Share

Misteri Rumah Di Ujung Jalan
Misteri Rumah Di Ujung Jalan
Author: Novita

1. Rumah Baru

Author: Novita
last update Last Updated: 2023-07-24 15:51:14

Akhirnya Saka menemukan rumah kontrakan yang sesuai keinginanya. Rumah minimalis modern yang letaknya di sebuah perumahan yang tak cukup padat. Akses ke jalan raya pun sangat mudah apalagi di sekitar perumahan ada sebuah supermarket yang menjual kebutuhan sehari-hari. Setelah melunasi pembayaran rumah Saka pun mengangkut barang-barangnya dari tempat tinggal lamanya yang letaknya cukup jauh dari tempat barunya. Disini Saka ingin membuka lembaran baru dan melupakan masa lalunya yang tak mengenakan.

Saka mengangkat kedua tangannya meregangkan otot-otonya yang terasa lelah karena seharian sibuk berkemas.

“Udah mau di tempatin ini, Mas?” sapa seorang laki-laki berseragam yang tiba-tiba berdiri di hadapannya.

“Iya, Pak,” jawab Saka sambil mendongakkan melihat ke arah seseorang yang menyapanya.

“Oh iya ngomong-ngomong Bapak sibuk enggak? kalau boleh bisa bantu saya beres-beres. Soal ongkos Bapak tenang aja,” ucap Saka tanpa basa-basi pada seorang laki-laki yang baru di temuinya.

“Boleh, Mas. Lumayan buat tambahan beli rokok sama pulsa. He... he," jawabnya dengan ramah dan penuh semangat karena mendengar tawaran dari Saka. Laki-laki berseragam itu mengibaskan tangannya agar bersih. "Sebelumnya kita kenalan dulu. Nama saya Senin,” ucap lelaki itu sambil mengulurkan tangannya pada Saka.

Saka menatap wajah Pak Senin dengan heran. “kenapa Mas, ada yang aneh dengan saya?” tanya Pak Senin karena melihat ekspresi wajah Saka setelah memperkenalkan diri.

“Berarti Bapak lahirnya hari senin ya?” ucap Saka percaya diri

“Enggak,” sahut Pak senin cepat. “kata Ibu, saya lahirnya hari jumat. Memang kenapa, Mas?”

“Aneh.” Gumamnya. “Oh iya perkenalkan nama saya Saka,” ucapnya sopan sambil menundukkan badan.

“Mas Saka kayak opa-opa korea.”

Saka mengerutkan wajahnya mendengar komentar Pak Senin.

“Apa yang bisa saya bantu ini?” tanya Pak Senin sambil kepalanya celingukkan melihat barang- barang Saka yang masih berada di dalam truk.

“Turunin aja semua, Pak. Habis itu baru kita beresin," ucap Saka memberitahu Pak Senin.

“Siap,” jawabnya seperti menerima perintah komandan.

Tak perlu menunggu instruksi Saka selanjutnya, Pak Senin pun bergegas menurunkan barang-barang dari dalam truk dan memasukkan ke dalam rumah Saka.

“Mas Saka,” tiba-tiba suara Pak Senin memanggilnya.

“Iya, Pak.” Saka pun langsung keluar rumah dengan peluh yang membasahi keningnya.

“Ada apa, Pak," tanyanya dengan tergopoh-gopoh.

“Ini ada Pak Dirga,” ucap Pak Senin sambil menunjuk kearahh seorang lelaki setengah baya.

“Siang, Pak,” sapa Saka dengan ramah.

Lelaki itu hanya menganggukkan kepalanya. “Perkenalkan saya Dirga ketua RT di sini," ucapnya.

Sepertinya orang ini belagu. Batin Saka.

“Oh iya, Pak. Saya Saka sebelumnya mohon maaf saya belum ke rumah Bapak. Seperti Bapak lihat saya baru aja pindahan,” jawab Saka dengan tak enak hati.

“Santai saja, lagian tadi enggak sengaja lewat sini. Terus lihat rumah ini kok sudah ada penghuninya.”

“Iya, Pak nanti kalau sudah selesai saya langsung ke rumah Bapak.”

“Kalau Mas Saka repot titipkan saja sama Senin. KTP sama kartu keluarga saja untuk data.”

“O gitu ya Pak,” jawab Saka mengerti dengan keterangan Pak Dirga.

“Iya sudah silahkan di lanjut beres-beresnya. Oh iya satu lagi pesan saya, Mas Saka jangan sekali-kali masuk pekarangan rumah nomor tiga belas ya di komplek ini.”

"Rumah nomor tiga belas," tanya Saka karena merasa aneh dengan aturan yang baru saja di dengarnya dari Pak Dirga.

“Iya, Pak,” Jawab Saka sambil mengeryitkan dahinya.

***

Aroma mie instans menyeruak di dapur rumah Saka. Karena kelelahan menurunkan barang, Saka tertidur di ruang tamu. Barang-barang yang tadi ia turunkan bersama Pak senin pun masih berantakan dan berserakan dimana-mana. Bahkan Saka tak tahu kapan Pak Senin pulang. Kalau saja perutnya tak protes minta di isi mungkin Saka lebih memilih tidur hingga pagi.

Akhirnya tak butuh waktu lama semangkok mie pun tandas tak bersisa di lahapnya. Setelah merasa kenyang, Saka pun duduk di balkon kamarnya. Tak lupa secangkir kopi menemaninya duduk bersantai sambil menikmati suasana baru rumahnya. Tiba-tiba Saka teringat ucapan Pak Dirga tadi siang. Sebenarnya ada apa dengan rumah nomor tiga belas di ujung jalan itu. Kenapa Pak Dirga melarangnya datang ke rumah itu.

Mungkin memang sudah menjadi tradisi kalau angka tiga belas di anggap angka sial. Padahal aku sendiri suka dengan angka itu. Menurutku angka tiga belas itu unik. Saka melirik jam di rumahnya. Masih jam segini mataku juga belum ngantuk. Dari pada aku bengong mending cari aja Pak Senin . Gumam Saka. Saka pun melangkahkan kakinya keluar rumah menuju pos dimana Pak Senin berjaga.

Namun sampai di sana ternyata tak ada satu orang pun, bahkan Pak Senin yang harusnya bertugas di pos pun tak nampak batang hidungnya.

Kemana Pak Senin ya? udah aku buatin kopi malah enggak ada. Mana tadi lupa enggak minta nomor ponselnya,'Saka terus saja menggerutu karena kelalaiannya.

Saka pun duduk di bangku panjang yang berada di pos tersebut. Semilir angin malam ini membuat mata menjadi ngantuk, bahkan kopi yang di minum Saka tadi tak menimbulkan efek sama sekali. Sekuat tenaga Saka menahan rasa kantuk yang menyerangnya.

“Mas Saka, ngapain di sini?” Saka pun tersentak mendengar suara yang tiba-tiba muncul di belakangnya.

“Pak Senin bikin jantungan aja. Ini saya mau nganter kopi buat Bapak,” jawabnya sambil menyodorkan sebuah termos kecil.

“Wah, Mas Saka ini memang baik orangnya. Kebetulan stok kopi di sini sudah habis.”

“Iya udah cepat di minum keburu dingin.”

“Ngomong-ngomong ini kopi enggak ada temannya, Mas?” tanya Pak Senin sambil menaikkan alis kanannya.

“Ye... di kasih hati minta ampela. Pak Senin kan tahu saya baru aja pindahan, belum sempat belanja apa-apa. Tadi saja saya cuma makan mie instan Lagian Bapak juga pulang enggak pamit tadi.”

“Mas, tadi waktu saya mau pulang. Saya lihat Mas Saka tidur, mana ngorok kenceng banget. Mau bangunin enggak tega. Jadinya saya langsung pulang aja.”

“Iya, saya paham kok. Pak. Pak Senin punya saudara atau siapa gitu yang butuh kerjaan,” tanya Saka.

“Memang Mas Saka lagi cari pegawai?” tanya Pak Senin sambil menyeruput kopinya.

“Saya butuh asisten rumah tangga.”

“Coba nanti saya tanya orang-orang di sini.”

“Tapi saya maunya yang jujur. Jangan sampai nanti saya tinggal kerja barang-barang saya habis di bawa pergi.”

“Siiip... beres kalau soal itu.”

Mereka berdua pun asik ngobrol hingga tak terasa hari mulai pagi. Saka pun akhirnya pamit karena masih harus melanjutkan beres-beres rumahnya.

Related chapters

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   2. Ada Apa Dengan Rumah Itu

    Mobil Saka melaju dengan cepat melintasi jalan yang tak begitu ramai menuju tempat kerjanya. Hari ini Saka mulai masuk kerja di tempat yang baru. Perusahaannya memindahkannya dari tempat kerja lamanya, dengan alasan cabang baru butuh Saka untuk mengelolanya.Saka duduk di ruang meeting, menunggu karyawan lain yang belum datang. Tak ada yang salah kenapa Saka harus menunggu, karena memang belum jam masuk kantor. Saka belum hapal jalan menuju tempat kerjanya yang baru. Saka sengaja berangkat lebih awal dari rumahnya. Saka tak menyangka kalau ternyata jalan yang harus dilaluinya tak seperti di tempat kerjanya yang dulu. Pagi, Pak,” sapa seorang perempuan cantik padanya.“Pagi,” jawab Saka tanpa melihat ke arah yang menyapanya. Saka masih saja asik menatap laptopnya.“Apa benar ini Pak Saka?” tanya perempuan itu ragu.Seketika Saka menghentikan pekerjaanya. Matanya pun langsung melihat ke arah suara yang menyapanya. “Kamu siapa?” tanyanya dingin. “Saya Ayu, saya admin di sini,” sambil me

    Last Updated : 2023-07-24
  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   3. Perempuan Di Rumah Kosong

    Saka memang bukan orang yang suka mengurusi hal yang tidak ada sangkut paut dengan dirinya. Namun jika ia merasa ada sesuatu yang janggal menurutnya, ia akan mencari tahu apa jawabannya. Begitu pun dengan aturan yang berlaku di komplek perumahan tempat tinggalnya. Bagi Saka larangan untuk tidak datang ke rumah nomor tiga belas sangat tak masuk akal. Apalagi selama ia menempati perumahan itu tak ada kejadian apapun yang di alaminya. Kebetulan hari ini hari libur, Saka juga tak ada janji dengan siapapun. Untuk mengisi waktunya ia memilih lari pagi mengitari komplek perumahannya. Setelah bersiap dengan style olah raganya, Saka pun berjalan perlahan berkeliling lingkungan sekitarnya. Langkahnya pun terhenti tepat di depan rumah kosong di ujung jalan. Pandangannya tertuju pada sosok seorang perempuan yang sedang menyirami tanaman di depan rumah. Perempuan itu pun melihat ke arah Saka, dia pun tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Dengan ragu Saka membalas senyuman perempuan itu. Belu

    Last Updated : 2023-07-24
  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   4. Tentang Tanya

    “Saya perhatikan akhir-akhir ini Mas Saka murung. Memang ada masalah ya di kantor?” celetuk Pak Senin. “Enggak ada, Pak. Semua berjalan lancar sesuai harapan saya,” jawab Saka tanpa melihat ke arah Pak Senin yang mengajak bicara.Pak Senin pun diam tak berani bertanya lebih jauh lagi pada Saka. Hanya terdengar deru nafas mereka berdua. Bahkan kopi di cangkir saka pun sudah mulai dingin. “Pak, saya tahu Bapak orang baik. Makanya saya percaya.”Mendengar perkataan Saka, Pak Senin pun sontak menengok ke arahnya. “Syukurlah kalau Mas Saka menilai saya seperti itu. Tapi tumben enggak ada angin enggak ada hujan kenapa Mas Saka muji saya?” Saka tak begitu mempedulikan perkataan Pak Senin barusan. “Pak, waktu saya lewat di depan rumah yang katanya tak boleh di kunjungi, saya melihat seorang perempuan.”Mata Pak Senin seketika langsung terbelalak, wajahnya pun langsung pucat dan dia beringsut dari tempat duduknya. “E--- Mas Saka salah lihat kali,” sanggah Pak Senin mendengar perkataan S

    Last Updated : 2023-07-24
  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   5. Tanpa Kata

    Di sebuah taman Saka menghabiskan akhir pekannya kali ini. Sesekali ia menatap beberapa anak kecil yang berlarian bermain bersama. “Ini nomor siapa ya? tiba-tiba aja tanya kabar. Arunika. Enggak mungkin. Tapi kenapa tiba-tiba aku ingat dia.” Saka masih penasaran dengan nomor yang mengirim chat padanya. Ngapain Arun chat lagi? Dia kan udah pergi tanpa pamit.”“Arun cuma nitip pesan sama Tante supaya kamu melupakan dia. Katanya dia mau fokus sama kerjaannya.”“Tapi kenapa mendadak begini, kemarin waktu kita ketemu dia enggak ngebahas apapun.”“Maafkan Tante, Ka. Untuk kali ini Tante enggak bisa bantu kamu. Sebelum dia berangkat Tante juga udah ngomong supaya nemuin kamu dulu, tapi katanya enggak usah.”Saka terduduk lemas. Saat ini ia benar-benar tak bisa berpikir jernih. Separuh jiwanya pergi begitu saja. Hubungannya dengan Arunika selama ini ternyata sia-sia.“Ini ada titipan dari Arun,” ucap Tante Sarah sambil menyerahkan sebuah bingkisan kepada Saka.“Buuuk.” Sebuah bola mengenai Sa

    Last Updated : 2023-07-24
  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   6. Tak Semanis Gula Kacang

    Rumah Baru Arunika.Setoples gula kacang menemani Arunika menikmati waktu senggangnya hari ini. “Mau kamu habiskan gula kacang sebanyak itu?” tegur  Mama yang melihat Arunika tak berhenti mengunyah sedar tadi.Arunika hanya melirik Mamanya, tanpa mempedulikan ucapannya, karena dia terus asik menikmati gula kacang yang masih tersisa di tangannya.             “Ma, kenapa hidup kita enggak semanis gula kacang?” tanya Arunika sambil mengambil gula kacang di toples yang masih dipegangnya.            “Maksud kamu bicara seperti itu apa? Tiba-tiba mengumpamakan hidup dengan  gula kacang,” ucap Mama menanggapi pertanyaan Arunika. Lagian enggak biasanya kamu seperti ini,” tanya Mama heran karena mendengar pertanyaan Arunika.            “Iya, dari pada enggak ada bahan omongan. Tapi benar kan Ma dengan apa yang aku katakan. Buktinya dari kecil aku sama Mama selalu susah. Coba Mama bayangkan kalau hidup itu seperti gula kacang dari awal sampai akhir selalu manis enggak a

    Last Updated : 2023-08-05
  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   7. Tentang Mimpi

    Kantor Saka            Saka tak fokus dengan pekerjaannya hari ini, berkali-kali Ayu harus mengingatkan Saka tentang pertanyaan yang di ajukan karyawannya.            “Maaf, hari ini saya agak kurang enak badan. Bagaimana kalau meeting kita lanjutkan lain kali saja,” usul Saka yang wajahnya terlihat sangat lelah.            “Baik, saya rasa enggak masalah, Pak. Lagian tadi kita sudah menemukan beberapa solusinya. Tinggal memantapkan saja,” ujar Ayu.Saka pun langsung meninggalkan ruang meeting. Sampai di ruangannya Saka langsung menegak habis segelas air putih yang biasa di sajikan oleh office boy di kantornya.            Mimpi yang dialaminya memang sangat mengganggu pikirannya. Perempuan itu mirip sekali dengan Arunika, tapi Saka yakin itu bukan Arunika. Lalu apa maksud dari perkataannya. Kalau aku yang akan membuka tabir rahasia yang selama ini di tutupi. Rahasia tentang apa? Saka benar-benar di buat bingung dengan mimpinya.TOK! TOK! terdeng

    Last Updated : 2023-08-07
  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   8. Kecurigaan Saka

    Tak seperti biasanya, Saka langsung menuju dapur membuat minumannya sendiri. Asih hanya terdiam melihat Saka, dengan ujung matanya Asih melirik Pak Saka yang sedang mengaduk minumannya. Asih pun segera memalingkan wajahnya, karena takut Pak Saka melihatnya jika sedang memperhatikan tingkah lakunya.“Kopinya sudah saya tarok dimeja, Pak,” ujar Asih.“Saya lagi enggak pingin minum kopi,” sahut Saka singkat. Asih memilih diam dia benar-benar bingung apa yang harus dilakukannya. “Sarapan Bapak juga sudah siap,” ujar Asih mengalihkan pembicaraan karena bingung melihat sikap Saka.“Kamu makan saja, saya juga enggak pingin sarapan.”DEG! Detak jantung Asih terasa berhenti mendengar jawaban Saka. “E... kalau Bapak enggak selera dengan masakan saya, nanti bisa saya buatkan yang lainnya,” usul Asih. Seketika Saka terdiam mendengar perkataan Asih.“Boleh juga ide kamu. Kalau gitu buatkan saya roti isi saja,” ucap Saka.Asih pun segera membuatkan roti sesuai permintaan Saka, tak butuh wakt

    Last Updated : 2023-08-11
  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   9. Senyum Yang Sirna

    Dirumah Arunika“Ma,” ucap Arun sambil memijat pundak Mamanya.“Tumben kamu di rumah,” tegur Mama sambil mengelus tangan Arun.“Sekali-kali boleh ‘kan Ma. Ada yang mau Arun sampaikan ke Mama,” ucap Arun.Arun pun duduk di samping Mamanya. “Apa ada hal penting yang mau kamu sampaikan. Enggak biasanya kamu seperti ini,” ucap Mama datar.Arun tahu apapun yang Arun lakukan tidak akan pernah membuat Mama senang. Walau Arunika sudah berusaha sekuat tenaga. Karena yang di inginkan Mama selama ini hanya Kak Nanda bukan Arunika anak yang hanya membawa kesedihan dan kesengsaraan dalam hidup Mama. Tapi apapun perlakuan Mama Arunika tak akan merasa sakit hati. Arunika sudah sangat berterima kasih Mama masih mau merawatnya hingga hari ini. Bahkan perjuangan Mama membesarkannya tak akan pernah Arun lupakan. Sebagai anak Arunika tahu mengapa Mama bisa seperti ini.“Apa kamu dapat kabar tentang Nanda?’ tanya Mama yang membuyarkan lamunanku.Benar dugaan Arunika Mama pasti mengira kalau Arunika akan m

    Last Updated : 2023-08-15

Latest chapter

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   38. Kematian Mayla

    Saka pun segera menghubungi Arunika setelah mendengar kabar dari Asih. Arun pun segera mengirim pesan kepada Bagas agar segera menyusulnya ke rumah Saka. “Mau kemana kamu malam –malam begini?” tanya Bu Erika yang melihat Arunika membawa tasnya. “Arun ada urusan Mama nanti kalau sudah saatnya Mama juga akan tahu,” jawabnya dan bergegas meninggalkan Mamanya. “Ini anak semakin hari semakin aneh pasti dia pergi sama Bagas,” gerutu Mamanya. “Sabar, Bu. Mungkin Mbak Arun memang ada kepentingan mendadak,” sahut Bu Ijah yang berusaha menenangkan Bu Erika. “Kita lanjutin aja buat kuenya, Bu nanti keburu malam dan enggak selesai. Pesanannya kan di ambil pagi.”Bu Erika pun menuruti kata Bu Ijah, ia pun kembalkhiri ke dapur melanjutkan kerjaannya yang belum selesai. “Cepat sedikit, Pak,” ucap Arun pada sopir taksi. “Enggak berani Mbak ini jalannya ramai.” Arun nampak gelisah berkali-kali ia mengecek ponselnya. Semoga aja

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   37. Rahasia Pak Dirga

    “Ayolah, Mas mending kamu jujur aja mau sampai kapan kamu hidup seperti ini dihantui rasa bersalah. Aku tahu ada hal yang kamu rahasiakan,” desak Asih. Karto hanya diam mendengar ocehan Asih. Memang benar apa yang dikatakan Asih Karto sudah bosan hidup seperti ini, setiap hari selalu di kejar ketakutan. Apalagi ia merasa Mayla selalu menghantuinya. Andai dulu aku tak mengikuti kemauan Dirga tentu semua tak akan seperti ini. Batin Karto. “Siapa yang menyuruhmu sebenarnya?” tanya Karto perlahan. “Mas Karto enggak usah banyak tanya, intinya Mas mau enggak bantu aku dan menjelaskan tentang rumah kosong itu.”Karto menghembuskan nafas dengan kasar. “Aku tak tahu dimana Pak Dirga, karena aku juga sedang mencarinya. Kalau tentang Mayla.” Karto terdiam tak melanjutkan perkataannya matanya menyapu semua sudut rumahnya. “Pak Dirga adalah orang yang di percaya Mayla untuk menjaga rumahnya termasuk istrinya, tapi entah setan apa yang merasuki Pak Dirga saat i

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   36. Bujukan Asih

    Taksi yang di tumpangi Asih berhenti di sebuah rumah yang bangunannya terlihat sangat sederhana. Perlahan Asih pun turun dan mengamati rumah yang sedari kecil di tinggalinya. Suasana terlihat sangat sepi seperti tak berpenghuni. Apa Mas Karto sedang pergi ya. Kenapa asepi sekali. Monolog Asih. Asih pun berjalan kembali ke taksi yang ia tumpangi tadi. “Pak, apa sebaiknya Bapak tinggalkan saya saja? Karena saya takut akan lama nanti,” ucap Asih pada sopir taksi tersebut. “Tapi tadi Pak Saka pesan kalau saya harus nunggu, Mbak,” jawab Sopir tersebut.Asih terdiam mendengar jawaban Sopir tersebut. Asih nampak berpikir keras mmencari cara supaya sopir tersebut tak di ketahui Karto. “Gini aja, Mbak. Ini kartu nama saya di situ udah tercantum nomor telepon saya, nanti kalau urusan Mbak sudah selesai, Mbak tinggal hubungi saya.” “Bapak mau kemana?” tanya Asih stelah menerima kartu nama Pak Sopir tersebut. “Saya mau cari w

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   35. Cerita Kita

    “Nach itu Winda,” tunjuk Asih yang melihat Winda dari kejauhan. “Akhirnya datang juga pesenanku,” celetuk Bagas. “Maaf, Mas lama,” ucap Winda begitu berdiri di hadapan Bagas. “Kamu ambil piring, Sih di belakang,” pinta Arun pada Asih. “Baik, Mbak sama saya mau buat munuman sekalian.”Asih pun langsung berjalan ke dalam toko, tanpa di minta Winda segera mengekor di belakangnya. “Asih,” panggil Winda berbisik karena takut Bagas atau Arunika mengikutinya. “Ngapain kamu ngikutin saya?” tanya Asih heran melihat Winda sudah berdiri di belakangnya. “Mau bantuin kamu, lagian dari pada jadi obat nyamuk aku juga enggak ngerti apa yang di bicarakan Mbak Arun sama Mas Bagas mendingan aku ikut kamu,” jawab Winda.Mereka berdua pun membuat minuman dan menyiapkan beberapa roti dan gorengan yang di beli Winda tadi di warung Bu Surti. “Silahkan, Mbak, Mas,” ucap Asih sambil meletakkan minuman dan makanan.D

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   34. Ide Bagas

    Arunika menceritakan semua rasa penasarannya tentang rumah kosong di perumahan dekat toko roti miliknya. Bahkan tentang mimpi yang di alami Saka dan dirinya. Awalnya Dika tak percaya karena Dika mengira Arunika hanya menghayal karena terobsesi ingin menemukan Kakanya. Namun setelah Arun menemukan bukti foto-foto di rumah kosong itu Dika mulai mempercayai kecurigaan Arunika terhadap Pak Dirga. “Aku kehilangan jejak Pak Dirga, makanya aku bingung,” keluh Arun dengan suara lirihnya. “Apa dia tak punya sanak keluarga yang bis kita mintai keterangan?” tanya Dika. “Kenapa kita enggak kepikiran hal itu dari awal, setidaknya kita bisa tanya sama Pak Senin atau Asih tentang Pak Dirga,” imbuh Bagas sambil menepuk keningnya. “Dik, apa Nanda pernah menceritakan sesuatu atau mungkin berkeluh kesah tentang keadaannya?” tanya Ayu sambil menatap Dika seolah meminta mengingat sesuatu hal sebelum Nanda menghilang.Dika terdiam wajahnya nampak serius mengi

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   33. Dia Adalah Perempuan Itu

    “Kamu mau kemana, Run pagi-pagi gini. Lagian bukannya toko buka jam sembilan,” tegur Mama Arunika ketika melihat Arun sudah rapi. “Arun ada perlu Bu mau pergi sama Bagas. Hari ini kayaknya Arun juga enggak akan sempat ke toko. Mama tenang aja udah ada Winda sama Asih, mereka bisa di andalkan kok,” jawab Arunika. “Kamu itu bukannya nyari Kakakmu tapi sibuk aja dengan Bagas.”Arunika memejamkan matanya sambil membelakangi Mamanya mendengar perkataan Mamanya hatinya begitu sakit jelas sekali Mamanya selama ini hanya memikirkan Kakaknya. Ma andai Mama tahu selama ini usahaku mencari Kak Nanda. Bahkan aku pergi dengan Bagas pun karena Kak Nanda. Sampai Bagas yang bukan keluarga kita mau bantu mencari kak Nanda karena dia tahu gimana perlakuan Mama ke aku. monolog Arunika. “Belum saatnya Arun menjelaskan apa yang Arun lakukan sama Bagas Ma. Karena selama Kak Nanda belum di temukan Arun akan selalu salah di mata Mama.” “Kamu marah sama Mama?”

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   32. Titik Terang

    “Itu mobil Mas Saka,” ucap Pak Senin sambil menunjuk ke arah mobil yang berjalan menuju ke arahnya.Mobil pun berhenti tak lama Saka dan Ayu turun dari dalam mobil. Ayu pun tersenyum ramah pada mereka bertiga. “Hai, Run apa kabar?” sapa Ayu ramah begitu melihat Arunika ada di sana.Bagas langsung melihat ke arah Arunika. “Hai, Yu. Kabar aku baik, kalian dari mana?” tanya Arunika berusaha mencairkan suasana. “Dari kantor, aku sekalian mau ambil berkas buat besok. Katanya Pak Saka besok berangkat telat,” jelas Ayu. “Kalian udah lama nunggu aku?” “Udah lah, Mas sampai saya habis kopi dua gelas terus makan roti dari toko Mbak Arun sampai puas,” jawab Pak Senin sambil mengelus perutnya yang kekenyangan. “Maaf, Ka kalau kedatangan kita ganggu waktu kamu,” ucap Bagas. “Santai aja lagi enggak ada yang ganggu kok. Lagian kerjaan aku juga udah selesai. Kalau gitu ayo ke rumah aku aja biar ngobrolnya enak,” ajak

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   31. Menghilang

    “Udah dari kemarin kita mengawasi rumah Pak Dirga, tapi kayaknya sepi,” ucap Arunika. “Jangan-jangan dia tahu kalau kita lagi ngawasin rumahnya,” jawab Bagas. “Gimana kalau kita tanya orang aja, dari pada buang-buang waktu,” usul Arunika pada Bagas yang masih asik dengan ponselnya. “Biar aku aja yang tanya. Takutnya mereka mengenali kamu.”Arunika mengikuti saran Bagas, benar juga ucapannya. Pasti mereka tahu kalau Arunika pemilik toko roti yang letaknya tak jauh dari tempat ini. Tak lama Arunika melihat seorang lelaki berjalan ke arah mobilnya. “Gas coba kamu tanya sama orang itu.” tunjuk Arunika pada seorang laki-laki yang berjalan ke arah mereka.Bagas pun segera turun, Arunika menundukkan kepalanya supaya orang yang di akan di temui Bagas tak melihatnya. “Permisi Pak,” sapa Bagas sopan pada lelaki itu. “Iya, ada apa ya?” ucap lelaki itu membalas sapaan Bagas. "Saya mau ke rumah Pak Dirga, tapi kaya

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   30. Pertemuan

    Asih berjalan mondar mandir di dapur rumah Saka, sebelumnya Asih sudah ijin kalau hari ini dia tak masuk kerja di toko roti. Arunika tak mempermasalahkan karena Asih tak masuk kerja. Ponsel Asih berbunyi dan sebuah pesan pun masuk. [Saya sudah ada di rumah kosong itu sekarang cepat kamu kesini] Dirga.Asih menghembuskan nafasnya dia berusaha menenangkan dirinya, Memang kali ini berbeda dulu Asih tak pernah setakut ini jika Pak Dirga mengajaknya bertemu, tapi tidak untuk kali ini. “Kamu tenang aja saya akan mengawasi kamu,” terdengar suara yang mengejutkan Asih. “Pak Saka buat saya jantungan saja,” ucap Asih sambil memegangi dadanya. “Dari tadi kamu kelihatan bingung, Sih. Memangnya ada apa, saya sudah bilang kamu enggak perlu takut saya dan Pak Senin serta Bagas akan mengawasi kamu,” ucap Saka meyakinkan Asih. “Saya pergi dulu, Pak. Pak Dirga sudah di sana,” Asih pun berpamitan pada Saka.Dengan langkah cepat Asih menuju ke ruamh kosong di ujung jalan perumahan. Tak lama Asih suda

DMCA.com Protection Status