Share

Part 3

Penulis: RA. ADISTI5585s
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-22 17:51:31

Setelah memergoki suamiku bermesraan dengan baby sitter putriku, aku sudah tak mau lagi meminum obat-obatan yang diberikan oleh Alea, prasangka buruk terus bermain di otakku.

Aku selalu berhayal jika suamiku juga perempuan imut itu sedang bekerjasama untuk menghilangkan nyawaku pelan-pelan lalu mereka akan puas berduaan dan perempuan itu akan mengganti posisiku sebagai Nyonya Adam Hermawan.

“Minum obatnya ya, Bu? Setelah itu beristirahatlah,” sebutnya.

Aku mulai memainkan sandiwaraku untuk berpura-pura menelan obat persis di hadapannya, sebab ia tak jua beranjak dari kamarku dengan memastikan aku meminum obat terlebih dahulu. Lalu aku pun berpura-pura berbaring seakan ngantuk melandaku.

Begitu kudengar suara pintu tertutup, aku menoleh dengan pelan dan bisa bernapas lega begitu melihat tak ada siapapun dalam ruangan kamarku, aku mengambil obat yang kusembunyikan di bawah lidahku lalu menyimpannya di bawah ranjangku.

Perlahan bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju pintu kamar, dengan sangat pelan sekali aku membukanya lalu melihat ke kanan dan ke kiri memastikan situasi aman, dengan tidak ada orang yang memergokiku.

Setelah dirasa cukup aman, aku pun melangkah ke luar dan tujuan utamaku ke kamar di lantai dasar alias lantai satu.

“Bagaimana? Obatnya sudah dia minum?” terdengar suara Adam menggema di dalam kamar utama kami.

“Sudah, aku sudah memastikannya,” jawaban itu aku tahu dari suara Alea.

“Kalau begitu tunggu apalagi?” suara renyah tertawa Adam kembali terdengar.

Aku mengintip sedikit dari celah pintu yang terbuka. Reflek kedua tanganku menutup mulut, pemandangan yang memang sudah kuduga, akhirnya terjadi.

Suami yang begitu romantis, perhatian ternyata menghianatiku bermesraan dengan baby sitter kami. Jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya.

Kucoba beberapa kali mengedipkan mata, mencubit lenganku memastikan semuanya hanyalah hayalanku saja namun aku masih saja melihat Alea menduduki tubuh suamiku lantas membuka satu persatu pakaian yang melekat di tubuhnya sementara tangan Adam terus beraksi.

Napasku naik turun menahan emosi, aku ingin saja melabrak mereka berdua namun keadaanku masih begitu lemah dan tak berdaya.

Aku bingung apa yang harus aku lakukan.

Aku menangis dan ingin menghilang begitu saja dari sana, tak sanggup mataku melihat kemesraan mereka, Adam sudah menghianati pernikahan yang sudah kami jalani selama tujuh tahun.

Tega kamu, Adam. Tanpa sengaja tanganku menyenggol vas bunga yang tak jauh dari pintu kamar tersebut, vas terjatuh dan bunga serta tanah di dalamnya terhambur begitu saja. Tentu saja aku panik dan lantas melangkah cepat menuju kamarku.

Baru saja selesai menyelimuti diriku dan berbalik berpura-pura tidur, terdengar suara pintu kamar terbuka, aku memejamkan mata dan benar-benar bersandiwara seakan-akan tidurku pulas sekali.

Plak … plak …

Terasa sekali perih di kedua pipiku, namun sebisa mungkin kutahan. Aku tahu Alea yang melakukannya. Ia tega dan berani sekali.

“Hei, apa yang kamu lakukan. Kamu tidak lihat dia sudah tertidur?” Suara Adam terdengar.

“Siapa tahu saja dia belum tidur dan mungkin saja dia memergoki kita tadi di kamar, Mas. Aku hanya ingin memastikan,” sebutnya.

“Sudahlah, kamu saja yang terlalu khawatir. Obat yang kamu kasih, tidak akan membangunkan dia dalam dua belas jam, ia pasti tertidur lelap kayak kerbau, apa sih yang kamu takutkan?”

Air mataku hampir saja mengalir. Ya, Tuhan. Sudah sedekat apa suamiku dengan baby sitter ini, ia sudah memanggil dengan sebutan “Mas” ditambah lagi ia dengan beraninya menamparku di depan Adam, bahkan suami yang begitu kupuja ternyata malah bekerjasama membuatku tidur tanpa jeda, jadi benar saja apa yang sudah aku pikirkan sejak melihat kemesraan mereka tadi pagi.

Aku menghela napas panjang begitu mendengar suara langkah kaki mereka ke luar dari kamarku.

Aku menahan suara tangis sesengukan agar tak terdengar oleh kedua orang itu, hidupku benar-benar hancur mengetahui suamiku selingkuh dengan baby sitter bayarannya, yang lebih menyakitkan apa yang dilakukan oleh Alea seakan mendapatkan restu dari Adam.

Ia setuju Alea memberikan obat padaku agar mereka berdua bisa leluasa bersama. Apa yang harus kulakukan kini? Kali ini terpaksa harus berdiam diri menunggu waktu yang tepat untuk mencari handphoneku lantas menghubungi Sandra untuk membantuku, setidaknya ke luar dari sini secepatnya. Fiqa, ya Rafiqa akan kubawa serta.

***

Seperti biasa setiap pagi aku bangun dari tidurku dan bersikap normal dengan memakan habis sarapan yang disiapkan, dan meminum obat yang aku letakkan di bawah lidahku.

“Aku jalan dulu ya, Sayang. Ingat semua makanan dan obat yang disiapkan Alea, wajib kamu habiskan biar cepat sembuh dan kalau kamu sembuh, kita akan jalan-jalan ke eropa supaya kamu dan Rafiqa senang,” Adam muncul dan langsung duduk di bibir ranjang menghadap ku.

Jika ia lontarkan kalimat romantis beberapa hari yang lalu, mungkin aku akan senang dan berbunga-bunga mendengarnya.

Namun, tidak lagi pagi ini setelah apa yang kulihat semalam, aku juga tidak sedang bermimpi, semuanya nyata bagaimana kemesraan mereka berdua, terasa jijik melihat wajah keduanya, sebisa mungkin aku tahan.

Dan aku mengangguk pelan seperti kebiasaanku selama ini. Adam berdiri dan menghadap Alea.

“Alea, pastikan Ibu selalu meminum obat, bila perlu periksa mulutnya jangan sampai ia tak meminumnya sama sekali,”

Posisi Adam yang membelakangiku dan tengah asik berbicara dengan Alea, kumanfaatkan untuk membuang obat yang kusembunyikan ke samping tanganku lantas tanganku menarik ke dalam bantalku secepat mungkin.

“Baik, Pak,” singkat sekali mereka berbicara, tetapi tidak jika mereka berdua di dalam kamar berduaan. Dasar munafik. Rasanya ingin sekali meludahi wajah mereka berdua. Sabarlah, Viona.

Misiku hari ini akan mencari keberadaan handphone yang entah disimpan di mana.

Begitu mereka berdua ke luar dari kamar, aku mengamankan kembali pil yang belum ku telan.

Di bawah ranjang menjadi targetku. Saat ini aku masih berbaring, memejamkan mata sambil berpikir apa yang harus kulakukan, suara kendaraan Adam terdengar meninggalkan halaman, menyusul beberapa menit suara langkah kaki Alea menghampiri kamarku, aku kembali memejamkan mata dan dengan tenang mengatur napas ku.

Hanya sebentar saja ia mungkin melihat keadaanku, tak lama suara dering handphonenya berbunyi. “Ya, Kak. Rencana harus kita matangkan lagi, aku yakin dosis obatnya masih kurang,”

Apa??? Rencana? Rencana apa? Siapa sebenarnya baby sitter ini dan siapa yang dipanggilnya kakak di telepon tadi?

Bab terkait

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 4

    Perlahan kudengar suara langkah menjauh, aku yakin jika Alea sudah pergi meninggalkan kamarku. Aku bergerak sedikit saja, khawatir ia masih mengawasi ku. Tak menyangka jika kondisiku dimanfaatkan, yang membuatku kecewa mengapa Adam justru turut mendukungnya, ternyata semua perhatian, romantismenya hanyalah palsu belaka. Mereka mungkin merencanakan akan menghabisi nyawaku dengan terus mencekokiku obat-obatan yang aku sendiri tidak tahu apa benar obat untuk penyakit stres dan sudah diresepkan dengan benar melalui dokter. Kebiasaan baru selama dua hari tak menenggak obat yang diberikan Alea, ternyata berpengaruh baik pada fisikku, aku sudah bisa menggerakkan lebih banyak kedua kaki dan tanganku, pusing yang kerap melanda, perlahan menghilang. Aku masih menunggu selama dua atau tiga jam saat Alea lengah, aku yakin ada saatnya ia begitu asik bermain dengan anakku, Rafiqa hingga melupakan aku. Meski kutahu setiap satu jam sekali, ia akan mendatangi kamar untuk mengecek kondisiku. Aku b

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 5

    Sayang, aku boleh pinjam handphone?” tanyaku. Adam dan Alea saling memandang, pandangan mereka sulit ku artikan.Adam mendekatiku dan memegang pucuk kepalaku, sebentar saja ia lantas menciumnya dengan mesra. Aksi yang sangat palsu, apalagi bisa kulihat ada kilat kemarahan di mata baby sitter yang berdiri tak jauh dari posisi kami, ia pasti cemburu. Cemburu yang tak seharusnya. “Buat apa mau pakai handphone? Urusan obat, kesehatanmu semuanya sudah diselesaikan oleh Alea, kamu tahu sendiri Alea juga dulunya seorang perawat hingga dia tahu benar apa yang harus dilakukannya, lagipula jika hanya ingin menonton … kamu bisa melakukannya nanti denganku, tapi tentu saja kamu harus menghabiskan dulu makananmu setelah itu baru kita menonton bersama di ruang tengah, kamu mau menonton apa saja, pasti aku temani,” Pandai sekali Adam membujukku, sayang sekali aku sudah mulai paham dengan akal busuk suamiku yang tampan ini dengan baby sitter yang ia sebut dulunya seorang perawat ini. Justru ia pe

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 6

    Kamu yang sabar ya, sayang. Sandra katanya kecelakaan mobil dan itu sudah terjadi seminggu sebelumnya, diperkirakan mobilnya masuk sungai dan baru saja tadi pagi mobilnya diangkut naik, Sandra … maaf … ia tak selamat.” Adam lantas memeluk menenangkan ku.Aku tak lagi bisa mencerna apa yang dikatakan Adam, baru saja berharap selama seminggu ini mendapatkan bantuan dari sahabatku itu, tiba-tiba saja Adam menyampaikan bahwa Sandra justru meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya. Aku hanya bisa menangisi kepergian sahabatku itu. “Kamu tidak sedang bercanda ‘kan? Sandra tak mungkin mati, ia sehat dan baik-baik saja waktu ia ke mari, ia sudah berjanji akan menjengukku terus di sini setiap harinya, aku baru saja akan menagih janjinya tapi dia ….” Aku tak lagi bisa menyelesaikan kalimatku. Perih sekali rasa hatiku, perempuan yang sudah menjadi sahabatku sejak SMP ini akhirnya meninggalkanku tanpa pamitan. Tidak ada tanda-tanda khusus ia akan meninggalkanku. Rasanya begitu cepat terasa,

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 1

    “Malam ini kasih jatah ya?” “Ih … apaan sih, Mas?” “Siapa suruh bikin aku ket4gihan,”Aku terbangun kaget, selalu saja mimpi buruk setiap malam, kali ini benar-benar tak mengenakkan sebab dalam mimpi nyata terlihat suamiku tengah bermesraan dengan baby sitterku. Apakah ini pertanda atau hanya bunga tidur semata?***Aku membuka mata dengan sangat malas, kantuk masih melanda. Sakit yang kuderita selama kurang lebih sebulan ini membuatku lebih banyak menghabiskan waktu di tempat tidur. Sebenarnya sakit yang kurasakan sekarang ini adalah semua otot dan tubuhku terasa lemah, kata dokter aku mengalami stres tinggi hingga dianggap sering berhalusinasi.Dua bulan yang lalu, aku kehilangan Nayla, bayiku yang masih berusia tiga bulan. Semua terjadi karena kesalahanku. Aku yang tertidur saat menyusuinya, bayiku berhenti bernapas tanpa kuketahui. Rasa bersalah membuatku tak henti mengutuk diriku, bahkan aku punya hobi mengurung diri dalam kamar seharian tanpa makan dan minum. Setelah itu be

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 2

    Dengan kepala masih terasa berat dan tubuh lemas, aku kembali ke tempat tidur. Tidak ada lagi seleraku untuk makan dan meminum obat, pikiranku ke mana-mana. Selama beberapa bulan ini aku tak lagi bisa mesra dengan suamiku, aku bahkan tak pernah lagi peduli dengannya selain bermain dengan pikiran masa laluku, mengutuk diri terus-menerus. Apa yang dilakukan Adam bisa saja karena pelampiasannya lantaran tak pernah mendapatkan kemesraan dariku. Herannya, aku tak merasakan perasaan sakit hati sama sekali. Untuk menghilangkan letih, aku mencoba duduk di ranjang, tak lama berselang terdengar suara kendaraan di depan. Seingatku Adam sudah pergi bersama Alea dan Rafiqa, aku diam saja menunggu dan beberapa menit kemudian suara langkah mendekat ke kamarku. “Hai, sudah bangun ya, Tuan puteri?” Sandra, sahabatku yang ceriwis muncul. Aku terpana.“Kaget ‘kan? Aku memang sengaja tak mengabari, pokoknya habis dari bandara tanpa ganti baju dulu langsung ke sini untuk menemui tuan puteri supaya di

Bab terbaru

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 6

    Kamu yang sabar ya, sayang. Sandra katanya kecelakaan mobil dan itu sudah terjadi seminggu sebelumnya, diperkirakan mobilnya masuk sungai dan baru saja tadi pagi mobilnya diangkut naik, Sandra … maaf … ia tak selamat.” Adam lantas memeluk menenangkan ku.Aku tak lagi bisa mencerna apa yang dikatakan Adam, baru saja berharap selama seminggu ini mendapatkan bantuan dari sahabatku itu, tiba-tiba saja Adam menyampaikan bahwa Sandra justru meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya. Aku hanya bisa menangisi kepergian sahabatku itu. “Kamu tidak sedang bercanda ‘kan? Sandra tak mungkin mati, ia sehat dan baik-baik saja waktu ia ke mari, ia sudah berjanji akan menjengukku terus di sini setiap harinya, aku baru saja akan menagih janjinya tapi dia ….” Aku tak lagi bisa menyelesaikan kalimatku. Perih sekali rasa hatiku, perempuan yang sudah menjadi sahabatku sejak SMP ini akhirnya meninggalkanku tanpa pamitan. Tidak ada tanda-tanda khusus ia akan meninggalkanku. Rasanya begitu cepat terasa,

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 5

    Sayang, aku boleh pinjam handphone?” tanyaku. Adam dan Alea saling memandang, pandangan mereka sulit ku artikan.Adam mendekatiku dan memegang pucuk kepalaku, sebentar saja ia lantas menciumnya dengan mesra. Aksi yang sangat palsu, apalagi bisa kulihat ada kilat kemarahan di mata baby sitter yang berdiri tak jauh dari posisi kami, ia pasti cemburu. Cemburu yang tak seharusnya. “Buat apa mau pakai handphone? Urusan obat, kesehatanmu semuanya sudah diselesaikan oleh Alea, kamu tahu sendiri Alea juga dulunya seorang perawat hingga dia tahu benar apa yang harus dilakukannya, lagipula jika hanya ingin menonton … kamu bisa melakukannya nanti denganku, tapi tentu saja kamu harus menghabiskan dulu makananmu setelah itu baru kita menonton bersama di ruang tengah, kamu mau menonton apa saja, pasti aku temani,” Pandai sekali Adam membujukku, sayang sekali aku sudah mulai paham dengan akal busuk suamiku yang tampan ini dengan baby sitter yang ia sebut dulunya seorang perawat ini. Justru ia pe

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 4

    Perlahan kudengar suara langkah menjauh, aku yakin jika Alea sudah pergi meninggalkan kamarku. Aku bergerak sedikit saja, khawatir ia masih mengawasi ku. Tak menyangka jika kondisiku dimanfaatkan, yang membuatku kecewa mengapa Adam justru turut mendukungnya, ternyata semua perhatian, romantismenya hanyalah palsu belaka. Mereka mungkin merencanakan akan menghabisi nyawaku dengan terus mencekokiku obat-obatan yang aku sendiri tidak tahu apa benar obat untuk penyakit stres dan sudah diresepkan dengan benar melalui dokter. Kebiasaan baru selama dua hari tak menenggak obat yang diberikan Alea, ternyata berpengaruh baik pada fisikku, aku sudah bisa menggerakkan lebih banyak kedua kaki dan tanganku, pusing yang kerap melanda, perlahan menghilang. Aku masih menunggu selama dua atau tiga jam saat Alea lengah, aku yakin ada saatnya ia begitu asik bermain dengan anakku, Rafiqa hingga melupakan aku. Meski kutahu setiap satu jam sekali, ia akan mendatangi kamar untuk mengecek kondisiku. Aku b

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 3

    Setelah memergoki suamiku bermesraan dengan baby sitter putriku, aku sudah tak mau lagi meminum obat-obatan yang diberikan oleh Alea, prasangka buruk terus bermain di otakku. Aku selalu berhayal jika suamiku juga perempuan imut itu sedang bekerjasama untuk menghilangkan nyawaku pelan-pelan lalu mereka akan puas berduaan dan perempuan itu akan mengganti posisiku sebagai Nyonya Adam Hermawan. “Minum obatnya ya, Bu? Setelah itu beristirahatlah,” sebutnya.Aku mulai memainkan sandiwaraku untuk berpura-pura menelan obat persis di hadapannya, sebab ia tak jua beranjak dari kamarku dengan memastikan aku meminum obat terlebih dahulu. Lalu aku pun berpura-pura berbaring seakan ngantuk melandaku. Begitu kudengar suara pintu tertutup, aku menoleh dengan pelan dan bisa bernapas lega begitu melihat tak ada siapapun dalam ruangan kamarku, aku mengambil obat yang kusembunyikan di bawah lidahku lalu menyimpannya di bawah ranjangku. Perlahan bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju pintu kama

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 2

    Dengan kepala masih terasa berat dan tubuh lemas, aku kembali ke tempat tidur. Tidak ada lagi seleraku untuk makan dan meminum obat, pikiranku ke mana-mana. Selama beberapa bulan ini aku tak lagi bisa mesra dengan suamiku, aku bahkan tak pernah lagi peduli dengannya selain bermain dengan pikiran masa laluku, mengutuk diri terus-menerus. Apa yang dilakukan Adam bisa saja karena pelampiasannya lantaran tak pernah mendapatkan kemesraan dariku. Herannya, aku tak merasakan perasaan sakit hati sama sekali. Untuk menghilangkan letih, aku mencoba duduk di ranjang, tak lama berselang terdengar suara kendaraan di depan. Seingatku Adam sudah pergi bersama Alea dan Rafiqa, aku diam saja menunggu dan beberapa menit kemudian suara langkah mendekat ke kamarku. “Hai, sudah bangun ya, Tuan puteri?” Sandra, sahabatku yang ceriwis muncul. Aku terpana.“Kaget ‘kan? Aku memang sengaja tak mengabari, pokoknya habis dari bandara tanpa ganti baju dulu langsung ke sini untuk menemui tuan puteri supaya di

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 1

    “Malam ini kasih jatah ya?” “Ih … apaan sih, Mas?” “Siapa suruh bikin aku ket4gihan,”Aku terbangun kaget, selalu saja mimpi buruk setiap malam, kali ini benar-benar tak mengenakkan sebab dalam mimpi nyata terlihat suamiku tengah bermesraan dengan baby sitterku. Apakah ini pertanda atau hanya bunga tidur semata?***Aku membuka mata dengan sangat malas, kantuk masih melanda. Sakit yang kuderita selama kurang lebih sebulan ini membuatku lebih banyak menghabiskan waktu di tempat tidur. Sebenarnya sakit yang kurasakan sekarang ini adalah semua otot dan tubuhku terasa lemah, kata dokter aku mengalami stres tinggi hingga dianggap sering berhalusinasi.Dua bulan yang lalu, aku kehilangan Nayla, bayiku yang masih berusia tiga bulan. Semua terjadi karena kesalahanku. Aku yang tertidur saat menyusuinya, bayiku berhenti bernapas tanpa kuketahui. Rasa bersalah membuatku tak henti mengutuk diriku, bahkan aku punya hobi mengurung diri dalam kamar seharian tanpa makan dan minum. Setelah itu be

DMCA.com Protection Status