Jam enam kurang lima belas para tamu telah berdatangan, termasuk tamu VIP yang berasal dari kolega keluarga Irdham, para pengusaha hotel, dan para pejabat pemerintahan.
Arsyila muncul lima menit kemudian bersama Darius. Perempuan itu mengenakan lace navy dress dengan lengan sepanjang siku dan leher sabrina dipadukan dengan sepatu high heels 9 cm berwarna senada. Sementara Darius mengenakan setelan jas mahal berwarna navy dengan kemeja biru muda tanpa dasi.
Siapapun yang melihat keduanya pasti setuju kalau pasangan Bos dan sekretaris itu sangat serasi. Namun sayang Arsyila selalu menekankan bahwa hubungannya dengan Darius hanya sebatas profesionalisme kerja.
Sementara Darius sebenarnya tidak keberatan jika dapat memiliki hubungan lebih dengan Arsyila walaupun dia sudah memiliki tunangan."Siapa saja yang sudah hadir, Syil?" Tanya Darius begitu keluar lift.
Arsyila menyebutkan nama-nama yang dilaporkan Angga padanya.
"Hmmm... Nanti info saya kalau Moreno Nugraha sudah datang. Dia teman lama saya waktu kuliah di Amerika."
"Baik, Pak."
Darius mulai menyapa para tamu, sementara Arsyila langsung melipir ke meja registrasi untuk menunggu orang yang bernama Moreno Nugraha datang.
"Matching amat sama Pak Bos." Angga tiba-tiba berbisik di tengkuk Arsyila, membuat peremouan itu terkejut dan spontan balik badan lalu memukul dada Angga yang bidang.
"Aduh, beb... Jangan sentuh-sentuh dada, ah... Sensitif..." Seloroh Angga.
"Najis," maki Arsyila.
"Jadi, lo janjian dresscode, nih, sama Pak Bos?" Angga masih kepo.
"Ya kali..." Arsyila memutar bola matanya malas. Dia sudah bosan mendengar orang menggodanya dengan Darius.
"Terus kok bisa kompakan gitu pake navy?" Angga masih keras kepala.
Arsyila memelototi Angga. "Gue yang pakein bajunya. Puas lo???"
Angga tertawa karena tahu sahabatnya itu bercanda. Dia hanya senang menggoda Arsyila.
Arsyila sudah siap menggeplak Angga lagi ketika tamu mulai berdatangan lagi, dan nama yang ditunggung juga sudah tiba.
Moreno Nugraha.
Arsyila menyapa lelaki bernama Moreno Nugraha tersebut dan semakin heran kenapa orang-orang kay ini begitu beruntung; kaya dari lahir, cerdas, keren, dan tampan.
Money talk, batin Arsyila.
Arsyila menyilakan Moreno dan membawanya menuju Darius yang sedang mengobrol sambil berdiri memegang gelas wine dengan penuh wibawa.
"Hi, Reno! How are you?" Darius menyapa Moreno dengan antusias.
Begitu dua teman lama itu saling menyapa, Arsyila melipir perlahan lalu kabur menuju meja bar dan duduk di posisi yang masih bisa melihat Darius, kalau-kalau bosnya itu mencarinya.
"Minum apa Bu Syila?" Tanya Tio.
"Cola, deh, Yo," jawab Arsyila.
"Siap." Tio dengan sigap menuang cola ke gelas pendek dan menghidangkannya di depan Arsyila.
"Thanks, Yo," ujar Arsyila pada Tio, namun matanya tetap terarah pada Darius.
❤️
Malam semakin larut. Acara makan malam profesional telah berganti menjadi acara kongkow. Bau liquor menguar di udara semakin kuat, para waiter dan waitres sibuk mengisi ulang canape dan menawarkan pada setiap tamu.
Arsyila menguap lebar. Rasanya dia lelah sekali dan ingin kembali ke kamar untuk mandi air hangat lalu tidur.
Tio dengan inisiatif menyuruh rekan waiternya menaruh beberapa makanan dan menaruh gelas baru berisi minuman di meja Arsyila.
Arsyila menyibukkan diri dengan scrolling sosmed untuk menghilangkan kantuknya walaupun sama sekali tidak berpengaruh. Tetap saja Arsyila menguap lebar.
"Duh... Ngantuknya..." Gerutu Arsyila. Dia menoleh ke tempat Darius duduk dan makin bete saat melihat Darius asik mengobrol walaupun wajahnya sudah memerah. "Duh... Bakal lama, nih..."
Arsyila mengunyah sepotong pie buah lalu meeneguk minumannya karena seret.
"Uhuk! Uhuk!" Arsyila terbatuk ketika sudah menenggak banyak cairan yang ternyata bukan cola. "Tio! Ini minuman apa?"
"Minuman baru, Bu. Chef Jeffry yang racik. Enak, nggak, Bu?" Sahut Tio tanpa berdosa.
Arsyila seketika merasa perut dan wajahnya panas.
"Alkohol?" Tanyanya.
"Iyalah, Bu. Masa sirop?" Canda Tio.
"Aduh Tio..." Gerutu Arsyila yang sudah mulai pusing.
Arsyila harus segera memuntahkan cairan alkohol ini sebelum menyerap dalam tubuhnya dan menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan.
Arsyila buru-buru turun dari kursi bar namun efek alkohol membuatnya sedikit oleng. Arsyila berhasil menahan tubuhnya agar tidak jatuh, lalu dia berjalan cepat menuju toilet.
Angga yang melihat kejadian itu menyunggingkan senyum dan mengangkat jempol pada Tio.
"Bakal seru, nih..." Ujar Angga ceria. Dia meraih ponselnya dan mengetik pesan dengan cepat.
❤️
Arsyila sudah berada di dalam bilik toilet dan berusaha memuntahkan isi perutnya, namun sebelum berhasil, dia sudah oleng dan terduduk di lantai toilet.
Untung saja lantai toilet di hotel ini selalu kering dan bersih, jadi Arsyila bisa selonjoran sembari memejamkan mata untuk menghilangka rasa pusingnya.
Pintu bilik toilet Arsyila diketuk dari luar. Arsyila membuka mata dan berusaha untuk berdiri. Dengan sisa kesadaran dan tenaganya, dia keluar dari bilik toilet.
"Bu Syila baik-baik aja?" Tanya Dety, cleaning service yang bertugas di toilet itu.
Arsyila menggumam tidak jelas sambil mengangguk.
Anjir, Tio ngasih gue minuman apa, sih? Nggak bener, nih. Gue harus balik ke kamar, batin Arsyila.
Dengan segenap kekuatannya, Arsyila mencuci muka lalu keluar dari toilet. Dengan terhuyung dia berjalan menuju pintu lift, namun Darius tiba-tiba muncul dan menariknya menuju meja tempat teman-temannya berkumpul.
Darius memberikan segelas minuma pada Arsyila dan memaksanya untuk minum.
"Coba kamu nilai minuman ini, Syil. Cocok nggak kita jual?" Kata Darius.
Sedikit aja nggak akan apa-apa, kan? Demi pekerjaan, batin Arsyila.
Dengan terpaksa Arsyila meminum sedikit minuman tersebut. Namun, minuman tersebut memiliki efek yang cukup kuat ditubuh Arsyila hingga menyebabkan Arsyila langsung kehilangan kesadarannya dan mabok parah.
Melihatnya, Angga bertepuk tangan dan menyuruh DJ memainkan musik yang seru untuk dance karena saat mabuk, Arsyila akan menjadi versi yang lebih menyenangkan, seru, dan binal. ❤️❤️❤️
Suara bel yang berulang kali ditekan dari luar tidak juga membangunkan dipemilik kamar. Keributan pun beralih pada ponsel yang selalu diatur dalam volume cukup tinggi agar dapat segera cepat tanggap bila ada keadaan darurat.Arsyila mendapatkan kesadarannya dan seketika rasa sakit menghantam kepalanya. Arsyila mengerang sambil tangannya berusaha menggapai ponselnya di nakas.Tanpa melihat nama penelepon, dia sudah tahu siapa yang menghubunginya pagi-pagi begini dari suara ringtone yang dia atur khusus untuk Pak Bos Darius Irdham."Halo, Pak," Arsyila menjawab dengan suara parau."Saya tahu kamu di dalam. Buka pintunya." Suara Darius terdengar tenang namun tajam."Hm? Ada apa ya, Pak?" Tanya Arsyila sambil menjambaki rambutnya untuk mengurangi rasa sakit yng menghantam kepalanya.Darius berdeham. "Syila, dengar. Kamu coba buka mata perlahan dan jangan berteriak.""Hah?" Arsyila yang tidak paham ucapan Darius mencoba membuka matanya per
Arsyila marah dan kecewa dengan semua orang. Dia memutuskan untuk cuti sejenak dari kantor dan mengambil jatah cutinya selama satu minggu.Arsyila terlalu malu untuk bertemu Darius dan terlalu marah untuk bertemu Angga.Mungkin bagi sebagian orang kehilangan keperawanan adalah hal yang biasa, namun tidak bagi Arsyila yang dibesarkan dengan norma agama yang cukup kuat oleh orangtuanya. Meskipun tidak munafik dia pernah pacaran dan berciuman bahkan melakukan petting namun belum pernah ada dari mantannya yang berhasil mengambil keperawanannya.Arsyila marah pada alkohol, Angga, Tio, Darius, dan Moreno. Namun dia lebih marah pada dirinya sendiri karena bisa lost control.Arsyila menyeka peluh yang membasahi wajahnya. Dia baru sadar kalau matahari sudah tinggi dan udara sudah cukup panas. Dia memutuskan menyudahi sesi olahraga paginya dan kembali ke hotel.Saat ini Arsyila sedang melarikan diri dari realita. Tanpa mengabari siapapun dia terbang ke
Arsyila berendam di bathtub dengan busa beraroma musk untuk menenangkan pikirannya dari kejadian di kolam tadi.Romanya kembali meremang saat ingat rasanya Mr. P milik Moreno menekan perutnya. Arsyila gelisah... Putingnya mengeras dan bagian bawahnya berkedut."Sial..." Rutuk Arsyila frustasi.Dia menyentuh dadanya dengan tangan kanan dan menyentuh bagian bawahnya dengan tangan kiri. Seketika Arsyila merasa terbang. Dia terus menggesekkan jarinya untuk mencapai klimaksnya. Disela desahannya, dia teringat malam dimana dia kehilangan keperawanannya. Bagaimana Moreno memberinya kenikmatan yang belum pernah dia rasakan.Moreno memang berpengalaman dan Arsyila membenci itu.Arsyila menghentikan kegiatan masturbasinya dan memikirkan Moreno membuatnya hilang nafsu. Arsyila akui Morena memang cukup hot, namun fakta itu membuatnya semakin nelangsa.Seharusnya dia melakukan itu dengan pria yang juga baru pertama kali melakukannya. Bukan dengan p
Moreno terbangun karena suara isak tangis perempuan. Dia mengerjapkan matanya dan melihat Arsyila sedang duduk memeluk lutut di sampingnya dengan memperlihatkan punggung telanjangnya. Moreno mengelus punggung Arsyila lembut. "Kamu kenapa?" Moreno bertanya panik. Dia ikut terduduk dan mengelus rambut Arsyila. "Sakit?" Arsyila diam tak menjawab dan terus menangis. Moreno menyandarkan kepalanya ke bahu telanjang Arsyila dan menciuminya lembut. Tapi Arsyila kemudian bergerak menjauhi Moreno. "Hey... Kenapa? Bilang dong..." Ucap Moreno lembut. "Kamu... Nyesel?" Isakkan Arsyila makin kencang. Moreno menghela napas lalu menarik tubuh Arsyila ke dada telanjangnya dan merebahkan diri. Moreno mengelus lembut kepala Arsyila dan menempelkan pipinya di kepala Arsyila. "Nikah, yuk, Syil," ucapan Moreno yang tiba-tiba dan datar membuat isak Arsyila terhenti. Perempuan itu melepaskan diri dan memukul dada Moreno. "Ah! Sakit..." "
Darius memasuki area restoran di hotelnya dan melihat sahabatnya, Moreno Nugraha, duduk menghadapnya sembari menyesap kopinya. Darius teringat kejadian beberapa hari lalu setelah acara dinner party Perusahaannya dan kembali merasa bersalah, namun kelihatannya Moreno yang terlibat masalah pada malam itu terlihat biasa saja. Moreno menangkap sosok Darius dan melambaikan tangan padanya. Darius menarik napas dalam lalu menghampiri Moreno. "Hai, Bro," sapa Moreno ringan. Angga yang melihat bosnya datang segera menyediakan kopi Vietnam Drip yang biasa diminum Darius jika ada meeting di restorannya. "Tumben ada di Jakarta," sapa Darius. "Biasa... Dipanggil meeting. Tapi habis ini juga gue balik ke Trawangan." Moreno teringat seseorang saat mengatakannya dan menyematkan senyum tipis. "Kok buru-buru amat?" tanya Darius. Dia melambaikan tangan sebagai isyarat terima kasih pada Angga yang menyajikan kopinya. "Ada yang
Arsyila mendorong badan Moreno agar bisa melepaskan diri dari ciumannya. Arsyila melotot pada Moreno yang hanya tersenyum jahil. "Lo... Benar-benar, ya!" Ujar Arsyila frustasi. "Seenaknya banget!" "Syil, just let it flow, okay?" Kata Moreno santai. "Let it flow gundulmu!" Maki Arsyila yang membuat Moreno terbahak. Perempuan ini menarik, batin Moreno. Entah kenapa gue betah berada di dekatnya. Moreno meneguk minumannya yang baru saja dihidangkan. Begitu pun dengan Arsyila yang menyedor habis minumannya. "Jadi? Bagaimana dengan tawaran gue?" Tanya Moreno. "Just forget it!" Arsyila mendesis kesal. Entah kenapa dia tidak bisa benar-benar kesal karena Moreno tiba-tiba menciumnya. Justru dia merasa senang? Astaga... Yang benar saja Arsyla! Lo padahal nggak minum alkohol, masa mabok, sih?, Arsila memaki dirinya dalam hati. Moreno memandanginya sambil tersenyum.
Arsyila sudah siap berangkat ke kantor. Dia sudah rapi, cantik, dan wangi. Namun, sudah lebih dari setengah jam dia mondar mandir depan pintu apartemennya, menimang apa dia perlu ke kantor untuk bekerja atau tidak. Peristiwa seminggu lalu yang menyebabkan keributan antara dirinya dan Pak Bos membuatnya malu. Terlebih dia kabur selama seminggu dan tak memberi Darius kabar kecuali pemberitahuan cutinya. "Aduh gimana ini? Ke kantor atau enggak?" Arsyila berbicara pada pintu kayunya. "Kalau enggak ke kantor, gue masih butuh gaji. Kalo ke kantor, gue kok nggak punya muka depan Pak Darius?" Arsyila menghela napas dan menjitak kepalanga sendiri. "Udahlah... Duit lebih penting dari rasa malu. Rasa malu nggak bisa bayar biaya hidup gue bulan depan." Arsyila mengangguk yakin. "Semangat!" Arsyila membuka pintu dan dengan yakin berangkat ke kantor. *Darius sudah berada di ruangannya ketika Arsyila tiba. "Mbak Dety," Arsyila memanggil office boy yang k
Arsyila keluar lift dengan perasaan bimbang. Dalam hidupnya, dia belum pernah sebimbang ini. Memutuskan sesuatu Arsyila selalu penuh keyakinan, yes is yes, no is no. Tapi kali ini Arsyila tidak tahu harus memutuskan apa. Padahal pilihannya hanyalah ikut Moreno pergi atau tidak.Please, Syila... Apa susahnya sih kekeuh bilang nggak?, pikir Arsyila.Tapi ini Moreno yang ngajak..., hati Arsyila menyahut.Ya terus kenapa kalo Moreno???,otak Arsyila lagi-lagi mencoba membantah.Tetap aja dia cowok seenaknya yang nggak tahu malu!Biar gitu dia kan tanggungjawab di deket lo... Lagian Moreno ganteng dan kaya. Ngapain, sih, capek-capek nolak cowok sesempurna itu?,hati Arsyila menyuguhkan fakta tentang Moreno.Ting.Lift berdenting dan berhenti di lantai lobby.Arsyila tersadar dari lamunannya. Dia mencubit lengannya sendiri agar segera sadar."Arsyila.. 
Arsyila dan Moreno kini berada di supermarket untuk membeli beberapa bahan makanan dan camilan. Mereka berencana untuk seharian marathon menonton serial Netflix."Syila, lo suka daging bagian mana?" Moreno bertanya saat mereka melewati bagian daging.Arsyila menatap deretan daging yang berada di dalam pendingin itu lalu menjawab, "gue suka semua jenis daging. Kenapa?""Lo belum ngerasain steak buatan gue, kan?""Lo bisa masak steak?" Arsyila bertanya sanksi.Moreno menyeringai dan melangkah menuju bagian daging yang hendak dibelinya. Arsyila hanya memandangi punggung Moreno dengan desiran aneh di dadanya.Kenapa sekarang gue sama dia jadi kelihatan seperti pengantin baru? Belanja groceries bareng di supermarket dengan seorang Moreno Nugraha?,Arsyila membatin. Apa gue biarkan aja semua ini mengalir tanpa memikirkan apapun? Logika dan hati nggak akan pernah bertemu. Seringkali saat logika lo berkata 'tidak', hati lo ju
Arsyila membuka matanya karena merasa kakinya keram tertindih sesuatu. Dia mencoba membiasakan matanya dengan kondisi ruangan yang masih remang-remang.Sebuah gerakan kecil membuat kesadarannya utuh; sebuah tangan memeluk pinggangnya dengan erat dan sebuah napas terasa di tengkuknya.Arsyila menoleh dan melihat Moreno masih tertidur pulas. Jantung Arsyila berdebar saat ingat kejadian semalam. Rasanya dia ingin menggali tanah dan mengubur dirinya sendiri karena malu. Semalam dia tidak mabuk tapi mengajak Moreno untuk bercinta!Apa kata dunia?"Good morning." Moreno terbangun dan menyapa Arsyila yang sedang melotot memandangi langit-langit kamarnya."Err... Good morning..."Moreno mengecup sekilas pipi Arsyila lalu mengeratkan kembali pelukannya dan memejamkan matanya."Jam berapa sekarang?" Tanya Moreno.Tangan Arsyila mencari ponselnya yang entah dimana."Lepas dulu, Ren, gue cari hp dulu," pinta Arsyila.
Arsyila keluar lift dengan perasaan bimbang. Dalam hidupnya, dia belum pernah sebimbang ini. Memutuskan sesuatu Arsyila selalu penuh keyakinan, yes is yes, no is no. Tapi kali ini Arsyila tidak tahu harus memutuskan apa. Padahal pilihannya hanyalah ikut Moreno pergi atau tidak.Please, Syila... Apa susahnya sih kekeuh bilang nggak?, pikir Arsyila.Tapi ini Moreno yang ngajak..., hati Arsyila menyahut.Ya terus kenapa kalo Moreno???,otak Arsyila lagi-lagi mencoba membantah.Tetap aja dia cowok seenaknya yang nggak tahu malu!Biar gitu dia kan tanggungjawab di deket lo... Lagian Moreno ganteng dan kaya. Ngapain, sih, capek-capek nolak cowok sesempurna itu?,hati Arsyila menyuguhkan fakta tentang Moreno.Ting.Lift berdenting dan berhenti di lantai lobby.Arsyila tersadar dari lamunannya. Dia mencubit lengannya sendiri agar segera sadar."Arsyila.. 
Arsyila sudah siap berangkat ke kantor. Dia sudah rapi, cantik, dan wangi. Namun, sudah lebih dari setengah jam dia mondar mandir depan pintu apartemennya, menimang apa dia perlu ke kantor untuk bekerja atau tidak. Peristiwa seminggu lalu yang menyebabkan keributan antara dirinya dan Pak Bos membuatnya malu. Terlebih dia kabur selama seminggu dan tak memberi Darius kabar kecuali pemberitahuan cutinya. "Aduh gimana ini? Ke kantor atau enggak?" Arsyila berbicara pada pintu kayunya. "Kalau enggak ke kantor, gue masih butuh gaji. Kalo ke kantor, gue kok nggak punya muka depan Pak Darius?" Arsyila menghela napas dan menjitak kepalanga sendiri. "Udahlah... Duit lebih penting dari rasa malu. Rasa malu nggak bisa bayar biaya hidup gue bulan depan." Arsyila mengangguk yakin. "Semangat!" Arsyila membuka pintu dan dengan yakin berangkat ke kantor. *Darius sudah berada di ruangannya ketika Arsyila tiba. "Mbak Dety," Arsyila memanggil office boy yang k
Arsyila mendorong badan Moreno agar bisa melepaskan diri dari ciumannya. Arsyila melotot pada Moreno yang hanya tersenyum jahil. "Lo... Benar-benar, ya!" Ujar Arsyila frustasi. "Seenaknya banget!" "Syil, just let it flow, okay?" Kata Moreno santai. "Let it flow gundulmu!" Maki Arsyila yang membuat Moreno terbahak. Perempuan ini menarik, batin Moreno. Entah kenapa gue betah berada di dekatnya. Moreno meneguk minumannya yang baru saja dihidangkan. Begitu pun dengan Arsyila yang menyedor habis minumannya. "Jadi? Bagaimana dengan tawaran gue?" Tanya Moreno. "Just forget it!" Arsyila mendesis kesal. Entah kenapa dia tidak bisa benar-benar kesal karena Moreno tiba-tiba menciumnya. Justru dia merasa senang? Astaga... Yang benar saja Arsyla! Lo padahal nggak minum alkohol, masa mabok, sih?, Arsila memaki dirinya dalam hati. Moreno memandanginya sambil tersenyum.
Darius memasuki area restoran di hotelnya dan melihat sahabatnya, Moreno Nugraha, duduk menghadapnya sembari menyesap kopinya. Darius teringat kejadian beberapa hari lalu setelah acara dinner party Perusahaannya dan kembali merasa bersalah, namun kelihatannya Moreno yang terlibat masalah pada malam itu terlihat biasa saja. Moreno menangkap sosok Darius dan melambaikan tangan padanya. Darius menarik napas dalam lalu menghampiri Moreno. "Hai, Bro," sapa Moreno ringan. Angga yang melihat bosnya datang segera menyediakan kopi Vietnam Drip yang biasa diminum Darius jika ada meeting di restorannya. "Tumben ada di Jakarta," sapa Darius. "Biasa... Dipanggil meeting. Tapi habis ini juga gue balik ke Trawangan." Moreno teringat seseorang saat mengatakannya dan menyematkan senyum tipis. "Kok buru-buru amat?" tanya Darius. Dia melambaikan tangan sebagai isyarat terima kasih pada Angga yang menyajikan kopinya. "Ada yang
Moreno terbangun karena suara isak tangis perempuan. Dia mengerjapkan matanya dan melihat Arsyila sedang duduk memeluk lutut di sampingnya dengan memperlihatkan punggung telanjangnya. Moreno mengelus punggung Arsyila lembut. "Kamu kenapa?" Moreno bertanya panik. Dia ikut terduduk dan mengelus rambut Arsyila. "Sakit?" Arsyila diam tak menjawab dan terus menangis. Moreno menyandarkan kepalanya ke bahu telanjang Arsyila dan menciuminya lembut. Tapi Arsyila kemudian bergerak menjauhi Moreno. "Hey... Kenapa? Bilang dong..." Ucap Moreno lembut. "Kamu... Nyesel?" Isakkan Arsyila makin kencang. Moreno menghela napas lalu menarik tubuh Arsyila ke dada telanjangnya dan merebahkan diri. Moreno mengelus lembut kepala Arsyila dan menempelkan pipinya di kepala Arsyila. "Nikah, yuk, Syil," ucapan Moreno yang tiba-tiba dan datar membuat isak Arsyila terhenti. Perempuan itu melepaskan diri dan memukul dada Moreno. "Ah! Sakit..." "
Arsyila berendam di bathtub dengan busa beraroma musk untuk menenangkan pikirannya dari kejadian di kolam tadi.Romanya kembali meremang saat ingat rasanya Mr. P milik Moreno menekan perutnya. Arsyila gelisah... Putingnya mengeras dan bagian bawahnya berkedut."Sial..." Rutuk Arsyila frustasi.Dia menyentuh dadanya dengan tangan kanan dan menyentuh bagian bawahnya dengan tangan kiri. Seketika Arsyila merasa terbang. Dia terus menggesekkan jarinya untuk mencapai klimaksnya. Disela desahannya, dia teringat malam dimana dia kehilangan keperawanannya. Bagaimana Moreno memberinya kenikmatan yang belum pernah dia rasakan.Moreno memang berpengalaman dan Arsyila membenci itu.Arsyila menghentikan kegiatan masturbasinya dan memikirkan Moreno membuatnya hilang nafsu. Arsyila akui Morena memang cukup hot, namun fakta itu membuatnya semakin nelangsa.Seharusnya dia melakukan itu dengan pria yang juga baru pertama kali melakukannya. Bukan dengan p
Arsyila marah dan kecewa dengan semua orang. Dia memutuskan untuk cuti sejenak dari kantor dan mengambil jatah cutinya selama satu minggu.Arsyila terlalu malu untuk bertemu Darius dan terlalu marah untuk bertemu Angga.Mungkin bagi sebagian orang kehilangan keperawanan adalah hal yang biasa, namun tidak bagi Arsyila yang dibesarkan dengan norma agama yang cukup kuat oleh orangtuanya. Meskipun tidak munafik dia pernah pacaran dan berciuman bahkan melakukan petting namun belum pernah ada dari mantannya yang berhasil mengambil keperawanannya.Arsyila marah pada alkohol, Angga, Tio, Darius, dan Moreno. Namun dia lebih marah pada dirinya sendiri karena bisa lost control.Arsyila menyeka peluh yang membasahi wajahnya. Dia baru sadar kalau matahari sudah tinggi dan udara sudah cukup panas. Dia memutuskan menyudahi sesi olahraga paginya dan kembali ke hotel.Saat ini Arsyila sedang melarikan diri dari realita. Tanpa mengabari siapapun dia terbang ke