Share

Misteri Gadis Lintas Waktu
Misteri Gadis Lintas Waktu
Penulis: Ammi Poe YP

Mimpi Aneh

Penulis: Ammi Poe YP
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-18 19:13:43

Bunyi debum mobil yang ditabrak oleh sebuah truk besar terdengar begitu keras. Teriakan empat orang yang ada dalam mobil begitu histeris.

"Aaa!!!" teriakku seketika saat bayangan sebuah mobil itu mengarah dan menabrakku.

Teriakan itu berbarengan dengan tersadarnya diri ini dari mimpi buruk. Aku terbangun dengan peluh yang telah membasahi tubuh. Jantung berdetak lebih cepat bak dentuman meriam yang meledak-ledak.

Ah, lagi-lagi mimpi yang sama. Aku pun tak mengerti kenapa mimpi yang sama selalu datang menghampiri tidurku. Sudah hampir delapan tahun bunga tidur yang aneh terus hadir menghias pikiran alam bawah sadarku.

Aku Darren, usiaku hampir genap 18 tahun dan sedang menyelesaikan pendidikan di SMA Elite di kotaku, aku masih duduk di kelas XII. Aku termasuk anak yang cukup populer di sekolahku. Tak hanya memiliki wajah tampan, namun prestasiku juga dapat dibanggakan.

Beberapa kali memegang sabuk juara pertama karate tingkat nasional dan tahun kemarin masuk dalam tiga besar juara Olimpiade Sains Nasional bidang Matematika.

Sebenarnya pada saat sang mentari mulai muncul bertahta aku sangat menikmati hari-hariku. Namun, ketika malam menjemput maka ketakutan akan hadirnya mimpi yang terus berulang membuat diriku sering mengalami insomnia.

Sungguh aku tak mengerti kenapa bayangan mengerikan itu terus saja hadir membayangi malamku. Terkadang muncul sesosok wanita yang aku sendiri tak tahu dia siapa. Entah kenapa sudah beberapa kali ia menyapaku dalam mimpi nan indah.

Saat usiaku masih sepuluh tahun, bayangan gadis itu hanya samar-samar. Tetapi entah sejak kapan wajah gadis yang hadir dalam mimpi itu semakin jelas. Senyum yang ia ulas, belaian tangan di pipi yang ia beri, dan bisikan di gendang telinga pun semua serasa nyata.

"Darren ... bangun, Sayang!" Sebuah suara dari luar kamar membuyarkan lamunanku.

Kuseka peluh di dahi, kemudian melepas kaos yang telah basah karena peluh membanjiri tubuh. Melirik penanda waktu di atas nakas, ternyata sudah menunjukkan pukul 17.35 dan mentari mulai berpamitan di kaki langit sebelah barat.

"Darren, sudah sore. Bangun, Sayang. Segera mandi." Kembali suara khas mama yang lembut.

"Iya, Ma. Sebentar lagi Darren mandi dan turun."

"Yang cepet, ya? Kamu dari pulang sekolah belum makan."

"Iya, Mama sayang."

"Mama tunggu di bawah."

"Iya, nanti Darren segera turun."

Kebiasaan mama yang sering khawatir kalau anak semata wayangnya ini tidak mau menyentuh masakannya. Mama akan berusaha merayuku dan memasakkan apa yang menjadi makanan kesukaanku.

Di rumah ini, aku mendapatkan kasih sayang berlimpah dari kedua orang tuaku. Memang, sih, mereka terkadang over protektif. Tapi aku mencoba mengerti, meski dulu seringkali aku protes dan tak mau menurut.

Bertambahnya usia, mama dan papa sering menceritakan masa kecilku dan juga perjuangan mereka untuk mendapatkan buah hati. Aku adalah anak yang mahal. Hampir delapan tahun pernikahan, mama barulah dinyatakan positif setelah melakukan rangkaian program hamil.

Sesuai permintaan mama, selesai mandi aku segera turun ke bawah. Aroma ikan goreng dan sambal tomat kesukaanku menguar menggoda indera pembau. Kulihat selada dan mentimun ikut mendampingi ikan kakap yang telah berubah warna menjadi keemasan.

"Wah, Mama memang paling hebat. Tahu aja makanan kesukaan Darren, Ma."

"Iya, donk, Sayang. Udah, hayuk makan. Mumpung semua masih anget."

Aku segera duduk dan mengambil piring kemudian mengisinya dengan dua centong nasi. Sepotong ikan, lalapan, dan sambel melengkapi makan malam yang merangkap makan siang tadi.

"Papa belum pulang, Ma?"

"Belum. Dua hari lagi kerjaan Papa baru selesai."

"Ma ...." panggilku ragu-ragu.

"Iya, ada apa?"

"Darren sering mimpi."

Mama mengernyitkan dahi. Mungkin baginya mimpi itu sudah biasa. Ia tak tahu jika anak emasnya ini hampir tiap malam ketakutan karena mimpi yang sama dan terus terulang.

"Ma, Darren serius. Mimpi Darren selalu sama dan itu sudah sejak lama. Saat Darren usia sepuluh tahun hingga sekarang." Aku mencoba meyakinkan mama.

"Maksud kamu ...." Wajah itu semakin memperlihatkan garis lipatan pada dahi.

"Iya, Ma. Dalam mimpi Darren ada seorang gadis yang sering datang menyentuh pipi Darren, kemudian dia tersenyum."

"Lalu?"

"Tapi yang aneh ... gadis itu hanya tersenyum saat menatap Darren, kemudian berbisik sesuatu ke telinga Darren. Terkadang di lain mimpi ia terlihat menangis, sorot matanya penuh kesedihan."

Mama bergeming mendengar penjelasanku. Memang terdengar aneh, tetapi itulah yang aku alami.

"Gadis itu berbisik apa?" Mama sepertinya mulai tertarik dengan ceritaku.

"Entahlah, Ma. Itu yang Darren hingga sekarang tak mampu mendengar apa yang dibisikkan oleh gadis itu."

Mama kembali menatapku lekat, dari raut wajahnya ada sorot antara percaya dan tidak. Bola mata ini tampak tak fokus, seperti ada yang dia pikirkan.

"Selain itu, Darren juga mimpi ada mobil yang hendak menabrak Darren, Ma."

Mama mengernyitkan dahi mendengar penuturanku. Tampak ia berpikir, "Lain kali berdoa dulu kalau mau tidur, ya?" Setelah menunggu beberapa menit hanya itu tanggapan mama.

"Tapi, Ma ...."

"Mama bawa piring ke dapur dulu. Nggak ada Bi Atin kayak gini Mama yang repot sendiri," ujar mama seolah mengelak.

"Memangnya Bi Atin ke sini lagi kapan, Ma?" tanyaku setengah berteriak karena wanita yang telah melahirkan aku itu sudah berada di dapur yang berbatas sekat dinding dengan ruang makan.

Sejenak tidak ada sahutan dari mama,  sepertinya ia tengah menyelesaikan cucian piringnya. Aku mengalah untuk mendekatinya, kemudian mengulang pertanyaan.

"Katanya, sih, hanya satu minggu. Berarti besok sudah pulang, tadi Bi Atin telepon Mama hanya untuk minta ijin bawa keponakannya," ujar mama sembari tangannya sibuk mencuci gelas dan piring.

"Memangnya keponakan Bi Atin kenapa?"

"Bi Atin bilang, bapaknya si anak itu pengen banget anaknya sekolah di kota. Biar banyak pengalaman terus nanti kuliah."

"Ooh ... memang kalau di desa nggak banyak pengalaman?"

"Beda lah, Darren. Kalau di kota, wawasan seseorang akan mudah terbuka dibandingkan jika tinggal di kampung."

Aku terpegun dan hanya manggut-manggut. Aku sendiri belum tahu bagaimana kehidupan masyarakat di kampung. Seumur-umur orang tuaku tak pernah mengajakku untuk melihat langsung bagaimana kehidupan di sana.

Hanya saja dulu waktu masih sering menonton televisi petualangan bocah kecil itu, kurasa kehidupan di kampung sangat menyenangkan dan seru. Bahkan aku pernah memaksa mama dan papa untuk mengajakku liburan di desa Bi Atin. Jawabannya sudah jelas, pasti ditolak mentah-mentah oleh mereka.

Kata Bi Atin, tinggal di kampung itu damai. Nggak ada kebisingan seperti di kota. Ingin menikmati jagung bakar tinggal petik dan bakar sendiri, ingin makan buah juga tinggal petik. Kubayangkan kehidupan di sana begitu simple tak banyak tuntutan.

Ting tong!

Terdengar bel pintu depan ditekan, pertanda ada tamu.

"Biar Darren yang bukain, Ma," usulku saat melihat mama mencuci tangan dan hendak mengelapnya.

Aku bergegas keluar untuk membuka pintu. Ternyata Bi Atin, asisten rumah tangga yang telah lama ikut keluargaku.

"Panjang umur kamu, Bik. Baru juga diomongin udah muncul aja."

"Iya, Den Darren. Sengaja pulang sekarang biar besok bisa ke sekolahan Den Darren."

"Untuk apa?" tanyaku sembari menyipitkan mata.

"Mau daftarin keponakan Bibi, Den."

"Mana keponakannya?"

Tampak Bi Atin celingukan bingung mencari ponakannya. "Meisya! Meisya!"

What? Nama gadis desa itu Meisya? Keren amat namanya untuk seukuran gadis desa.

Bi Atin meletakkan tas yang ia tenteng, kemudian keluar pagar sembari memanggil nama Meisya. Aku menyusul di belakang wanita paruh baya itu, berharap bisa membantunya.

Namun, baru saja kepala ini melongok ke luar pagar tetiba retinaku menangkap bayangan sesosok gadis berambut panjang dan ....

Duniaku serasa terhenti seketika saat melihat gadis yang muncul dari tikungan dekat rumah. Aku berasa dejavu. Ya ... dia, gadis yang saat ini membuatku berdiri terpegun adalah dara yang selalu hadir dalam mimpiku.

Bola manikku membulat dengan mulut terngaga, bukan karena terpesona, melainkan lebih pada keterkejutan yang teramat sangat.

Tuhan, pertanda apakah ini?

Bab terkait

  • Misteri Gadis Lintas Waktu   Kehadiran Gadis Dalam Mimpi

    "Maaf, Bulik. Aku terpaksa ngejar taksinya," tutur gadis itu dengan napas tak beraturan."Lho, kamu ini. Taksi kok dikejar.""Iya, Bulik. Ponsel aku ketinggalan di dalam taksi.""Oalah, Nduk. Kamu ini masih muda, kok sudah pelupa. Masih untung taksinya bisa dikejar.""Iya, Bulik. Eh, Bulik ... itu siapa, kok, lihat aku sampai nggak kedip, gitu?"Aku yang sejak tadi terpegun memperhatikan gadis itu segera tersadar karena mendengar ucapan dia yang blak-blakan. Logat medok Jawa khas gadis desa terdengar aneh di telingaku.Secara wajah, dia memang mirip gadis yang sering menemuiku. Tapi secara logat ... teramat jauh beda. Benar-benar aneh bagiku karena semua seolah menjadi dejavu."Ini Den Darren, anak majikan Bulik." Bik Atin memperkenalkan keponakannya yang terkesan norak itu.Dengan percaya diri, gadis bernama Meisya itu mengulurkan tangan meraih tanganku. Tanpa malu-malu ia memperkenalkan diri terlebih dahulu. "Kenalin Mas Darren, aku Meisya Anindya Ningrum anak dari Pak Joyo Diwiryo

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-18
  • Misteri Gadis Lintas Waktu   Si Posesif

    Sudah seminggu gadis cantik itu tinggal bersama keluargaku. Anehnya, semenjak kehadiran dia di rumah ini, malam lelapku tak lagi bermimpi tentang dirinya. Ketenangan bisa lebih kurasakan, bahkan rasa nyaman saat menatap wanita itu begitu nyata hadir dalam relung batin. Aneh memang, tapi semua itu sungguh nyata.Seperti hari ini, kulihat ia begitu anggun memesona dalam balutan pakaian seragam putih abu-abu dengan rambut digerai dan ada kepangan kecil dari belahan tengah rambut menyamping di kedua sisi. Tak tampak seperti gadis desa, ia justru bak tuan putri yang mengalihkan duniaku. Entah sejak kapan tanpa aku sadari ada pendar asmara yang mulai mengusik istana hatiku yang telah lama kosong.“Meisya, hari ini kamu sudah mulai berangkat sekolah, ‘kan?” tanya mama yang melihat Meisya telah menggendong tas ransel dan membopong beberapa buku dalam dekapannya.“Iya, Nyonya. Aku sudah seperti anak kota belum, Nyonya?” tanyanya seraya memacak diri meminta pendapat.Mama tersenyum melilhat tin

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-18
  • Misteri Gadis Lintas Waktu   Miss Lena

    “Mas Darren, dia siapa, sih?” tanya Meisya dengan tatapan penuh rasa penasaran.“Sudah jangan banyak tanya. Sebentar lagi bel masuk, buruan aku antar kamu ke kelas.” Dengan sedikit kasar kutarik tangannya menuju ruang kelas tempat ia akan belajar.“Ini kelas kamu, nanti saat istirahat jangan mencoba mencari aku!” titahku saat ia sudah ada di depan kelasnya.“Kenapa, to, Mas Darren? Takut aku minta dijajanin, yo?”“Udah, jangan banyak tanya!”“Iya.”Tanpa menunggu ia masuk kelas, aku sudah melenggangkan kaki pergi meninggalkan Meisya yang mungkin saat ini masih deg-degan di lingkungan barunya. Lebih baik aku jaga jarak dengan dia karena tak ingin gadis lugu itu terkena masalah dari Alea yang terus saja cemburu kepada setiap gadis yang mendekatiku.Masih kuingat dengan jelas bagaimana ia melakukan perundungan terhadap Jenny si cewek cupu namun smart yang sering menghabiskan waktu bersamaku di meja perpustakaan.Aku memang nyaman saat diskusi dengan gadis berkaca mata tebal itu. Banyak i

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-18
  • Misteri Gadis Lintas Waktu   Jus Binatang Berapi

    Mentari telah condong ke arah barat saat kaki ini melangkah keluar dari pintu gerbang sekolah. Rasa lelah memaksaku ingin cepat sampai di rumah dan merebahkan diri.Beruntung sopir yang bertugas menjemputku telah standby di tepi jalan dekat dengan gerbang sekolah. Hanya saja kejadian menyebalkan membuatku ingin marah.“Den Darren, Meisya belum pulang?” tanya sopirku sembari melongok keluar jendela mobil.“Mungkin sebentar lagi, Pak Jo. Kita tunggu aja.”“Baik, Den. Den Darren kayaknya capek banget, pelajarannya susah, ya, Den?”“Pelajaran, mah, gampang. Yang bikin capek itu adalah kegiatan mikirnya, Pak Jo.”“Oh, begitu … maklum, Den. Dulu Pak Jo sekolahnya hanya sampai SMP saja,” ujar pria setengah baya itu diiringi tawa kecil.Kulirik penanda waktu di pergelangan tangan. Sudah hampir lima belas menit aku menunggu Meisya, tapi tak tampak juga batang hidungnya. Apa jangan-jangan ia nyasar dan tak tahu jalan pulang?Atau … ah, Alea! Jangan- jangan Meisya dihadang oleh Alea and the geng

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-18
  • Misteri Gadis Lintas Waktu   Ide Cemerlang

    Perjalanan pulang sekolah akhirnya sampai juga, mobil memasuki halaman rumah berpagar besi yang cukup tinggi menjulang. Pak Dalim yang bertugas sebagai sekuriti bergegas menutup kembali pintu gerbang setelah mobil masuk.Kulihat mama yang masih sibuk dengan tanaman bonsai, ia melakukan pekerjaannya dengan dibantu Bik Atin. Melihatku turun dari mobil, mama langsung menghambur dan memelukku seperti biasa. Tak hanya sekedar memeluk, tapi juga mendaratkan kecupan di kedua pipi ini.“Kok pulangnya telat, Sayang? Mampir dulu ke mana?”“Gadis kampung pakai acara ngilang, Ma!”Mama mengernyitkan dahi, “Kok, ngomongnya begitu?”“Habisnya Darren sebel, Ma. Aku, tuh, lagi capek banget. Eh, malah dia asyik ngelayap dengan cewek sok populer itu!”“Anak Mama kenapa, sih? Nggak biasanya jutek begini.”“Udah, ah, Ma. Darren mau mandi terus ke roof top. Suruh Bik Atin bawain camilan dan secangkir kopi latte kesukaanku, ya, Ma. Serius Darren lagi capek hari ini.”“Iya. Sudah sana masuk,” ucap mama semba

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-22
  • Misteri Gadis Lintas Waktu   Tak Sesuai Harapan

    Hari ini adalah hari yang mendebarkan bagiku. Permintaan yang kemarin kuajukan ke mama akan terealisasi hari ini. Mama akan pergi ke sekolah tempat aku menimba ilmu. Tentu saja untuk menemui Miss Lena.Entah kenapa jantung ini malah berdegup kencang saat mendampingi mama masuk ke ruang guru untuk menemui Miss Lena. Wanita dengan senyum indah itu menerima kami dengan begitu ramah.“Silahkan duduk, Bu. Ada apa pagi-pagi sudah menyambangi saya?” tanya Miss Lena dengan memamerkan deretan gigi berpagar kawat miliknya.“Begini, Miss Lena. Darren itu butuh bimbingan privat dari Miss, kira-kira masih bisa nggak?”“Waduh, maaf sekali, Bu. Sudah hampir tiga bulan ini saya tidak melayani bimbingan privat karena Ibu saya sedang sakit dan lebih membutuhkan kehadiran saya.”“Oh, begitu.”“Iya, Bu. Lagipula kemampuan Bahasa Inggris Darren sudah baik, kok. Jadi, saya rasa nggak perlu bimbingan lagi.”“Tapi kata Darren ….”“Ma, aku takut aja kalau nanti aku nggak siap untuk ujian sekolah. Please, kumo

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-22
  • Misteri Gadis Lintas Waktu   Bayangan Janji Suci

    Hari ini semua siswa pulang lebih awal dari biasanya, maklum hari terakhir berangkat untuk minggu ini. Sekolah full day memang menerapkan lima hari belajar saja.Jadi, besok adalah hari Sabtu. Hari yang sudah kutunggu untuk menjalankan semua rencana. Aku harus berhasil mengambil hati Miss Lena meski malu taruhannya.“Mas Darren nungguin aku? Takut kalau aku ngilang lagi, ya?” tetiba suara gadis katrok itu sudah ada di belakangku, sepertinya memang dia itu sosok makhluk astral yang bisa muncul dan hilang tiba-tiba.“Yuk, Mas!” Ia menarik tanganku untuk bergegas menuju pintu gerbang.“Meisya, hari ini aku mau ngajak kamu jalan-jalan. Mau nggak?”“Kemana, Mas?”“Ke kafe.”“Iih … Mas Darren, kok, mainnya ke kafe? Ntar aku bilangin ke nyonya, lho!”“Apaan, sih, Trok. Nggak jelas banget, deh!”“Itu tadi Mas Darren bilang mau ke kafe. Kafe itu tempat nggak baik untuk kita anak muda.”Oh My God … sebenernya dia ini dari planet mana? Sampai-sampai punya pikiran macam itu. Entah sudah berapa ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-22
  • Misteri Gadis Lintas Waktu   Ada yang Aneh

    “Ma, waktu itu aku pernah cerita ke Mama tentang mimpi aneh. Mama masih ingat?”Wanita di hadapanku itu terdiam, tampak ia berusaha mengingat sesuatu. “Mimpi tentang kecelakaan mobil itu?”“Tidak hanya itu, Ma.”“Lalu?”“Tentang gadis dalam mimpi itu.”“Gadis yang kamu bilang mirip Meisya?”“Iya.”“Kamu yakin dia mirip Meisya?” tanya mama dengan tatapan menyelidik.Sudah kuduga, pasti mama pun tak akan percaya dengan yang kualami. Sungguh ini di luar nalar manusia. Selama bertahun-tahun dihantui mimpi yang selalu sama, bahkan salah satu dari mimpiku kini jadi kenyataan. Kehadiran Meisya menjadi penanda bahwa mimpi itu adalah sebuah firasat kenyataan akan masa depan.Penanda masa depan? Benarkah Meisya adalah bagian dari masa depanku? Atau … jangan-jangan ini kaitan dengan kehidupanku di masa lampau? Ah, apa iya reinkarnasi itu ada?Kucoba menepis semua pikiran yang makin tak masuk akal itu. Kehela napas berat, mengisi kembali paru-paru yang serasa terhimpit ini dengan merauk oksigen s

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-22

Bab terbaru

  • Misteri Gadis Lintas Waktu   Kemenangan

    Aku mendekat untuk melihat. Di peta itu, ada ruangan kecil yang belum pernah kami temukan sebelumnya. Di sampingnya tertulis dengan tinta merah yang memudar, “Di sini disimpan jantung dan hati korban ritual.”Hatiku berdegup kencang. “Jadi, ini tempat di mana Marsya dan korban lainnya dijadikan tumbal,” gumamku, suaraku serak. Pikiran tentang Marsya, yang telah lama meninggal namun tubuhnya masih dimanfaatkan dalam ritual keji, membuat seluruh tubuhku menegang. Kami sudah berhasil mengalahkan penjaga bayangan, tetapi perjalanan ini jelas belum berakhir. Sesuatu yang lebih gelap dan jahat masih mengintai, dan kami harus segera menemukannya sebelum terlambat.Meisya memandangku dengan mata yang berkaca-kaca. "Darren, kita harus segera mengakhiri ini. Kita tidak bisa membiarkan warisan kegelapan ini terus berlanjut."Aku mengangguk, merasa semangat baru berkobar dalam diriku. "Kita harus menghentikan mereka. Apa pun yang terjadi."Pak Djata mendekat, memperhatikan peta itu dengan tajam.

  • Misteri Gadis Lintas Waktu   Peta Titik Terang

    Aku, Meisya, dan Pak Djata berdiri di tengah ruangan yang nyaris tenggelam dalam kegelapan. Lilin-lilin kecil di sekeliling kami sudah hampir habis, hanya menyisakan nyala lemah yang tak mampu mengusir seluruh kegelapan. Di hadapan kami, bayangan samar bergerak mendekat, mendesis seperti ular yang mengintai mangsanya. Ruangan ini tiba-tiba terasa semakin sempit, udara menebal, dan jantungku berdetak kencang.“Siapa kau sebenarnya?” tanyaku lagi, meskipun suaraku hampir tenggelam oleh ketegangan yang menggulung di udara.Bayangan itu berhenti beberapa langkah dari kami, perlahan-lahan berubah menjadi lebih jelas, lebih nyata. Wujudnya tertutup jubah hitam panjang, matanya merah menyala seperti bara api yang mengintip dari balik tudung yang menutupi wajahnya.“Aku adalah penjaga terakhir rahasia Dr. Wirawan,” suaranya dingin, mengalir seperti angin malam yang membawa ancaman. “Kalian tak seharusnya berada di sini.”Pak Djata, meskipun sudah berusia lanjut, berdiri tegak di depan kami, t

  • Misteri Gadis Lintas Waktu   Penjaga Wasiat

    Pintu ruangan terbuka dengan sendirinya, seolah-olah kekuatan yang menghalanginya telah lenyap. Kami melangkah keluar, disambut oleh pria yang tadi mengabari kami. Raut wajahnya memperlihatkan ketidaktenangan, ternyata ia menunggu dengan cemas di luar."Apa yang terjadi di dalam?" tanyanya dengan nada khawatir.Aku tersenyum lelah. "Kami berhasil mengusir bayangan Dr. Wirawan," jawabku dengan semangat yang terpancar dari suaraku.Mendengar perkataanku, lelaki itu menghela napas lega. Kulit wajahnya yang tadi tegang mulai melonggar, dan matanya yang sebelumnya suram kini berbinar dengan cahaya harapan yang sudah lama hilang. Rasanya seperti aku bisa melihat beban bertahun-tahun yang perlahan terangkat dari pundaknya."Syukurlah ... akhirnya masa kelam rumah sakit ini akan berakhir," ujarnya, suaranya bergetar. "Sudah lebih dari dua puluh tahun kami hidup dalam ketakutan."Namun, di tengah kelegaan yang kami rasakan, ada perasaan ganjil yang tak bisa kuabaikan. Meski bayangan gelap itu

  • Misteri Gadis Lintas Waktu   Bayangan Terakhir

    "Kalian pikir ini sudah berakhir?" katanya dengan suara dingin yang membuat darahku membeku.Aku dan Meisya saling pandang dengan cemas. Pria itu adalah Dr. Wirawan, atau setidaknya bayangannya yang masih tersisa di tempat ini. "Kalian berhasil mengusir bayangan gelap, tapi tidak mengusirku," lanjut Dr. Wirawan, suaranya penuh kebencian. "Aku adalah bagian dari rumah sakit ini. Selama rahasiaku belum terungkap sepenuhnya, aku akan terus ada."Aku menatap Dr. Wirawan dengan tegang. "Apa yang sebenarnya kau inginkan?" tanyaku, mencoba mencari cara untuk mengatasi situasi ini.Dr. Wirawan tersenyum dingin, senyum yang penuh dengan kepuasan jahat. "Aku ingin melanjutkan apa yang telah kumulai. Kalian tidak bisa menghentikan aku."Meisya, dengan keteguhan yang luar biasa, melangkah maju. "Kita sudah datang sejauh ini. Kami tidak akan mundur."Pak Djata yang telah berdiri di belakang kami, maju ke depan. "Kalian tidak sendirian," katanya dengan suara tegas. "Kami akan melawan ini bersama."

  • Misteri Gadis Lintas Waktu   Mantra Nyai Kambang

    Nyai Kambang mengangguk pelan. "Aku tahu apa yang kalian hadapi. Dr. Wirawan adalah musuh lama. Dia menggunakan ritual-ritual kuno untuk menguasai kekuatan gelap. Tapi ada cara untuk menyibak misterinya." Dia kemudian berjalan ke sudut ruangan, tempat sebuah rak kayu tua berdiri. Rak itu penuh dengan benda-benda yang tampak antik: botol-botol kaca berisi ramuan, patung-patung kecil dari kayu, dan beberapa gulungan kain yang tampak sudah berusia puluhan tahun. Nyai Kambang menarik napas dalam-dalam sebelum meraih sebuah buku tua yang tergeletak di rak paling atas. Buku itu tampak sangat tua, dengan sampul kulit yang sudah mengelupas dan tepi-tepi halaman yang menguning. Ada simbol-simbol aneh yang terukir di sampulnya, dan begitu Nyai Kambang menyentuhnya, ruangan seakan dipenuhi energi mistis. Cahaya lilin di ruangan itu bergetar, dan aroma dupa semakin menyengat. "Ini," kata Nyai Kambang dengan suara yang lebih lembut, "ini adalah buku yang berisi mantra-mantra dan petunjuk untu

  • Misteri Gadis Lintas Waktu   Lukisan Mengerikan

    Dengan tekad yang semakin kuat setelah mengalahkan bayangan gelap itu, aku dan Meisya melanjutkan pencarian. Aku tahu bahwa pertempuran yang baru saja kami menangkan hanyalah permulaan dari misteri yang lebih dalam, selebihnya adalah sesuatu yang mungkin saja jauh lebih mengerikan.*Keesokan paginya, kabut tipis masih menyelimuti desa di sekitar rumah sakit saat aku dan Meisya melangkah dengan hati-hati di jalan berbatu. Matahari baru saja terbit, memancarkan cahaya oranye keemasan yang menerobos pepohonan rindang. Suara burung berkicau terdengar sayup-sayup, seolah-olah menyambut hari baru dengan harapan yang rapuh.Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menitan, langkah kami berhenti di depan sebuah rumah tua yang terletak di ujung desa. Rumah dengan atap yang mulai lapuk dan dinding-dindingnya yang dipenuhi lumut. Sejenak aku menoleh ke arah Meisya. Wajah gadis itu menyiratkan ketegangan yang mulai menghinggapi pikiran. Segera kugenggam tangannya, mencoba menguatkan keberanian ga

  • Misteri Gadis Lintas Waktu   Pertempuran Spiritual

    Dengan pertanyaan yang menggelitik pikiran dan kekhawatiran yang semakin mendalam, Darren dan Meisya memutuskan untuk mengumpulkan semua petunjuk yang mereka temukan dan menyusunnya dengan cermat. Mereka menyadari bahwa untuk mengungkap rahasia gelap yang terkubur di dalam rumah sakit itu, mereka perlu menghubungkan setiap petunjuk dan mencari pola yang tersembunyi di baliknya.Sementara itu, Pak Djata menjelaskan kepada mereka bahwa untuk menghadapi kekuatan gelap tersebut, mereka perlu memperkuat keberanian dan kesatuan mereka. Pak Djata juga menyarankan mereka untuk mencari bantuan dari orang-orang yang ahli dalam hal supranatural atau okultisme, untuk mendapatkan wawasan yang lebih dalam tentang kekuatan yang mereka lawan.Darren dan Meisya pun mulai mencari tahu lebih banyak tentang sejarah rumah sakit itu dan orang-orang yang pernah terlibat di dalamnya. Mereka bertemu dengan orang-orang tua di desa sekitar, yang menceritakan kisah-kisah mistis yang berkaitan dengan rumah sakit

  • Misteri Gadis Lintas Waktu   Ruang Bawah Tanah

    Namun, saat kami mencoba untuk melangkah lebih jauh, terdengar suara langkah kaki yang mendekati dari arah belakang. Kami berdua menoleh cepat dan terkejut saat melihat seseorang muncul di balik lorong yang gelap. Bayangan itu semakin mendekat, dan kami bisa melihat wajah yang penuh dengan kebencian—bayangan Arda."Kalian tidak akan pergi dari sini," ucap bayangan Arda dengan suara menggema, mengirimkan getaran menakutkan ke dalam tulang kami.Meisya berpegangan pada lenganku dengan kuat, matanya memancarkan ketakutan yang tak tersembunyi. "Darren, apa yang harus kita lakukan?"Hatiku berdegup kencang, tetapi aku mencoba untuk tetap tenang. "Kita harus mencari cara untuk keluar dari sini. Ayo, kita cari pintu darurat atau jalan lain untuk melarikan diri."Namun, sebelum kami bisa bergerak lebih jauh, bayangan Arda sudah berada di depan kami, menghalangi jalan kami. Matanya memancarkan aura kegelapan yang membuat bulu kudukku merinding."Kalian tidak bisa kabur dari sini. Kalian adalah

  • Misteri Gadis Lintas Waktu   Aura Gelap di Rumah Sakit

    Setelah bibir Pak Djata mengatup rapat dan kepala mengangguk, angin yang cukup keras tadi pun berhenti. Perlahan Pak Djata membuka mata.Pak Djata menarik napas pelan, lalu membuangnya perlahan juga. Dia lakukan hingga beberapa kali sampai dirasa keadaan batinnya stabil kembali.Pak Djata akhirnya membuka mata dan melanjutkan ceritanya dengan nada serius, seolah dia merasa bertanggung jawab untuk memberi tahu kami tentang kebenaran yang tersembunyi."Hanya saja, Darren dan Meisya, saat aku menurunkan jenazah Marsya dari pohon, tiba-tiba terdengar suara ketukan keras dari dalam kuburannya. Suara itu begitu nyaring dan menggetarkan hati, seakan memohon agar Marsya tidak dikuburkan.""Suara apa itu, Pak?" tanyaku dengan penuh penasaran."Saya yakin itu suara Marsya sendiri, memohon agar jiwanya tidak diperlakukan secara tidak layak. Karena itulah, saya bertekad untuk memenuhi permintaannya dengan menyelidiki lebih jauh.""Apa yang Anda temukan, Pak?" Meisya ikut bertanya, wajahnya penuh

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status