Share

5. Tanpa Kata

Author: Novita
last update Last Updated: 2023-07-24 16:19:20

Di sebuah taman Saka menghabiskan akhir pekannya kali ini. Sesekali ia menatap beberapa anak kecil yang berlarian bermain bersama.

“Ini nomor siapa ya? tiba-tiba aja tanya kabar. Arunika. Enggak mungkin. Tapi kenapa tiba-tiba aku ingat dia.” Saka masih penasaran dengan nomor yang mengirim chat padanya. Ngapain Arun chat lagi? Dia kan udah pergi tanpa pamit.”

“Arun cuma nitip pesan sama Tante supaya kamu melupakan dia. Katanya dia mau fokus sama kerjaannya.”

“Tapi kenapa mendadak begini, kemarin waktu kita ketemu dia enggak ngebahas apapun.”

“Maafkan Tante, Ka. Untuk kali ini Tante enggak bisa bantu kamu. Sebelum dia berangkat Tante juga udah ngomong supaya nemuin kamu dulu, tapi katanya enggak usah.”

Saka terduduk lemas. Saat ini ia benar-benar tak bisa berpikir jernih. Separuh jiwanya pergi begitu saja. Hubungannya dengan Arunika selama ini ternyata sia-sia.

“Ini ada titipan dari Arun,” ucap Tante Sarah sambil menyerahkan sebuah bingkisan kepada Saka.

“Buuuk.” Sebuah bola mengenai Saka tanpa sengaja, perlahan Saka mengambil bola itu. Seorang anak kecil melangkah ke arahnya, wajahnya nampa ketakutan.

“Maafin aku Om, tadi aku enggak sengaja,” ucapnya tanpa melihat ke arah Saka.

Saka pun mendekati anak itu dan mengelus rambutnya. “Ini bolanya, lain kali hati-hati ya,” uacpanya sambil tersenyum.

“Terima kasih, Om.” Anak itu pun lalu berlari meninggalkan Saka.

Saka pun meninggalkan taman tanpa disadarinya ada sepasang mata yang mengawasi gerak-geriknya sedari tadi.

Saka membuka sebuah album yang sudah tersimpan lama di laci mejanya. Lembar demi lembar perlahan ia buka. Sosok perempuan dengan wajah sangat cantik berambut pendek menghiasi isi album di tangan Saka. Bahkan ada beberapa foto yang sedang bersamanya. Sampai hari ini Saka masih belum tahu mengapa Arunika pergi meninggalkannya. Saka selalu mencari tahu apakah selama ini ada sikap atau pun perkataannya yang membuat Arunika pergi begitu saja. Namun ia tak kunjung menemukan jawaban yang ia cari selama ini. Bahkan sehari sebelum Arunika pergi mereka masih sempat jalan berdua bahkan sikap Arunika tak ada yang aneh. Pesan yang di terima Saka kemarin benar-benar membuatnya gelisah.

Saka meraih ponselnya, kembali ia buka pesan tanpa nama yang ia terima. Ia mencoba mengetik pada layar ponselnya namun di hapusnya lagi. Akhirnya karena pesan ini memang sangat mengganggu dirinya ia pun akhirnya memutuskan untuk membalasn pesan tersebut.

Maaf ini siapa, dari mana Anda tahu nomor saya

Saka pun menekan kirim pada pesan yang telah ditulis di layar ponselnya. Baru kali ini Saka penasaran dan gelisah menunggu jawaban pesan yang dikirimnya pada seseorang. Berkali-kali matanya kearah layar ponselnya. Saka pun akhirnya membiarkan ponselnya dan kembali melihat foto-foto yang terpampang di album yang masih di pegangnya. Tak lama ponselnya pun berbunyi.

[Kamu memang orang baik, Ka masih mau balas chat aku] balas nomor tanpa nama.

'Arunika? Aku yakin ini kamu. Kenapa kamu pergi begitu saja.'

Karena penasaran Saka pun menelepon Arunika. [Kenapa enggak di angkat teleponku] balas Saka.

Tak ada balasan lagi dari Arunika. Saka benar-benar tak paham akan sikap Arunika yang mudah berubah. Dulu dia pergi tanpa pesan hingga hari ini Saka tak tahu alasan Arunika meninggalkannya. Kini ketika Saka akan melupakannya ia kembali dengan sesuka hati. Di lubuk hati Saka yang terdalam Saka memang masih mencintai Arunika, dan ia juga sadar ia tak punya hak marah kepada Arunika.

Tiba-tiba perut Saka berbunyi. “Ach rupanya terlalu banyak berpikir membuat perutku lapar,” gumam Saka.

“Asih!” teriak Saka. Namun berkali-kali Saka memanggil Saka tak mendengar jawaban dari Asih. Karena perut Saka sangat lapat akhirnta saka keluar dari kamarnya dan menuju dapur. Ternyata di dapur pun Saka tak menemukan Asih.Setelah beberapa kali Saka memanggil namun Asih tak juga muncul ia pun menuju dapur dimana biasanya Asih berada. Ternyata sama Saka tak menemukan yang di cari.

'Kemana Asih, tumben keluar rumah enggak ijin.'

“Bapak ngapain di dapur?” sapa Asih yang tiba-tiba muncul di belakang Saka.

“Kamu ini kebiasaan tiba-tiba muncul dari belakang. Dari mana saja kamu di panggil berkali-kali enggak jawab," ucap Saka dengan wajah yang masih terlihat terkejut karena melihat Asih yang tiba-tiba muncul.

“Dari depan Pak." jawab Asih.

“Buatkan saya mie sama teh panas ya,” ucap Saka.

“Baik, Pak.” Saka pun langsung meninggalkan dapur.

Sambil menunggu mie yang di buat Asih ia pun duduk di teras sambil membuka buku yang sudah lama di belinya. Namun bukannya di baca tapi Saka justru iseng melipat lembaran buku menjadi seperti tumpukan kue dengan lapisan cream.

“Ini Pak mie sama tehnya,” ucap Asih sambil meletakkan nampan di meja.

“Ngapain kamu masih berdiri di situ,” tanya Saka karena melihat Asih belum pergi setelah meletakkan mie nya.

“Nanti malam saya mau ijin keluar sebentar Pak mau main sama teman, tapi itu pun kalau Bapak kasih ijin, " ucap Asih tak berani menatap Saka.

“Iya, tapi jangan pulang malam-malam ya.”

“Baik, Pak kalau gitu saya kebelakang dulu.”

Saka mengaduk semangkuk mie buatan Asih dan menunggu agak dingin. Saka tak mengetahu kalau Asih ternyata tak langsung ke dapur tapi mengintip Saka dari balik tirai jendela ruang tamu.

'Semoga dia tertidur pulas sampai pagi.' gumamnya sambil tersenyum penuh kemenangan.

***

Saka menggeliat dan matanya benar-benar terasa berat. 'Tumben aku ngantuk banget, mataku juga berat. Kenapa habis makan mie sama minum teh aku langsung ketiduran.' Sampai tak ingat apa-apa. Pikiran Saka berusaha mengingat kejadian sebelum dia merasakan ngantuk yang begitu hebat setelah menyantap mie buatan Asih. Seingatku tadi aku makan mie di teras. Ini kenapa bangun tidur aku sudah di kamarku. Saka menggeliatkan tubuhnya. Walau berat namun Saka berusaha untuk bangun, di tengoknya suasana di luar dari jendelanya. Ternyata hari sudah gelap.

'Asih jadi pergi enggak ya,kalau pun jadi seharusnya dia sudah pulang. Lebih baik aku lanjut tidur sajalah besok juga harus masuk kerja.' Saka merebahkan kembali tubuhnya dan memejamkan matanya.

***

Tanpa sepengetahuan siapa pun ternyata Asih menemui seseorang di rumah kosong yang terletak di ujung jalan perumahan. Rumah yang selama ini tak pernah di datangi siapapun karena peraturan yang berlaku. Sejak awal Asih datang Saka selalu berpikir positif . Bahkan Saka tak menanyakan pada Asih secara detail dari mana Asih tahu jika dirinya membutuhkan asisten rumah tangga. Saka tak pernah tahu jati diri Asih sebenarnta. Bagi Saka yang penting Asih jujur dan bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah dengan baik.

“Gimana semua masih aman kan sesuai rencana?” tanya Pak Dirga yang berdiri tak jauh darinya.

“Pak Dirga percaya kan sama saya?” tanya Asih balik.

Pak Dirga hanya diam mendengar Asih bicara, tapi kamu jangan lengah, kita enggak pernah tahu dia punya rencana apa. Kamu tahu kan Senin dekat dengan dia. Tugas kamu tidak hanya mengawasi Saka tapi juga Senin.”

“Pak Dirga tenang aja, pokoknya semua beres. Tapi maaf Pak sebelumnya Pak Saka itu orang baru kenapa Bapak mesti menyuruh saya mengawasi dia?”

“Dari awal datang Saka itu udah berani mencoba mendekati rumah ini, sepertinya dia kurang setuju dengan peraturan yang ada di sini.”

“Tapi dia juga enggak akan berani masuk kesini. Lagian ini juga cuma rumah kosong.” Tanpa sengaja mata Asih tertuju pada sebuah foto yang terletak di sudut ruangan. Perlahan ia pun berjalan mendekati foto itu.

“Foto siapa ini, Pak?”

“Itu Mayla pemilik rumah ini. Memang kenapa?”

Asih terdiam mendengar jawaban Pak Dirga. Sepertinya ia sedang mengingat sesuatu. Pak Dirga memperhatikan tingkahnya yang sedang mengamati foto yang di pegang Asih.

“Kenapa kamu jadi diam.”

“Enggak, Pak saya cuma merasa pernah lihat wajah di foto itu," jawab Asih dan pandangannya masih terus tertuju pada foto di tangannya.

“Jangan mengada-ada kamu. Mayla itu jarang keluar rumah dia selalu pergi pagi pulang malam. Dia wanita karier jadi super sibuk," jelas Pak Dirga pada Asih.

“Sekarang dia enggak pernah kesini kenapa, Pak,” tanya Asih penasaeran pada sosok Mayla.

“Bukan urusanmu, kamu saya bayar buat mengawasi Saka. Bukan justru ingin tahu tentang Mayla," jawab Pak Dirga ketus yang sepertinya tak suka mendengar pertanyaan Asih

Wajah Asih langsung berubah ketakutan ketika Pak Dirga membentaknya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Zalizah Kasih
membosankan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   6. Tak Semanis Gula Kacang

    Rumah Baru Arunika.Setoples gula kacang menemani Arunika menikmati waktu senggangnya hari ini. “Mau kamu habiskan gula kacang sebanyak itu?” tegur  Mama yang melihat Arunika tak berhenti mengunyah sedar tadi.Arunika hanya melirik Mamanya, tanpa mempedulikan ucapannya, karena dia terus asik menikmati gula kacang yang masih tersisa di tangannya.             “Ma, kenapa hidup kita enggak semanis gula kacang?” tanya Arunika sambil mengambil gula kacang di toples yang masih dipegangnya.            “Maksud kamu bicara seperti itu apa? Tiba-tiba mengumpamakan hidup dengan  gula kacang,” ucap Mama menanggapi pertanyaan Arunika. Lagian enggak biasanya kamu seperti ini,” tanya Mama heran karena mendengar pertanyaan Arunika.            “Iya, dari pada enggak ada bahan omongan. Tapi benar kan Ma dengan apa yang aku katakan. Buktinya dari kecil aku sama Mama selalu susah. Coba Mama bayangkan kalau hidup itu seperti gula kacang dari awal sampai akhir selalu manis enggak a

    Last Updated : 2023-08-05
  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   7. Tentang Mimpi

    Kantor Saka            Saka tak fokus dengan pekerjaannya hari ini, berkali-kali Ayu harus mengingatkan Saka tentang pertanyaan yang di ajukan karyawannya.            “Maaf, hari ini saya agak kurang enak badan. Bagaimana kalau meeting kita lanjutkan lain kali saja,” usul Saka yang wajahnya terlihat sangat lelah.            “Baik, saya rasa enggak masalah, Pak. Lagian tadi kita sudah menemukan beberapa solusinya. Tinggal memantapkan saja,” ujar Ayu.Saka pun langsung meninggalkan ruang meeting. Sampai di ruangannya Saka langsung menegak habis segelas air putih yang biasa di sajikan oleh office boy di kantornya.            Mimpi yang dialaminya memang sangat mengganggu pikirannya. Perempuan itu mirip sekali dengan Arunika, tapi Saka yakin itu bukan Arunika. Lalu apa maksud dari perkataannya. Kalau aku yang akan membuka tabir rahasia yang selama ini di tutupi. Rahasia tentang apa? Saka benar-benar di buat bingung dengan mimpinya.TOK! TOK! terdeng

    Last Updated : 2023-08-07
  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   8. Kecurigaan Saka

    Tak seperti biasanya, Saka langsung menuju dapur membuat minumannya sendiri. Asih hanya terdiam melihat Saka, dengan ujung matanya Asih melirik Pak Saka yang sedang mengaduk minumannya. Asih pun segera memalingkan wajahnya, karena takut Pak Saka melihatnya jika sedang memperhatikan tingkah lakunya.“Kopinya sudah saya tarok dimeja, Pak,” ujar Asih.“Saya lagi enggak pingin minum kopi,” sahut Saka singkat. Asih memilih diam dia benar-benar bingung apa yang harus dilakukannya. “Sarapan Bapak juga sudah siap,” ujar Asih mengalihkan pembicaraan karena bingung melihat sikap Saka.“Kamu makan saja, saya juga enggak pingin sarapan.”DEG! Detak jantung Asih terasa berhenti mendengar jawaban Saka. “E... kalau Bapak enggak selera dengan masakan saya, nanti bisa saya buatkan yang lainnya,” usul Asih. Seketika Saka terdiam mendengar perkataan Asih.“Boleh juga ide kamu. Kalau gitu buatkan saya roti isi saja,” ucap Saka.Asih pun segera membuatkan roti sesuai permintaan Saka, tak butuh wakt

    Last Updated : 2023-08-11
  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   9. Senyum Yang Sirna

    Dirumah Arunika“Ma,” ucap Arun sambil memijat pundak Mamanya.“Tumben kamu di rumah,” tegur Mama sambil mengelus tangan Arun.“Sekali-kali boleh ‘kan Ma. Ada yang mau Arun sampaikan ke Mama,” ucap Arun.Arun pun duduk di samping Mamanya. “Apa ada hal penting yang mau kamu sampaikan. Enggak biasanya kamu seperti ini,” ucap Mama datar.Arun tahu apapun yang Arun lakukan tidak akan pernah membuat Mama senang. Walau Arunika sudah berusaha sekuat tenaga. Karena yang di inginkan Mama selama ini hanya Kak Nanda bukan Arunika anak yang hanya membawa kesedihan dan kesengsaraan dalam hidup Mama. Tapi apapun perlakuan Mama Arunika tak akan merasa sakit hati. Arunika sudah sangat berterima kasih Mama masih mau merawatnya hingga hari ini. Bahkan perjuangan Mama membesarkannya tak akan pernah Arun lupakan. Sebagai anak Arunika tahu mengapa Mama bisa seperti ini.“Apa kamu dapat kabar tentang Nanda?’ tanya Mama yang membuyarkan lamunanku.Benar dugaan Arunika Mama pasti mengira kalau Arunika akan m

    Last Updated : 2023-08-15
  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   10. Sweet Bakery

    Arunika tersenyum lega melihat Mamanya yang asik melayani pengunjung yang datang silih berganti. Kini semua sudah lengkap, Arun mempekerjakan satu orang karyawan di toko rotinya. Di rumah Mama di bantu Bu Ijah membuat kue. Kini tak hanya kue-kue tradisioanl yang aku jual. Beberapa kue kekinian dan minuman juga sudah tersedia.Di depan toko roti kami juga ada beberapa anak muda yang sedang duduk meikmati kopi dan croisan. Kini Arun sudah merasa lega jika ada keperluan lain Arun tak perlu bingung jika ingin meninggalkan toko kuenya. Mama juga tak akan kecapekan membuat kue atau datang ke toko kue untuk membantu Arunika. Sekarang Arunika bisa fokus mencari Kak Nanda.“Ma, mau Arun antar pulang atau masih mau disini?” “Memangnya kamu mau kemana?” tanya Mama yang melihatku membawa tas dan mengenakan jaket.“Arun enggak mau kemana-mana. Cuma takut aja Mama kecapekan, lagian sekarang sudah ada Winda. Jadi Mama enggak apa-apa kalau enggak kesini juga,” jelas Arun“Iya sudah. Biar Mama pulan

    Last Updated : 2023-08-17
  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   11. Memori

    Saka menutup teleponnya setelah memberi tahu Ayu kalau dia datang telat ke kantornya. Saka turun dari mobilnya dan melangkah masuk.“Selamat datang di Sweet Bakery,” sapa Winda ramah.Saka tersenyum menjawab sapaan Winda.“Silahkan, Pak biar saya bawakan nampannya. Mata Saka melihat berbagai macam kue yang berjajar di rak, semua sangat menggugah seleranya. Tiba-tiba matanya tertuju pada croisan. Perlahan Saka mendekati rak yang berisi berbagai macam croisan.“Croisanya enak banget lho, Pak,” ujar Winda membuyarkan lamunan Saka.“Ough... saya minta croisannya sepuluh. Tapi bungkusnya di jadkan dua ya,” ucap Saka.Winda nampak terkejut mendengar pesanan Saka. Enggak salah ini.“Ada minuman juga,” ujar Saka begitu melihat cup yang berjajar di sebelah kanan.“Iya, Pak ada,” jawab Winda.“Memangnya enggak repot ya di sini sendiri?” tanya Saka.“Enggak, Pak. Biasanya saya ada teman. Mungkin dia datangnya telat.”Saka menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan Winda. Dengan cekatan Winda

    Last Updated : 2023-08-22
  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   12. Kejujuran Asih

    “Enak banget, Mas kuenya,” celetuk Pak Senin sambil mengunyah croisan.“Iya, Pak. Tadi Asih yang beli di toko roti dekat swalayan biasa saya belanja,” jawab Saka.Pak Senin langsung terdiam dia berhenti mengunyah croisan di tanganya. “Ada apa, Pak kok bengong?”“Kata Mas Saka tadi Asih yang beli roti ini . Mas enggak takut kalau Asih kasih obat tidur?”“Tenang, Pak. Kayaknya Asih udah beda, tapi tetap saya selalu waspada. Nanti saya mau ajak bicara Asih baik-baik.”Tanpa sepengetahuan mereka berdua ternyata Asih sedang menguping pembicaraan.Ternyata Pak Saka sudah tahu semuanya, tapi kenapa dia masih bersikap baik padaku? Asih tertegun saaat ini dia benar-benar bingung. Apa yang harus dilakukannya. Tiba-tiba sebuah vas bunga jatuh tanpa sengaja Asih menabraknya. Sontak Saka dan Pak Senin pun berdiri dan melihat Asih yang masih terdiam di dekat puing-puing vas bunga yang berserakan.Kepanikan terlihat di wajah Asih, Kaki Asih terasa kaku dia tak bisa berbuat apa-apa lagi.“Kamu mengup

    Last Updated : 2023-08-30
  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   13. Pov Mayla

    Mayla turun dari mobil merahnya, ia hanya mengamati rumah yang berada tepat di hadapannya. Entahlah Mayla langsung jatuh cinta ketika melihat rumah bercat putih dengan halaman yang tidak begitu luas tapi terlihat sangat nyaman. Apalagi halaman rumah itu di tanami berbagai macam tanaman yang menambah kesejukan mata.Rumah ini terlihat bertema minimalis modern. Aku harus mencari informasi kemana tentang rumah ini. Tidak ada nomor telepon atau alamat yang bisa aku datangi atau hubungi. Apa jangan-jangan rumah ini tidak di sewakan. Mayla masih berdiri sejak tadi masih berharap ada yang bisa ditanyainya. Pos satpam kenapa juga tak ada yang jaga, atau mungkin satpam perumahan ini sedang keluar. Cobalah aku tunggu siapa tahu aku bisa dapat informasi tentang rumah ini.“Sedang apa berdiri disini?” Sontak Mayla terjaga dari lamunannya. Dia langsung menengok kearah suara yang menegurnya.“Maaf, Pak saya cuma mau tanya informasi tentang rumah ini,” jawab Mayla sopan pada laki-laki yang berdiri d

    Last Updated : 2023-08-31

Latest chapter

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   38. Kematian Mayla

    Saka pun segera menghubungi Arunika setelah mendengar kabar dari Asih. Arun pun segera mengirim pesan kepada Bagas agar segera menyusulnya ke rumah Saka. “Mau kemana kamu malam –malam begini?” tanya Bu Erika yang melihat Arunika membawa tasnya. “Arun ada urusan Mama nanti kalau sudah saatnya Mama juga akan tahu,” jawabnya dan bergegas meninggalkan Mamanya. “Ini anak semakin hari semakin aneh pasti dia pergi sama Bagas,” gerutu Mamanya. “Sabar, Bu. Mungkin Mbak Arun memang ada kepentingan mendadak,” sahut Bu Ijah yang berusaha menenangkan Bu Erika. “Kita lanjutin aja buat kuenya, Bu nanti keburu malam dan enggak selesai. Pesanannya kan di ambil pagi.”Bu Erika pun menuruti kata Bu Ijah, ia pun kembalkhiri ke dapur melanjutkan kerjaannya yang belum selesai. “Cepat sedikit, Pak,” ucap Arun pada sopir taksi. “Enggak berani Mbak ini jalannya ramai.” Arun nampak gelisah berkali-kali ia mengecek ponselnya. Semoga aja

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   37. Rahasia Pak Dirga

    “Ayolah, Mas mending kamu jujur aja mau sampai kapan kamu hidup seperti ini dihantui rasa bersalah. Aku tahu ada hal yang kamu rahasiakan,” desak Asih. Karto hanya diam mendengar ocehan Asih. Memang benar apa yang dikatakan Asih Karto sudah bosan hidup seperti ini, setiap hari selalu di kejar ketakutan. Apalagi ia merasa Mayla selalu menghantuinya. Andai dulu aku tak mengikuti kemauan Dirga tentu semua tak akan seperti ini. Batin Karto. “Siapa yang menyuruhmu sebenarnya?” tanya Karto perlahan. “Mas Karto enggak usah banyak tanya, intinya Mas mau enggak bantu aku dan menjelaskan tentang rumah kosong itu.”Karto menghembuskan nafas dengan kasar. “Aku tak tahu dimana Pak Dirga, karena aku juga sedang mencarinya. Kalau tentang Mayla.” Karto terdiam tak melanjutkan perkataannya matanya menyapu semua sudut rumahnya. “Pak Dirga adalah orang yang di percaya Mayla untuk menjaga rumahnya termasuk istrinya, tapi entah setan apa yang merasuki Pak Dirga saat i

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   36. Bujukan Asih

    Taksi yang di tumpangi Asih berhenti di sebuah rumah yang bangunannya terlihat sangat sederhana. Perlahan Asih pun turun dan mengamati rumah yang sedari kecil di tinggalinya. Suasana terlihat sangat sepi seperti tak berpenghuni. Apa Mas Karto sedang pergi ya. Kenapa asepi sekali. Monolog Asih. Asih pun berjalan kembali ke taksi yang ia tumpangi tadi. “Pak, apa sebaiknya Bapak tinggalkan saya saja? Karena saya takut akan lama nanti,” ucap Asih pada sopir taksi tersebut. “Tapi tadi Pak Saka pesan kalau saya harus nunggu, Mbak,” jawab Sopir tersebut.Asih terdiam mendengar jawaban Sopir tersebut. Asih nampak berpikir keras mmencari cara supaya sopir tersebut tak di ketahui Karto. “Gini aja, Mbak. Ini kartu nama saya di situ udah tercantum nomor telepon saya, nanti kalau urusan Mbak sudah selesai, Mbak tinggal hubungi saya.” “Bapak mau kemana?” tanya Asih stelah menerima kartu nama Pak Sopir tersebut. “Saya mau cari w

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   35. Cerita Kita

    “Nach itu Winda,” tunjuk Asih yang melihat Winda dari kejauhan. “Akhirnya datang juga pesenanku,” celetuk Bagas. “Maaf, Mas lama,” ucap Winda begitu berdiri di hadapan Bagas. “Kamu ambil piring, Sih di belakang,” pinta Arun pada Asih. “Baik, Mbak sama saya mau buat munuman sekalian.”Asih pun langsung berjalan ke dalam toko, tanpa di minta Winda segera mengekor di belakangnya. “Asih,” panggil Winda berbisik karena takut Bagas atau Arunika mengikutinya. “Ngapain kamu ngikutin saya?” tanya Asih heran melihat Winda sudah berdiri di belakangnya. “Mau bantuin kamu, lagian dari pada jadi obat nyamuk aku juga enggak ngerti apa yang di bicarakan Mbak Arun sama Mas Bagas mendingan aku ikut kamu,” jawab Winda.Mereka berdua pun membuat minuman dan menyiapkan beberapa roti dan gorengan yang di beli Winda tadi di warung Bu Surti. “Silahkan, Mbak, Mas,” ucap Asih sambil meletakkan minuman dan makanan.D

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   34. Ide Bagas

    Arunika menceritakan semua rasa penasarannya tentang rumah kosong di perumahan dekat toko roti miliknya. Bahkan tentang mimpi yang di alami Saka dan dirinya. Awalnya Dika tak percaya karena Dika mengira Arunika hanya menghayal karena terobsesi ingin menemukan Kakanya. Namun setelah Arun menemukan bukti foto-foto di rumah kosong itu Dika mulai mempercayai kecurigaan Arunika terhadap Pak Dirga. “Aku kehilangan jejak Pak Dirga, makanya aku bingung,” keluh Arun dengan suara lirihnya. “Apa dia tak punya sanak keluarga yang bis kita mintai keterangan?” tanya Dika. “Kenapa kita enggak kepikiran hal itu dari awal, setidaknya kita bisa tanya sama Pak Senin atau Asih tentang Pak Dirga,” imbuh Bagas sambil menepuk keningnya. “Dik, apa Nanda pernah menceritakan sesuatu atau mungkin berkeluh kesah tentang keadaannya?” tanya Ayu sambil menatap Dika seolah meminta mengingat sesuatu hal sebelum Nanda menghilang.Dika terdiam wajahnya nampak serius mengi

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   33. Dia Adalah Perempuan Itu

    “Kamu mau kemana, Run pagi-pagi gini. Lagian bukannya toko buka jam sembilan,” tegur Mama Arunika ketika melihat Arun sudah rapi. “Arun ada perlu Bu mau pergi sama Bagas. Hari ini kayaknya Arun juga enggak akan sempat ke toko. Mama tenang aja udah ada Winda sama Asih, mereka bisa di andalkan kok,” jawab Arunika. “Kamu itu bukannya nyari Kakakmu tapi sibuk aja dengan Bagas.”Arunika memejamkan matanya sambil membelakangi Mamanya mendengar perkataan Mamanya hatinya begitu sakit jelas sekali Mamanya selama ini hanya memikirkan Kakaknya. Ma andai Mama tahu selama ini usahaku mencari Kak Nanda. Bahkan aku pergi dengan Bagas pun karena Kak Nanda. Sampai Bagas yang bukan keluarga kita mau bantu mencari kak Nanda karena dia tahu gimana perlakuan Mama ke aku. monolog Arunika. “Belum saatnya Arun menjelaskan apa yang Arun lakukan sama Bagas Ma. Karena selama Kak Nanda belum di temukan Arun akan selalu salah di mata Mama.” “Kamu marah sama Mama?”

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   32. Titik Terang

    “Itu mobil Mas Saka,” ucap Pak Senin sambil menunjuk ke arah mobil yang berjalan menuju ke arahnya.Mobil pun berhenti tak lama Saka dan Ayu turun dari dalam mobil. Ayu pun tersenyum ramah pada mereka bertiga. “Hai, Run apa kabar?” sapa Ayu ramah begitu melihat Arunika ada di sana.Bagas langsung melihat ke arah Arunika. “Hai, Yu. Kabar aku baik, kalian dari mana?” tanya Arunika berusaha mencairkan suasana. “Dari kantor, aku sekalian mau ambil berkas buat besok. Katanya Pak Saka besok berangkat telat,” jelas Ayu. “Kalian udah lama nunggu aku?” “Udah lah, Mas sampai saya habis kopi dua gelas terus makan roti dari toko Mbak Arun sampai puas,” jawab Pak Senin sambil mengelus perutnya yang kekenyangan. “Maaf, Ka kalau kedatangan kita ganggu waktu kamu,” ucap Bagas. “Santai aja lagi enggak ada yang ganggu kok. Lagian kerjaan aku juga udah selesai. Kalau gitu ayo ke rumah aku aja biar ngobrolnya enak,” ajak

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   31. Menghilang

    “Udah dari kemarin kita mengawasi rumah Pak Dirga, tapi kayaknya sepi,” ucap Arunika. “Jangan-jangan dia tahu kalau kita lagi ngawasin rumahnya,” jawab Bagas. “Gimana kalau kita tanya orang aja, dari pada buang-buang waktu,” usul Arunika pada Bagas yang masih asik dengan ponselnya. “Biar aku aja yang tanya. Takutnya mereka mengenali kamu.”Arunika mengikuti saran Bagas, benar juga ucapannya. Pasti mereka tahu kalau Arunika pemilik toko roti yang letaknya tak jauh dari tempat ini. Tak lama Arunika melihat seorang lelaki berjalan ke arah mobilnya. “Gas coba kamu tanya sama orang itu.” tunjuk Arunika pada seorang laki-laki yang berjalan ke arah mereka.Bagas pun segera turun, Arunika menundukkan kepalanya supaya orang yang di akan di temui Bagas tak melihatnya. “Permisi Pak,” sapa Bagas sopan pada lelaki itu. “Iya, ada apa ya?” ucap lelaki itu membalas sapaan Bagas. "Saya mau ke rumah Pak Dirga, tapi kaya

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   30. Pertemuan

    Asih berjalan mondar mandir di dapur rumah Saka, sebelumnya Asih sudah ijin kalau hari ini dia tak masuk kerja di toko roti. Arunika tak mempermasalahkan karena Asih tak masuk kerja. Ponsel Asih berbunyi dan sebuah pesan pun masuk. [Saya sudah ada di rumah kosong itu sekarang cepat kamu kesini] Dirga.Asih menghembuskan nafasnya dia berusaha menenangkan dirinya, Memang kali ini berbeda dulu Asih tak pernah setakut ini jika Pak Dirga mengajaknya bertemu, tapi tidak untuk kali ini. “Kamu tenang aja saya akan mengawasi kamu,” terdengar suara yang mengejutkan Asih. “Pak Saka buat saya jantungan saja,” ucap Asih sambil memegangi dadanya. “Dari tadi kamu kelihatan bingung, Sih. Memangnya ada apa, saya sudah bilang kamu enggak perlu takut saya dan Pak Senin serta Bagas akan mengawasi kamu,” ucap Saka meyakinkan Asih. “Saya pergi dulu, Pak. Pak Dirga sudah di sana,” Asih pun berpamitan pada Saka.Dengan langkah cepat Asih menuju ke ruamh kosong di ujung jalan perumahan. Tak lama Asih suda

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status