Hari – 6.“Jadi itu artinya orang yang terbunuh adalah Hunter?”Tanya Rina dengan nada terkejut.“Aku belum mengkonfirmasinya, tapi dilihat dari keadaannya, dia memanglah yang menjadi korban di sini!”Aurora memberikan jawaban dengan tenang.Sarah kemudian berdiri dari kursinya dan ingin pergi dari tempat ini, tapi sebelum dia sempat melakukan hal tersebut, Bagas dengan cepat menahan dirinya dengan menangkap tangannya.“Kemana kau ingin pergi?!”“Tentu saja ke tempat Ria berada saat ini!”Aku bisa melihat air mata yang menggenang di mata Sarah saat dia berbalik untuk melihat Bagas.“Dia saat ini berada di lantai paling atas, kan? Jika mereka ingin bersembunyi, maka mereka seharusnya memilih lantai yang tertinggi yang mereka bisa capai, kan?”“Kau ingin ke sana? Apa kau mengetahui dimana lift itu berada?”“Aku memang tak tahu, tapi Aku pasti ke sana, bahkan jika Aku harus menaiki anak tangan satu per satu!”Aku mengerti bahwa Sarah sangat khawatir dengan keadaan Ria, tapi Aku tak tahu
Hari – 6.“Oh, menarik! Kenapa kau bisa berpikiran seperti itu?”Tanya balik Adrian dengan santai. Dia sama sekali tak terlihat gugup saat berhadapan dengan tatap tajam Crona yang menantangnya.“Kau pasti sudah menyadari bahwa ada yang aneh saat melihat nama-nama orang yang mendapatkan satu suara, kan?”Adrian menyeringai saat mendengar hal tersebut.“Sebetulnya Aku juga berpikir bahwa ada yang aneh saat ada seseorang yang tak termasuk orang yang paling mencurigakan bisa mendapatkan 3 suara.”Adrian melihat ke arah Aurora yang menjadi orang yang mendapatkan 3 suara tersebut. Aurora tak menanggapi tatapan Adrian sama sekali. Dia hanya mempertahankan ekspresinya yang biasa.“Lalu apa kau diam saja saat mengetahui bahwa ada yang aneh dengan pemilihan itu?”Adrian mengangkat bahunya, sebelum memberikan jawaban.“Entahlah, sejujurnya tak ada banyak hal yang bisa kulakukan di sana.”Crona justru terlihat senang dengan jawaban yang diberikan oleh Adrian itu.“Begitukah, sepertinya kau tak se
Hari – 6. “Kau mengakuinya dengan mudah... Aku sampai terkejut, padahal sebelumnya tak mau menjawab pertanyaan itu.” Christ hanya tersenyum saat mendengar komentar dari Adrian yang menyindirnya. “Yah, mau bagaimana lagi... dia jauh lebih pintar dari pada kelihatannya, jadi meskipun Aku berbohong, dia akan langsung menyadari kebohonganku!” “Siapa yang kau panggil lebih pintar dari kelihatannya! Aku memang sudah terlihat pintar sejak awal!” “Oh, maaf! Aku tak bermaksud untuk menyinggungmu!” Christ menundukkan kepalanya sebagai tanda permintaan maaf pada Crona. Meskipun Crona masih terlihat marah, tapi dia tak mengatakan apapun. “Bisakah kau menjelaskan alasan kalian membersihkan tubuh Hunter? Apa itu permintaan dari Ria atau Satria? Atau itu sudah bagian dari tugas kalian?” Aku sedikit terkejut saat tiba-tiba Bagas mengajukkan pertanyaan. Kupikir dia tak tertarik dengan topik pembicaraan kami, tapi ternyata dia jauh lebih memperhatikan dari pada yang terlihat. “Hmm... bisa dikat
Hari – 6.“Kenapa kau berpikir bahwa pembunuhnya adalah Ria, bukan Satria?”Tanya Crona dengan senyuman tertarik.“Mudah saja... itu karena Satria terlihat berusaha menutupi siapa pembunuh sebenarnya... tidak, kurasa lebih tepatnya mengatakan jika dia berusaha membuat dirinya terlihat seperti pembunuhnya.”Aku tak tahu kenapa dia melakukan hal tersebut, tapi hal itulah yang membuatku sadar bahwa bukan dialah pembunuh sesungguhnya di sini, melainkan Ria.“Dia adalah gadis yang sudah membunuh sebelumnya, jadi tak ada yang perlu dikejutkan lagi!”Para gadis di kelompokku menatap tak senang pada Adrian yang berkata seenaknya. Bukan hanya mereka, tapi Rock dan teman-temannya yang tersisa juga tak senang dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Adrian.“Kau sebaiknya berhenti mengatakan sesuatu seperti itu, sebelum dirimu menjadi target pembunuhan selanjutnya.”Kata Rock dengan nada menasehati.Adrian hanya mengangkat kedua bahunya untuk menanggapi hal tersebut.“Meskipun Aku tak mengatakan
Hari – 6.Setelah memastikan tak ada siapapun di kamar itu dan mencari petunjuk di kamar itu, kami pergi menyusuri seluruh lantai 10 untuk mencari keberadaan mereka berdua.Aku merasa sedikit canggung, karena ada banyak staff yang berkumpul di lantai 10 dan banyak dari mereka yang melihat ke arah kami saat kami berada di dekat mereka. Untung saja tak ada orang yang mengajak kami berbicara, karena Aku tak tahu apa yang harus kujawab jika mereka bertanya apa yang kami lakukan di sini. Aku tak yakin jawaban seperti kami mencari dua orang pembunuh yang menghilang adalah jawaban yang bagus.Setelah menyusuri berbagai ruangan yang ada di lantai 10, kami pada akhirnya sepakat bahwa Ria dan Hunter tak ada di lantai ini dan memutuskan untuk kembali ke ruang makan yang berada di lantai 1.Saat kami kembali hanya ada beberapa orang yang tersisa di sana. Selain gadis-gadis yang berada di kelompokku, semua gadis lainnya sudah pergi dari sana. Begitu juga dengan Andika dan Robert.“Bagaimana dengan
Hari – 6.Setelah memeriksa kamar Ria dan memastikan bahwa tak ada siapapun yang bersembunyi di kamar tersebut, kami segera menuju ke kamar kami. Selama di perjalanan, kami juga bertemu dengan Rock dan teman-temannya yang ingin kembali ke kamar mereka.Kami saling bertukar informasi sebentar, sebelum kami melanjutkan perjalanan kami ke kamar kami masing-masing. Aku dan kelompokku ke lantai 3, sedangkan Rock ke lantai 5.Jumlah orang di kamar ini sama dengan jumlah semua orang di kelompokku, akan tetapi posisi Ria sekarang telah digantikan oleh Aurora. Meski begitu, sepertinya tak ada yang mempedulikan hal tersebut. Semua orang di sini nampak risau, bahkan Bagas yang ekspresinya biasa saja. Aku masih bisa merasakan bahwa dia merasa khawatir dengan keadaan di sini.“Semuanya! Aku ingin mengatakan sesuatu!”Kata Bagas untuk menarik perhatian semua orang. Kami satu per satu melihat ke arahnya dengan ekspresi lelah yang masih terpasang di wajah kami.“Ada apa, bocah menyebalkan?!”“Yang bo
Hari – 7.Aku berada di dalam kegelapan. Aku tak tahu ada dimana diriku saat ini. Aku tak ingat bagaimana Aku bisa berada di sini. Satu-satunya yang Aku tahu hanyalah bahwa Aku sendirian di tempat ini.Aku tak mengerti apa yang harus kulakukan saat ini di sini. Aku tak menemukan adanya jalan keluar di sini, jadi Aku tak tahu kemana Aku harus melangkah. Aku bahkan tak yakin apakah baik-baik saja jika Aku melangkahkan kakiku di sini? Apakah mungkin Aku akan terjatuh ke jurang yang gelap dan tak terlihat jika Aku melangkahkan kakiku?Kemudian sesuatu yang kutakutkan terjadi, semua yang ada di sekitarku mulai retak, termasuk pijakan yang ada di bawah kakiku. Tubuhku terjatuh ke bawah tanpa ada yang bisa kulakukan. Aku bahkan tak bisa mengeluarkan suara apapun saat tubuhku terjun bebas.Aku pikir Aku akan hancur berkeping-keping saat tubuhku terjatuh, tapi ternyata hal tersebut tak terjadi sama sekali.Tubuhku tiba-tiba berhenti di tengah-tengah udara. Aku tak tahu apa yang terjadi, tapi s
Hari – 7.“Kau sungguh menanyakan hal yang sangat aneh di saat seperti ini.”Orang yang memberikan komentar itu bukanlah diriku, tapi seseorang yang sedang berbaring di sampingku.“Bagas, kau sudah bangun?”“Ya, bersamaan saat kau mengeluarkan napasmu yang berisik.”“Ah, maaf... Aku tak bermaksud...”“Tak apa... Aku mengerti.”Bagas kemudian bangkit dari posisi tidurnya, lalu berjalan mendekati Crona.“Apa kau tak membuatkan teh atau kopi?”Tanya Bagas saat dia tak melihat minuman apapun di atas meja kecil yang berada di dekat Crona.“Jika kau mau minuman, kau bisa membuatnya sendiri di dapur!”Balas Crona dengan nada kesal.“Begitukah!”Kata Bagas yang juga merasa kesal. Dia kemudian berjalan ke dapur tanpa banyak bicara lagi.Aku menghela napas lelah saat melihat pertengkaran mereka yang biasa.“Kurasa ini kesempatan yang bagus, ayo ganti tempat!”Kataku sambil melihat teman-temanku yang masih tertidur. Jika kita tetap berbicara di sini, kita bisa membangunkan mereka.“Kau benar...
pertama Author di GoodNovel. Butuh banyak petuangan untuk menyelesaikan Novel yang satu ini, terutama melawan rasa malas. Meskipun cerita utama dari Novel ini sudah berakhir, tapi Author berencana untuk menuliskan cerita pendek yang menceritakan masa lalu dari setiap karakter yang hanya diceritakan sekilas, keseharian Asraf dan yang lainnya di dalam menara yang tak bisa dimasukkan ke dalam cerita utama, lalu kehidupan sehari-hari mereka setelah tinggal di Desa Tanpa Nama. Kemungkinan besar ceritanya akan di Post di Blog pribadi Author dan bukan di platform ini. Jadi silahkan tunggu cerita Author yang selanjutnya. Author juga mau mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah membantu saya, juga pada GoodNovel yang sudah mau menayangkan Novel ini dan terutama pada para pembaca setia yang mau membaca cerita ini sampai habis. Sampai jumpa lagi di karya Saya yang selanjutnya. TTD Author, Ismail Fadillah.
Sebulan kemudian.Tak terasa waktu berjalan begitu saja, bahkan pengalaman kami di Menara Tanpa Nama itu mulai terasa seperti mimpi.Menara itu sekarang sudah terbakar dengan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Sejujurnya Aku merasa seperti mengalami keajaiban, karena bisa selamat dari api yang dapat membakar semua bagian dari Menara besar itu.Keberuntungan mungkin sedang terjadi pada kami, karena dampak dari terbakarnya menara itu tak meluas sama sekali. Yah, sebetulnya Aku tak tahu itu hanya sekedar keberuntungan semata atau ada semacam kekuatan aneh yang melindungi Desa dari api tersebut.Aku akan berbohong jika mengatakan bahwa Aku tak merasakan apapun saat melihat puing-puing dari Menara itu. Karena meski sebentar, kami telah menghabiskan 10 hari di dalam sana. Dan tempat itu juga menyimpan tubuh teman-teman kami yang telah meninggal. Pada akhirnya sampai akhir kami tak pernah lagi melihat tubuh mereka. Bahkan saat api yang membakar Menara itu te
Hari – 10.Setelah berpisah dengan Asraf, kami semua berjalan menuju pintu keluar dari Menara ini. Kami semua berhenti tepat di depan pintu tersebut, lalu saling melihat ekspresi wajah satu sama lain.“Sebelumnya pintu itu tak bisa terbuka sama sekali, kan?”Tanya Cinta sambil melihat pintu yang ada di hadapannya.“Ya, itu benar... Aku dan Asraf sudah mencoba membukanya.”Jawabku sambil berjalan menuju pintu tersebut, Rock dan Michael juga segera mengikutiku. Kami bertiga kemudian mendorong pintu tersebut. Meskipun berat, tapi kami bisa membuka pintu tersebut, berbeda sekali dengan apa yang terjadi di hari pertama kami datang ke tempat ini.“Pintunya benar-benar terbuka...”Gumam Cinta tak percaya.Aku menutupi wajahku dari sinar matahari yang masuk melalui pintu tersebut. Setelah seminggu lebih tak melihat cahaya matahari, Aku jadi merasa silau dengan cahayanya.“Kita benar-benar sudah bebas.”Aku bisa mendengar gumaman Lisa saat gadis itu berjalan keluar dari Menara ini.“Horeee! Ki
Hari – 10.“Aku benar-benar tak menyangka bahwa Christ akan mengkhianatiku.”Kata Kepala desa sambil melihat kedua orang yang berbadan besar di lantai. Aku bisa melihat ada minuman yang tumpah di lantai, kemungkinan besar mereka diracuni olehnya.“Aku sendiri juga tak menyangka akan hal tersebut.”Balasku dengan jujur. Aku memang tak pernah berencana untuk melibatkannya.“Apakah dia memang menyimpan dendam padaku? Aku tak menyangka bahwa lelaki sepertinya akan menyimpan dendam.”“Itu mungkin salahmu sendiri bahwa kau membunuh salah satu anggota keluarganya.”“Hmm... kurasa kau memang benar.”“Tentu saja Aku benar.”Meskipun dia seharusnya tahu apa yang saat ini sedang kurencanakan, tapi dia tak terlihat panik sama sekali.“Nah, apa sudah kau mengetahui apa yang sedang kurencanakan saat ini?”“Ya, tentu saja.”“Lalu kenapa kau tak melarikan diri?”“Untuk apa? Aku ini sudah tua, bahkan jika kau tak melakukan ini, Aku pada akhirnya akan mati juga.”Kepala desa itu memberikan senyuman ten
Hari – 10.“Asraf, apa kau akan melakukan sesuatu yang berbahaya sendirian lagi?”Tanya Sarah yang nampak tak senang dengan apa yang ingin kulakukan.“Ya, kurasa begitu.”Jawabku dengan santai.“Apa kau tak berpikir untuk merubah sifatmu yang satu itu?”Sarah kembali bertanya, tapi dengan nada yang lebih kesal dari sebelumnya.“Untuk saat ini... tidak!”Jawabku tanpa ragu.“Kenapa?”Sarah menghilangkan nada kesalnya dan menggatinya dengan nada sedih.“Tidak ada alasan yang begitu spesial, kurasa Aku hanya bertindak egois.”Aku memberikan senyum lemah saat mengatakan itu.“Apa kau ingat saat Aku berkata ingin merubah tempat ini?”Tanyaku dengan suara lemah, tapi masih dapat terdengar oleh Sarah dan yang lain.“Ya, kau pernah mengatakan itu... kau serius tentang itu, kan?”“Ya, tentu saja... Aku benar-benar berniat untuk melakukannya, tapi untuk melakukan hal tersebut.”“Kau perlu menjadi Kepala desa... betul, kan?”Crona melanjutkan ucapanku dengan nada percaya diri. Aku mengangguk ke
Hari – 10.“Tidak ada yang benar-benar kusembunyikan dari kalian tentang sifatku yang asli... Aku memang selalu seperti ini.”Jawabku sambil tersenyum santai.“Apa itu memang benar?”Tapi nampaknya Maria tak percaya dengan perkataanku sedikitpun.“Itu memang yang sebenarnya, kau bisa tanyakan saja pada Bagas... dia sudah mengenalku luar dan dalam, jadi dia seharusnya tahu jika Aku sedang menyembunyikan sifat asliku atau tidak.”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta pendapatnya.“Ya, Aku sudah lama mengenalnya... jadi Aku tahu bahwa dia tidaklah banyak berubah dari sebelum dan sesudah dia datang ke tempat ini.”Jawab Bagas tanpa ragu sama sekali.“Benarkah itu?”Tapi sepertinya Maria meragukan hal tersebut.“Apa yang ingin kau katakan?”Bagas menajamkan pandangannya pada Maria.“Tidakkah kau berpikir bahwa dia sebelum dan sesudah Kakaknya meninggal adalah dua orang yang berbeda?”“Maksudmu?”“Oh, ayolah... Aku tahu bahwa kau sudah menyadarinya... bahwa Asraf yang sebelum dia menjadi
Hari – 10.“Jadi apa yang ingin kau lakukan setelah ini, Rock?”Tanya Michael yang sudah mengerti apa yang kami bicarakan, sebelum dia dan Rock bergabung dengan kami.“Kau tahu sudah mengerti bahwa kau tak mungkin terus seperti ini, kan?”Lanjut Michael yang mendesak Rock untuk menjawab pertanyaannya.Rock nampak menggaruk lengan kirinya dengan cangung. Dia sepertinya memang sudah menyadari hal tersebut, tapi sayangnya dia belum bisa menentukan hal yang bisa dia lakukan di luar sana.“Aku selalu berkelahi.”Katanya dengan tiba-tiba.“Hal tersebut membuatku ditakuti oleh banyak orang dan tentu saja mendapat banyak musuh... Aku sendiri tak begitu mengerti kenapa Aku tak bisa menahan diriku, tidak kurasa itu hanya alasanku... Aku hanya bersikap terlalu egois dan tak mau mengerti perasaan orang lain... Aku selalu saja membuat orang-orang di sekitarku kerepotan karena tingkahku yang eg
Hari – 10.“Pertama-tama, mari kita hilangkan suasana kaku di sini dan membicarakan sesuatu dengan lebih santai!”Kataku sambil meregangkan tubuhku agar tubuhku merasa lebih santai.“Kau benar... kita sudah terbebas dari permainan itu, jadi kita lebih baik bersikap lebih santai.”Kata Sarah yang setuju dengan ideku.“Justru itu adalah hal yang kulakukan saat ini... kenapa kalian seperti tidak menyadarinya!”Kata Cinta yang telihat kesal. Tentu saja Aku menyadarinya, jadi seharusnya dia tak perlu marah begitu.“Tenang saja, Cinta... Aku mengerti usaha yang ingin kau lakukan.”Kataku yang membuatnya menoleh ke arahku dengan ekspresi sedikit terkejut.“Eh! Benarkah itu?”Aku menganggukkan kepalaku.“Tentu saja... kau ingin kami melupakan peristiwa buruk yang terjadi di sini, kan? Meski hanya untuk sementara waktu.”Cinta terse
Hari – 10.Setelah merapikan tempat tidurku, Aku langsung bergagas mandi dan mengganti pakaianku. Aku sebetulnya cukup menyukai baju baru yang kudapatkan di tempat ini, tapi sepertinya Aku harus meninggalkan baju tersebut di sini, karena setelah diperhatikan ternyata baju itu memiliki noda darah yang sulit dihilangkan. Kemungkinan besar itu adalah bekas pertarungan antara Aku dan Sebastian kemarin. Saat itu dia memiliki banyak noda darah di dirinya, belum lagi dia menggunakan pisau yang basah oleh darah segar.Setelah itu, Aku mengemas kembali barang-barang bawaanku. Aku jadi teringat, Aku membeli obat sebelum ke tempat ini, tapi sepertinya Aku hanya menggunakannya sedikit. Meski begitu Aku memutuskan untuk tetap menyimpannya, karena siapa tahu Aku membutuhkannya.Setelah beres, Aku membawa barang bawaanku keluar kamar. Di saat yang hampir bersamaan, Bagas juga nampak keluar dari kamarnya.“Ah, Asraf... apa kau...”Bagas berhenti bertanya di tengah-tengah, dia kemudian menggelengkan k