Zero kembali memasuki ruang kerjanya, ia mengambil secarik kertas beserta sebuah pena dan tinta.Zero tahu, ia harus sesegera mungkin memperbaiki hubungannya dengan Aquila, bukan karena untuk membuktikan ucapannya terhadap Sang Kaisar, melainkan, tulus dari lubuk hatinya, ia sungguh merasa menyesal dengan seluruh perbuatannya.Yang Zero tidak tahu, apakah Aquila masih sudi berbincang dengannya? Apakah Aquila masih sudi melihat batang hidungnya? Zero tak akan mendapatkan jawabannya jika ia tidak mencoba.Dengan begitu, dengan sebilah pena di tangannya, ia menuliskan surat dengan kata-kata yang tulus, untuk Aquila. Zero berharap hubungannya dengan Aquila masih dapat diperbaiki.Semoga.***~~~Belakangan ini, aku bahkan tidak bisa merasa tenang, aku terus memikirkan segala kesalahan yang telah aku perbuat kepadamu.Untuk itu, izinkanlah aku untuk memperbaiki segalanya, aku akan mencoba untuk memperbaiki hubungan kita menjadi seperti dulu lagi.Siang ini, setelah jam makan siang, aku aka
Suasana langsung terasa hangat, mereka semua bercengkrama, membahas banyak hal. Ada kalanya mereka tertawa bersama ketika salah satu dari mereka melempar candaan, ada kalanya pula mereka membahas hal yang lebih serius.Waktu terasa begitu cepat, namun, suasana hangat ini mendadak menjadi canggung ketika Rose membuka suara."Nona Aquila, kau pun tahu jika Yang Mulia Putra Mahkota melakukan hal itu tanpa kesadarannya, jadi, apakah kau akan memilih memaafkannya atau justru kau akan membencinya atas semua yang telah terjadi?"Pertanyaan Rose itu jelas membuat suasana mendadak hening.Aquila menghela napas, ia sendiri pun merasa dilema dengan apa yang dirasakannya.Aquila tahu ini bukan sepenuhnya kesalahan Zero, tapi di sisi lain, rasanya berat untuk memaafkan."Entahlah." Aquila memilih untuk tidak menjawab.***Hari ini adalah hari ke empat setelah kekacauan terjadi.Silau.Wanita yang kini tengah terbaring lemah di atas ranjang, merasa bahwa sinar matahari yang menerpa wajahnya terasa
Halooo semuanya! Alet di sini! Jadi, hari ini, (tepatnya tanggal 18 Juni) satu tahun yang lalu, adalah hari dimana aku pertama kali publish cerita Miss Villain and The Protagonist! Yay! Sudah satu tahun lamanya aku publish cerita yang jadi cerita pertamaku di Goodnovel! Satu tahun, beneran nggak berasa, aku masih ngerasa kayak baru kemarin aku ngepost cerita, hehe. Dalam satu tahun ini, aku ngerasa dapat banyak feedback yang bagus dari kalian, jumlah pembaca, komentar, followers, gems, aku gak sama sekali gak nyangka, loh, padahal pas awal aku publish, aku sempet ngerasa salah platform karena mayoritas cerita itu tentang CEO, atau tentang perselingkuhan. (Aku juga pengen bikin cerita yang mengusung tema itu, tapi otakku gak nyampe mweheheh.) Bahkan, aku masih inget, pas aku sempet nggak update beberapa bulan karena lagi (sok) sibuk di rl, banyak komentar yang masuk, nyariin aku dan minta untuk update, hahaha, aku seneng banget. Intinya, buat kalian yang udah support, baik itu beru
Beberapa hari yang lalu, Aquila dengan berat hati pernah menolak untuk bertemu dengan Iluka yang datang mengunjunginya.Aquila memang merasa tak enak hati, tapi, itulah keputusan yang terbaik untuknya kala itu mengingat ia masih terguncang akibat kejadian dimana dirinya nyaris dieksekusi di depan umum.Saat itu, Iluka segera mengangkat kakinya ketika Ahn menyampaikan apa yang Aquila ucapkan, tetapi, Iluka mengatakan ia akan datang lagi untuk menemui Aquila jika Aquila sudah merasa lebih baik. Setidaknya, itulah yang Ahn sampaikan padanya.Maka, inilah saatnya.Aquila menuruni tangga dengan perlahan, bersiap menyambut Pangeran Iluka yang telah tiba di kediamannya.Bersiap menyambut Pangeran yang tidak lain tidak bukan adalah adik dari sosok yang nyaris memenggal kepalanya.***Aquila menyapa Iluka yang berpakaian lebih kasual dibanding biasanya, lalu duduk pada kursi yang terletak persis di hadapan Iluka."Aku segera turun begitu melihat kereta kuda yang kau tumpangi telah tiba, maaf j
Zero menenggak minuman beralkohol langsung dari botolnya tanpa memedulikan efek samping apa yang akan ia rasakan setelahnya. Yang Zero pedulikan hanyalah ia ingin sebentar saja merasa tenang, setidaknya ia ingin bisa lepas dari perasaan bersalah itu barang sebentar saja.Zero meringis, mencengkram kepalanya yang mulai terasa pening. Belakangan ini ia terus saja terbayang-bayang dengan peristiwa itu, peristiwa di mana ia nyaris memenggal kepala Aquila di depan umum dengan kedua tangannya sendiri.Pria itu sungguh merasa bersalah, ia sungguh tak kuasa, ingin rasanya ia menangis dan berteriak sekencang-kencangnya melampiaskan semua rasa sesak di dada.Namun yang bisa ia lakukan hanyalah terisak, menutup wajah dengan kedua telapak tangannya seraya berbisik, "Aquila ... Maafkan aku..."***Zero sebenarnya mendengar suara ketukan pintu yang sedari tadi mengusik ketenangannya itu, tapi Zero memilih untuk mengabaikannya selain karena ia malas untuk bertemu siapapun, kepalanya saat ini terasa
"Selama ini, aku selalu menghormatimu dan menyanjungmu sebagai panutan, aku selalu menghormati keputusanmu dan mempercayakan kau bisa menjadi pemimpin yang baik." Iluka tersenyum getir. "Tetapi, jujur saja, belakangan ini aku mulai meragukan kredibilitasmu sebagai pemimpin." Iluka berkata dengan jujur, mengutarakan segala hal yang ada di pikirannya."Kakakku, tolong jangan mengecewakanku untuk yang kedua kalinya, ya?" Iluka tersenyum, itu kalimat terakhirnya sebelum ia memutuskan untuk angkat kaki dari ruangan ini. Menyisakan lenggang. Zero enggan untuk menjawab.Iluka melangkah dengan rasa kekecewaan yang menyeruak di dada.Sosok yang selama ini selalu ia jaga perasaannya, sosok yang selama ini selalu ia percaya dapat menjadi pemimpin yang baik ternyata hanyalah seorang bedebah yang rela mengorbankan banyak orang demi keuntungannya sendiri.Kalau kekecewaan Iluka terus berlanjut dan bertambah, bukan tidak mungkin Iluka akhirnya memutuskan untuk merebut posisi orang itu.Yah, semoga s
"Aku sudah menduganya, kau pasti berada di sini." Terdengar suara seorang pria yang berasal dari ambang pintu, Aquila refleks menoleh, wanita itu melihat sesosok pria berjubah hitam yang berjalan mendekat ke arahnya.Aquila mengernyitkan dahi, siapa pria berjubah ini? Apa pria ini tadi berbicara padanya?Pertanyaan-pertanyaan yang bersarang di kepala Aquila seketika terjawab saat pria itu membuka jubahnya lalu menyapa. "Selamat siang, Nona Aquila." Ujarnya yang disertai senyuman.Mata Aquila melebar, ia tidak menyangka akan bertemu dengan pria itu di sini. "R- Revel?"Apa yang Revel lakukan di sini?"Revel?" Aquila mengerjapkan matanya, sungguh kebetulan ia bisa bertemu dengan Revel di sini. "Apa yang kau lakukan di tempat ini?"Revel tak kunjung menjawab, ia hanya menggaruk tengkuknya seraya menunjukkan ekspresi tengah berpikir, membuat Aquila jadi merasa bingung."Katakan.""Ah, tidak, sebenarnya aku tadi mengikutimu." Ujar Revel seraya mengangkat bahunya. "Kau mengikutiku?" Tanya
Udara pagi yang segar, suara burung yang berkicauan, ditambah sinar matahari yang terasa cerah namun tidak menyengat sungguh merupakan perpaduan yang sempurna bagi Aquila dalam menjalani hari. Wanita itu mulai mengambil sebuah selembar kertas yang terselip di antara beberapa tumpukan buku. Ia berpikir untuk menuangkan pemikirannya ke atas selembar kertas. Aquila menyadari, banyak pekerjaan yang terbengkalai akibat beberapa hari beristirahat, ia berniat untuk menyicil semuanya sebelum semakin menumpuk. Yang pertama, masalah bisnis yang ia jalankan, ia harus memeriksa perkembangannya. Lalu, ia juga masih belum membuat rincian anggaran yang akan ia sumbangkan ke berbagai organisasi kemanusiaan. "Yang terpenting, aku harus memastikan acara makan malam esok berjalan lancar." Gumam Aquila yang menjadikan acara makan malam itu menempati kedudukan teratas dalam skala prioritasnya. Sebenarnya acara makan malam itu hanya sekadar acara pertemuan biasa antar dua keluarga, tapi, Aquila ingin
Ekhm, halo semua! Aku Alet selaku author dari cerita yang berjudul ‘Miss Villain and The Protagonist’ sekarang lagi ngerasa seneng karena akhirnya aku bisa tamatin cerita ini! Nggak kerasa udah hampir dua tahun lamanya semenjak pertama kali aku publish cerita MVATP di pertengahan 2021. Sejak saat itu, aku bener-bener ngerasa seperti di rollercoaster, ada kalanya aku semangat & excited banget buat publish, tapi beberapa hari setelahnya aku langsung kena writer block. Ada masanya aku ngerasa seneng sama hasil tulisanku sendiri, tapi nggak lama setelahnya aku jadi ngerasa nggak pede lagi. Setelah semua perasaan campur aduk itu, akhirnya aku bisa ngebawa cerita MVATP hingga ke bagian akhir. Semoga kalian suka, ya, sama endingnya! * Jujur, aku deg-degan banget sebelum publish bagian akhir, aku mikir apakah endingnya memuaskan? Atau apakah kalian bakal suka? Tapi aku udah ngelakuin yang terbaik, aku berharap banget para pembaca bakal suka. Rasanya waktu tuh berjalan cepet banget, seinge
“Selamat atas penobatanmu, Yang Mulia.” Aquila tersenyum, menatap Revel yang terlihat kikuk.“Hanya ada kita berdua di sini, tolong panggil aku dengan nama saja, seperti biasa.”“Anda tahu sendiri kan, hal itu sudah tidak bisa lagi saya lakukan.”Benar. Dengan tingginya posisi Revel saat ini, bisa dianggap seperti penghinaan jika orang lain mendengar Aquila memanggilnya langsung dengan nama.“Padahal anda pasti sedang sibuk-sibuknya, tapi anda masih bisa meluangkan waktu untuk saya. Saya merasa terhormat.” Tutur Aquila.“Saya yang justru merasa tidak enak karena tiba-tiba memanggil anda ke sini.”Aquila menyadari kalau Revel tiba-tiba mengubah gaya bicaranya menjadi lebih formal. “Saya tidak enak jika membuang waktu anda lebih banyak lagi, apa ada hal yang anda ingin saya sampaikan sehingga memanggil saya ke istana?”Revel menatap Aquila, terdengar helaan napas darinya. “Aku tidak akan basa-basi lagi. Aku butuh bantuanmu.”“Apa?”“Seperti yang kau tahu, aku benar-benar disibukkan kare
Detik demi detik berlalu, berubah menjadi menit, jam, hari, minggu, waktu terus berjalan, setelah malam yang panjang itu entah kenapa waktu jadi terasa begitu cepat.Revel bekerja keras, dibantu dengan Duke Charles, Marquis Varen, dan beberapa bangsawan berpengaruh lainnya, mereka kembali membenahi tatanan kepemerintahan. Suasana di istana perlahan-lahan kembali seperti semula.Waktu berlalu, musim pun berganti, banyak hal yang terjadi, banyak hal yang dilewati.Revel telah resmi diangkat sebagai kaisar berikutnya, upacara pengesahan diadakan, meski ada beberapa pihak yang menentang, keputusan kuil tidak dapat diganggu gugat. Kebenaran terungkap, mengenai putra mahkota terdahulu yang dilupakan, semua tindakan keji kaisar sebelumnya pun terbongkar.Beberapa kebijakan diubah, termasuk penghapusan total mengenai subjek venatici, hal-hal yang berkaitan mengenai sihir pun dilegalkan asal dengan kuantitas yang wajar. Pembangunan sekolah sihir dilakukan pada banyak titik yang nantinya akan m
“Mustahil!” Kaisar Lius menarik rambutnya sendiri, rasanya ia telah menjadi gila, ia sulit membedakan mana yang mimpi mana yang bukan. “INI PASTI MIMPI! HAHAHA AKU PASTI SEDANG BERMIMPI!” ia menyeringai, tanda keterkejutan dan keputusasaannya. Ini mimpi yang begitu buruk, seseorang tolong bangunkan dirinya! “Ini bukan mimpi, Yang Mulia.” Muncul seseorang memasuki ruangannya. Secara dramatis, dari balik bayangan, perlahan Kaisar Lius mampu melihat wajahnya yang disinari cahaya bulan. “Salam saya, Yang Mulia.” Pria itu menyapa dengan senyum manis di wajahnya. R- Revel?! “DASAR ANAK TIDAK TAHU DIRI!” Kaisar Lius berteriak, meluapkan segala emosinya. Bagaimana bisa Revel masih bisa tersenyum manis di saat seperti ini?! Ah, tidak, itu merupakan senyum ejekan! Senyum yang mentertawakan posisinya saat ini. “Ah? Bagaimana menurut anda mengenai kejutan yang telah saya siapkan sepenuh hati seperti ini?” Tanya Revel, masih dengan senyum yang menghiasi wajahnya. “KAU PASTI SUDAH GILA!” “Sa
“Revel, Revel!” Seruan yang berasal dari Mike berhasil membuyarkan ingatan Revel atas masa kelamnya. “Kemarilah! Tuan Michael terluka parah!” Huh? Revel, diikuti yang lainnya bergegas menghampiri Mike dan Baron Michael yang terbaring lemah dengan luka yang memenuhi tubuhnya. Keadaannya jauh lebih buruk dari yang Revel pikirkan, sepertinya pria itu terkena tebasan senjata yang telah dilumuri racun, terlihat jelas dari bekas luka beserta warna kulit yang berubah kehijauan. “Michael, bertahanlah!” Seru Revel, yang bergerak cepat mengikatkan kain dengan erat agar racunnya tidak cepat menyebar. “Bertahanlah, aku akan segera mencarikan penawar.” “Berhenti.” Ketika Revel hendak bangkit, Baron Michael menggenggam tangannya. “Tidak perlu.” “A- apa?” Alis Revel bertaut, ia jelas tak mengerti mengapa Baron Michael menahannya. “Percuma saja, racunnya sudah menyebar sejak tadi.” “Apa yang kau bicarakan?! Kenapa kau menyerah seperti itu?!” Seru Revel, perasaannya kini tak menentu, kalimat y
“Sebelumnya kau mengatakan kalau otak mereka telah dicuci dan mereka menjadikan kaisar sebagai dewa mereka, kan?” Xander bertanya, memastikan. Muncul sebuah ide gila di kepalanya. “Bagaimana jika cara tercepat untuk menghabisi mereka dalam satu entakan adalah dengan membunuh kaisar terlebih dahulu?” Bagi Xander, ini merupakan ide gila yang patut dicoba. Subjek Venatici menganggap kaisar sebagai dewa mereka, bagaimana jika Xander membunuh ‘dewa’ yang selalu ingin mereka lindungi itu? Pasti mereka akan merasakan perasaan putus asa yang begitu mendalam akibat gagal melindungi dewa. Setelah mendapat pukulan keras itu, seharusnya mereka melemah, kan? Tidak, tidak, lebih baik lagi jika mereka melakukan bunuh diri massal akibat perasaan bersalah yang mendalam. Seringaian menyeramkan mendadak timbul pada wajah Xander. Ia akan merealisasikan ide gila itu. Kesimpulannya, ia akan membunuh Kaisar terlebih dahulu. Revel yang mendengarnya seketika menoleh. “Itu… benar-benar ide nekat yang laya
Berkat monster yang dilepaskan Yelena, beserta bala bantuan dari keluarga Charles dan Varen, prajurit istana berhasil dipukul mundur. Pertumpahan darah terjadi, waktu berjalan begitu cepat, tak disangka kekuatan istana dapat disudutkan.Di detik-detik kelumpuhannya, Kaisar mengeluarkan kartu as terakhirnya, yakni dengan melepaskan ‘Subjek Venatici’ yaitu kumpulan manusia yang telah dicuci otaknya sehingga rela melakukan apa saja demi melindungi sang kaisar, termasuk menyerahkan nyawanya sendiri. Singkatnya, mereka adalah anjing kaisar.‘Subjek Venatici’ berkaitan erat dengan negara-negara jajahan. Kaisar memerintahkan untuk menginvasi desa-desa miskin, membunuh para orang tua maupun semua penduduk, menculik anak-anak mereka dan mengumpulkannya menjadi satu. Setelahnya, Kaisar mengurung mereka, melakukan pencucian otak agar selalu tunduk pada kehendaknya dan agar mereka dapat mempersembahkan nyawa untuknya.Mereka menjalani kehidupan yang keras, saling membunuh satu sama lain untuk mem
“Satu-satunya yang bisa menemukan akses masuk itu hanyalah Nona Yelena.” Ucapnya. “Sebagai seorang penyihir, Nona Yelena dapat merasakan aliran mana di sini. Gunakan kemampuan anda, rasakan mana yang ada, jika terasa semakin kuat, bisa saja itu tandanya kita semakin dekat dengan akses masuk itu.” Ini penjelasan yang paling memungkinkan, hanya Yelena yang dapat melakukannya. "T- tapi, bagaimana kalau ternyata aku gagal dan kita hanya semakin membuang waktu?” sorot keraguan terpampang jelas dari matanya. “Kami percaya padamu, aku tahu kau bisa melakukannya.” Aquila menggenggam tangan Yelena. “Apa kau ingat saat di mana para prajurit tadi berhasil mengepungku? Aku kira nasibku akan berakhir saat itu, tapi tiba-tiba kau menggunakan kekuatanmu untuk membuat mereka melayang. Itu kau yang melakukannya, kan? Aku yakin kau menyimpan potensi yang sangat besar hanya saja kau belum menyadarinya.” Alken mengangguk kecil. “Kau bisa melakukannya.” Ia menambahkan, meyakinkan. *** Yelena memejam
“Apa?”Kabar yang baru saja disampaikan oleh salah satu pelayannya ini membuat Duke Charles membulatkan matanya.“Terjadi penyerangan pada istana?” ia bertanya, memastikan.Kalau kabar ini sampai ke telinga bangsawan lain, mereka pasti berpikir kalau kelompok penyembah kekuatan itu lah yang menjadi dalang dalam kasus ini. Tapi tidak dengan Duke Charles, pria itu tau dengan jelas siapa saja yang akan bertanggung jawab dalam hal ini.Termasuk putra dan putrinya.Sebenarnya Duke Charles tidak terkejut atas keterlibatan anak-anaknya, mudah baginya untuk mengendus rencana mereka semenjak kedatangan Grand Duke Alucio untuk makan malam bersama, ditambah lagi, kedekatan antara putrinya dengan pria itu. Tapi, yang membuatnya terkejut adalah ia tak menyangka kalau ini akan terjadi secepat ini.Timing-nya benar-benar pas dengan kabar pemberontak dari kelompok penyembah kekuatan. Hal ini sudah direncanakan dengan sangat matang.“Kumpulkan pasukan, kita akan mengirim bala bantuan untuk menyerang i