Home / Horor / Misteri Rumah Di Ujung Jalan / 3. Perempuan Di Rumah Kosong

Share

3. Perempuan Di Rumah Kosong

Author: Novita
last update Last Updated: 2023-07-24 16:01:50

Saka memang bukan orang yang suka mengurusi hal yang tidak ada sangkut paut dengan dirinya. Namun jika ia merasa ada sesuatu yang janggal menurutnya, ia akan mencari tahu apa jawabannya. Begitu pun dengan aturan yang berlaku di komplek perumahan tempat tinggalnya. Bagi Saka larangan untuk tidak datang ke rumah nomor tiga belas sangat tak masuk akal. Apalagi selama ia menempati perumahan itu tak ada kejadian apapun yang di alaminya.

Kebetulan hari ini hari libur, Saka juga tak ada janji dengan siapapun. Untuk mengisi waktunya ia memilih lari pagi mengitari komplek perumahannya. Setelah bersiap dengan style olah raganya, Saka pun berjalan perlahan berkeliling lingkungan sekitarnya. Langkahnya pun terhenti tepat di depan rumah kosong di ujung jalan. Pandangannya tertuju pada sosok seorang perempuan yang sedang menyirami tanaman di depan rumah.

Perempuan itu pun melihat ke arah Saka, dia pun tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Dengan ragu Saka membalas senyuman perempuan itu. Belum sempat Saka mengajak berbincang-bincang perempuan itu lalu meninggalkannya memasuki rumahnya.

'Aneh, kata Pak Senin rumah ini kosong, tapi kenapa tadi ada perempuan.' gumam Saka heran.

Saka masih berdiri di tempatnya, ia masih bingung dengan apa yang baru saja di lihatnya.

“Mas Saka ngapain pagi-pagi bengong di sini?”

Saka pun terperanjat mendengar ada suara yang menyapanya.

“Eh, Pak Dirga,” jawabnya gugup. “Ini Pak saya lagi olah raga aja. Badan sakit semua udah lama enggak di ajak gerak," jawab Saka sambil menggerakkan tangannya.

Pak Dirga menganggukkan kepalanya mendengar jawaban Saka. Namun pandangannya tajam menatap kearah saka.

“Dari awal saya sudah sampaikan ke Mas Saka tentang peraturan yang berlaku di perumahan ini. Pokoknya Mas Saka jangan macam-macam ya, saya sudah peringatkan dari awal jangan pernah datang atau mencari tahu tentang rumah ini,” ucapnya sedikit mengancam.

“Iya, Pak. Saya juga cuma lewat, tapi aneh juga ya Pak sampai segitunya Pak Dirga melarang saya padahal saya cuma berdiri di depan rumah.”

“Sebelumnya saya minta maaf. Mas Saka itu pendatang warga baru di perumahan ini jadi menurut saya mematuhi peraturan yang sudah lama berlakudi sini itu merupakan kewajiban," jelas Pak Dirga dengan wajah kesal.

“Iya, Pak saya paham, saya cuma mengutarakan apa yang ada dalam pikiran saya saja.”

“Kalau begitu kenapa Mas Saka tidak segera pergi meninggalkan tempat ini?”

“Oh iya Pak saya disini karena masih mendengarkan penjelasan Bapak. Kalau begitu saya permisi." Tanpa menunggu jawaban Pak Dirga Saka pun langsung pergi.

“Orang baru mau sok tahu! Sepertinya aku harus berhati-hati sama dia,” gumam Pak Dirga sambil memandang Saka dengan sinis.

***

Saka hanya mengaduk-aduk makanan yang tersaji di depannya, tak seperti biasanya ia selalu menikmati makanan yang di buat Asih dengan lahap. Tanpa sepengetahuannya, Asih memperhatikan gerak-geriknya. Awalnya Asih ragu ingin menanyai Saka karena tak seperti biasanya Saka tak selera dengan makanan yang di sajikan Asih hanya diaduk. Sepertinya Saka tak selera dengan masakan yang di buat Asih. Tapi keingintahuannya mengalahkan rasa takut yang menyelimutinya.

“Maaf, Pak kalau Asih lancang. Apa makananya enggak enak? atau Bapak mau di buatkan makanan lain?”

“Oh... enggak kok, Sih,” jawabnya tergagap.

“Tapi Asih perhatikan dari tadi Bapak hanya mengaduk-aduk makanan yang Asih sajikan.”

“Saya lagi enggak enak badan aja. Sejak kemarin badan saya lemas.”

“Bapak mau saya pijit?” ujar Asih dengan ragu.

“Enggak usah, saya enggak terbiasa di pijit.”

Asih mengangggukkan kepalanya sambil tersenyum tipis.

“Kalau begitu saya ke dapur lagi Pak, mau melanjutkan kerjaan.”

“Kamu bawa aja makanan ini kebelakang. Saya mau langsung berangkat.”

Asih pun langsung memunguti makanan yang di sajikan di meja makan. Setelah Asih yakin kalau Saka sudah meninggalkan rumah. Asih pun mengunci pintu dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Seperti biasa setelah Saka pergi Asih baru membersihkan rumah, dari mulai menyapu dan mengepel.

Asih naik ke lantai atas dan langsung menuju kamar Saka, perlahan ia memegang gagang pintu kamar Saka yang biasanya terkunci. Namun kali ini betapa terkejutnya ia karean pintu itu langsung terbuka.

'Bagus, Pak Saka lupa mengunci kamarnya.” Asih tak menyia-nyiakan kesempatan ini ia langsung saja masuk. Seketika matanya menyapu seluruh ruangan kamar Saka. Aroma kopi tercium oleh indra penciuman Asih. Aromanya menyegarkan sekali pantas Pak Saka betah berlama-lama di kamar. Asih pun perlahan membuka laci meja yang letaknya tepat di samping tempat tidur Saka. Walaupun Asih tahu saat ini di rumah tak ada seorang pun kecuali dirinya, namun Asih tetap was-was. Asih takut kalau tiba-tiba Pak Saka pulang dan melihatnya sedang berada di dalam kamar.

Mata Asih langsung tertuju pada sebuah album foto berwarna biru muda, perlahan tangannya membuka album itu. Nampaklah foto seorang perempuan yang sangat cantik mengenakan gaun berwarna merah muda dan tersenyum manis. Asih membuka lembar berikutnya dan masih sama ada berbagai pose foto perempuan tersimpan rapi di album itu. Bahkan ia melihat foto Pak Saka dengan perempuan itu.

'Siapa perempuan ini? Pak Saka juga terlihat sangat bahagia ketika berfoto bersamanya. Apa istrinya? Kalau iya kenapa enggak tinggal sama Pak Saka?'

Asih pun mengambil ponselnya, sepertinya ia mengetik sesuatu dan mengirimkannya pada salah satu nomor yang tersimpan di ponselnya.

***

Siapa sebenarnya perempuan yang menempati rumah itu? ada rahasia apa sebenarnya kenapa Pak Dirga melarang keras aku mendekati rumah itu. Kata mereka rumah itu tak berpenghuni, lalu siapa perempuan yang aku temui kemarin. Sejak kejadian hari itu, pikiran Saka tak tenang. Rasa keingintahuannya semakin besar, entahlah Saka merasa tak asing dengan wajah perempuan yang ia lihat kemarin di rumah kosong itu.

Perlahan ia menghembuskan nafasnya, berusaha menenangkan perasaan dan pikirannya. Beberapa file di mejanya belum tersentuh sama sekali olehnya.

“Pak Saka kenapa?” suara seorang perempuan mengejutkan Saka.

“Sejak kapan kamu berdiri disini? Kenapa enggak ketuk pintu dulu!” ucap Saka kesal karena melihat Ayu sudah berdiri di hadapannya.

“Saya sudah ketuk pintu dari tadi, tapi tak ada respon dari Bapak. Saya kawatir terjadi sesuatu dengan Bapak.Makanya saya memberanikan diri masuk ke ruangan ini,” jawab Ayu dengan tak enak hati.

“Ada urusan apa? saya belum selesai meneliti laporan yang kamu kasih.”

“Iya, Pak saya tahu. Saya cuma mau kasih tahu Pak Saka, kalau ada klien yang mau ketemu.”

“Memangnya saya ada janji? Saya kan sudah sampaikan ke kamu saya paling tidak suka hal-hal yang mendadak tanpa terencana.”

Ayu terdiam mendengar perkataan Saka. Ia pun memperhatikan Saka yang masih kesal. Sepertinya Pak Saka sedang banyak pikiran sedari tadi uring-uringan terus.

“Maaf, Pak sebelumnya. Bukankah sudah saya jadwalkan tiga hari yang lalu, kalau Bapak hari ini memang ada jadwal ketemu klien?”

“Mana buktinya, kamu jangan cari pembenaran!”

Ayu pun meletakkan buku agenda di meja Saka. Perlahan Saka mengambil buku yang di berikan Ayu. Ternyata memang benar Ayu sudah mengatur jadwal hari ini tiga hari yang lalu.

Saka celingukan ia merasa bersalah telah bersikap kasar pada Ayu.

“Saya minta maaf.”

“Enggak apa-apa, Pak. Mungkin Bapak terlalu lelah sampai Bapak lupa. Apa saya perlu ikut menemani Bapak menemui klien?”

“Iya. Kamu suruh saja Klien masuk ke ruangan ini. Kita meeting di sini saja,” ucap Saka tanpa melihat ke arah Ayu.

Ayu pun meninggalkan Saka yang masih terlihat tak enak hati karena sikapnya terhadap Ayu. Pikiran Saka masih teringat akan perempuan yang dilihatnya di rumah kosong kemarin, entahlah kenapa kejadian kemarin sangat mengganggu pikirannya. Bahkan Saka tak bisa tidur lelap karena perempuan itu.

Related chapters

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   4. Tentang Tanya

    “Saya perhatikan akhir-akhir ini Mas Saka murung. Memang ada masalah ya di kantor?” celetuk Pak Senin. “Enggak ada, Pak. Semua berjalan lancar sesuai harapan saya,” jawab Saka tanpa melihat ke arah Pak Senin yang mengajak bicara.Pak Senin pun diam tak berani bertanya lebih jauh lagi pada Saka. Hanya terdengar deru nafas mereka berdua. Bahkan kopi di cangkir saka pun sudah mulai dingin. “Pak, saya tahu Bapak orang baik. Makanya saya percaya.”Mendengar perkataan Saka, Pak Senin pun sontak menengok ke arahnya. “Syukurlah kalau Mas Saka menilai saya seperti itu. Tapi tumben enggak ada angin enggak ada hujan kenapa Mas Saka muji saya?” Saka tak begitu mempedulikan perkataan Pak Senin barusan. “Pak, waktu saya lewat di depan rumah yang katanya tak boleh di kunjungi, saya melihat seorang perempuan.”Mata Pak Senin seketika langsung terbelalak, wajahnya pun langsung pucat dan dia beringsut dari tempat duduknya. “E--- Mas Saka salah lihat kali,” sanggah Pak Senin mendengar perkataan S

    Last Updated : 2023-07-24
  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   5. Tanpa Kata

    Di sebuah taman Saka menghabiskan akhir pekannya kali ini. Sesekali ia menatap beberapa anak kecil yang berlarian bermain bersama. “Ini nomor siapa ya? tiba-tiba aja tanya kabar. Arunika. Enggak mungkin. Tapi kenapa tiba-tiba aku ingat dia.” Saka masih penasaran dengan nomor yang mengirim chat padanya. Ngapain Arun chat lagi? Dia kan udah pergi tanpa pamit.”“Arun cuma nitip pesan sama Tante supaya kamu melupakan dia. Katanya dia mau fokus sama kerjaannya.”“Tapi kenapa mendadak begini, kemarin waktu kita ketemu dia enggak ngebahas apapun.”“Maafkan Tante, Ka. Untuk kali ini Tante enggak bisa bantu kamu. Sebelum dia berangkat Tante juga udah ngomong supaya nemuin kamu dulu, tapi katanya enggak usah.”Saka terduduk lemas. Saat ini ia benar-benar tak bisa berpikir jernih. Separuh jiwanya pergi begitu saja. Hubungannya dengan Arunika selama ini ternyata sia-sia.“Ini ada titipan dari Arun,” ucap Tante Sarah sambil menyerahkan sebuah bingkisan kepada Saka.“Buuuk.” Sebuah bola mengenai Sa

    Last Updated : 2023-07-24
  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   6. Tak Semanis Gula Kacang

    Rumah Baru Arunika.Setoples gula kacang menemani Arunika menikmati waktu senggangnya hari ini. “Mau kamu habiskan gula kacang sebanyak itu?” tegur  Mama yang melihat Arunika tak berhenti mengunyah sedar tadi.Arunika hanya melirik Mamanya, tanpa mempedulikan ucapannya, karena dia terus asik menikmati gula kacang yang masih tersisa di tangannya.             “Ma, kenapa hidup kita enggak semanis gula kacang?” tanya Arunika sambil mengambil gula kacang di toples yang masih dipegangnya.            “Maksud kamu bicara seperti itu apa? Tiba-tiba mengumpamakan hidup dengan  gula kacang,” ucap Mama menanggapi pertanyaan Arunika. Lagian enggak biasanya kamu seperti ini,” tanya Mama heran karena mendengar pertanyaan Arunika.            “Iya, dari pada enggak ada bahan omongan. Tapi benar kan Ma dengan apa yang aku katakan. Buktinya dari kecil aku sama Mama selalu susah. Coba Mama bayangkan kalau hidup itu seperti gula kacang dari awal sampai akhir selalu manis enggak a

    Last Updated : 2023-08-05
  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   7. Tentang Mimpi

    Kantor Saka            Saka tak fokus dengan pekerjaannya hari ini, berkali-kali Ayu harus mengingatkan Saka tentang pertanyaan yang di ajukan karyawannya.            “Maaf, hari ini saya agak kurang enak badan. Bagaimana kalau meeting kita lanjutkan lain kali saja,” usul Saka yang wajahnya terlihat sangat lelah.            “Baik, saya rasa enggak masalah, Pak. Lagian tadi kita sudah menemukan beberapa solusinya. Tinggal memantapkan saja,” ujar Ayu.Saka pun langsung meninggalkan ruang meeting. Sampai di ruangannya Saka langsung menegak habis segelas air putih yang biasa di sajikan oleh office boy di kantornya.            Mimpi yang dialaminya memang sangat mengganggu pikirannya. Perempuan itu mirip sekali dengan Arunika, tapi Saka yakin itu bukan Arunika. Lalu apa maksud dari perkataannya. Kalau aku yang akan membuka tabir rahasia yang selama ini di tutupi. Rahasia tentang apa? Saka benar-benar di buat bingung dengan mimpinya.TOK! TOK! terdeng

    Last Updated : 2023-08-07
  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   8. Kecurigaan Saka

    Tak seperti biasanya, Saka langsung menuju dapur membuat minumannya sendiri. Asih hanya terdiam melihat Saka, dengan ujung matanya Asih melirik Pak Saka yang sedang mengaduk minumannya. Asih pun segera memalingkan wajahnya, karena takut Pak Saka melihatnya jika sedang memperhatikan tingkah lakunya.“Kopinya sudah saya tarok dimeja, Pak,” ujar Asih.“Saya lagi enggak pingin minum kopi,” sahut Saka singkat. Asih memilih diam dia benar-benar bingung apa yang harus dilakukannya. “Sarapan Bapak juga sudah siap,” ujar Asih mengalihkan pembicaraan karena bingung melihat sikap Saka.“Kamu makan saja, saya juga enggak pingin sarapan.”DEG! Detak jantung Asih terasa berhenti mendengar jawaban Saka. “E... kalau Bapak enggak selera dengan masakan saya, nanti bisa saya buatkan yang lainnya,” usul Asih. Seketika Saka terdiam mendengar perkataan Asih.“Boleh juga ide kamu. Kalau gitu buatkan saya roti isi saja,” ucap Saka.Asih pun segera membuatkan roti sesuai permintaan Saka, tak butuh wakt

    Last Updated : 2023-08-11
  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   9. Senyum Yang Sirna

    Dirumah Arunika“Ma,” ucap Arun sambil memijat pundak Mamanya.“Tumben kamu di rumah,” tegur Mama sambil mengelus tangan Arun.“Sekali-kali boleh ‘kan Ma. Ada yang mau Arun sampaikan ke Mama,” ucap Arun.Arun pun duduk di samping Mamanya. “Apa ada hal penting yang mau kamu sampaikan. Enggak biasanya kamu seperti ini,” ucap Mama datar.Arun tahu apapun yang Arun lakukan tidak akan pernah membuat Mama senang. Walau Arunika sudah berusaha sekuat tenaga. Karena yang di inginkan Mama selama ini hanya Kak Nanda bukan Arunika anak yang hanya membawa kesedihan dan kesengsaraan dalam hidup Mama. Tapi apapun perlakuan Mama Arunika tak akan merasa sakit hati. Arunika sudah sangat berterima kasih Mama masih mau merawatnya hingga hari ini. Bahkan perjuangan Mama membesarkannya tak akan pernah Arun lupakan. Sebagai anak Arunika tahu mengapa Mama bisa seperti ini.“Apa kamu dapat kabar tentang Nanda?’ tanya Mama yang membuyarkan lamunanku.Benar dugaan Arunika Mama pasti mengira kalau Arunika akan m

    Last Updated : 2023-08-15
  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   10. Sweet Bakery

    Arunika tersenyum lega melihat Mamanya yang asik melayani pengunjung yang datang silih berganti. Kini semua sudah lengkap, Arun mempekerjakan satu orang karyawan di toko rotinya. Di rumah Mama di bantu Bu Ijah membuat kue. Kini tak hanya kue-kue tradisioanl yang aku jual. Beberapa kue kekinian dan minuman juga sudah tersedia.Di depan toko roti kami juga ada beberapa anak muda yang sedang duduk meikmati kopi dan croisan. Kini Arun sudah merasa lega jika ada keperluan lain Arun tak perlu bingung jika ingin meninggalkan toko kuenya. Mama juga tak akan kecapekan membuat kue atau datang ke toko kue untuk membantu Arunika. Sekarang Arunika bisa fokus mencari Kak Nanda.“Ma, mau Arun antar pulang atau masih mau disini?” “Memangnya kamu mau kemana?” tanya Mama yang melihatku membawa tas dan mengenakan jaket.“Arun enggak mau kemana-mana. Cuma takut aja Mama kecapekan, lagian sekarang sudah ada Winda. Jadi Mama enggak apa-apa kalau enggak kesini juga,” jelas Arun“Iya sudah. Biar Mama pulan

    Last Updated : 2023-08-17
  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   11. Memori

    Saka menutup teleponnya setelah memberi tahu Ayu kalau dia datang telat ke kantornya. Saka turun dari mobilnya dan melangkah masuk.“Selamat datang di Sweet Bakery,” sapa Winda ramah.Saka tersenyum menjawab sapaan Winda.“Silahkan, Pak biar saya bawakan nampannya. Mata Saka melihat berbagai macam kue yang berjajar di rak, semua sangat menggugah seleranya. Tiba-tiba matanya tertuju pada croisan. Perlahan Saka mendekati rak yang berisi berbagai macam croisan.“Croisanya enak banget lho, Pak,” ujar Winda membuyarkan lamunan Saka.“Ough... saya minta croisannya sepuluh. Tapi bungkusnya di jadkan dua ya,” ucap Saka.Winda nampak terkejut mendengar pesanan Saka. Enggak salah ini.“Ada minuman juga,” ujar Saka begitu melihat cup yang berjajar di sebelah kanan.“Iya, Pak ada,” jawab Winda.“Memangnya enggak repot ya di sini sendiri?” tanya Saka.“Enggak, Pak. Biasanya saya ada teman. Mungkin dia datangnya telat.”Saka menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan Winda. Dengan cekatan Winda

    Last Updated : 2023-08-22

Latest chapter

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   38. Kematian Mayla

    Saka pun segera menghubungi Arunika setelah mendengar kabar dari Asih. Arun pun segera mengirim pesan kepada Bagas agar segera menyusulnya ke rumah Saka. “Mau kemana kamu malam –malam begini?” tanya Bu Erika yang melihat Arunika membawa tasnya. “Arun ada urusan Mama nanti kalau sudah saatnya Mama juga akan tahu,” jawabnya dan bergegas meninggalkan Mamanya. “Ini anak semakin hari semakin aneh pasti dia pergi sama Bagas,” gerutu Mamanya. “Sabar, Bu. Mungkin Mbak Arun memang ada kepentingan mendadak,” sahut Bu Ijah yang berusaha menenangkan Bu Erika. “Kita lanjutin aja buat kuenya, Bu nanti keburu malam dan enggak selesai. Pesanannya kan di ambil pagi.”Bu Erika pun menuruti kata Bu Ijah, ia pun kembalkhiri ke dapur melanjutkan kerjaannya yang belum selesai. “Cepat sedikit, Pak,” ucap Arun pada sopir taksi. “Enggak berani Mbak ini jalannya ramai.” Arun nampak gelisah berkali-kali ia mengecek ponselnya. Semoga aja

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   37. Rahasia Pak Dirga

    “Ayolah, Mas mending kamu jujur aja mau sampai kapan kamu hidup seperti ini dihantui rasa bersalah. Aku tahu ada hal yang kamu rahasiakan,” desak Asih. Karto hanya diam mendengar ocehan Asih. Memang benar apa yang dikatakan Asih Karto sudah bosan hidup seperti ini, setiap hari selalu di kejar ketakutan. Apalagi ia merasa Mayla selalu menghantuinya. Andai dulu aku tak mengikuti kemauan Dirga tentu semua tak akan seperti ini. Batin Karto. “Siapa yang menyuruhmu sebenarnya?” tanya Karto perlahan. “Mas Karto enggak usah banyak tanya, intinya Mas mau enggak bantu aku dan menjelaskan tentang rumah kosong itu.”Karto menghembuskan nafas dengan kasar. “Aku tak tahu dimana Pak Dirga, karena aku juga sedang mencarinya. Kalau tentang Mayla.” Karto terdiam tak melanjutkan perkataannya matanya menyapu semua sudut rumahnya. “Pak Dirga adalah orang yang di percaya Mayla untuk menjaga rumahnya termasuk istrinya, tapi entah setan apa yang merasuki Pak Dirga saat i

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   36. Bujukan Asih

    Taksi yang di tumpangi Asih berhenti di sebuah rumah yang bangunannya terlihat sangat sederhana. Perlahan Asih pun turun dan mengamati rumah yang sedari kecil di tinggalinya. Suasana terlihat sangat sepi seperti tak berpenghuni. Apa Mas Karto sedang pergi ya. Kenapa asepi sekali. Monolog Asih. Asih pun berjalan kembali ke taksi yang ia tumpangi tadi. “Pak, apa sebaiknya Bapak tinggalkan saya saja? Karena saya takut akan lama nanti,” ucap Asih pada sopir taksi tersebut. “Tapi tadi Pak Saka pesan kalau saya harus nunggu, Mbak,” jawab Sopir tersebut.Asih terdiam mendengar jawaban Sopir tersebut. Asih nampak berpikir keras mmencari cara supaya sopir tersebut tak di ketahui Karto. “Gini aja, Mbak. Ini kartu nama saya di situ udah tercantum nomor telepon saya, nanti kalau urusan Mbak sudah selesai, Mbak tinggal hubungi saya.” “Bapak mau kemana?” tanya Asih stelah menerima kartu nama Pak Sopir tersebut. “Saya mau cari w

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   35. Cerita Kita

    “Nach itu Winda,” tunjuk Asih yang melihat Winda dari kejauhan. “Akhirnya datang juga pesenanku,” celetuk Bagas. “Maaf, Mas lama,” ucap Winda begitu berdiri di hadapan Bagas. “Kamu ambil piring, Sih di belakang,” pinta Arun pada Asih. “Baik, Mbak sama saya mau buat munuman sekalian.”Asih pun langsung berjalan ke dalam toko, tanpa di minta Winda segera mengekor di belakangnya. “Asih,” panggil Winda berbisik karena takut Bagas atau Arunika mengikutinya. “Ngapain kamu ngikutin saya?” tanya Asih heran melihat Winda sudah berdiri di belakangnya. “Mau bantuin kamu, lagian dari pada jadi obat nyamuk aku juga enggak ngerti apa yang di bicarakan Mbak Arun sama Mas Bagas mendingan aku ikut kamu,” jawab Winda.Mereka berdua pun membuat minuman dan menyiapkan beberapa roti dan gorengan yang di beli Winda tadi di warung Bu Surti. “Silahkan, Mbak, Mas,” ucap Asih sambil meletakkan minuman dan makanan.D

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   34. Ide Bagas

    Arunika menceritakan semua rasa penasarannya tentang rumah kosong di perumahan dekat toko roti miliknya. Bahkan tentang mimpi yang di alami Saka dan dirinya. Awalnya Dika tak percaya karena Dika mengira Arunika hanya menghayal karena terobsesi ingin menemukan Kakanya. Namun setelah Arun menemukan bukti foto-foto di rumah kosong itu Dika mulai mempercayai kecurigaan Arunika terhadap Pak Dirga. “Aku kehilangan jejak Pak Dirga, makanya aku bingung,” keluh Arun dengan suara lirihnya. “Apa dia tak punya sanak keluarga yang bis kita mintai keterangan?” tanya Dika. “Kenapa kita enggak kepikiran hal itu dari awal, setidaknya kita bisa tanya sama Pak Senin atau Asih tentang Pak Dirga,” imbuh Bagas sambil menepuk keningnya. “Dik, apa Nanda pernah menceritakan sesuatu atau mungkin berkeluh kesah tentang keadaannya?” tanya Ayu sambil menatap Dika seolah meminta mengingat sesuatu hal sebelum Nanda menghilang.Dika terdiam wajahnya nampak serius mengi

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   33. Dia Adalah Perempuan Itu

    “Kamu mau kemana, Run pagi-pagi gini. Lagian bukannya toko buka jam sembilan,” tegur Mama Arunika ketika melihat Arun sudah rapi. “Arun ada perlu Bu mau pergi sama Bagas. Hari ini kayaknya Arun juga enggak akan sempat ke toko. Mama tenang aja udah ada Winda sama Asih, mereka bisa di andalkan kok,” jawab Arunika. “Kamu itu bukannya nyari Kakakmu tapi sibuk aja dengan Bagas.”Arunika memejamkan matanya sambil membelakangi Mamanya mendengar perkataan Mamanya hatinya begitu sakit jelas sekali Mamanya selama ini hanya memikirkan Kakaknya. Ma andai Mama tahu selama ini usahaku mencari Kak Nanda. Bahkan aku pergi dengan Bagas pun karena Kak Nanda. Sampai Bagas yang bukan keluarga kita mau bantu mencari kak Nanda karena dia tahu gimana perlakuan Mama ke aku. monolog Arunika. “Belum saatnya Arun menjelaskan apa yang Arun lakukan sama Bagas Ma. Karena selama Kak Nanda belum di temukan Arun akan selalu salah di mata Mama.” “Kamu marah sama Mama?”

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   32. Titik Terang

    “Itu mobil Mas Saka,” ucap Pak Senin sambil menunjuk ke arah mobil yang berjalan menuju ke arahnya.Mobil pun berhenti tak lama Saka dan Ayu turun dari dalam mobil. Ayu pun tersenyum ramah pada mereka bertiga. “Hai, Run apa kabar?” sapa Ayu ramah begitu melihat Arunika ada di sana.Bagas langsung melihat ke arah Arunika. “Hai, Yu. Kabar aku baik, kalian dari mana?” tanya Arunika berusaha mencairkan suasana. “Dari kantor, aku sekalian mau ambil berkas buat besok. Katanya Pak Saka besok berangkat telat,” jelas Ayu. “Kalian udah lama nunggu aku?” “Udah lah, Mas sampai saya habis kopi dua gelas terus makan roti dari toko Mbak Arun sampai puas,” jawab Pak Senin sambil mengelus perutnya yang kekenyangan. “Maaf, Ka kalau kedatangan kita ganggu waktu kamu,” ucap Bagas. “Santai aja lagi enggak ada yang ganggu kok. Lagian kerjaan aku juga udah selesai. Kalau gitu ayo ke rumah aku aja biar ngobrolnya enak,” ajak

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   31. Menghilang

    “Udah dari kemarin kita mengawasi rumah Pak Dirga, tapi kayaknya sepi,” ucap Arunika. “Jangan-jangan dia tahu kalau kita lagi ngawasin rumahnya,” jawab Bagas. “Gimana kalau kita tanya orang aja, dari pada buang-buang waktu,” usul Arunika pada Bagas yang masih asik dengan ponselnya. “Biar aku aja yang tanya. Takutnya mereka mengenali kamu.”Arunika mengikuti saran Bagas, benar juga ucapannya. Pasti mereka tahu kalau Arunika pemilik toko roti yang letaknya tak jauh dari tempat ini. Tak lama Arunika melihat seorang lelaki berjalan ke arah mobilnya. “Gas coba kamu tanya sama orang itu.” tunjuk Arunika pada seorang laki-laki yang berjalan ke arah mereka.Bagas pun segera turun, Arunika menundukkan kepalanya supaya orang yang di akan di temui Bagas tak melihatnya. “Permisi Pak,” sapa Bagas sopan pada lelaki itu. “Iya, ada apa ya?” ucap lelaki itu membalas sapaan Bagas. "Saya mau ke rumah Pak Dirga, tapi kaya

  • Misteri Rumah Di Ujung Jalan   30. Pertemuan

    Asih berjalan mondar mandir di dapur rumah Saka, sebelumnya Asih sudah ijin kalau hari ini dia tak masuk kerja di toko roti. Arunika tak mempermasalahkan karena Asih tak masuk kerja. Ponsel Asih berbunyi dan sebuah pesan pun masuk. [Saya sudah ada di rumah kosong itu sekarang cepat kamu kesini] Dirga.Asih menghembuskan nafasnya dia berusaha menenangkan dirinya, Memang kali ini berbeda dulu Asih tak pernah setakut ini jika Pak Dirga mengajaknya bertemu, tapi tidak untuk kali ini. “Kamu tenang aja saya akan mengawasi kamu,” terdengar suara yang mengejutkan Asih. “Pak Saka buat saya jantungan saja,” ucap Asih sambil memegangi dadanya. “Dari tadi kamu kelihatan bingung, Sih. Memangnya ada apa, saya sudah bilang kamu enggak perlu takut saya dan Pak Senin serta Bagas akan mengawasi kamu,” ucap Saka meyakinkan Asih. “Saya pergi dulu, Pak. Pak Dirga sudah di sana,” Asih pun berpamitan pada Saka.Dengan langkah cepat Asih menuju ke ruamh kosong di ujung jalan perumahan. Tak lama Asih suda

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status