Suara bel yang berulang kali ditekan dari luar tidak juga membangunkan dipemilik kamar. Keributan pun beralih pada ponsel yang selalu diatur dalam volume cukup tinggi agar dapat segera cepat tanggap bila ada keadaan darurat.
Arsyila mendapatkan kesadarannya dan seketika rasa sakit menghantam kepalanya. Arsyila mengerang sambil tangannya berusaha menggapai ponselnya di nakas.
Tanpa melihat nama penelepon, dia sudah tahu siapa yang menghubunginya pagi-pagi begini dari suara ringtone yang dia atur khusus untuk Pak Bos Darius Irdham.
"Halo, Pak," Arsyila menjawab dengan suara parau.
"Saya tahu kamu di dalam. Buka pintunya." Suara Darius terdengar tenang namun tajam.
"Hm? Ada apa ya, Pak?" Tanya Arsyila sambil menjambaki rambutnya untuk mengurangi rasa sakit yng menghantam kepalanya.
Darius berdeham. "Syila, dengar. Kamu coba buka mata perlahan dan jangan berteriak."
"Hah?" Arsyila yang tidak paham ucapan Darius mencoba membuka matanya perlahan dan dia mengerjapkan matanya berkali-kali untuk memfokuskan penglihatannya.
Arsyila melihat pakaian luar hingga dalamnya berserakan di lantai. Dengan masih kebingungan dia mengubah posisinya dari tengkurap menjadi telentang dan betapa kagetnga dia saat tangannya menyentuh sesuatu yang seperti kulit manusia.
Perlahan Arsyila menoleh lalu matanya seketika membulat saat melihat wajah tampan berada disebelahnya yang masih terlelap.
"Jangan teriak, Syila." Suara Darius terdengar lagi ditelinganya. "Cepat buka pintunya untuk saya atau saya masuk sendiri."
Arsyila seperti tidak mendengar kata-kata Darius di telinganya. Dia masih saja memandangi wajah seorang pria berambut hitam lurus yang poninya menutupi dahi, beralis hitam, mata dengan bulu yang lentik panjang, hidung mancung, bibir tipis, dan rahang tegas yang tertidur pulas di sebelahnya bertelanjang dada.
Jantung Arsyila berdegup kencang dan napasnya makin tersengal saat menyadari dirinya tidak memakai sehelai pakaian pun di bawah selimut.
Sebelum Arsyila sempat berteriak, Darius masuk ke kamar menggunakan akses back up dan langsung menutupi kepala Arsyila dengan dress yang disambarnya dari lantai.
"Calm down, Syila..." Darius merengkuh kepala Arsyila yang tertutupi baju di dadanya. "I'm sorry I can't take care of you last night."
Dibalik pakaian yang menutupi wajahny. Arsyila masih berusaha mencerna apa yng terjadi. Setelah mendapat kilas balik kejadian semalam Arsyila berteriak. Darius makin menekan wajah Arsyila ke dadanya, meredam suara gadis itu.
Di samping Arsyila, Moreno menggeliat lalu membuka mata. Lelaki itu pun nampak bingung dan mengerjapkan matany berulang kali saat melihat Darius mendekap kepala Arsyila.
Darius buru-buru membekap wajah Moreno dengan bantal sebelum temannya itu berteriak.
❤️
Satu jam kemudian, baik Arsyila maupun Moreno sudah menjadi lebih tenang. Kini keduanya sudah mengenakan pakaian yang dikenakan semalam.Arsyila, Moreno, dan Darius duduk membentuk segitiga di kamar studio yang disediakan untuk Arsyila di hotel. Darius bersandar pada meja kayu depan tempat tidur, Moreno duduk di kursi kerja pojok ruangan, dan Arsyila duduk di atas kasur dengan selimut membalut tubuhnya. Matanya memancarkan kemarahan pada Darius.
"Gara-gara kamu nyuruh saya nyobain minuman alkohol nggak jelas itu!" Desis Arsyila.
"Saya minta maaf," ujar Darius parau. Dia benar-benar menyesal karena tidak dapat menjaga sekretarisnya yang mabuk karena dia sendiri sudah terlalu mabuk. "Saya tidak tahu kalau minuman dari Angga itu ternyata begitu kuat."
"Angga?" Arsyila menyipitkan mata. "INI GARA-GARA ANGGA DAN TIO! MEREKA BERSEKONGKOL NGUSILIN GUE!"
"Hey," Moreno bersuara. "Sebenernya ini ada apa, sih? It just an ordinary one night stand, is it?"
Arsyila menatap Moreno tajam seolah dapat menyayat lelaki itu hanya dengan tatapannya.
"Kaget gue bangun-bangun ada lo, Yus." Moreno menggaruk kepalanya. "Gue pikir semalem kita sampe threesome."
"Hey~ Watch your mouth!" Tegur Darius. Gue bahkan selalu menahan diri untuk nyentuh Syila walaupun ingin karena profesionalitas kerja, batin Darius. Apalagi Syila masih virgin. Mana bisa gue godain anak gadis perawan?, lanjut Darius dalam hati.
Arsyila tiba-tiba berlinang air mata. Dia merasa sedih keperawanannya yang dijaga selama tiga puluh tahun hilang begitu saja tanpa makna karena kesalahan dalam satu malam.
Bagaimana bisa ketelitiannya, kehati-hatiannya selama ratusan party selama ini bisa hilang dalam semalam? Dan kenapa harus dengan lelaki asing yang tidak dia kenal ini? Kalau saja terjadi dengan Darius mungkin dia nggak akan sesengsara ini.
"Hey~ Why are you crying like a virgin?" Cemooh Moreno.
"Because I WAS a virgin!!!" Teriak Arsyila dengan menekankan kata 'was'.
"Wh-what???" Moreno membelalakkan matanya. Dia kemudian memandang Darius untuk mendapat penyangkalan. Namun temannya itu hanya diam memandang Arsyila. "Shit!"
Pikiran Arsyila sudah macam-macam. Dapat dikatakan dia masih sedikit kolot dengan menjaga kesuciannya dan beranggapan saat ini dia kotor dan tidak berharga.
Fix gue bakalan susah cari jodoh, Arsyila mengubur wajahnya ke dalam selimut dan menangis sesenggukan.Darius yang melihatnya merasa bersalah. Selama tujuh tahun ini dia selalu menjaga Arsyila untuk tidak sampai mabuk. Cukup melihat satu kali di awal-awal Arsyila menjdi sekretarisnya, gadis itu mabuk diacara dinner party juga dan berubah menjadi DJ dan penari striptease.
"Wait... I don't get it. Do you remember, what you did last night? Lo yang godain gue, lho... You acted like - "
"Reno, stop it," potong Darius. "She was drunk."
Moreno mencibir kemudian dia berdiri. "Hey, lo tahu? Alkohol itu minuman paling jujur, be yourself. Jangan ditahan." Moreno menyeringai. "Gue cabut, dah. Pusing gue disini. See you, Darius. I'll call you later."
Moreno pun beranjak keluar dari kamar Arsyila.
"Pak, silakan Bapak juga keluar," kata Arsyila tanpa mengangkat kepalanya.
Darius menghela napas lalu beranjak keluar.
Arsyila membuka selimutnya. Dia beranjak menuju kamar mandi, menanggalkan pakaiannya dan memandangi tubuhnya di cermin. Bekas 'pertempuran' semalam terlihat nyata di beberapa bagian tubuhnya.
Yang paling terasa adalah rasa perih di agian miss V-nya.❤️❤️❤️
Arsyila marah dan kecewa dengan semua orang. Dia memutuskan untuk cuti sejenak dari kantor dan mengambil jatah cutinya selama satu minggu.Arsyila terlalu malu untuk bertemu Darius dan terlalu marah untuk bertemu Angga.Mungkin bagi sebagian orang kehilangan keperawanan adalah hal yang biasa, namun tidak bagi Arsyila yang dibesarkan dengan norma agama yang cukup kuat oleh orangtuanya. Meskipun tidak munafik dia pernah pacaran dan berciuman bahkan melakukan petting namun belum pernah ada dari mantannya yang berhasil mengambil keperawanannya.Arsyila marah pada alkohol, Angga, Tio, Darius, dan Moreno. Namun dia lebih marah pada dirinya sendiri karena bisa lost control.Arsyila menyeka peluh yang membasahi wajahnya. Dia baru sadar kalau matahari sudah tinggi dan udara sudah cukup panas. Dia memutuskan menyudahi sesi olahraga paginya dan kembali ke hotel.Saat ini Arsyila sedang melarikan diri dari realita. Tanpa mengabari siapapun dia terbang ke
Arsyila berendam di bathtub dengan busa beraroma musk untuk menenangkan pikirannya dari kejadian di kolam tadi.Romanya kembali meremang saat ingat rasanya Mr. P milik Moreno menekan perutnya. Arsyila gelisah... Putingnya mengeras dan bagian bawahnya berkedut."Sial..." Rutuk Arsyila frustasi.Dia menyentuh dadanya dengan tangan kanan dan menyentuh bagian bawahnya dengan tangan kiri. Seketika Arsyila merasa terbang. Dia terus menggesekkan jarinya untuk mencapai klimaksnya. Disela desahannya, dia teringat malam dimana dia kehilangan keperawanannya. Bagaimana Moreno memberinya kenikmatan yang belum pernah dia rasakan.Moreno memang berpengalaman dan Arsyila membenci itu.Arsyila menghentikan kegiatan masturbasinya dan memikirkan Moreno membuatnya hilang nafsu. Arsyila akui Morena memang cukup hot, namun fakta itu membuatnya semakin nelangsa.Seharusnya dia melakukan itu dengan pria yang juga baru pertama kali melakukannya. Bukan dengan p
Moreno terbangun karena suara isak tangis perempuan. Dia mengerjapkan matanya dan melihat Arsyila sedang duduk memeluk lutut di sampingnya dengan memperlihatkan punggung telanjangnya. Moreno mengelus punggung Arsyila lembut. "Kamu kenapa?" Moreno bertanya panik. Dia ikut terduduk dan mengelus rambut Arsyila. "Sakit?" Arsyila diam tak menjawab dan terus menangis. Moreno menyandarkan kepalanya ke bahu telanjang Arsyila dan menciuminya lembut. Tapi Arsyila kemudian bergerak menjauhi Moreno. "Hey... Kenapa? Bilang dong..." Ucap Moreno lembut. "Kamu... Nyesel?" Isakkan Arsyila makin kencang. Moreno menghela napas lalu menarik tubuh Arsyila ke dada telanjangnya dan merebahkan diri. Moreno mengelus lembut kepala Arsyila dan menempelkan pipinya di kepala Arsyila. "Nikah, yuk, Syil," ucapan Moreno yang tiba-tiba dan datar membuat isak Arsyila terhenti. Perempuan itu melepaskan diri dan memukul dada Moreno. "Ah! Sakit..." "
Darius memasuki area restoran di hotelnya dan melihat sahabatnya, Moreno Nugraha, duduk menghadapnya sembari menyesap kopinya. Darius teringat kejadian beberapa hari lalu setelah acara dinner party Perusahaannya dan kembali merasa bersalah, namun kelihatannya Moreno yang terlibat masalah pada malam itu terlihat biasa saja. Moreno menangkap sosok Darius dan melambaikan tangan padanya. Darius menarik napas dalam lalu menghampiri Moreno. "Hai, Bro," sapa Moreno ringan. Angga yang melihat bosnya datang segera menyediakan kopi Vietnam Drip yang biasa diminum Darius jika ada meeting di restorannya. "Tumben ada di Jakarta," sapa Darius. "Biasa... Dipanggil meeting. Tapi habis ini juga gue balik ke Trawangan." Moreno teringat seseorang saat mengatakannya dan menyematkan senyum tipis. "Kok buru-buru amat?" tanya Darius. Dia melambaikan tangan sebagai isyarat terima kasih pada Angga yang menyajikan kopinya. "Ada yang
Arsyila mendorong badan Moreno agar bisa melepaskan diri dari ciumannya. Arsyila melotot pada Moreno yang hanya tersenyum jahil. "Lo... Benar-benar, ya!" Ujar Arsyila frustasi. "Seenaknya banget!" "Syil, just let it flow, okay?" Kata Moreno santai. "Let it flow gundulmu!" Maki Arsyila yang membuat Moreno terbahak. Perempuan ini menarik, batin Moreno. Entah kenapa gue betah berada di dekatnya. Moreno meneguk minumannya yang baru saja dihidangkan. Begitu pun dengan Arsyila yang menyedor habis minumannya. "Jadi? Bagaimana dengan tawaran gue?" Tanya Moreno. "Just forget it!" Arsyila mendesis kesal. Entah kenapa dia tidak bisa benar-benar kesal karena Moreno tiba-tiba menciumnya. Justru dia merasa senang? Astaga... Yang benar saja Arsyla! Lo padahal nggak minum alkohol, masa mabok, sih?, Arsila memaki dirinya dalam hati. Moreno memandanginya sambil tersenyum.
Arsyila sudah siap berangkat ke kantor. Dia sudah rapi, cantik, dan wangi. Namun, sudah lebih dari setengah jam dia mondar mandir depan pintu apartemennya, menimang apa dia perlu ke kantor untuk bekerja atau tidak. Peristiwa seminggu lalu yang menyebabkan keributan antara dirinya dan Pak Bos membuatnya malu. Terlebih dia kabur selama seminggu dan tak memberi Darius kabar kecuali pemberitahuan cutinya. "Aduh gimana ini? Ke kantor atau enggak?" Arsyila berbicara pada pintu kayunya. "Kalau enggak ke kantor, gue masih butuh gaji. Kalo ke kantor, gue kok nggak punya muka depan Pak Darius?" Arsyila menghela napas dan menjitak kepalanga sendiri. "Udahlah... Duit lebih penting dari rasa malu. Rasa malu nggak bisa bayar biaya hidup gue bulan depan." Arsyila mengangguk yakin. "Semangat!" Arsyila membuka pintu dan dengan yakin berangkat ke kantor. *Darius sudah berada di ruangannya ketika Arsyila tiba. "Mbak Dety," Arsyila memanggil office boy yang k
Arsyila keluar lift dengan perasaan bimbang. Dalam hidupnya, dia belum pernah sebimbang ini. Memutuskan sesuatu Arsyila selalu penuh keyakinan, yes is yes, no is no. Tapi kali ini Arsyila tidak tahu harus memutuskan apa. Padahal pilihannya hanyalah ikut Moreno pergi atau tidak.Please, Syila... Apa susahnya sih kekeuh bilang nggak?, pikir Arsyila.Tapi ini Moreno yang ngajak..., hati Arsyila menyahut.Ya terus kenapa kalo Moreno???,otak Arsyila lagi-lagi mencoba membantah.Tetap aja dia cowok seenaknya yang nggak tahu malu!Biar gitu dia kan tanggungjawab di deket lo... Lagian Moreno ganteng dan kaya. Ngapain, sih, capek-capek nolak cowok sesempurna itu?,hati Arsyila menyuguhkan fakta tentang Moreno.Ting.Lift berdenting dan berhenti di lantai lobby.Arsyila tersadar dari lamunannya. Dia mencubit lengannya sendiri agar segera sadar."Arsyila.. 
Arsyila membuka matanya karena merasa kakinya keram tertindih sesuatu. Dia mencoba membiasakan matanya dengan kondisi ruangan yang masih remang-remang.Sebuah gerakan kecil membuat kesadarannya utuh; sebuah tangan memeluk pinggangnya dengan erat dan sebuah napas terasa di tengkuknya.Arsyila menoleh dan melihat Moreno masih tertidur pulas. Jantung Arsyila berdebar saat ingat kejadian semalam. Rasanya dia ingin menggali tanah dan mengubur dirinya sendiri karena malu. Semalam dia tidak mabuk tapi mengajak Moreno untuk bercinta!Apa kata dunia?"Good morning." Moreno terbangun dan menyapa Arsyila yang sedang melotot memandangi langit-langit kamarnya."Err... Good morning..."Moreno mengecup sekilas pipi Arsyila lalu mengeratkan kembali pelukannya dan memejamkan matanya."Jam berapa sekarang?" Tanya Moreno.Tangan Arsyila mencari ponselnya yang entah dimana."Lepas dulu, Ren, gue cari hp dulu," pinta Arsyila.
Arsyila dan Moreno kini berada di supermarket untuk membeli beberapa bahan makanan dan camilan. Mereka berencana untuk seharian marathon menonton serial Netflix."Syila, lo suka daging bagian mana?" Moreno bertanya saat mereka melewati bagian daging.Arsyila menatap deretan daging yang berada di dalam pendingin itu lalu menjawab, "gue suka semua jenis daging. Kenapa?""Lo belum ngerasain steak buatan gue, kan?""Lo bisa masak steak?" Arsyila bertanya sanksi.Moreno menyeringai dan melangkah menuju bagian daging yang hendak dibelinya. Arsyila hanya memandangi punggung Moreno dengan desiran aneh di dadanya.Kenapa sekarang gue sama dia jadi kelihatan seperti pengantin baru? Belanja groceries bareng di supermarket dengan seorang Moreno Nugraha?,Arsyila membatin. Apa gue biarkan aja semua ini mengalir tanpa memikirkan apapun? Logika dan hati nggak akan pernah bertemu. Seringkali saat logika lo berkata 'tidak', hati lo ju
Arsyila membuka matanya karena merasa kakinya keram tertindih sesuatu. Dia mencoba membiasakan matanya dengan kondisi ruangan yang masih remang-remang.Sebuah gerakan kecil membuat kesadarannya utuh; sebuah tangan memeluk pinggangnya dengan erat dan sebuah napas terasa di tengkuknya.Arsyila menoleh dan melihat Moreno masih tertidur pulas. Jantung Arsyila berdebar saat ingat kejadian semalam. Rasanya dia ingin menggali tanah dan mengubur dirinya sendiri karena malu. Semalam dia tidak mabuk tapi mengajak Moreno untuk bercinta!Apa kata dunia?"Good morning." Moreno terbangun dan menyapa Arsyila yang sedang melotot memandangi langit-langit kamarnya."Err... Good morning..."Moreno mengecup sekilas pipi Arsyila lalu mengeratkan kembali pelukannya dan memejamkan matanya."Jam berapa sekarang?" Tanya Moreno.Tangan Arsyila mencari ponselnya yang entah dimana."Lepas dulu, Ren, gue cari hp dulu," pinta Arsyila.
Arsyila keluar lift dengan perasaan bimbang. Dalam hidupnya, dia belum pernah sebimbang ini. Memutuskan sesuatu Arsyila selalu penuh keyakinan, yes is yes, no is no. Tapi kali ini Arsyila tidak tahu harus memutuskan apa. Padahal pilihannya hanyalah ikut Moreno pergi atau tidak.Please, Syila... Apa susahnya sih kekeuh bilang nggak?, pikir Arsyila.Tapi ini Moreno yang ngajak..., hati Arsyila menyahut.Ya terus kenapa kalo Moreno???,otak Arsyila lagi-lagi mencoba membantah.Tetap aja dia cowok seenaknya yang nggak tahu malu!Biar gitu dia kan tanggungjawab di deket lo... Lagian Moreno ganteng dan kaya. Ngapain, sih, capek-capek nolak cowok sesempurna itu?,hati Arsyila menyuguhkan fakta tentang Moreno.Ting.Lift berdenting dan berhenti di lantai lobby.Arsyila tersadar dari lamunannya. Dia mencubit lengannya sendiri agar segera sadar."Arsyila.. 
Arsyila sudah siap berangkat ke kantor. Dia sudah rapi, cantik, dan wangi. Namun, sudah lebih dari setengah jam dia mondar mandir depan pintu apartemennya, menimang apa dia perlu ke kantor untuk bekerja atau tidak. Peristiwa seminggu lalu yang menyebabkan keributan antara dirinya dan Pak Bos membuatnya malu. Terlebih dia kabur selama seminggu dan tak memberi Darius kabar kecuali pemberitahuan cutinya. "Aduh gimana ini? Ke kantor atau enggak?" Arsyila berbicara pada pintu kayunya. "Kalau enggak ke kantor, gue masih butuh gaji. Kalo ke kantor, gue kok nggak punya muka depan Pak Darius?" Arsyila menghela napas dan menjitak kepalanga sendiri. "Udahlah... Duit lebih penting dari rasa malu. Rasa malu nggak bisa bayar biaya hidup gue bulan depan." Arsyila mengangguk yakin. "Semangat!" Arsyila membuka pintu dan dengan yakin berangkat ke kantor. *Darius sudah berada di ruangannya ketika Arsyila tiba. "Mbak Dety," Arsyila memanggil office boy yang k
Arsyila mendorong badan Moreno agar bisa melepaskan diri dari ciumannya. Arsyila melotot pada Moreno yang hanya tersenyum jahil. "Lo... Benar-benar, ya!" Ujar Arsyila frustasi. "Seenaknya banget!" "Syil, just let it flow, okay?" Kata Moreno santai. "Let it flow gundulmu!" Maki Arsyila yang membuat Moreno terbahak. Perempuan ini menarik, batin Moreno. Entah kenapa gue betah berada di dekatnya. Moreno meneguk minumannya yang baru saja dihidangkan. Begitu pun dengan Arsyila yang menyedor habis minumannya. "Jadi? Bagaimana dengan tawaran gue?" Tanya Moreno. "Just forget it!" Arsyila mendesis kesal. Entah kenapa dia tidak bisa benar-benar kesal karena Moreno tiba-tiba menciumnya. Justru dia merasa senang? Astaga... Yang benar saja Arsyla! Lo padahal nggak minum alkohol, masa mabok, sih?, Arsila memaki dirinya dalam hati. Moreno memandanginya sambil tersenyum.
Darius memasuki area restoran di hotelnya dan melihat sahabatnya, Moreno Nugraha, duduk menghadapnya sembari menyesap kopinya. Darius teringat kejadian beberapa hari lalu setelah acara dinner party Perusahaannya dan kembali merasa bersalah, namun kelihatannya Moreno yang terlibat masalah pada malam itu terlihat biasa saja. Moreno menangkap sosok Darius dan melambaikan tangan padanya. Darius menarik napas dalam lalu menghampiri Moreno. "Hai, Bro," sapa Moreno ringan. Angga yang melihat bosnya datang segera menyediakan kopi Vietnam Drip yang biasa diminum Darius jika ada meeting di restorannya. "Tumben ada di Jakarta," sapa Darius. "Biasa... Dipanggil meeting. Tapi habis ini juga gue balik ke Trawangan." Moreno teringat seseorang saat mengatakannya dan menyematkan senyum tipis. "Kok buru-buru amat?" tanya Darius. Dia melambaikan tangan sebagai isyarat terima kasih pada Angga yang menyajikan kopinya. "Ada yang
Moreno terbangun karena suara isak tangis perempuan. Dia mengerjapkan matanya dan melihat Arsyila sedang duduk memeluk lutut di sampingnya dengan memperlihatkan punggung telanjangnya. Moreno mengelus punggung Arsyila lembut. "Kamu kenapa?" Moreno bertanya panik. Dia ikut terduduk dan mengelus rambut Arsyila. "Sakit?" Arsyila diam tak menjawab dan terus menangis. Moreno menyandarkan kepalanya ke bahu telanjang Arsyila dan menciuminya lembut. Tapi Arsyila kemudian bergerak menjauhi Moreno. "Hey... Kenapa? Bilang dong..." Ucap Moreno lembut. "Kamu... Nyesel?" Isakkan Arsyila makin kencang. Moreno menghela napas lalu menarik tubuh Arsyila ke dada telanjangnya dan merebahkan diri. Moreno mengelus lembut kepala Arsyila dan menempelkan pipinya di kepala Arsyila. "Nikah, yuk, Syil," ucapan Moreno yang tiba-tiba dan datar membuat isak Arsyila terhenti. Perempuan itu melepaskan diri dan memukul dada Moreno. "Ah! Sakit..." "
Arsyila berendam di bathtub dengan busa beraroma musk untuk menenangkan pikirannya dari kejadian di kolam tadi.Romanya kembali meremang saat ingat rasanya Mr. P milik Moreno menekan perutnya. Arsyila gelisah... Putingnya mengeras dan bagian bawahnya berkedut."Sial..." Rutuk Arsyila frustasi.Dia menyentuh dadanya dengan tangan kanan dan menyentuh bagian bawahnya dengan tangan kiri. Seketika Arsyila merasa terbang. Dia terus menggesekkan jarinya untuk mencapai klimaksnya. Disela desahannya, dia teringat malam dimana dia kehilangan keperawanannya. Bagaimana Moreno memberinya kenikmatan yang belum pernah dia rasakan.Moreno memang berpengalaman dan Arsyila membenci itu.Arsyila menghentikan kegiatan masturbasinya dan memikirkan Moreno membuatnya hilang nafsu. Arsyila akui Morena memang cukup hot, namun fakta itu membuatnya semakin nelangsa.Seharusnya dia melakukan itu dengan pria yang juga baru pertama kali melakukannya. Bukan dengan p
Arsyila marah dan kecewa dengan semua orang. Dia memutuskan untuk cuti sejenak dari kantor dan mengambil jatah cutinya selama satu minggu.Arsyila terlalu malu untuk bertemu Darius dan terlalu marah untuk bertemu Angga.Mungkin bagi sebagian orang kehilangan keperawanan adalah hal yang biasa, namun tidak bagi Arsyila yang dibesarkan dengan norma agama yang cukup kuat oleh orangtuanya. Meskipun tidak munafik dia pernah pacaran dan berciuman bahkan melakukan petting namun belum pernah ada dari mantannya yang berhasil mengambil keperawanannya.Arsyila marah pada alkohol, Angga, Tio, Darius, dan Moreno. Namun dia lebih marah pada dirinya sendiri karena bisa lost control.Arsyila menyeka peluh yang membasahi wajahnya. Dia baru sadar kalau matahari sudah tinggi dan udara sudah cukup panas. Dia memutuskan menyudahi sesi olahraga paginya dan kembali ke hotel.Saat ini Arsyila sedang melarikan diri dari realita. Tanpa mengabari siapapun dia terbang ke