Arsyila berendam di bathtub dengan busa beraroma musk untuk menenangkan pikirannya dari kejadian di kolam tadi.
Romanya kembali meremang saat ingat rasanya Mr. P milik Moreno menekan perutnya. Arsyila gelisah... Putingnya mengeras dan bagian bawahnya berkedut.
"Sial..." Rutuk Arsyila frustasi.
Dia menyentuh dadanya dengan tangan kanan dan menyentuh bagian bawahnya dengan tangan kiri. Seketika Arsyila merasa terbang. Dia terus menggesekkan jarinya untuk mencapai klimaksnya. Disela desahannya, dia teringat malam dimana dia kehilangan keperawanannya. Bagaimana Moreno memberinya kenikmatan yang belum pernah dia rasakan.
Moreno memang berpengalaman dan Arsyila membenci itu.
Arsyila menghentikan kegiatan masturbasinya dan memikirkan Moreno membuatnya hilang nafsu. Arsyila akui Morena memang cukup hot, namun fakta itu membuatnya semakin nelangsa.
Seharusnya dia melakukan itu dengan pria yang juga baru pertama kali melakukannya. Bukan dengan pria yang sudah berpengalaman seperti Moreno!
Arsyila bangkit dari bathtub dan mengguyur badannya di shower untuk menghilangkan busa-busa dari tubuhnya.
Sekarang dia merasa lapar dan memutuskan untuk pergi ke restoran.
Arsyila mengenakan sun dress berwarna kuning muda berbahan tipis yang memperlihatkan pakaian dalamnya yang berwarna biru tua. Tapi Arsyila tidak peduli karena saat ini dia ada di Pulau~
Arsyila memesan menu lobster dan jus semangka yang dicampur dengan buah nanas. Sembari menunggu makanannya, Arsyila mengambil beberapa swa foto dirinya.
"Mau difotoin?"
Arsyila melenguh malas. "Lo lagi, lo lagi. Tahu sih resort ini punya lo. Tapi bisa nggak sih, pura-pura nggak kenal aja sama gue?"
"Nggak," jawab Moreno singkat.
"Pak Reno, mau makan siang apa?" Waiter yang tadi menanyakan pesanan Arsyila kembali.
"Bikinin saya apa yang Nona ini pesan," kara Moreno. "Dia tamu saya. Keluarin menu lainnya juga."
"Baik, Pak." Waiter itu tersenyum lalu mundur perlahan dan beranjak untuk mengambilkan pesanan bosnya.
"Nggak usah pamer sama gue... Gue nggak akan luluh," ucap Arsyila ketus.
Moreno hanya mengendikkan bahu.
Arsyila berusaha mengabaikan Moreno dengan asik scrolling sosial medianya. Namun tatapan Moreno yang tajam dan menusuk ke arahnya membuatnya seperti ditelanjangi. Lagi.
Arsyila berusaha tidak bertatapan dengan mata Moreno. Dia mengubah duduknya menjadi miring.
"Dilihat-lihat lo cantik juga..." Gumam Moreno. "Lo juga punya badan yang oke. Hebat Darius bisa tahan deket-deket lo."
Arsyila menoleh menatap Moreno. "Lo kenapa, sih? Mohon maaf ya, Bos saya itu berpendidikan dan attitude-nya bagus. Nggak kayak lo yang otaknya mesum!"
Moreno terkekeh geli. "Harus banget dipancing begitu baru mau ngelihat gue?"
Arsyila mendengus kesal.
"Gini deh... Kita lupakan apa yang terjadi malam itu. Walaupun jujur susah banget gue lupain, nggak tahu kenapa." Moreno menikmati perubahan rona wajah Arsyila yang kini semerah udang rebus. "Gimana kalo sekarang kita berteman? Nggak usah ketus-ketusan, marah-marahan. Kita mulai lagi dari awal dengan hubungan profesional. Hm?"
Arsyila menghela napas. Dia menimang penawaran Moreno meskipun dia tidah tahu apa bisa berteman dengan seseorang yang sudah menjelajahi tubuhnya.
"Oke," kata Arsyila akhirnya.
Moreno tersenyum lebat. Senyum yang bisa membuat perempuan pasti terpesona. Seperti Arsyila sedetik yang lalu.
Udah gila gue kalo terpesona sama dia, rutuk Arsyila dalam hati.
"Habis lunch ada rencana apa?" Tanya Moreno kerika makanan mereka telah terhidang.
"Tidur."
Moreno seketika menatap Arsyila.
"A real sleep. Okay? Bukan tidur yang ada di otak lo!" Tegas Arsyila.
"Memangnya tidur yang ada di otak gue kayak gimana, Syila?" Goda Moreno.
Wajah Arsyila seketika memerah.
"Tau ah! Ngomong sama lo melelahkan!"
Moreno tertawa.
"Yaudah tidur. Nanti malam bakal begadang soalnya," kata Moreno.
"Hah???"
Moreno menunjuk poster yang ada di dimding restoran dengan dagunya. Arsyila mengikuti arah yang ditunjukkan Moreno dan membaca poster selebrasi dua tahun resort tersebut. Free all you can eat BBQ + Free Flow drink all night long.
"Hadeuh... Gue trauma sama party," gerutu Arsyila.
"Tenang... Gue bakal jagain lo, kok," ujar Moreno sambil tersenyum manis.
"Ha! Nggak yakin gue..." Arsyila menggeleng.
Moreno terkekeh. Dia tiba-tiba merasa bersemangat dan tidak sabar menunggu datangnya malam.
❤️
Arsyila cukup kaget ketika Moreno muncul di depan kamar untuk menjemputnya. Lelaki itu terlihat tampan bahkan hanya dengan kaos polo dan celana pendek selutut.
Arsyila mencubit lengannya sendiri agar tetap sadar dan tidak terpesona pada Moreno.
Moreno memerhatikan Arsyila dari ujung kepala sampai ujung kaki. Rambut dikucir kuda dengan poni samping, mini dress model kemben berwarna putih see through bikini di dalamnya yang berwarna senada, dan sandal jepit havaianas warna pink putih. Moreno menelan salivanya. Jantungnya berdegup dan bagian bawahnya mengeras perlahan.
Anjrit kenapa gue jadi hornian gini, sih??? Kek abg baru ngerasain bercinta aja!!!, Moreno memarahi dirinya sendiri.
"Heh! Bengong!" Suara Arsyila mrnyadarkannta. "Yuk!"
"Hah? Yuk!" Sahut Moreno sembari melangkah masuk ke kamar.
Arsyila spontan mundur dan panik saat Moreno menutup pintu kamar.
"Ren...?"
"Syila... Gue minta maaf." Moreno maju menghampiri Arsyila dan dengan hati-hati menyentuh pipi Arsyila. "Tapi gue nggak tahan lagi..." Moreno mendekatkan wajahnya ke wajah Arsyila.
Perempuan itu hanya mematung dengan tubuh menegang. Batin dan otak Arsyila sudah berteriak panik menyuruhnya menendang penis Moreno dan kabur. Namun tubuhnya mengkhianati.
Moreno mendekatkan bibirnya ke bibir Arsyila. "Shall we?" Tanpa menunggu Arsyila menjawab, Moreno mengecup lembut bibir Arsyila. Moreno mengecup bibir Arsyila lebih dalam lagi karena tidak ada penolakan dari perempuan itu.
Napas Arsyila memburu. Tangan Moreno berada di tengkuknya lalu perlahan turun ke punggungnya dan menarik Arsyila menyatu dengan tubuhnya.
Moreno mencium Arsyila dengan ritme lebih cepat dan memasukkan lidahnya ke dalam bibir Arsyila.
Bibir Arsyila bergerak membalas ciuman itu dan sebuah desahan lolos dari bibirnya. Moreno tersenyum. Dia melepaskan ciuman basah itu. "Can we restart that night? Gue janji bakalan lebih lembut. Hm?"Arsyila sudah lelah berdebat dengan otaknya. Dia akhirnya pasrah dan mengangguk. Toh dia melakukannya dengan lelaki yang juga mengambil keperawanannya.
Terserahlah! Terserah!!! Gue udah nggak mau mikir!!!, jerit Arsyila dalam hati.
❤️❤️❤️
Moreno terbangun karena suara isak tangis perempuan. Dia mengerjapkan matanya dan melihat Arsyila sedang duduk memeluk lutut di sampingnya dengan memperlihatkan punggung telanjangnya. Moreno mengelus punggung Arsyila lembut. "Kamu kenapa?" Moreno bertanya panik. Dia ikut terduduk dan mengelus rambut Arsyila. "Sakit?" Arsyila diam tak menjawab dan terus menangis. Moreno menyandarkan kepalanya ke bahu telanjang Arsyila dan menciuminya lembut. Tapi Arsyila kemudian bergerak menjauhi Moreno. "Hey... Kenapa? Bilang dong..." Ucap Moreno lembut. "Kamu... Nyesel?" Isakkan Arsyila makin kencang. Moreno menghela napas lalu menarik tubuh Arsyila ke dada telanjangnya dan merebahkan diri. Moreno mengelus lembut kepala Arsyila dan menempelkan pipinya di kepala Arsyila. "Nikah, yuk, Syil," ucapan Moreno yang tiba-tiba dan datar membuat isak Arsyila terhenti. Perempuan itu melepaskan diri dan memukul dada Moreno. "Ah! Sakit..." "
Darius memasuki area restoran di hotelnya dan melihat sahabatnya, Moreno Nugraha, duduk menghadapnya sembari menyesap kopinya. Darius teringat kejadian beberapa hari lalu setelah acara dinner party Perusahaannya dan kembali merasa bersalah, namun kelihatannya Moreno yang terlibat masalah pada malam itu terlihat biasa saja. Moreno menangkap sosok Darius dan melambaikan tangan padanya. Darius menarik napas dalam lalu menghampiri Moreno. "Hai, Bro," sapa Moreno ringan. Angga yang melihat bosnya datang segera menyediakan kopi Vietnam Drip yang biasa diminum Darius jika ada meeting di restorannya. "Tumben ada di Jakarta," sapa Darius. "Biasa... Dipanggil meeting. Tapi habis ini juga gue balik ke Trawangan." Moreno teringat seseorang saat mengatakannya dan menyematkan senyum tipis. "Kok buru-buru amat?" tanya Darius. Dia melambaikan tangan sebagai isyarat terima kasih pada Angga yang menyajikan kopinya. "Ada yang
Arsyila mendorong badan Moreno agar bisa melepaskan diri dari ciumannya. Arsyila melotot pada Moreno yang hanya tersenyum jahil. "Lo... Benar-benar, ya!" Ujar Arsyila frustasi. "Seenaknya banget!" "Syil, just let it flow, okay?" Kata Moreno santai. "Let it flow gundulmu!" Maki Arsyila yang membuat Moreno terbahak. Perempuan ini menarik, batin Moreno. Entah kenapa gue betah berada di dekatnya. Moreno meneguk minumannya yang baru saja dihidangkan. Begitu pun dengan Arsyila yang menyedor habis minumannya. "Jadi? Bagaimana dengan tawaran gue?" Tanya Moreno. "Just forget it!" Arsyila mendesis kesal. Entah kenapa dia tidak bisa benar-benar kesal karena Moreno tiba-tiba menciumnya. Justru dia merasa senang? Astaga... Yang benar saja Arsyla! Lo padahal nggak minum alkohol, masa mabok, sih?, Arsila memaki dirinya dalam hati. Moreno memandanginya sambil tersenyum.
Arsyila sudah siap berangkat ke kantor. Dia sudah rapi, cantik, dan wangi. Namun, sudah lebih dari setengah jam dia mondar mandir depan pintu apartemennya, menimang apa dia perlu ke kantor untuk bekerja atau tidak. Peristiwa seminggu lalu yang menyebabkan keributan antara dirinya dan Pak Bos membuatnya malu. Terlebih dia kabur selama seminggu dan tak memberi Darius kabar kecuali pemberitahuan cutinya. "Aduh gimana ini? Ke kantor atau enggak?" Arsyila berbicara pada pintu kayunya. "Kalau enggak ke kantor, gue masih butuh gaji. Kalo ke kantor, gue kok nggak punya muka depan Pak Darius?" Arsyila menghela napas dan menjitak kepalanga sendiri. "Udahlah... Duit lebih penting dari rasa malu. Rasa malu nggak bisa bayar biaya hidup gue bulan depan." Arsyila mengangguk yakin. "Semangat!" Arsyila membuka pintu dan dengan yakin berangkat ke kantor. *Darius sudah berada di ruangannya ketika Arsyila tiba. "Mbak Dety," Arsyila memanggil office boy yang k
Arsyila keluar lift dengan perasaan bimbang. Dalam hidupnya, dia belum pernah sebimbang ini. Memutuskan sesuatu Arsyila selalu penuh keyakinan, yes is yes, no is no. Tapi kali ini Arsyila tidak tahu harus memutuskan apa. Padahal pilihannya hanyalah ikut Moreno pergi atau tidak.Please, Syila... Apa susahnya sih kekeuh bilang nggak?, pikir Arsyila.Tapi ini Moreno yang ngajak..., hati Arsyila menyahut.Ya terus kenapa kalo Moreno???,otak Arsyila lagi-lagi mencoba membantah.Tetap aja dia cowok seenaknya yang nggak tahu malu!Biar gitu dia kan tanggungjawab di deket lo... Lagian Moreno ganteng dan kaya. Ngapain, sih, capek-capek nolak cowok sesempurna itu?,hati Arsyila menyuguhkan fakta tentang Moreno.Ting.Lift berdenting dan berhenti di lantai lobby.Arsyila tersadar dari lamunannya. Dia mencubit lengannya sendiri agar segera sadar."Arsyila.. 
Arsyila membuka matanya karena merasa kakinya keram tertindih sesuatu. Dia mencoba membiasakan matanya dengan kondisi ruangan yang masih remang-remang.Sebuah gerakan kecil membuat kesadarannya utuh; sebuah tangan memeluk pinggangnya dengan erat dan sebuah napas terasa di tengkuknya.Arsyila menoleh dan melihat Moreno masih tertidur pulas. Jantung Arsyila berdebar saat ingat kejadian semalam. Rasanya dia ingin menggali tanah dan mengubur dirinya sendiri karena malu. Semalam dia tidak mabuk tapi mengajak Moreno untuk bercinta!Apa kata dunia?"Good morning." Moreno terbangun dan menyapa Arsyila yang sedang melotot memandangi langit-langit kamarnya."Err... Good morning..."Moreno mengecup sekilas pipi Arsyila lalu mengeratkan kembali pelukannya dan memejamkan matanya."Jam berapa sekarang?" Tanya Moreno.Tangan Arsyila mencari ponselnya yang entah dimana."Lepas dulu, Ren, gue cari hp dulu," pinta Arsyila.
Arsyila dan Moreno kini berada di supermarket untuk membeli beberapa bahan makanan dan camilan. Mereka berencana untuk seharian marathon menonton serial Netflix."Syila, lo suka daging bagian mana?" Moreno bertanya saat mereka melewati bagian daging.Arsyila menatap deretan daging yang berada di dalam pendingin itu lalu menjawab, "gue suka semua jenis daging. Kenapa?""Lo belum ngerasain steak buatan gue, kan?""Lo bisa masak steak?" Arsyila bertanya sanksi.Moreno menyeringai dan melangkah menuju bagian daging yang hendak dibelinya. Arsyila hanya memandangi punggung Moreno dengan desiran aneh di dadanya.Kenapa sekarang gue sama dia jadi kelihatan seperti pengantin baru? Belanja groceries bareng di supermarket dengan seorang Moreno Nugraha?,Arsyila membatin. Apa gue biarkan aja semua ini mengalir tanpa memikirkan apapun? Logika dan hati nggak akan pernah bertemu. Seringkali saat logika lo berkata 'tidak', hati lo ju
Arsyila mencabut diska lepas dari laptop dan bergegas masuk ke ruangan Direktur Utama sekaligus anak dari pemilik Irdham Hotel & Resort, sebuah grup perusahaan hotel mewah yang tersebar di kota besar di Indonesia, yang telah menjadi atasannya sejak tujuh tahun lalu.Arsyila mengetuk pintu kaca ruangan Darius Irdham tiga kali untuk memberi tanda bahwa dia datang kemudian membuka pintu tersebut."Pak Darius, ini file yang Bapak minta," ujar Arsyila seraya menyerahkan diska lepas miliknya pada atasannya yang masih muda itu. Usia Darius dan Arsyila hanya terpaut lima tahun."Makasih, Syil."Arsyila hendak pamit ketika Darius menoleh padanya, "sebentar.""Ya, Pak?""Untuk acara dinner party nanti malam aman? Tamu-tamu VIP sudah dikonfirmasi hadir?" Tanya Darius."Sudah, Pak," jawab Arsyila. "List tamunya sudah saya taruh di meja Bapak tadi pagi." Arsyila menghampiri meja Darius dan mencari kertas yang dimaksud dalam tumpukan berkas di
Arsyila dan Moreno kini berada di supermarket untuk membeli beberapa bahan makanan dan camilan. Mereka berencana untuk seharian marathon menonton serial Netflix."Syila, lo suka daging bagian mana?" Moreno bertanya saat mereka melewati bagian daging.Arsyila menatap deretan daging yang berada di dalam pendingin itu lalu menjawab, "gue suka semua jenis daging. Kenapa?""Lo belum ngerasain steak buatan gue, kan?""Lo bisa masak steak?" Arsyila bertanya sanksi.Moreno menyeringai dan melangkah menuju bagian daging yang hendak dibelinya. Arsyila hanya memandangi punggung Moreno dengan desiran aneh di dadanya.Kenapa sekarang gue sama dia jadi kelihatan seperti pengantin baru? Belanja groceries bareng di supermarket dengan seorang Moreno Nugraha?,Arsyila membatin. Apa gue biarkan aja semua ini mengalir tanpa memikirkan apapun? Logika dan hati nggak akan pernah bertemu. Seringkali saat logika lo berkata 'tidak', hati lo ju
Arsyila membuka matanya karena merasa kakinya keram tertindih sesuatu. Dia mencoba membiasakan matanya dengan kondisi ruangan yang masih remang-remang.Sebuah gerakan kecil membuat kesadarannya utuh; sebuah tangan memeluk pinggangnya dengan erat dan sebuah napas terasa di tengkuknya.Arsyila menoleh dan melihat Moreno masih tertidur pulas. Jantung Arsyila berdebar saat ingat kejadian semalam. Rasanya dia ingin menggali tanah dan mengubur dirinya sendiri karena malu. Semalam dia tidak mabuk tapi mengajak Moreno untuk bercinta!Apa kata dunia?"Good morning." Moreno terbangun dan menyapa Arsyila yang sedang melotot memandangi langit-langit kamarnya."Err... Good morning..."Moreno mengecup sekilas pipi Arsyila lalu mengeratkan kembali pelukannya dan memejamkan matanya."Jam berapa sekarang?" Tanya Moreno.Tangan Arsyila mencari ponselnya yang entah dimana."Lepas dulu, Ren, gue cari hp dulu," pinta Arsyila.
Arsyila keluar lift dengan perasaan bimbang. Dalam hidupnya, dia belum pernah sebimbang ini. Memutuskan sesuatu Arsyila selalu penuh keyakinan, yes is yes, no is no. Tapi kali ini Arsyila tidak tahu harus memutuskan apa. Padahal pilihannya hanyalah ikut Moreno pergi atau tidak.Please, Syila... Apa susahnya sih kekeuh bilang nggak?, pikir Arsyila.Tapi ini Moreno yang ngajak..., hati Arsyila menyahut.Ya terus kenapa kalo Moreno???,otak Arsyila lagi-lagi mencoba membantah.Tetap aja dia cowok seenaknya yang nggak tahu malu!Biar gitu dia kan tanggungjawab di deket lo... Lagian Moreno ganteng dan kaya. Ngapain, sih, capek-capek nolak cowok sesempurna itu?,hati Arsyila menyuguhkan fakta tentang Moreno.Ting.Lift berdenting dan berhenti di lantai lobby.Arsyila tersadar dari lamunannya. Dia mencubit lengannya sendiri agar segera sadar."Arsyila.. 
Arsyila sudah siap berangkat ke kantor. Dia sudah rapi, cantik, dan wangi. Namun, sudah lebih dari setengah jam dia mondar mandir depan pintu apartemennya, menimang apa dia perlu ke kantor untuk bekerja atau tidak. Peristiwa seminggu lalu yang menyebabkan keributan antara dirinya dan Pak Bos membuatnya malu. Terlebih dia kabur selama seminggu dan tak memberi Darius kabar kecuali pemberitahuan cutinya. "Aduh gimana ini? Ke kantor atau enggak?" Arsyila berbicara pada pintu kayunya. "Kalau enggak ke kantor, gue masih butuh gaji. Kalo ke kantor, gue kok nggak punya muka depan Pak Darius?" Arsyila menghela napas dan menjitak kepalanga sendiri. "Udahlah... Duit lebih penting dari rasa malu. Rasa malu nggak bisa bayar biaya hidup gue bulan depan." Arsyila mengangguk yakin. "Semangat!" Arsyila membuka pintu dan dengan yakin berangkat ke kantor. *Darius sudah berada di ruangannya ketika Arsyila tiba. "Mbak Dety," Arsyila memanggil office boy yang k
Arsyila mendorong badan Moreno agar bisa melepaskan diri dari ciumannya. Arsyila melotot pada Moreno yang hanya tersenyum jahil. "Lo... Benar-benar, ya!" Ujar Arsyila frustasi. "Seenaknya banget!" "Syil, just let it flow, okay?" Kata Moreno santai. "Let it flow gundulmu!" Maki Arsyila yang membuat Moreno terbahak. Perempuan ini menarik, batin Moreno. Entah kenapa gue betah berada di dekatnya. Moreno meneguk minumannya yang baru saja dihidangkan. Begitu pun dengan Arsyila yang menyedor habis minumannya. "Jadi? Bagaimana dengan tawaran gue?" Tanya Moreno. "Just forget it!" Arsyila mendesis kesal. Entah kenapa dia tidak bisa benar-benar kesal karena Moreno tiba-tiba menciumnya. Justru dia merasa senang? Astaga... Yang benar saja Arsyla! Lo padahal nggak minum alkohol, masa mabok, sih?, Arsila memaki dirinya dalam hati. Moreno memandanginya sambil tersenyum.
Darius memasuki area restoran di hotelnya dan melihat sahabatnya, Moreno Nugraha, duduk menghadapnya sembari menyesap kopinya. Darius teringat kejadian beberapa hari lalu setelah acara dinner party Perusahaannya dan kembali merasa bersalah, namun kelihatannya Moreno yang terlibat masalah pada malam itu terlihat biasa saja. Moreno menangkap sosok Darius dan melambaikan tangan padanya. Darius menarik napas dalam lalu menghampiri Moreno. "Hai, Bro," sapa Moreno ringan. Angga yang melihat bosnya datang segera menyediakan kopi Vietnam Drip yang biasa diminum Darius jika ada meeting di restorannya. "Tumben ada di Jakarta," sapa Darius. "Biasa... Dipanggil meeting. Tapi habis ini juga gue balik ke Trawangan." Moreno teringat seseorang saat mengatakannya dan menyematkan senyum tipis. "Kok buru-buru amat?" tanya Darius. Dia melambaikan tangan sebagai isyarat terima kasih pada Angga yang menyajikan kopinya. "Ada yang
Moreno terbangun karena suara isak tangis perempuan. Dia mengerjapkan matanya dan melihat Arsyila sedang duduk memeluk lutut di sampingnya dengan memperlihatkan punggung telanjangnya. Moreno mengelus punggung Arsyila lembut. "Kamu kenapa?" Moreno bertanya panik. Dia ikut terduduk dan mengelus rambut Arsyila. "Sakit?" Arsyila diam tak menjawab dan terus menangis. Moreno menyandarkan kepalanya ke bahu telanjang Arsyila dan menciuminya lembut. Tapi Arsyila kemudian bergerak menjauhi Moreno. "Hey... Kenapa? Bilang dong..." Ucap Moreno lembut. "Kamu... Nyesel?" Isakkan Arsyila makin kencang. Moreno menghela napas lalu menarik tubuh Arsyila ke dada telanjangnya dan merebahkan diri. Moreno mengelus lembut kepala Arsyila dan menempelkan pipinya di kepala Arsyila. "Nikah, yuk, Syil," ucapan Moreno yang tiba-tiba dan datar membuat isak Arsyila terhenti. Perempuan itu melepaskan diri dan memukul dada Moreno. "Ah! Sakit..." "
Arsyila berendam di bathtub dengan busa beraroma musk untuk menenangkan pikirannya dari kejadian di kolam tadi.Romanya kembali meremang saat ingat rasanya Mr. P milik Moreno menekan perutnya. Arsyila gelisah... Putingnya mengeras dan bagian bawahnya berkedut."Sial..." Rutuk Arsyila frustasi.Dia menyentuh dadanya dengan tangan kanan dan menyentuh bagian bawahnya dengan tangan kiri. Seketika Arsyila merasa terbang. Dia terus menggesekkan jarinya untuk mencapai klimaksnya. Disela desahannya, dia teringat malam dimana dia kehilangan keperawanannya. Bagaimana Moreno memberinya kenikmatan yang belum pernah dia rasakan.Moreno memang berpengalaman dan Arsyila membenci itu.Arsyila menghentikan kegiatan masturbasinya dan memikirkan Moreno membuatnya hilang nafsu. Arsyila akui Morena memang cukup hot, namun fakta itu membuatnya semakin nelangsa.Seharusnya dia melakukan itu dengan pria yang juga baru pertama kali melakukannya. Bukan dengan p
Arsyila marah dan kecewa dengan semua orang. Dia memutuskan untuk cuti sejenak dari kantor dan mengambil jatah cutinya selama satu minggu.Arsyila terlalu malu untuk bertemu Darius dan terlalu marah untuk bertemu Angga.Mungkin bagi sebagian orang kehilangan keperawanan adalah hal yang biasa, namun tidak bagi Arsyila yang dibesarkan dengan norma agama yang cukup kuat oleh orangtuanya. Meskipun tidak munafik dia pernah pacaran dan berciuman bahkan melakukan petting namun belum pernah ada dari mantannya yang berhasil mengambil keperawanannya.Arsyila marah pada alkohol, Angga, Tio, Darius, dan Moreno. Namun dia lebih marah pada dirinya sendiri karena bisa lost control.Arsyila menyeka peluh yang membasahi wajahnya. Dia baru sadar kalau matahari sudah tinggi dan udara sudah cukup panas. Dia memutuskan menyudahi sesi olahraga paginya dan kembali ke hotel.Saat ini Arsyila sedang melarikan diri dari realita. Tanpa mengabari siapapun dia terbang ke