. Bahkan knuckle tersebut sudah berdarah karena mengenai pelipis Jordan.‘Dia memang bukan lawan yang mudah. Powernya sangat kuat, tapi aku tidak akan tahu hasi

  • Money And The Power   128. Perasaan

    Zavier menyusul mereka dengan segera. Ia meminjam motor salah satu penjaga yang ada di markas pusat. Namun, ia tetap saja terlambat. Zavier membawa Eren naik di motor bersamanya. Mereka berhenti dibawah pohon rindang. Malam sudah larut, namun Zavier tidak membawa Eren langsung kembali ke mansion."Kenapa membawaku ke sini?" tanya Eren. Ia terlihat masih marah karena Zavier sangat, sangat terlambat malam ini."Duduklah!" pinta Zavier. Eren duduk di samping Zavier. Ia berdiam diri tanpa sepatah kata yang keluar dari mulutnya."Masih marah?" tanya Zavier."Tidak!" Zavier bukan pria romantis. Ia bahkan terkadang bingung harus bicara apa. Zavier memegang tangan Eren. Ia membalut tangan Eren yang terluka menggunakan sapu tangannya."Kalau aku tidak terlambat, mungkin kau tidak akan terluka. Maaf!" ucap Zav

  • Money And The Power   129. Kedewasaan Diri

    Delice memberikan secangkir teh untuk Naura sebelum ia memulai pertarungannya dengan Kiana. "Sayang, minumlah supaya tubuhmu terasa lebih hangat," kata Delice."Terima kasih!" jawab Naura singkat. Naura menerima teh tersebut. Cangkir cantik itu sudah berpindah tangan dari tangan Delice ke tangan Naura. Namun…Prang!"Eh!" Pekik Naura sembari mematung. Bahkan posisi tangannya yang elegant itu tidak bergerak. "Ibu!" pekik Kiana. Teh tersebut berserakan. Puingan kacanya bertebaran. Apa yang terjadi? Kenapa Naura tiba-tiba gemetaran? Pikir Ken.'Gelasnya tidak terjatuh dari tangan Naura tapi dari jarinya,' batin Delice."Naura, jangan!" cegah Delice ketika Naura hendak memungut kotoran gelas tersebut. "Ibu, biar pelayan yang membereskannya," kata Kiana."Naura, jangan! Kau tidak perlu repot-repot melakukannya." Ken juga menunjukkan perhatiannya."Naura, apa yang t

  • Money And The Power   130. Bahagialah

    Naura mengetahui kalau Ken mengikutinya. Itu sebabnya, Naura tidak langsung masuk ke dalam kamar. Naura menghela napasnya sembari menghentikan langkahnya.“Untuk apa kau mengikutiku?” tanya Naura tanpa menoleh.“Kita harus bicara, Naura.”“Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Ken.”“Tentang Leon!”Deg!Apa sebenarnya Ken inginkan? Pikir Naura. “Apa lagi yang ingin kau tanyakan?” tanya Naura.“Kau masih belum memaafkanku, Naura?” tanya Ken.“Aku sudah memaafkanmu tapi aku tidak bisa melupakan hal apa yang telah kau lakukan padaku.”“Aku sudah menghukum diriku sendiri, Naura. Apa kau masih ingin terus keras kepala?” ucap Ken.“Aku rasa, apa yang kau katakan tidak ada hubungannya dengan Leon.”“Naura, ayo kita cari waktu yang tepat untuk bicara dengan Leon,” ucap Ken.Plak!Naur

  • Money And The Power   131. Jiwa Yang Lain

    Delice menggila dengan Kiana. Mereka berdua menyimpan emosi yang dalam. Mereka melampiaskannya dengan sebuah pertarungan Oscar, Orva, melihat kengerian dari tatapan mata kedua Tuannya. Mereka tidak berniat untuk bertarung dengan tangan kosong. Kiana bahkan memegang rantai, begitu juga dengan Delice."Ayah sedang cemburu pada Ibu?" tanya Kiana."Kalau berniat untuk bertarung, jangan banyak bicara!" kata Delice."Bukan aku yang banyak bicara, tapi Ayah yang tidak menerima!"Buagh!Buagh!Buagh! Awalnya, mereka saling memberikan pukulan. Tidak ada yang menangkis. Tidak ada yng mengalah. Tangan Delice yang mengepal, bertabrakan dengan kepalan dari tangan Kiana. Mereka berdua terpukul mundur. Tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang. Oscar dan Orva menelan salivanya. Bukan hanya ngeri

  • Money And The Power   132. Emosi Diluar Kendali

    Jiwa yang sudah tertelan dan tidak memiliki kesadaran, bertarung tanpa memperdulikan batasan diri. Hanya cemooh dan hinaan yang keluar dari mulut Delice maupun Kiana. Tidak ada lagi ikatan Ayah dan anak antara mereka berdua.Lengan Kiana yang patah sama sekali tidak membuatnya kesakitan. Mereka tidak bertarung menggunakan tangan kosong. Delice memegang sebilah besi dan Kiana memegang sebilah rantai. Perpaduan tenaga yang juga seimbang.Pukulan selalu mengenai titik vital, bahkan jika pukulan tersebut hanya ditangkis tetap saja akan membuat mereka sama-sama terluka. Siapa yang cemas? Tentu saja Naura. Namun, Delice memiliki kekesalan yang harus segera dilampiaskan, begitu juga dengan Kiana yang tidak dapat menahan emosinya. Naura tidak bisa memaksa mereka berhenti begitu saja.“Bibi, bagaimana hal ini bisa terjadi?” tanya Zeki.“Entahlah!” Naura menggelengkan kepalanya.Semua orang berkumpul untuk melihat keberisikan

Latest chapter

  • Money And The Power   316. End

    Generasi pertama naik ke atas panggung. Mereka jalan gontai tanpa membawa kesadaran seolah-olah mata mereka terpaksa terbuka dan seluruh tubuh mereka dipaksa untuk bergerak.Mereka mendekati Kiana dengan senjata yang mereka genggam. Tubuh mereka tercabik-cabik, hancur dan darah segar masih mengucur dari luka yang mereka dapatkan.'Bajingan itu menyiksa mereka sampai seperti ini?' batin Kiana.Kiana memenangkan pertandingan pertama. Para VVIP lemah lunglai tergeletak penuh luka di atas panggung.Kiana menggigit bibirnya sendiri. Ia merasa terlambat dan sangat berdosa. Seharusnya, dalam permainan gila tersebut tidak seharusnya melibatkan banyak orang. Jika HG Group menginginkannya, Kiana tidak akan menolaknya.Melihat generasi pertama yang kokoh dan kuat menjadi ternoda, hati Kiana sangat terluka. Tubuhnya yang sudah lelah, juga luka lama yang terbuka kembali, membuatnya semakin memanas.Pertarungan tersebut membuatnya gila dan semakin bergairah. Kiana yang menghadapi VVIP tidak serius,

  • Money And The Power   315. Kebenaran 2

    Kiana mengerutkan keningnya. Bau amis darah segar dari celine membuatnya sedikit mual. Kiana memperhatikan tangan Celine yang membekas darah kering."Mora, acara sebentar lagi di mulai. Seharusnya kau sudah bersiap. Kenapa kau belum mengenakan seragammu?" tanya Celine sembari menghempaskan tubuhnya di atas sofa yang berada di dalam ruang ganti khusus untuk Kiana."Saya hanya sedikit bingung," jawab Kiana."Apa yang kau bingung kan?" tanya Celine. Ia membersihkan pisau lipat tersebut. "Apa kau ingin membuatku marah?" lanjutnya sembari memberikan tatapan tajam yang tak terkontrol."Maafkan saya, Nona Celine."Di depan mata Kiana, ada beberapa kalung berlian, anting, gelang dan jumlahnya cukup banyak. Perhiasan untuk pria dan wanita yang jika di pakai akan menutupi tubuh Kiana.'Apa yang harus aku lakukan dengan ini?' batin Kiana."Kau kenakan berlian itu tanpa terkecuali. Tidak ada yang boleh tertinggal," ujar Celine. "Aku tidak menyewa model untuk memperagakannya karena acara malam ini

  • Money And The Power   314. Kebenaran

    Sam tidak mungkin menentang elitisan Gracia. Ia tidak mungkin membiarkan Gracia melewati pedihnya jalan hidup yang akan membakar telapak kakinya setiap ia melangkah maju."Lakukan apa yang kau inginkan. Aku akan berada di belakangmu sebagai pendukung," ucap Sam.Gracia beranjak dari tempatnya. Ia menghampiri Tuan Don yang terkekang oleh rantai yang melilit pada tangan dan kakinya. Mereka bertiga berada di ruangan yang sama sehingga mudah untuk mencari celah kabur."Hei, Pak tua!" teriak Gracia. "Kalau kau membohongiku, aku pastikan kepalamu langsung terlepas dari lehermu!" ancam Gracia."Hahaha ..." Tuan Don terkekeh geli. Ia menertawakan dirinya yang sudah dibodohi oleh Naura, juga dua orang yang menjaga kepercayaan tapi menjadi tertuduh. Bukankah itu konyol? Pikir Tuan Don."Aku akan menempatkan kalian berdua di posisi tertinggi perusahaanku. Kalian bisa melakukan apa saja untuk dendam atau membuktikan kualitas kalian," ucap Tuan Don."Kali ini, aku percaya padamu. Kalau kau membuatk

  • Money And The Power   313. Pengkhianat

    Rael keluar dari perusahaan miliknya. Ia mendapatkan sebuah kesan pribadi tanpa nama. Sejenak, kisah-kisah kelam kembali terlihat Dan terkenang dalam benaknya."Apa yang akan akan Anda lakukan, Tuan?" tanya Tuan Aaron. Meski ia menilai semuanya rumit, tapi Tuan Aaron sama sekali tidak memiliki pikiran untuk pindah kepercayaan atau Tuan."Alu harus menyelesaikan tugasku dengan baik sampai akhir," jawab Rael."Anda akan bergabung lagi dengan tujuh jenius yang Anda besarkan?" tanya Tuan Vidor. "Bukankah mereka sudah sudah mengkhianati Anda? Bagaimana mungkin Anda masih masih percaya pada mereka?" imbuhnya."Aku tidak berpikir kalau mereka berkhianat. Mereka hanya melakukan apapun yang membuat hati mereka senang. Lagi pula, berTuankan aku yang cacat seperti ini, tidak akan mendapatkan keunggulan dan juga nama baik." Santai, tapi terdengar ada kekecewaan di dalam kalimat Rael. Di tambah lagi dengan dengan ekspresi wajah Rael yang tersakiti."Saya mengerti. Saya akan mengikuti Anda sampai a

  • Money And The Power   312. Psychopath

    Ugh ... Ugh ... Ugh ...Uhuk ... Uhuk ... Uhuk ...Generasi pertama yang dijebak oleh Jordan karena menolak, mereka dijadikan tawanan yang akan memeriahkan puncak acara yang akan menghina harga diri mereka.Mereka semua terbatuk-batuk. Tubuhnya lebam-lebam bahkan ada punggung mereka hampir dibuat meleleh karena disulut oleh besi panas.Argh! Argh! Argh!Teriakan kesakitan itu menjadi nilai plus bagi Jordan. Ia puas karena mereka yang tidak menurut pada akhirnya bisa menjadi mainannya yang berharga."Bajingan kau, Jordan!" teriak Gerald yang tertangkap.Jordan hanya melepaskan Serchan meski Serchan menolak. Ia tidak ingin mengambil resiko karena yang Jordan tawarkan adalah kerjasama dengan bangsawan Inggris, bukan pengamdian dari Serchan. Dua hal tersebut sudah berbeda. Jika Jordan menangkap bangsawan Serchan, tentu saja ia akan dimusuhi oleh Inggris dan itu adalah sesuatu yang bisa dikatakan sebagai mimpi buruk."Bedebah sialan! Meski kau menjadikan kami meleleh bersama api, kami tida

  • Money And The Power   311. Penyelamatan Nyonya Dum

    Naura mendapatkan pesan singkat dari Delice. Ia harus memecahkan kode supaya bisa membaca pesan dari Delice.Naura menyipitkan matanya. "Dum? Siapa?" gumam Naura.Naura mendengarkan pesan suara yang terkirim melalui pesan pribadi yang akan otomatis terhapus beberapa detik setelah selesai di dengarkan.Naura tidak bisa melakukannya sendiri. Demi Rael, Delice menelusuri seluk beluk keberadaan Tuan Don. Untuk meruntuhkan sebuah menara, Delice harus menghancurkan pondasinya.Naura mendengarkan dengan saksama. Semua hal yang Delice sampaikan. Delice tidak akan membuat pesan pribadi hapus otomatis jika apa yang ia sampaikan tidaklah penting."Sayang, aku akan menjelaskan intinya secara singkat. Aku harap kau bisa mengerti. Aku tidak memiliki waktu untuk menjelaskannya secara langsung padamu. Yakinlah! Kalau kau melakukan sesuai yang aku rencanakan, kau akan berhasil hingga akhir tanpa terluka."Delice menjelaskan dengan rinci apa yang terjadi. Bagaimana awal mulanya sampai ia bertekad selam

  • Money And The Power   310. Kekuasaan Jordan

    Gedung tua yang ada di Rusia menjadi tempat pilihan yang cukup akurat untuk menjalankan semua rencana Jordan. Satu per satu tamu yang ia undang sudah mulai berdatangan.Tamu-tamu tersebut menatap heran ke arah gedung yang setengah rusak karena akibat kebakaran hebat beberapa bulan yang lalu.Mereka terdiri dari generasi awal yang membentuk organisasi damai. Jordan mengusik kedamaian yang sudah mereka perjuangkan."Mereka sudah datang tanpa terkecuali. Hah! Tingkat keyakinan yang aku miliki mencapai batasannya," ujar Jordan.Rion menjadi pengikut Jordan, begitu juga dengan Brandon. Mereka memiliki perhitungannya sendiri karena tali kekang HG Group sepenuhnya berada di tangan Jordan."Aku tidak tahu siapa yang menolak dan siapa yang menerima," ucap Jordan."Ah!" pekik Brandon tiba-tiba.Jordan mengundang mereka hanya mengandalkan persiapan insting dadakan. Tidak ada rencana bahkan persentase yang dibayangkan saja tidak ada. Bukankah Jordan terlalu berani untuk mempertaruhkan nyawanya se

  • Money And The Power   309. Pilihan

    Brak!"Kiana!" teriak Leon.Kiana melirik tajam. Ia sangat menunjukkan rasa tidak sukanya pada Leon yang masuk ke dalam kamar pribadinya saat Kiana baru saja merebahkan tubuhnya."Apa kau tidak memiliki sopan santun?" Kiana membalas bentakan Leon dengan kalimat pertanyaan yang tidak kalah sadis."Aku dengar kalau membunuh Zaila dan Rai, bahkan kau memberikan kelingking Rai sebagai bukti. Kiana, apa kau sudah gila?" bentak Rai.Kiana menyibakkan selimut yang baru saja menutupi tubuhnya. Kiana ingin istirahat sejenak untuk memulihkan diri dari beberapa darah yang keluar dari luka barunya."Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau kesulitan berdiri?" tanya Leon. Ia langsung mendekati Kiana untuk mengecek kondisinya.Kiana menepis tangan Leon. "Singkirkan tanganmu itu!" ujar Kiana."Aku memang tidak bisa memaksamu untuk bercerita, tapi aku yakin kalau kau bertarung hebat dengan Rai sebelum berhasil membunuh Zaila dan Rai. Kenapa kau membunuhnya?" tanya Leon lirih.Leon duduk di atas ranjang Ki

  • Money And The Power   308. Perasaan Yang Sama

    Tubuh Delice seperti menggigil kedinginan. Aura yang terpancar dari orang bertopi yang menyerangnya seperti tidak asing. Orang tersebut bahkan hanya diam dan tidak menyerang Delice lagi setelah Celine meninggalkannya."Kenapa tidak menyerang lagi? Kenapa hanya mematung, hah?" tantang Delice."Kenapa aku harus menyerang saat aku tidak ingin?" balas Kiana.Suara Kiana memang tidak asing bagi Delice. Sejenak, ingatan Kiana mulai merasukinya. Namun, Kiana menahan rasa sakit yang saat ini menyerangnya.Sret!Delice membuka paksa topi yang menutupi wajah Kiana. Rambut Kiana yang tertutup oleh topi juga menjadi tergerai karena penyangga hilang.Delice seperti diberikan kejutan yang tidak bisa ia bayangkan. Kiana, putri tercinta yang sedang ia cari ternyata berada di depan matanya."Kiana!" pekik Delice.Delice tidak ingat kalau beberapa menit yang lalu Kiana melukainya dengan luka yang cukup dalam. Meski luka tersebut bukan apa-apa bagi Delice, tapi tentu saja lukanya terasa berbeda karena p

DMCA.com Protection Status