Mila berusaha mendorong dada Leon agar ciuman mereka terlepas. Ingatannya kembali saat Leon muntah tadi dan Mila menjadi mual.
"Kenapa?" tanya Leon sendu saat Mila turun dari atas pangkuannya.
Mila gugup dan berusaha mencari-cari alasan, perasaan canggung dan malu kembali memenuhi dirinya setelah ciuman ganas mereka tadi.
"Teh hangatnya diminum lagi biar enakan, Tuan." Mila kembali mengambil gelas berisi teh hangat buatannya tadi yang hampir mulai dingin.
"Ayo, keburu dingin," bujuk Mila. Sementara Leon tak merespon dan menatap tajam Mila.
Ada sesuatu yang salah dalam kata-kata Mila barusan. Sesuatu yang sudah Leon peringatkan bahwa ia tidak suka cara bicara Mila yang kaku dan juga formal padanya.
Sepertinya Mila juga menyadari kesalahannya hingga ia buru-buru meralat ucapannya. "Maaf, aku kelupaan."
"Sekali lagi kamu panggil saya Tuan, maka saya akan tidurin kam
"Oh, wow!" seruan Leon dengan wajah berbinar geli dan bahagia.Mila menatap kesal pada Leon yang bisa-bisanya bicara seperti itu. Apa pria itu sudah gila? Bukannya marah, eh, ini malah kesenangan. batin Mila menggerutu.Bi Marsiah yang mendengar itu pun juga terkaget-kaget dan keheranan. Padahal ia sempat meragukan reaksi Leon apabila mendengar usulannya ini."Bibi, kenapa jadi panjang gini, sih? Pakai bilang nikah segala lagi. Bibi, ingat dong kalau nikah tuh gak main-main loh.""Iya, memang benar. Nikah itu gak main-main, makanya Bibi nyuruh kalian berdua buat nikah aja sekalian. Kan, kalian juga udah sama-sama.""Bibi!" jerit Mila frustasi, "Bibi kenapa sih? Lebay deh, kan, tadi Mila bilang kalau kejadian di kamar mandi Leon itu karena ketidaksengajaan. Leon ya memang ngelihat tubuh telanjang aku, tapi bukan berarti kami melakukan sesuatu yang seperti Bibi pikirkan.""L
"Maafkan aku, Bibi." gumam Mila terisak pelan. Mila mengusap lembut rambut bibinya."Bibi," panggil Mila pelan membangunkan bi Marsiah yang menggeliat dan membuka kedua matanya."Mila!" pekik bi Marsiah senang. "Kamu sudah tidak marah lagi sama Bibi, ndok?"Mila diam tak menjawab pertanyaan sang bibi. Mila duduk di samping bibinya dan menggenggam tangan bi Marsiah."Mila mana mungkin bisa marah sama Bibi, hanya saja Mila sedikit kesal. Kenapa Bibi bisa mengusulkan ide seperti itu?""Ya karena Tuan Leon sudah melihat tubuh telanjang kamu.""Memangnya kenapa dengan itu, Bi? Dia cuma ngelihat kan? Toh, Mila sama Tuan Leon tidak melakukan hal gila seperti berhubungan layaknya suami-istri kan?""Tapi, tetap saja Mil—""Alasan itu lagi?" sela Mila yang di angguki sang bibi."Bibi, kita tidak bisa terus-terusan terpaku pada alasan semacam
Di ujung tangga seorang wanita muda menatap nyonya Kartika dengan sangat kecewa dan juga bercampur sedih.Agnes menyayangkan sikap dan tindakan mamanya yang begitu kejam. Tapi ia juga merasa ikut sedih melihat tangisan mamanya yang terdengar begitu memilukan.Pastilah mamanya juga merasa terpukul dengan keputusan sang kakak yang tetap gigih dengan keinginan dan pendiriannya untuk tetap menikahi wanita yang bernama Mila. Wanita yang katanya dari kalangan bawah, seperti itulah sang mama memanggilnya.Tapi walau bagaimanapun juga itu sudah keputusan kakaknya, Leon. Agnes setuju-setuju saja asal kakaknya bahagia bersama pendampingnya kelak.Agnes tadi menelpon Leon dan mengatakan keributan yang terjadi di rumahnya. Tidak, lebih tepatnya kemarahan sang mama yang mengamuk hebat pada bi Marsiah.Tadinya Agnes hanya diam menyaksikan sambil berharap semoga cepat berakhir. Tapi begitu melihat bi Marsiah
Dada Mila berdebar hebat mendengar ucapan Leon barusan yang terdengar sungguh-sungguh. Tapi, apa mungkin?Apakah pria ini benar-benar serius? batin Mila bertanya-tanya.Sesekali diliriknya Leon yang tengah fokus menyetir. Wajah pria di sampingnya ini tampan, apalagi jika dilihat dari jarak cukup dekat seperti ini.Mila tersenyum sembari masih menatap pria disampingnya. Astaga, kenapa dia jadi terlihat seperti mengaggumi pria ini."Kenapa kamu terus melihatku?"Mampus! batin Mila.Ternyata Leon tau kalau Mila sedang melihat, memperhatikan bahkan mengagguminya."Geer!" cibir Mila menyangkal pertanyaan Leon. "Siapa juga yang ngelihatin kamu? A-aku ngelihat jalanan juga.""Oh gitu, tapi ngelihatnya kenapa harus dari sini?" Leon menunjuk sekilas kaca jendela mobil di sampingnya dengan jari jempolnya."I-iya karena pemandangan di sebelah
Mila mendorong dada Leon cukup kuat hingga ciuman mereka berdua terlepas. Leon menatap sayu Mila yang menggelengkan kepalanya."Gak mungkin," gumam Mila merasa tak percaya dengan ungkapan cinta yang Leon katakan barusan.Leon merangkum wajah cantik Mila dan tersenyum. "Kenapa gak mungkin, hmm?""Ya, aneh aja. Kita belum lama mengenal dan saling bertatap muka. Selebihnya banyak kita habiskan menulis note saat menjadi majikan dan pembantu."Leon tertawa kecil, merasa geli bila mengingat tingkah konyol mereka dulu."Modern maid,tapi jadul. Gimana jadinya?""Hah?" Mila menganga mendengarnya."Itu tidak penting, karena yang terpenting sekarang adalah kita berdua. Masa depan kita yang cerah." Leon menoel hidung kecil dan mancung Mila."Mila, aku serius dan sungguh-sungguh dengan kata-kataku. Bahwa aku jatuh cinta sama kamu. Apa kamu juga
Beberapa bulan kemudian....Hari yang dinanti Leon dan Mila tiba, tepat hari ini Leon mempersunting sang wanita pujaan. Beberapa saat yang lalu telah dilangsungkan prosesi janji suci pernikahan, Leon dan Mila telah resmi menjadi sepasang suami-istri.Banyaknya tamu yang hadir pun turut meramaikan acara pernikahan mereka. Tak tanggung-tanggung, Leon bahkan mengundang para awak media untuk turut meriahkan acara, juga diperbolehkan untuk memfoto dan merekam setiap momen saat acara berlangsung yang bertujuan untuk mengabadikan setiap momen itu sendiri. Padahal Mila sudah meminta dan bahkan merengek pada Leon untuk tidak menghadirkan para awak media di acara pernikahan mereka. Mila beralasan jika nantinya Leon pasti akan merasa malu saat para awak media menyebarkan berita jika Leon menikah dengan mantan pembantunya sendiri. Tapi Leon dengan pongahnya mengatakan tak peduli, mau bagaimanapun istrinya Leon tetap mencintai Mila.Namun
Brakkk.Mila menggebrak meja yang ada di depannya dengan cukup kuat. Memberanikan dirinya Mila membalas tatapan mata nyonya Kartika tak kalah tajamnya."Saya tidak takut dengan ancaman anda, Nyonya." kata Mila yang kembali bicara formal. Bahkan Mila enggan memanggil ibu mertuanya dengan sebutan mama."Saya tidak akan memilih salah satu diantara mereka berdua. Karena suami dan Bibi saya terlalu berharga untuk di gantikan dengan keegoisan anda."Sebelah alis nyonya Kartika terangkat, "kau yakin?""Ya!" sahut Mila mantap. "Sebaiknya anda pergi sekarang juga sebelum saya semakin muak melihat kehadiran anda."Persetan! Mila melupakan sikap sopan santunnya sebagai menantu kepada mertuanya.Nyonya Kartika mendengus jijik melihat sikap Mila yang sekarang begitu angkuh setelah menjadi istri dari Leon.Lihat saja!Mila berani bermain-main de
Tangis Mila pecah saat melihat tubuh bibinya yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Mila tidak tau kejadian sebenarnya yang terjadi pada sang bibi. Namun yang pasti sesuatu hal yang buruk terjadi menimpa bibinya.Mila mendengar jelas jeritan bibinya melalui sambungan telepon, Mila menelpon mengabarkan jika ingin datang berkunjung ke rumah. Sayangnya Mila belum sempat mengutarakan keinginannya karena sang bibi yang menjerit lebih dulu.Mila panik dan syok hebat, ia teriak histeris memanggil bibinya yang tak kunjung menyahut setelah menjerit tadi.Mila mematikan sambungan telepon dan buru-buru memanggil taksi menuju rumah lamanya. Rasanya semua berjalan begitu cepat hingga Mila tak dapat berpikir lagi saat melihat tubuh bibinya yang tergeletak.Dengan tangan gemetar Mila menelpon Leon yang syukurnya langsung menjawab panggilan telepon Mila di sela-sela kesibukannya. Mila mengatakan semua yang terjadi pada
Enam tahun kemudian....Leon dan Mila beserta kedua anak mereka ikut dalam sesi pemotretan keluarga. Ya, tepat hari ini Liam sudah resmi mempersunting wanita pujaan hatinya.Butuh waktu sampai enam tahun lamanya bagi Liam untuk benar-benar bisa melupakan Mila dan berhasil melabuhkan hatinya pada seorang wanita cantik yang kini sudah resmi berstatus sebagai istrinya.Nama wanita cantik yang telah berhasil mencuri hati Liam itu bernama Leena. Kebaikan hati dan sikap lembutnya mampu meluluhkan hati Liam."Selamat, bro." ucap Leon disusul Mila yang juga memberikan selamat untuk sepasang pengantin yang tengah berbahagia sebagai raja dan ratu malam ini."Terima kasih," sahut Liam dan Leena kompak kemudian turut membalas senyuman.Si kecil Liora, putri bungsu Mila tampak memperhatikan Liam dan Leena. Karena Leena begitu menyukai anak kecil pun turut gemas akan si kecil lucu Liora."Boleh aku gendong?" tanya Leen
Mila meremas ke sepuluh jarinya yang saat ini tengah gugup luar biasa. Ada Leon yang duduk di sisi kanannya dan ada bi Marsiah yang duduk di sisi kiranya. Juga ada pak Utama yang duduk di depannya, ada juga Agnes yang duduk di samping pak Utama.Dan yang paling membuat Mila gugup luar biasa adalah seseorang yang saat ini duduk di kursi roda tengah menatap lekat dirinya. Mila akui jika kini tak ada lagi tatapan tajam yang dilayangkan orang tersebut, melainkan hanya tatapan sendu yang menyorot kesedihan juga penyesalan.Entahlah. Itu yang Mila tangkap dari netra nyonya Kartika. Tapi, apakah benar?Tadinya juga Mila kaget saat suaminya pulang ke rumah bersama Agnes untuk menjemput dirinya."Mom, ingin bertemu denganmu." itulah kata-kata yang diucapkan Leon sebelum Mila bertanya lebih dulu. "Sayang, ada yang ingin Mom katakan.""Hah? Apa?" kaget Mila terlihat bingung.Pertanyaan Mil
Leon berdiri termenung di depan jendela kamarnya yang masih terbuka. Langit sudah mulai menggelap di sertai angin yang cukup kencang, sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.Leon teringat lagi akan pembicaraannya beberapa jam yang lalu dengan sang papa dan adiknya. Pak Utama dan Agnes meminta Leon untuk pulang ke rumah karena nyonya Kartika yang tengah sakit sebulan terakhir ini.Sebenarnya sakitnya nyonya Kartika sudah dari beberapa bulan yang lalu semenjak perjanjian yang dibuat bersama Leon. Semenjak itu keadaan nyonya Kartika semakin drop, dan parahnya sebulan belakangan ini.Nyonya Kartika jarang makan karena seringnya menolak makan, dan kerap kali mengigau menyebut nama Leon dalam tidurnya. Nyonya Kartika bahkan acap kali mengucapkan permintaan maaf berulang kali yang sepertinya ditujukan pada Leon dan Mila.Sebab itulah pak Utama dan Agnes nekat mem
Beberapa bulan kemudian....Hari ini seperti biasanya, Mila terbangun dengan ceria. Setelah mengecup mesra pipi suaminya, Mila beranjak bangun dari ranjang dengan perlahan. Perutnya yang sudah mulai kelihatan sedikit buncit membuatnya lebih berhati-hati lagi dalam bergerak melakukan aktivitas."Sayang...."Langkah Mila terhenti begitu mendengar suara suaminya yang memanggil namanya. Mila membalikkan badan dan terkejut saat mendapati tubuh Leon yang masih terbaring nyaman di ranjang."Astaga, dia mengigau menyebut namaku." gumam Mila menepuk jidatnya pelan.Kemudian Mila segera bergegas beranjak keluar dari kamar sebelum suaminya itu benar-benar terbangun dan menggeretnya untuk kembali tidur di ranjang."Bibi," sapa Mila melihat bi Marsiah ketika ia tiba di dapur.Bi Marsiah menoleh sebentar dan membalas sapaan Mila sebelum kembali fokus pada masakannya.
Leon menatap dingin sang mama yang datang ke rumahnya. Sedangkan Mila dan bi Marsiah tampak ketakutan melihat kedatangan nyonya Kartika.Kata angkuh tentu saja masih tetap melekat di diri seorang nyonya Kartika yang selalu menatap rendah orang miskin.Membandingkan derajat dan kekayaan orang lain, pada akhirnya membuat nyonya Kartika memilih-milih teman untuk bergaul.Begitupun dalam memilih menantu untuk anak-anaknya. Mila jelas jauh dari kriteria menantu idaman yang di impikannya. Sayangnya, putranya Leon begitu sangat mencintai Mila."Ada apa Mama kesini?" tanya Leon to the point atas kedatangan nyonya Kartika ke rumahnya. Terlihat jelas raut wajah tak bersahabat di wajah Leon, karena ia tentunya masih marah atas sikap dan tindakan jahat mamanya.Nyonya Kartika mengumpat dalam hatinya melihat dingin dan datarnya sikap sang anak padanya. Nyonya Kartika vpastilah Mila sudah mengatakan yang seb
Pak Utama dan Agnes tersenyum menyambut kepulangan menantu dan juga besannya. Pak Utama menepuk bangga puteranya yang telah berhasil menemukan dan membawa pulang kedua wanita tersebut.Mila menghambur memeluk pak Utama yang melebarkan kedua tangannya, tangis Mila pecah di pelukan sang papa mertua yang memberikan kecupan sayang di puncak kepalanya.Mila beralih memeluk Agnes, adik iparnya yang sudah ia anggap seperti adik kandungnya sendiri. Sama seperti pak Utama yang sudah di anggap seperti bapak kandungnya sendiri.Dan dari kedua orang itulah Mila seperti kembali merasakan kebahagiaan bersama keluarga. Sayang, masih kurang lengkap. batin Mila sedih kala mengingat kurangnya satu orang lagi yang seharusnya juga melengkapi kebahagiaan ini.Perubahan raut wajah Mila yang tadinya ceria kini terlihat murung kembali. Dahinya mengernyit mengikuti arah pandangan mat
Leon mencengkeram pinggiran sofa usang yang tengah di dudukinya. Amarah begitu kentara sekali tengah meliputi Leon. Barusan saja Mila telah selesai mengatakan semuanya pada Leon.Tentang alasannya mengapa pergi meninggalkan Leon, tentunya karena nyonya Kartika yang jahat.Ya, Mila sudah mengungkapkan betapa jahat dan kejamnya ibu mertuanya. Dan Leon sangat tidak menyangka bahwa ibunya bisa sekelewat itu padanya dan juga Mila.Mengapa bisa mamanya malah berniat memisahkan dirinya dengan Mila. Ternyata mamanya tidak pernah menyetujui serta tidak merestui hubungan mereka. Dan parahnya, Leon baru mengetahui ini, itu pun dari mulut Mila dan butuh beberapa waktu untuk mengatakan padanya.Melihat amarah Leon yang jelas terlihat membuat Mila tak tenang. Mengambil inisiatif untuk menenangkan sang suami, Mila menyentuh lengan Leon yang langsung bereaksi menoleh padanya.Amarah Leon sedikit mereda ketika
Sejauh apapun kau melangkah, nyatanya kau tetap akan kembali padaku. Ke dalam pelukanku.Begitulah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan situasi yang membahagiakan ini.Tuhan telah mendengar dan mengabulkan doa-doa Leon yang meminta untuk kembali dipertemukan oleh Mila.Leon melangkah perlahan mendekati Mila yang tampak mengawasinya. Leon takut jika Mila menghindar dan langsung kabur darinya, tapi syukurlah sampai Leon berhasil mendekat dan kini berdiri di hadapannya Mila masih tetap di posisinya saat ini.Tersenyum hangat Leon menatap sang istri yang hanya berdiam diri seperti patung."Mila."Seperti sihir bagi Mila yang langsung menatap tepat ke manik hitam milik Leon. Suara ini ... Oh, Mila sangat merindukannya.Sebulan sudah mereka berpisah karena keadaan yang memaksa. Dan sebulan itu pula mereka berdua merasa sangat tersiksa, satu bulan rasanya s
Leon sangat tidak menyangka sekali jika kata-kata itu yang akan keluar dari mulut Mila. Kata-kata yang sangat dilarang sekali hadir di kehidupan rumah tangga mereka yang selama ini baik-baik saja. Lalu langsung berantakan hanya dalam waktu sekejap.Apakah ini karena kedatangan mamanya ke rumahnya? Baru satu kali tapi kenapa langsung menjadi kacau begini?Dan, astaga! Kenapa juga bisa-bisanya Leon berpikiran buruk seperti itu? Ya Tuhan!"Apa ini karena Mamaku?" tanpa sadar Leon melemparkan pertanyaan seperti itu pada Mila yang tercekat.Ingin sekali rasanya Mila meneriakkan dengan lantang kata. "Ya, ini semua karena Mamamu. Ini semua karena ancaman Mamamu yang memintaku untuk memilih diantara kamu atau bibiku."Namun semua itu tak mampu Mila ucapkan. Mila sedikit ragu, ketika ia melantangkan kata-kata itu, apakah Leon akan langsung percaya padanya?Dan jawabannya tentu saja tidak