Share

Part 4

Penulis: RA. ADISTI5585s
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-22 17:51:31

Perlahan kudengar suara langkah menjauh, aku yakin jika Alea sudah pergi meninggalkan kamarku. Aku bergerak sedikit saja, khawatir ia masih mengawasi ku.

Tak menyangka jika kondisiku dimanfaatkan, yang membuatku kecewa mengapa Adam justru turut mendukungnya, ternyata semua perhatian, romantismenya hanyalah palsu belaka.

Mereka mungkin merencanakan akan menghabisi nyawaku dengan terus mencekokiku obat-obatan yang aku sendiri tidak tahu apa benar obat untuk penyakit stres dan sudah diresepkan dengan benar melalui dokter.

Kebiasaan baru selama dua hari tak menenggak obat yang diberikan Alea, ternyata berpengaruh baik pada fisikku, aku sudah bisa menggerakkan lebih banyak kedua kaki dan tanganku, pusing yang kerap melanda, perlahan menghilang.

Aku masih menunggu selama dua atau tiga jam saat Alea lengah, aku yakin ada saatnya ia begitu asik bermain dengan anakku, Rafiqa hingga melupakan aku. Meski kutahu setiap satu jam sekali, ia akan mendatangi kamar untuk mengecek kondisiku.

Aku berjalan mengendap mengintip dari tirai jendela, kulihat Alea tengah sibuk menerima telepon dengan wajah ceria, ia bahkan tak mempedulikan Rafiqa yang bermain boneka sendirian berjarak lima meter dari posisinya.

Inilah kesempatanku, segera melangkah menuju ke kamar utama di mana beberapa malam yang lalu kupergoki kemesraan antara suami dan perempuan yang bertugas menjaga anak dan diriku selama beberapa bulan ini. Fokusku hanya satu, aku harus menemukan segera handphoneku.

Satu persatu kubuka lemari, namun benda pipih itu tak jua kutemukan. Aku harus bergerak cepat sebab tak ingin melihat Alea kembali dengan cepat ke dalam rumah ini, bisa hancur semua rencanaku.

Hampir saja putus asa saat mendengar suara pintu depan terdengar dibuka dan menyusul suara anak pertamaku.

Tiba-tiba saja mataku melihat handphoneku persis ada di atas meja kerja suamiku, gegas kuambil dan bersembunyi sementara di balik pintu sambil menunggu Alea masuk, beruntung ia melewati kamar utama, sepertinya ia masuk ke kamar Rafiqa, kemungkinan untuk menidurkan anakku.

Dengan langkah pasti, aku kembali ke kamar. Lega ketika sudah bisa mencapai ranjang dan berselimut kembali.

Handphone kusimpan dibalik bantal, aku belum bisa menghubungi seseorang saat ini, tetap saja menunggu waktu yang tepat karena aku tahu bisa saja sewaktu-waktu Alea masuk memeriksaku.

Benar saja, sepersekian menit ia sudah mendatangiku, hanya sebentar dan ia pun menutup pintu kembali. Lega rasanya.

Aku mengambil handphone dan mulai memencet tombol menghidupkannya, namun apes karena gawaiku sama sekali tak menyala.

Mungkin saja selama beberapa bulan ini tidak di charger, aku mengumpat dalam hati. Itu artinya aku harus mencari charger nya supaya bisa menghubungi Sandra.

“Ya Tuhan, bagaimana ini?” keluhku.

***

Sudah dua hari ini Sandra tak muncul, sebelumnya ia berjanji akan mencari tahu obat apa yang diberikan padaku.

Aku tak mungkin terus-menerus berdiam diri dan berpura-pura menelan obat yang diberikan Alea, aku yakin lama kelamaan aksi yang kulakukan akan ketahuan.

Menunggu Sandra seperti menunggu pacar yang berjanji akan datang untuk apel di malam minggu. Deg-degan tak karuan.

Baru saja aku akan mengintip aktivitas yang dilakukan suami dan anakku di halaman rumah, suara langkah kaki membuatku secepatnya berlari kecil lalu berbaring ke tempat tidur tanpa ketahuan. Tak lama suara decitan pintu terdengar. Aku menutup mata seakan tertidur.

Begitu kubuka sedikit mataku, bisa kulihat Alea nampak membubuhkan sesuatu ke makananku, kali ini ia bertindak lebih pintar. Kurasa ia tak lagi memintaku meminum obat seperti biasanya, setelah selesai ia lantas membangunkanku, sengaja lama baru membuka mata.

“Makanlah, Bu. Hari ini aku siapkan sup ikan kesukaan Ibu, mau aku suapi?” tanyanya dengan suara lembut.

Benar-benar pandai bersandiwara, saat aku terlelap tidur karena pengaruh obat, dia dengan gampangnya menamparku waktu itu dan sekarang saat mataku terjaga, ia selayaknya menjalankan tugasnya sebagai baby sitter Rafiqa sekaligus orang yang melayani kebutuhanku dengan suara selembut mungkin. Munafik.

“Aku belum lapar, aku ingin sekali jalan-jalan menikmati pemandangan di luar sana, rasanya sudah terlalu lama berdiam diri di kamar ini,” sahutku.

Tentu saja tak membuatnya senang.

Ia pasti berharap aku langsung melumat makanan yang ia hidangkan, aku sengaja beralasan supaya aku selamat dari rencana busuknya yang ingin membuatku tertidur pulas selama dua belas jam atau mungkin membuatku tertidur selamanya.

“Keadaan Ibu masih sangat lemah, tidur adalah obat terapi yang baik untuk Ibu. Pak Adam juga tak akan mau Ibu melewatkan masa penyembuhan, berjalan-jalan ke luar rumah hanya akan menambah bakteri yang bisa saja masuk ke dalam tubuh Ibu yang lemah,” sarannya yang tentu saja hanya menguntungkannya dengan keadaanku yang lemah begini.

Pintar sekali beralasan, meski begitu aku tak mau mengikuti kemauannya. Aku pemilik rumah ini dan aku yang berhak atas keselamatan diriku, ia hanya pembantu, begitulah anggapanku.

Kenapa aku harus takut padanya? Tetapi bila memikirkan kemesraannya bersama suamiku, aku sangat yakin jika suamiku akan dengan cepat membela betina jadi-jadian ini lalu menendang ku dari rumah ini dengan cara apapun juga dan lebih memilih perempuan muda, cantik dan aku tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan dirinya. Bingung jadinya.

“Biarkan saja jika Ibu mau berjalan-jalan ke luar rumah, itu lebih baik buatnya daripada ia terus berdiam diri di dalam kamar, Ibu Viona mungkin sumpek berlama-lama di tempat yang sama. Bawa saja Ibu ke luar, untuk makan biar saja setelah ia kembali barulah dikasih,” Lega rasanya ketika mendengar suara Adam yang jelas membelaku. Kulihat kilat marah di mata Alea.

“Tapi, Pak … Ibu kan butuh ….” Belum selesai ia berucap, kalimatnya sudah terpotong.

“Tidak apa-apa, bawa saja Ibu Viona ke luar, anakku Rafiqa juga sudah lama tak bermain-main lagi dengannya,” tegas Adam membuat Alea bungkam.

Tak menyangka Adam tak sependapat dengan perempuan di depanku ini. Aku tersenyum samar.

Mau tak mau Alea membantuku bangkit, aku senang sekali. Perlahan ia menuntunku ke halaman dan mendudukkan ku di kursi taman sambil sesekali melihat Rafiqa bermain.

Hanya sebentar saja menikmati pemandangan, tak kulihat suami juga Alea di antara kami, entah ke mana mereka. Aku menoleh mencari, mereka memang tidak ada.

Tak sengaja mataku menangkap sosok mereka berdua berdiri di bawah pohon yang berjarak sekitar dua puluh meter dari tempatku kini dan yang pasti dalam keadaan marah alias bertengkar, karena Alea terlihat mengangkat tangannya berulang kali dengan wajah tegang.

Entah apa yang mereka bicarakan. Aku tak mau tahu dan lagi-lagi seakan tidak peduli ada masalah apa dengan mereka. Hanya perlu memikirkan apa rencana ku selanjutnya.

Bab terkait

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 5

    Sayang, aku boleh pinjam handphone?” tanyaku. Adam dan Alea saling memandang, pandangan mereka sulit ku artikan.Adam mendekatiku dan memegang pucuk kepalaku, sebentar saja ia lantas menciumnya dengan mesra. Aksi yang sangat palsu, apalagi bisa kulihat ada kilat kemarahan di mata baby sitter yang berdiri tak jauh dari posisi kami, ia pasti cemburu. Cemburu yang tak seharusnya. “Buat apa mau pakai handphone? Urusan obat, kesehatanmu semuanya sudah diselesaikan oleh Alea, kamu tahu sendiri Alea juga dulunya seorang perawat hingga dia tahu benar apa yang harus dilakukannya, lagipula jika hanya ingin menonton … kamu bisa melakukannya nanti denganku, tapi tentu saja kamu harus menghabiskan dulu makananmu setelah itu baru kita menonton bersama di ruang tengah, kamu mau menonton apa saja, pasti aku temani,” Pandai sekali Adam membujukku, sayang sekali aku sudah mulai paham dengan akal busuk suamiku yang tampan ini dengan baby sitter yang ia sebut dulunya seorang perawat ini. Justru ia pe

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 6

    Kamu yang sabar ya, sayang. Sandra katanya kecelakaan mobil dan itu sudah terjadi seminggu sebelumnya, diperkirakan mobilnya masuk sungai dan baru saja tadi pagi mobilnya diangkut naik, Sandra … maaf … ia tak selamat.” Adam lantas memeluk menenangkan ku.Aku tak lagi bisa mencerna apa yang dikatakan Adam, baru saja berharap selama seminggu ini mendapatkan bantuan dari sahabatku itu, tiba-tiba saja Adam menyampaikan bahwa Sandra justru meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya. Aku hanya bisa menangisi kepergian sahabatku itu. “Kamu tidak sedang bercanda ‘kan? Sandra tak mungkin mati, ia sehat dan baik-baik saja waktu ia ke mari, ia sudah berjanji akan menjengukku terus di sini setiap harinya, aku baru saja akan menagih janjinya tapi dia ….” Aku tak lagi bisa menyelesaikan kalimatku. Perih sekali rasa hatiku, perempuan yang sudah menjadi sahabatku sejak SMP ini akhirnya meninggalkanku tanpa pamitan. Tidak ada tanda-tanda khusus ia akan meninggalkanku. Rasanya begitu cepat terasa,

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 1

    “Malam ini kasih jatah ya?” “Ih … apaan sih, Mas?” “Siapa suruh bikin aku ket4gihan,”Aku terbangun kaget, selalu saja mimpi buruk setiap malam, kali ini benar-benar tak mengenakkan sebab dalam mimpi nyata terlihat suamiku tengah bermesraan dengan baby sitterku. Apakah ini pertanda atau hanya bunga tidur semata?***Aku membuka mata dengan sangat malas, kantuk masih melanda. Sakit yang kuderita selama kurang lebih sebulan ini membuatku lebih banyak menghabiskan waktu di tempat tidur. Sebenarnya sakit yang kurasakan sekarang ini adalah semua otot dan tubuhku terasa lemah, kata dokter aku mengalami stres tinggi hingga dianggap sering berhalusinasi.Dua bulan yang lalu, aku kehilangan Nayla, bayiku yang masih berusia tiga bulan. Semua terjadi karena kesalahanku. Aku yang tertidur saat menyusuinya, bayiku berhenti bernapas tanpa kuketahui. Rasa bersalah membuatku tak henti mengutuk diriku, bahkan aku punya hobi mengurung diri dalam kamar seharian tanpa makan dan minum. Setelah itu be

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 2

    Dengan kepala masih terasa berat dan tubuh lemas, aku kembali ke tempat tidur. Tidak ada lagi seleraku untuk makan dan meminum obat, pikiranku ke mana-mana. Selama beberapa bulan ini aku tak lagi bisa mesra dengan suamiku, aku bahkan tak pernah lagi peduli dengannya selain bermain dengan pikiran masa laluku, mengutuk diri terus-menerus. Apa yang dilakukan Adam bisa saja karena pelampiasannya lantaran tak pernah mendapatkan kemesraan dariku. Herannya, aku tak merasakan perasaan sakit hati sama sekali. Untuk menghilangkan letih, aku mencoba duduk di ranjang, tak lama berselang terdengar suara kendaraan di depan. Seingatku Adam sudah pergi bersama Alea dan Rafiqa, aku diam saja menunggu dan beberapa menit kemudian suara langkah mendekat ke kamarku. “Hai, sudah bangun ya, Tuan puteri?” Sandra, sahabatku yang ceriwis muncul. Aku terpana.“Kaget ‘kan? Aku memang sengaja tak mengabari, pokoknya habis dari bandara tanpa ganti baju dulu langsung ke sini untuk menemui tuan puteri supaya di

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 3

    Setelah memergoki suamiku bermesraan dengan baby sitter putriku, aku sudah tak mau lagi meminum obat-obatan yang diberikan oleh Alea, prasangka buruk terus bermain di otakku. Aku selalu berhayal jika suamiku juga perempuan imut itu sedang bekerjasama untuk menghilangkan nyawaku pelan-pelan lalu mereka akan puas berduaan dan perempuan itu akan mengganti posisiku sebagai Nyonya Adam Hermawan. “Minum obatnya ya, Bu? Setelah itu beristirahatlah,” sebutnya.Aku mulai memainkan sandiwaraku untuk berpura-pura menelan obat persis di hadapannya, sebab ia tak jua beranjak dari kamarku dengan memastikan aku meminum obat terlebih dahulu. Lalu aku pun berpura-pura berbaring seakan ngantuk melandaku. Begitu kudengar suara pintu tertutup, aku menoleh dengan pelan dan bisa bernapas lega begitu melihat tak ada siapapun dalam ruangan kamarku, aku mengambil obat yang kusembunyikan di bawah lidahku lalu menyimpannya di bawah ranjangku. Perlahan bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju pintu kama

Bab terbaru

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 6

    Kamu yang sabar ya, sayang. Sandra katanya kecelakaan mobil dan itu sudah terjadi seminggu sebelumnya, diperkirakan mobilnya masuk sungai dan baru saja tadi pagi mobilnya diangkut naik, Sandra … maaf … ia tak selamat.” Adam lantas memeluk menenangkan ku.Aku tak lagi bisa mencerna apa yang dikatakan Adam, baru saja berharap selama seminggu ini mendapatkan bantuan dari sahabatku itu, tiba-tiba saja Adam menyampaikan bahwa Sandra justru meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya. Aku hanya bisa menangisi kepergian sahabatku itu. “Kamu tidak sedang bercanda ‘kan? Sandra tak mungkin mati, ia sehat dan baik-baik saja waktu ia ke mari, ia sudah berjanji akan menjengukku terus di sini setiap harinya, aku baru saja akan menagih janjinya tapi dia ….” Aku tak lagi bisa menyelesaikan kalimatku. Perih sekali rasa hatiku, perempuan yang sudah menjadi sahabatku sejak SMP ini akhirnya meninggalkanku tanpa pamitan. Tidak ada tanda-tanda khusus ia akan meninggalkanku. Rasanya begitu cepat terasa,

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 5

    Sayang, aku boleh pinjam handphone?” tanyaku. Adam dan Alea saling memandang, pandangan mereka sulit ku artikan.Adam mendekatiku dan memegang pucuk kepalaku, sebentar saja ia lantas menciumnya dengan mesra. Aksi yang sangat palsu, apalagi bisa kulihat ada kilat kemarahan di mata baby sitter yang berdiri tak jauh dari posisi kami, ia pasti cemburu. Cemburu yang tak seharusnya. “Buat apa mau pakai handphone? Urusan obat, kesehatanmu semuanya sudah diselesaikan oleh Alea, kamu tahu sendiri Alea juga dulunya seorang perawat hingga dia tahu benar apa yang harus dilakukannya, lagipula jika hanya ingin menonton … kamu bisa melakukannya nanti denganku, tapi tentu saja kamu harus menghabiskan dulu makananmu setelah itu baru kita menonton bersama di ruang tengah, kamu mau menonton apa saja, pasti aku temani,” Pandai sekali Adam membujukku, sayang sekali aku sudah mulai paham dengan akal busuk suamiku yang tampan ini dengan baby sitter yang ia sebut dulunya seorang perawat ini. Justru ia pe

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 4

    Perlahan kudengar suara langkah menjauh, aku yakin jika Alea sudah pergi meninggalkan kamarku. Aku bergerak sedikit saja, khawatir ia masih mengawasi ku. Tak menyangka jika kondisiku dimanfaatkan, yang membuatku kecewa mengapa Adam justru turut mendukungnya, ternyata semua perhatian, romantismenya hanyalah palsu belaka. Mereka mungkin merencanakan akan menghabisi nyawaku dengan terus mencekokiku obat-obatan yang aku sendiri tidak tahu apa benar obat untuk penyakit stres dan sudah diresepkan dengan benar melalui dokter. Kebiasaan baru selama dua hari tak menenggak obat yang diberikan Alea, ternyata berpengaruh baik pada fisikku, aku sudah bisa menggerakkan lebih banyak kedua kaki dan tanganku, pusing yang kerap melanda, perlahan menghilang. Aku masih menunggu selama dua atau tiga jam saat Alea lengah, aku yakin ada saatnya ia begitu asik bermain dengan anakku, Rafiqa hingga melupakan aku. Meski kutahu setiap satu jam sekali, ia akan mendatangi kamar untuk mengecek kondisiku. Aku b

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 3

    Setelah memergoki suamiku bermesraan dengan baby sitter putriku, aku sudah tak mau lagi meminum obat-obatan yang diberikan oleh Alea, prasangka buruk terus bermain di otakku. Aku selalu berhayal jika suamiku juga perempuan imut itu sedang bekerjasama untuk menghilangkan nyawaku pelan-pelan lalu mereka akan puas berduaan dan perempuan itu akan mengganti posisiku sebagai Nyonya Adam Hermawan. “Minum obatnya ya, Bu? Setelah itu beristirahatlah,” sebutnya.Aku mulai memainkan sandiwaraku untuk berpura-pura menelan obat persis di hadapannya, sebab ia tak jua beranjak dari kamarku dengan memastikan aku meminum obat terlebih dahulu. Lalu aku pun berpura-pura berbaring seakan ngantuk melandaku. Begitu kudengar suara pintu tertutup, aku menoleh dengan pelan dan bisa bernapas lega begitu melihat tak ada siapapun dalam ruangan kamarku, aku mengambil obat yang kusembunyikan di bawah lidahku lalu menyimpannya di bawah ranjangku. Perlahan bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju pintu kama

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 2

    Dengan kepala masih terasa berat dan tubuh lemas, aku kembali ke tempat tidur. Tidak ada lagi seleraku untuk makan dan meminum obat, pikiranku ke mana-mana. Selama beberapa bulan ini aku tak lagi bisa mesra dengan suamiku, aku bahkan tak pernah lagi peduli dengannya selain bermain dengan pikiran masa laluku, mengutuk diri terus-menerus. Apa yang dilakukan Adam bisa saja karena pelampiasannya lantaran tak pernah mendapatkan kemesraan dariku. Herannya, aku tak merasakan perasaan sakit hati sama sekali. Untuk menghilangkan letih, aku mencoba duduk di ranjang, tak lama berselang terdengar suara kendaraan di depan. Seingatku Adam sudah pergi bersama Alea dan Rafiqa, aku diam saja menunggu dan beberapa menit kemudian suara langkah mendekat ke kamarku. “Hai, sudah bangun ya, Tuan puteri?” Sandra, sahabatku yang ceriwis muncul. Aku terpana.“Kaget ‘kan? Aku memang sengaja tak mengabari, pokoknya habis dari bandara tanpa ganti baju dulu langsung ke sini untuk menemui tuan puteri supaya di

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 1

    “Malam ini kasih jatah ya?” “Ih … apaan sih, Mas?” “Siapa suruh bikin aku ket4gihan,”Aku terbangun kaget, selalu saja mimpi buruk setiap malam, kali ini benar-benar tak mengenakkan sebab dalam mimpi nyata terlihat suamiku tengah bermesraan dengan baby sitterku. Apakah ini pertanda atau hanya bunga tidur semata?***Aku membuka mata dengan sangat malas, kantuk masih melanda. Sakit yang kuderita selama kurang lebih sebulan ini membuatku lebih banyak menghabiskan waktu di tempat tidur. Sebenarnya sakit yang kurasakan sekarang ini adalah semua otot dan tubuhku terasa lemah, kata dokter aku mengalami stres tinggi hingga dianggap sering berhalusinasi.Dua bulan yang lalu, aku kehilangan Nayla, bayiku yang masih berusia tiga bulan. Semua terjadi karena kesalahanku. Aku yang tertidur saat menyusuinya, bayiku berhenti bernapas tanpa kuketahui. Rasa bersalah membuatku tak henti mengutuk diriku, bahkan aku punya hobi mengurung diri dalam kamar seharian tanpa makan dan minum. Setelah itu be

DMCA.com Protection Status