Ponsel Mila berdering terus tak mau berhenti. Namun Mila tetap enggan untuk mengangkat panggilan telepon tersebut. Tanpa perlu melihatnya Mila sudah tau, jika yang menelpon adalah Liam.
Ini sudah seminggu semenjak insiden memalukan yang dilakukan Liam dan Leon waktu itu. Dan selama seminggu itu pula Mila kembali berdiam diri di dalam rumah, tak membuka warung makannya.
Mila bersyukur karena ia menggaji para pekerjanya perhari, sehingga tak memberatkan baginya jika ingin tutup dan buka warungnya kapan saja.
Mila sengaja melakukan itu karena ia takut jika Liam dan Leon kembali mengusiknya dan membuat keributan.
Drttt....
Ponsel Mila kembali berdering, kali ini mengambil ponselnya yang tergeletak di ranjang kecilnya dan langsung melihat nama sih penelpon.
Panggilan dari nomor baru tak di kenal. Siapa? batin Mila bertanya-tanya.
"Hallo?" ucap Mila m
Mila berusaha mendorong dada Leon agar ciuman mereka terlepas. Ingatannya kembali saat Leon muntah tadi dan Mila menjadi mual."Kenapa?" tanya Leon sendu saat Mila turun dari atas pangkuannya.Mila gugup dan berusaha mencari-cari alasan, perasaan canggung dan malu kembali memenuhi dirinya setelah ciuman ganas mereka tadi."Teh hangatnya diminum lagi biar enakan, Tuan." Mila kembali mengambil gelas berisi teh hangat buatannya tadi yang hampir mulai dingin."Ayo, keburu dingin," bujuk Mila. Sementara Leon tak merespon dan menatap tajam Mila.Ada sesuatu yang salah dalam kata-kata Mila barusan. Sesuatu yang sudah Leon peringatkan bahwa ia tidak suka cara bicara Mila yang kaku dan juga formal padanya.Sepertinya Mila juga menyadari kesalahannya hingga ia buru-buru meralat ucapannya. "Maaf, aku kelupaan.""Sekali lagi kamu panggil saya Tuan, maka saya akan tidurin kam
"Oh, wow!" seruan Leon dengan wajah berbinar geli dan bahagia.Mila menatap kesal pada Leon yang bisa-bisanya bicara seperti itu. Apa pria itu sudah gila? Bukannya marah, eh, ini malah kesenangan. batin Mila menggerutu.Bi Marsiah yang mendengar itu pun juga terkaget-kaget dan keheranan. Padahal ia sempat meragukan reaksi Leon apabila mendengar usulannya ini."Bibi, kenapa jadi panjang gini, sih? Pakai bilang nikah segala lagi. Bibi, ingat dong kalau nikah tuh gak main-main loh.""Iya, memang benar. Nikah itu gak main-main, makanya Bibi nyuruh kalian berdua buat nikah aja sekalian. Kan, kalian juga udah sama-sama.""Bibi!" jerit Mila frustasi, "Bibi kenapa sih? Lebay deh, kan, tadi Mila bilang kalau kejadian di kamar mandi Leon itu karena ketidaksengajaan. Leon ya memang ngelihat tubuh telanjang aku, tapi bukan berarti kami melakukan sesuatu yang seperti Bibi pikirkan.""L
"Maafkan aku, Bibi." gumam Mila terisak pelan. Mila mengusap lembut rambut bibinya."Bibi," panggil Mila pelan membangunkan bi Marsiah yang menggeliat dan membuka kedua matanya."Mila!" pekik bi Marsiah senang. "Kamu sudah tidak marah lagi sama Bibi, ndok?"Mila diam tak menjawab pertanyaan sang bibi. Mila duduk di samping bibinya dan menggenggam tangan bi Marsiah."Mila mana mungkin bisa marah sama Bibi, hanya saja Mila sedikit kesal. Kenapa Bibi bisa mengusulkan ide seperti itu?""Ya karena Tuan Leon sudah melihat tubuh telanjang kamu.""Memangnya kenapa dengan itu, Bi? Dia cuma ngelihat kan? Toh, Mila sama Tuan Leon tidak melakukan hal gila seperti berhubungan layaknya suami-istri kan?""Tapi, tetap saja Mil—""Alasan itu lagi?" sela Mila yang di angguki sang bibi."Bibi, kita tidak bisa terus-terusan terpaku pada alasan semacam
Di ujung tangga seorang wanita muda menatap nyonya Kartika dengan sangat kecewa dan juga bercampur sedih.Agnes menyayangkan sikap dan tindakan mamanya yang begitu kejam. Tapi ia juga merasa ikut sedih melihat tangisan mamanya yang terdengar begitu memilukan.Pastilah mamanya juga merasa terpukul dengan keputusan sang kakak yang tetap gigih dengan keinginan dan pendiriannya untuk tetap menikahi wanita yang bernama Mila. Wanita yang katanya dari kalangan bawah, seperti itulah sang mama memanggilnya.Tapi walau bagaimanapun juga itu sudah keputusan kakaknya, Leon. Agnes setuju-setuju saja asal kakaknya bahagia bersama pendampingnya kelak.Agnes tadi menelpon Leon dan mengatakan keributan yang terjadi di rumahnya. Tidak, lebih tepatnya kemarahan sang mama yang mengamuk hebat pada bi Marsiah.Tadinya Agnes hanya diam menyaksikan sambil berharap semoga cepat berakhir. Tapi begitu melihat bi Marsiah
Dada Mila berdebar hebat mendengar ucapan Leon barusan yang terdengar sungguh-sungguh. Tapi, apa mungkin?Apakah pria ini benar-benar serius? batin Mila bertanya-tanya.Sesekali diliriknya Leon yang tengah fokus menyetir. Wajah pria di sampingnya ini tampan, apalagi jika dilihat dari jarak cukup dekat seperti ini.Mila tersenyum sembari masih menatap pria disampingnya. Astaga, kenapa dia jadi terlihat seperti mengaggumi pria ini."Kenapa kamu terus melihatku?"Mampus! batin Mila.Ternyata Leon tau kalau Mila sedang melihat, memperhatikan bahkan mengagguminya."Geer!" cibir Mila menyangkal pertanyaan Leon. "Siapa juga yang ngelihatin kamu? A-aku ngelihat jalanan juga.""Oh gitu, tapi ngelihatnya kenapa harus dari sini?" Leon menunjuk sekilas kaca jendela mobil di sampingnya dengan jari jempolnya."I-iya karena pemandangan di sebelah
Mila mendorong dada Leon cukup kuat hingga ciuman mereka berdua terlepas. Leon menatap sayu Mila yang menggelengkan kepalanya."Gak mungkin," gumam Mila merasa tak percaya dengan ungkapan cinta yang Leon katakan barusan.Leon merangkum wajah cantik Mila dan tersenyum. "Kenapa gak mungkin, hmm?""Ya, aneh aja. Kita belum lama mengenal dan saling bertatap muka. Selebihnya banyak kita habiskan menulis note saat menjadi majikan dan pembantu."Leon tertawa kecil, merasa geli bila mengingat tingkah konyol mereka dulu."Modern maid,tapi jadul. Gimana jadinya?""Hah?" Mila menganga mendengarnya."Itu tidak penting, karena yang terpenting sekarang adalah kita berdua. Masa depan kita yang cerah." Leon menoel hidung kecil dan mancung Mila."Mila, aku serius dan sungguh-sungguh dengan kata-kataku. Bahwa aku jatuh cinta sama kamu. Apa kamu juga
Beberapa bulan kemudian....Hari yang dinanti Leon dan Mila tiba, tepat hari ini Leon mempersunting sang wanita pujaan. Beberapa saat yang lalu telah dilangsungkan prosesi janji suci pernikahan, Leon dan Mila telah resmi menjadi sepasang suami-istri.Banyaknya tamu yang hadir pun turut meramaikan acara pernikahan mereka. Tak tanggung-tanggung, Leon bahkan mengundang para awak media untuk turut meriahkan acara, juga diperbolehkan untuk memfoto dan merekam setiap momen saat acara berlangsung yang bertujuan untuk mengabadikan setiap momen itu sendiri. Padahal Mila sudah meminta dan bahkan merengek pada Leon untuk tidak menghadirkan para awak media di acara pernikahan mereka. Mila beralasan jika nantinya Leon pasti akan merasa malu saat para awak media menyebarkan berita jika Leon menikah dengan mantan pembantunya sendiri. Tapi Leon dengan pongahnya mengatakan tak peduli, mau bagaimanapun istrinya Leon tetap mencintai Mila.Namun
Brakkk.Mila menggebrak meja yang ada di depannya dengan cukup kuat. Memberanikan dirinya Mila membalas tatapan mata nyonya Kartika tak kalah tajamnya."Saya tidak takut dengan ancaman anda, Nyonya." kata Mila yang kembali bicara formal. Bahkan Mila enggan memanggil ibu mertuanya dengan sebutan mama."Saya tidak akan memilih salah satu diantara mereka berdua. Karena suami dan Bibi saya terlalu berharga untuk di gantikan dengan keegoisan anda."Sebelah alis nyonya Kartika terangkat, "kau yakin?""Ya!" sahut Mila mantap. "Sebaiknya anda pergi sekarang juga sebelum saya semakin muak melihat kehadiran anda."Persetan! Mila melupakan sikap sopan santunnya sebagai menantu kepada mertuanya.Nyonya Kartika mendengus jijik melihat sikap Mila yang sekarang begitu angkuh setelah menjadi istri dari Leon.Lihat saja!Mila berani bermain-main de