Halooo semuanya! Alet di sini!
Jadi, hari ini, (tepatnya tanggal 18 Juni) satu tahun yang lalu, adalah hari dimana aku pertama kali publish cerita Miss Villain and The Protagonist! Yay! Sudah satu tahun lamanya aku publish cerita yang jadi cerita pertamaku di Goodnovel!
Satu tahun, beneran nggak berasa, aku masih ngerasa kayak baru kemarin aku ngepost cerita, hehe.
Dalam satu tahun ini, aku ngerasa dapat banyak feedback yang bagus dari kalian, jumlah pembaca, komentar, followers, gems, aku gak sama sekali gak nyangka, loh, padahal pas awal aku publish, aku sempet ngerasa salah platform karena mayoritas cerita itu tentang CEO, atau tentang perselingkuhan. (Aku juga pengen bikin cerita yang mengusung tema itu, tapi otakku gak nyampe mweheheh.)
Bahkan, aku masih inget, pas aku sempet nggak update beberapa bulan karena lagi (sok) sibuk di rl, banyak komentar yang masuk, nyariin aku dan minta untuk update, hahaha, aku seneng banget.
Intinya, buat kalian yang udah support, baik itu berupa ngasih komentar, gems, dan follow, aku mau ngucapin terimakasih banyak! ily!
Oke, sorry aku jadi kebanyakan ngoceh, di hari anniversary pertama ini, aku udah nyiapin fun fact tentang para tokoh di cerita ini. Let's Go!
***
Fun Fact #1 = Aquila dan Zero itu dulunya bestie banget.
Oke, aku udah pernah nyelipin informasi kan kalau Aquila itu sahabat masa kecil Zero.
Aquila sama Zero itu udah dikenalin dari waktu keciiill banget, Duke Charles sama Kaisar Lius sengaja, mereka emang udah niat buat ngejodohin mereka dari kecil, semacam perjodohan politik gitu.
Kaisar Lius emang udah sreg banget sama Aquila, karena dibanding putri bangsawan lain, menurutnya, Aquila yang paling memadai. Sedangkan Duke Charles, dia lebih fleksibel, dia oke-oke aja selama itu nggak merugikan dan Aquila pun seneng. Dan seandainya di masa depan nanti Aquila udah nemu pendamping yang dia sukai, Duke Charles bakal tetep Support meskipun orang itu bukan Zero.
Aquila dan Zero tumbuh bersama, di lingkungan yang sama, mereka berdua udah ngelewatin berbagai macam hal. Aquila pun akhirnya punya rasa suka ke Zero. Namun, semuanya berubah saat Zero kenal Zeline. Zero mulai menomorsatukan Zeline, Aquila jadi tersisihkan. Aquila ngerasa inferior, dia takut Zero direbut Zeline, makanya, Aquila dulu seringkali ngelakuin hal-hal yang berpotensi bikin Zeline celaka, semata-mata biar Zeline menyerah dan menjauhi mereka. Tapi hal itu justru bikin Zero ngerasa benci sama Aquila, dan hubungan merekapun akhirnya jadi rusak.
***
Fun Fact #2 : Keluarga Charles pernah kehilangan anak
Aslinya, Alaster itu bukan anak pertama keluarga Charles. Mereka dulu punya anak sulung, usianya sekitar 4-5 tahun di atas Alaster.
Tapi, suatu saat, ada tragedi penculikan yang merenggut nyawa putra sulung Charles. Hal itu menyisakan trauma yang amat sangaaaat mendalam, terutama untuk Ducchess Aretha.
Makanya, semenjak kejadian itu, Keluarga Charles jadi overprotective ke anak-anaknya, terutama Aquila, selain overprotective, mereka juga jadi terlalu manjain keinginan anak-anaknya, selalu nurutin ini itu, mereka nggak mau sampai kejadian yang sama terulang. (Meskipun hal itu jadi bikin Aquila bersikap semena-menanya terhadap orang lain, karena dia tahu, meskipun dia salah, dia bakal tetep dibela.)
Keluarga Charles juga mendidik Alaster untuk selalu melindungi keluarganya, makanya, meskipun Alaster kadang urakan dan suka ngelakuin hal yang berpotensi ngelukain orang lain, tapi kalau untuk keluarganya, dia itu bucin banget.
Masalah anak sulung, baik Alaster maupun Aquila, mereka sama-sama nggak tahu, karena pada saat itu Alaster belum genap satu tahun, sedangkan Aquila masih belum lahir. Ditambah, Duke Charles mutusin buat nyimpan semua kenangan berbentuk fisik (seperti lukisan keluarga, mainan, dll) Duke Charles dan Ducchess Aretha sama-sama pengen move on dari kejadian menyesakkan itu.
***
Fun Fact #3 : Banyak banget bangsawan yang pengen ngejatuhin keluarga Charles.
Alasannya? Iri.
Gini, keluarga Charles kan keluarga yang berstatus tinggi dan disegani, ditambah lagi, peluang keturunannya buat jadi permaisuri itu sangat besar, jelas banyak yang ngerasa iri dan berusaha keras buat bikin nama 'Charles' keliatan jelek di mata sang kaisar.
Contohnya, Count Raire, (ada yang masih ingat dia?)
Count Raire itu salah satu bangsawan yang jadi korban penyerangan yang dilakukan Alaster. Sebenernya, dia sendiri juga nggak yakin kalau Alaster pelakunya apa bukan, tapi dia terus-terusan nuduh dan bikin kesaksian yang merugikan Alaster di depan putra mahkota, tujuannya jelas, dia pengen caper (nunjukkin, ini loh, saya juga berkontribusi dalam penyelidikan ini) sekaligus buat ngejatuhin Alaster.
Tapi upayanya sia-sia karena Cherish, putrinya, bikin kesaksian yang berkontradiksi. (baca eps 76).
(Padahal emang bener kalau Alaster pelakunya, hehe.)
***
Fun Fact #4 : Empress sebenernya lebih mihak Zeline
Permaisuri (Empress) lebih seneng kalau Zeline yang jadi putri mahkota dibanding Aquila.
Dibanding Kaisar yang logis dan mihak Aquila karena tau latar Aquila lebih powerful dibanding Zeline, Permaisuri justru lebih mihak Zeline karena dia ngerasa putranya layak untuk bersanding sama sosok yang dia cintai, dalam hal ini, Permaisuri ngehnya Zero jatuh hati sama Zeline, bukan Aquila.
Beda sama Kaisar yang menomorsatukan logika, Permaisuri lebih sering mengikuti perasaannya.
***
Fun Fact #5 : Zeline sama Zero nggak pernah bener-bener saling mencintai satu sama lain
Zero itu tumbuh di lingkungan yang untouchable, temen deketnya dari dulu cuma Aquila doang, sama Alken nggak akrab, sama anak-anak kalangan atas lain cuma sekadar hubungan kerjasama doang. Makanya, pas pertama kali ngeliat Zeline, Zero langsung seneng banget, mereka langsung akrab dalam waktu yang cepat. Apalagi, di mata Zero, Zeline itu bener-bener cantik!
Tapi Zero sendiri juga nggak peka sama perasaannya, dia nggak pernah punya pengalaman dalam masalah percintaan. Seperti yang Zeline bilang, Zero emang statusnya itu kekasihnya dia, tapi, setiap Aquila deket sama cowok lain, atau mulai ngejauhin Zero, Zero sering ngerasa nggak terima. Zero sendiri juga nggak ngerti sama perasaannya.
Sedangkan Zeline, kalian semua tahu, Zeline deketin Zero karena Zero yang menyandang status sebagai putra mahkota. Ada banyak banget keuntungan yang Zeline dapat, termasuk Zeline jadi bebas gunain nama Zero kapan aja setiap ada situasi yang nggak menguntungkan buat dia.
***
Fun Fact #6 : Baron Aideos itu dulunya penyayang ke keluarganya
Kalian percaya nggak? Haha.
Mungkin ada yang lupa, Baron Aideos itu bokapnya Zeline. Di sini, Baron Aideos itu digambarkan sebagai sosok yang licik dan haus kekuasaan, dia bahkan nggak segan memperalat anaknya buat dapetin tujuan yang dia inginkan.
Tapi dulu, Baron Aideos tulus sayang banget ke Zeline sebagai anak perempuannya, keluarga kecil mereka harmonis, tapi semuanya berubah saat ibunya Zeline ketauan selingkuh dan kini milih buat pergi sama selingkuhannya itu, ninggalin Zeline.
Makanya, sekarang Baron Aideos sering sensi banget sama Zeline, karena muka Zeline itu selalu ngingetin dia sama istrinya yang selingkuh. Fyi aja, muka Zeline itu plek-ketiplek banget sama ibunya.
***
Fun Fact #7 : Di antara Alken dan Iluka, kalau ada yang memungkinkan untuk merebut kekuasaan, itu Iluka.
Iluka itu baik banget hatinya, dia softboy, dia bahkan rela nggak nunjukin semua skill dan potensi dia yang sebenernya karena nggak mau bikin Zero ngerasa inferior.
Iluka selalu support kakaknya, dan sesekali ngasih saran yang berguna kalau diminta. (Tapi Zero jarang minta pendapat Iluka karena Zero ngerasa bisa ngehandle semuanya sendiri).
Tapi, dengan sikap super baik yang Iluka punya, kalau dia ngerasa Zero udah kelewat batas atau Zero bikin keputusan yang blunder dan ngerugiin banyak banget rakyat, bukan nggak mungkin kalau akhirnya Iluka mutusin buat ngerebut posisi Zero.
Kalau Alken, dia emang terang-terangan nunjukkin ketidaksukaannya sama Zero, tapi Alken nggak ada niatan buat rebut posisi Zero. Alasannya, karena orang seperti Alken nggak mau terikat sama kewajiban seperti itu.
***
Fun Fact #8 : Kaisar Lius ngerasa terancam sama keberadaan Revel
Kaisar Lius diem-diem ternyata sering mantau pergerakan Revel, sekaligus menebak-nebak kemungkinan rencana yang bakal disusun Revel.
Kaisar Lius gengsi buat ngakuin ini, tapi sebenernya dia sadar, kalau kemampuan anaknya (Zero) itu masih belum ada apa-apanya dibanding Revel, seperti kemampuan untuk bernegosiasi, berdiplomasi ke benua lainnya, kemampuan melihat peluang, kemampuan buat bikin keputusan yang banyak memberi untung, semua itu ada di diri Revel.
Apalagi, Kaisar Lius juga tau tipe orang kayak Revel bukan tipe orang yang bakal tinggal diam aja kalau sesuatu yang udah menjadi haknya direbut paksa.
Tapi, Kaisar Lius nggak tau kalau sebenernya Iluka punya skill jauh di atas Zero, kalau dia tahu, mungkin yang bakal dijadiin penerus itu Iluka.
***
(Warning : Spoiler)
Fun fact selanjutnya mungkin bakal mengandung sedikiiiit unsur spoiler, cuma sedikit kok, hehe. Skip aja buat yang ngerasa nggak mau baca. Ok.
***
Fun Fact #9 : Revel sebenernya punya perasaan sama Aquila yang dulu
Ekhm, oke.
Coba kalian balik ke chapter 1, pembukaan buku ini kan disuguhi sama adegan Aquila yang mau dieksekusi mati, pas nyaris kena, ada yang teriak "AQUILAAAA!"
Kalian tahu itu teriakan siapa? Yap, itu suara Revel.
Di novel yang Alena baca, Revel sebenernya suka sama Aquila tapi milih untuk nggak nunjukin perasaannya karena dulu yang dia liat tuh Aquila selalu ngejar-ngejar Zero. Lagipula Revel lebih milih untuk fokus sama tujuan utamanya dan nggak mau ter-distract sama masalah cinta-cintaan belaka.
Tapi pas Aquila nyaris dibunuh Zero, baru deh tuh, Revel teriak, berusaha nyegah.
Kenapa Aquila (Alena) yang sekarang nggak tahu? Karena dia nggak baca novelnya sampai habis.
***
Fun Fact #10 : Cherish bakal jadi love-interest Alaster
Masih ada yang ingat Cherish? Dia muncul di chapter 76.
Cherish itu putri dari Count Raire, dia cewek yang berhasil menghadiahkan Alaster satu pukulan di wajah, yang bikin pipi Alaster memar, gara-gara dia, Alaster jadi badmood seharian haha. Tapi dia juga yang bikin kesaksian yang menguntungkan Alaster, Alaster jadi nggak dicurigain lagi.
Cherish sebenernya tahu kalau Alaster itu orang yang dia kejar malam itu, tapi kenapa Cherish mutusin buat ngebela Alaster? Entahlah, mungkin karena Alaster udah mengiming-imingi dia sesuatu.
Aku punya rencana jangka panjang buat bikin kisah Alaster dan Cherish dalam buku terpisah, nanti. Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, buku yang ini aja nggak tamat-tamat HAHA. (Btw, aku nggak janji, yaa, lets see ke depannya bakal gimana).
***
Fun Fact #11 : Madam Gienka sebenernya nggak tertangkap basah
Eh?
Penyihir hitam itu licikkk, mereka juga nggak segan untuk bikin skenario seolah kliennya itu ketauan menggunakan sihir hitam (yang mau nggak mau kliennya bakal kena hukuman). Tentang sihir hitam bisa dibaca di chapter 31 & 32.
Adegan di mana Revel berhasil nangkap Madam Gienka sebenernya itu termasuk ke dalam skenario madam gienka itu sendiri. Kalau dipikir-pikir lagi, ngapain Madam Gienka ngasih Aquila botol kecil berisi bubuk ungu yang kalau dibuka bakal bantu ngarahin Aquila ke tempat Madam Gienka berada? Itu sama aja kayak nyerahin diri, kan?
Terus keuntungan yang didapat Madam Gienka apa? Gini, Sihir hitam di Kekaisaran Timur kan dilarang ketat penggunaannya, jelas Madam Gienka jadi susah dapet klien, kan? Energi siapa yang mau dia serap di sini kalau yang mau kerjasama bareng dia aja nggak ada?
Makanya, pas akhirnya setelah sekian lama dia dapat mangsa (baca : Zeline) dia langsung bikin skenario tertangkap deh, seolah Zeline jadi ketauan, dan akhirnya Zeline diharuskan kena hukuman. Nah, kalo udah gitu madam Gienka tinggal nyedot usia Zeline deh, tanpa harus susah payah nurutin keinginan Zeline dulu.
Siapa yang rugi? Zeline. Tapi itu udah jadi konsekuensi karena dari awal berani kerjasama bareng penyihir hitam.
***
Fun Fact #12 : Alena itu dulu matanya minus
Alena digambarkan jadi sosok kutu buku yang selain pinter juga sering banget melahap banyak bacaan. Wajar matanya minus.
Tapi kenapa setelah masuk ke novel dan menjadi Aquila, matanya jadi normal? Yah, namanya juga magic.
Nggak deh, alasannya sederhana, karena saat ini tubuh yang dia tempati itu tubuh Aquila, bangsawan ternama yang pasti kesehatannya dijaga ketat. Mulai dari kesehatan indra, kesehatan tubuh, sampai pola makanan.
***
Fun Fact #13 : Alena sebenernya nggak mati
Nahlohhh???
Terus gimana?
Kalian pasti tahu kan aku udah pernah bikin narasi yang ngejelasin kalau Alena mati ketabrak pas liat pacarnya selingkuh, lalu secara magicly suprisingly ternyata dia masuk ke dalam novel dan memerankan tokoh Aquila?
Kalian ada yang pernah bertanya-tanya nggak pergi ke mana jiwa tokoh 'Aquila' yang asli? Ke mana perginya jiwa Aquila yang selalu seenaknya dan nggak pernah peduli setiap ngelakuin hal-hal licik yang merugikan orang-orang di sekitarnya?
Gimana kalau aku bilang sosok Aquila yang asli masuk ke tubuh Alena yang kecelakaan, bertukar dengan jiwa Alena yang justru menempati tubuh Aquila asli?
Jadi gini, sebenernya dulu aku udah bikin planning dua project, yang pertama, yang kalian baca saat ini, mengisahkan tentang cewek yang punya bad attitude dan selalu ngejar-ngejar cowok meskipun cowok itu udah punya kekasih, dah tiba-tiba cewek yang selalu ngejar-ngejar ini udah nggak suka lagi, dan perilakunya justru berubah jauh lebih baik.
Yang kedua itu tentang Alena, cewek pintar namun naif dan kebaikannya sering dimanfaatin sama orang-orang di sekitarnya, tiba-tiba bertukar jiwa sama Aquila yang kalian tahu sendiri, punya harga diri tinggi, nggak pernah segan sama orang lain, dan selalu bertingkah sesukanya. Gimana reaksi orang di sekitarnya ngeliat orang yang dulu mereka tindas berubah jadi orang yang bakal mereka segani? Itu yang aku pengen ceritain di buku kedua.
Tapi, untuk saat ini aku mau mutusin buat fokus sama satu buku dulu, (karena kalau aku paksa buat ngerjain dua-duanya, salah satunya pasti bakal terbengkalai, heheh.)
Sayangnya, aku juga nggak tau ke depannya bakal gimana, apakah aku bakal lanjutin kisah Alena atau bakal bikin cerita baru, universe baru, aku nggak tau, aku nggak bisa janjiin apa-apa. Hehe. Sorry.
***
Okay! Itu dia fun fact untuk cerita ini, buat kalian yang masih baca dan ngasih support, aku bener-bener mau berterimakasih!
Follow medsosku :
I*******m : @Scarletcrown_
F******k : Scarlet Crown
Twitter : @Scarletcrown_
Ayo, kita temenan di sana!
Anyway, see you on the next chapter!
Salam hangat, Alet. :D
Beberapa hari yang lalu, Aquila dengan berat hati pernah menolak untuk bertemu dengan Iluka yang datang mengunjunginya.Aquila memang merasa tak enak hati, tapi, itulah keputusan yang terbaik untuknya kala itu mengingat ia masih terguncang akibat kejadian dimana dirinya nyaris dieksekusi di depan umum.Saat itu, Iluka segera mengangkat kakinya ketika Ahn menyampaikan apa yang Aquila ucapkan, tetapi, Iluka mengatakan ia akan datang lagi untuk menemui Aquila jika Aquila sudah merasa lebih baik. Setidaknya, itulah yang Ahn sampaikan padanya.Maka, inilah saatnya.Aquila menuruni tangga dengan perlahan, bersiap menyambut Pangeran Iluka yang telah tiba di kediamannya.Bersiap menyambut Pangeran yang tidak lain tidak bukan adalah adik dari sosok yang nyaris memenggal kepalanya.***Aquila menyapa Iluka yang berpakaian lebih kasual dibanding biasanya, lalu duduk pada kursi yang terletak persis di hadapan Iluka."Aku segera turun begitu melihat kereta kuda yang kau tumpangi telah tiba, maaf j
Zero menenggak minuman beralkohol langsung dari botolnya tanpa memedulikan efek samping apa yang akan ia rasakan setelahnya. Yang Zero pedulikan hanyalah ia ingin sebentar saja merasa tenang, setidaknya ia ingin bisa lepas dari perasaan bersalah itu barang sebentar saja.Zero meringis, mencengkram kepalanya yang mulai terasa pening. Belakangan ini ia terus saja terbayang-bayang dengan peristiwa itu, peristiwa di mana ia nyaris memenggal kepala Aquila di depan umum dengan kedua tangannya sendiri.Pria itu sungguh merasa bersalah, ia sungguh tak kuasa, ingin rasanya ia menangis dan berteriak sekencang-kencangnya melampiaskan semua rasa sesak di dada.Namun yang bisa ia lakukan hanyalah terisak, menutup wajah dengan kedua telapak tangannya seraya berbisik, "Aquila ... Maafkan aku..."***Zero sebenarnya mendengar suara ketukan pintu yang sedari tadi mengusik ketenangannya itu, tapi Zero memilih untuk mengabaikannya selain karena ia malas untuk bertemu siapapun, kepalanya saat ini terasa
"Selama ini, aku selalu menghormatimu dan menyanjungmu sebagai panutan, aku selalu menghormati keputusanmu dan mempercayakan kau bisa menjadi pemimpin yang baik." Iluka tersenyum getir. "Tetapi, jujur saja, belakangan ini aku mulai meragukan kredibilitasmu sebagai pemimpin." Iluka berkata dengan jujur, mengutarakan segala hal yang ada di pikirannya."Kakakku, tolong jangan mengecewakanku untuk yang kedua kalinya, ya?" Iluka tersenyum, itu kalimat terakhirnya sebelum ia memutuskan untuk angkat kaki dari ruangan ini. Menyisakan lenggang. Zero enggan untuk menjawab.Iluka melangkah dengan rasa kekecewaan yang menyeruak di dada.Sosok yang selama ini selalu ia jaga perasaannya, sosok yang selama ini selalu ia percaya dapat menjadi pemimpin yang baik ternyata hanyalah seorang bedebah yang rela mengorbankan banyak orang demi keuntungannya sendiri.Kalau kekecewaan Iluka terus berlanjut dan bertambah, bukan tidak mungkin Iluka akhirnya memutuskan untuk merebut posisi orang itu.Yah, semoga s
"Aku sudah menduganya, kau pasti berada di sini." Terdengar suara seorang pria yang berasal dari ambang pintu, Aquila refleks menoleh, wanita itu melihat sesosok pria berjubah hitam yang berjalan mendekat ke arahnya.Aquila mengernyitkan dahi, siapa pria berjubah ini? Apa pria ini tadi berbicara padanya?Pertanyaan-pertanyaan yang bersarang di kepala Aquila seketika terjawab saat pria itu membuka jubahnya lalu menyapa. "Selamat siang, Nona Aquila." Ujarnya yang disertai senyuman.Mata Aquila melebar, ia tidak menyangka akan bertemu dengan pria itu di sini. "R- Revel?"Apa yang Revel lakukan di sini?"Revel?" Aquila mengerjapkan matanya, sungguh kebetulan ia bisa bertemu dengan Revel di sini. "Apa yang kau lakukan di tempat ini?"Revel tak kunjung menjawab, ia hanya menggaruk tengkuknya seraya menunjukkan ekspresi tengah berpikir, membuat Aquila jadi merasa bingung."Katakan.""Ah, tidak, sebenarnya aku tadi mengikutimu." Ujar Revel seraya mengangkat bahunya. "Kau mengikutiku?" Tanya
Udara pagi yang segar, suara burung yang berkicauan, ditambah sinar matahari yang terasa cerah namun tidak menyengat sungguh merupakan perpaduan yang sempurna bagi Aquila dalam menjalani hari. Wanita itu mulai mengambil sebuah selembar kertas yang terselip di antara beberapa tumpukan buku. Ia berpikir untuk menuangkan pemikirannya ke atas selembar kertas. Aquila menyadari, banyak pekerjaan yang terbengkalai akibat beberapa hari beristirahat, ia berniat untuk menyicil semuanya sebelum semakin menumpuk. Yang pertama, masalah bisnis yang ia jalankan, ia harus memeriksa perkembangannya. Lalu, ia juga masih belum membuat rincian anggaran yang akan ia sumbangkan ke berbagai organisasi kemanusiaan. "Yang terpenting, aku harus memastikan acara makan malam esok berjalan lancar." Gumam Aquila yang menjadikan acara makan malam itu menempati kedudukan teratas dalam skala prioritasnya. Sebenarnya acara makan malam itu hanya sekadar acara pertemuan biasa antar dua keluarga, tapi, Aquila ingin
"Oh ya, dan satu hal lagi." Alken kembali membuka mulutnya. "Aku rasa sebaiknya kita tidak perlu bertemu untuk beberapa waktu ke depan, karena jika kau sudah memulai pergerakanmu, bisa saja putra mahkota merasa curiga jika aku turut membantumu." ia menjelaskan. "Sudah aku bilang, kan, aku tidak mau ikut terseret. Jadi, bisa kau mengerti, ya?""Kau tenang saja." Aquila membalas. "Aku tidak akan membuatmu terkena imbasnya."Aquila tersenyum kecil, ke depannya, akan semakin jarang baginya untuk bertemu dengan Alken. Tapi alasan itu sangat rasional, Alken tidak mau ikut terseret atau terkena imbas atas dampak dari apa yang Aquila lakukan."Semoga beruntung, Aquila." Ujar Alken yang mengakhiri percakapan di antara mereka.***Hari ini akan menjadi hari yang sibuk bagi Aquila.Tidak, hilangkan kata 'akan', hari ini memang sudah menjadi hari yang sibuk.Meskipun acara makan malam yang sedang dipersiapkan ini bukanlah acara serius yang bersifat resmi, melainkan hanya sekadar acara yang dibuat
Ruangan itu kini hanya menyisakan Duke Charles dengan Tuan Alucio. Pasti akan terjadi percakapan serius di antara mereka, dengan dalih mengantar tamu menuju gerbang utama. Langkah kaki Aquila terasa berat, ia tahu Revel pasti bisa mengatasinya dengan baik. Meskipun begitu, ia khawatir jika sang ayah akan mengintimidasinya. *** Meskipun matanya sudah mengatakan ini saatnya untuk tidur, namun, siapa yang bisa terlelap dalam keadaan tidak tenang seperti ini? Bukannya menuruti perintah sang ayah untuk segera istirahat, langkah kaki Aquila justru membawanya menuju balkon di lantai dua, tempat sempurna di mana ia bisa melihat tubuh Duke Charles dan Revel dari atas. Duke Charles memang mengantar Revel hingga ke arah kereta kudanya, namun, meskipun Aquila tidak dapat mendengarkan percakapan mereka, terlihat jelas dari gestur tubuh mereka jika percakapan yang sedang berlangsung itu bersifat serius. Pembicaraan serius yang seperti disengajakan untuk tidak diketahui orang lain. Aquila me
Madam Gienka memang sumber informasi mengenai sihir hitam yang paling berguna. Zero membuat keputusan yang bagus dengan tidak gegabah langsung menghabisi nyawanya.Seperti biasa, Zero kembali mengunjungi sel di mana Madam Gienka berada, wanita itu terlihat lebih berkooperasi dalam menjawab pertanyaan yang diberikan akhir-akhir ini.Itu adalah tangkapan yang bagus. Berkat adanya Madam Gienka sebagai tahanan, Zero mendapat begitu banyak informasi yang ia butuhkan mengenai para penyihir hitam.Entah bagaimana Tuan Grand Duke itu bisa menangkap penyihir hitam, Zero tidak suka mengakui ini, meskipun pria itu jadi memudahkan pekerjaan Zero, tetapi Zero tidak sudi untuk mengakui kemampuannya.Harus Zero akui, akibat perbuatan Madam Gienka dan Zeline yang menyebabkan Zero melakukan hal buruk terhadap Aquila, kebencian Zero terhadap penyihir hitam jadi bertambah. Tapi, Zero tidak boleh melibatkan emosi dalam hal ini. "Selamat pagi wahai cahaya kekaisaran." Dua orang prajurit tingkat tinggi ya
Ekhm, halo semua! Aku Alet selaku author dari cerita yang berjudul ‘Miss Villain and The Protagonist’ sekarang lagi ngerasa seneng karena akhirnya aku bisa tamatin cerita ini! Nggak kerasa udah hampir dua tahun lamanya semenjak pertama kali aku publish cerita MVATP di pertengahan 2021. Sejak saat itu, aku bener-bener ngerasa seperti di rollercoaster, ada kalanya aku semangat & excited banget buat publish, tapi beberapa hari setelahnya aku langsung kena writer block. Ada masanya aku ngerasa seneng sama hasil tulisanku sendiri, tapi nggak lama setelahnya aku jadi ngerasa nggak pede lagi. Setelah semua perasaan campur aduk itu, akhirnya aku bisa ngebawa cerita MVATP hingga ke bagian akhir. Semoga kalian suka, ya, sama endingnya! * Jujur, aku deg-degan banget sebelum publish bagian akhir, aku mikir apakah endingnya memuaskan? Atau apakah kalian bakal suka? Tapi aku udah ngelakuin yang terbaik, aku berharap banget para pembaca bakal suka. Rasanya waktu tuh berjalan cepet banget, seinge
“Selamat atas penobatanmu, Yang Mulia.” Aquila tersenyum, menatap Revel yang terlihat kikuk.“Hanya ada kita berdua di sini, tolong panggil aku dengan nama saja, seperti biasa.”“Anda tahu sendiri kan, hal itu sudah tidak bisa lagi saya lakukan.”Benar. Dengan tingginya posisi Revel saat ini, bisa dianggap seperti penghinaan jika orang lain mendengar Aquila memanggilnya langsung dengan nama.“Padahal anda pasti sedang sibuk-sibuknya, tapi anda masih bisa meluangkan waktu untuk saya. Saya merasa terhormat.” Tutur Aquila.“Saya yang justru merasa tidak enak karena tiba-tiba memanggil anda ke sini.”Aquila menyadari kalau Revel tiba-tiba mengubah gaya bicaranya menjadi lebih formal. “Saya tidak enak jika membuang waktu anda lebih banyak lagi, apa ada hal yang anda ingin saya sampaikan sehingga memanggil saya ke istana?”Revel menatap Aquila, terdengar helaan napas darinya. “Aku tidak akan basa-basi lagi. Aku butuh bantuanmu.”“Apa?”“Seperti yang kau tahu, aku benar-benar disibukkan kare
Detik demi detik berlalu, berubah menjadi menit, jam, hari, minggu, waktu terus berjalan, setelah malam yang panjang itu entah kenapa waktu jadi terasa begitu cepat.Revel bekerja keras, dibantu dengan Duke Charles, Marquis Varen, dan beberapa bangsawan berpengaruh lainnya, mereka kembali membenahi tatanan kepemerintahan. Suasana di istana perlahan-lahan kembali seperti semula.Waktu berlalu, musim pun berganti, banyak hal yang terjadi, banyak hal yang dilewati.Revel telah resmi diangkat sebagai kaisar berikutnya, upacara pengesahan diadakan, meski ada beberapa pihak yang menentang, keputusan kuil tidak dapat diganggu gugat. Kebenaran terungkap, mengenai putra mahkota terdahulu yang dilupakan, semua tindakan keji kaisar sebelumnya pun terbongkar.Beberapa kebijakan diubah, termasuk penghapusan total mengenai subjek venatici, hal-hal yang berkaitan mengenai sihir pun dilegalkan asal dengan kuantitas yang wajar. Pembangunan sekolah sihir dilakukan pada banyak titik yang nantinya akan m
“Mustahil!” Kaisar Lius menarik rambutnya sendiri, rasanya ia telah menjadi gila, ia sulit membedakan mana yang mimpi mana yang bukan. “INI PASTI MIMPI! HAHAHA AKU PASTI SEDANG BERMIMPI!” ia menyeringai, tanda keterkejutan dan keputusasaannya. Ini mimpi yang begitu buruk, seseorang tolong bangunkan dirinya! “Ini bukan mimpi, Yang Mulia.” Muncul seseorang memasuki ruangannya. Secara dramatis, dari balik bayangan, perlahan Kaisar Lius mampu melihat wajahnya yang disinari cahaya bulan. “Salam saya, Yang Mulia.” Pria itu menyapa dengan senyum manis di wajahnya. R- Revel?! “DASAR ANAK TIDAK TAHU DIRI!” Kaisar Lius berteriak, meluapkan segala emosinya. Bagaimana bisa Revel masih bisa tersenyum manis di saat seperti ini?! Ah, tidak, itu merupakan senyum ejekan! Senyum yang mentertawakan posisinya saat ini. “Ah? Bagaimana menurut anda mengenai kejutan yang telah saya siapkan sepenuh hati seperti ini?” Tanya Revel, masih dengan senyum yang menghiasi wajahnya. “KAU PASTI SUDAH GILA!” “Sa
“Revel, Revel!” Seruan yang berasal dari Mike berhasil membuyarkan ingatan Revel atas masa kelamnya. “Kemarilah! Tuan Michael terluka parah!” Huh? Revel, diikuti yang lainnya bergegas menghampiri Mike dan Baron Michael yang terbaring lemah dengan luka yang memenuhi tubuhnya. Keadaannya jauh lebih buruk dari yang Revel pikirkan, sepertinya pria itu terkena tebasan senjata yang telah dilumuri racun, terlihat jelas dari bekas luka beserta warna kulit yang berubah kehijauan. “Michael, bertahanlah!” Seru Revel, yang bergerak cepat mengikatkan kain dengan erat agar racunnya tidak cepat menyebar. “Bertahanlah, aku akan segera mencarikan penawar.” “Berhenti.” Ketika Revel hendak bangkit, Baron Michael menggenggam tangannya. “Tidak perlu.” “A- apa?” Alis Revel bertaut, ia jelas tak mengerti mengapa Baron Michael menahannya. “Percuma saja, racunnya sudah menyebar sejak tadi.” “Apa yang kau bicarakan?! Kenapa kau menyerah seperti itu?!” Seru Revel, perasaannya kini tak menentu, kalimat y
“Sebelumnya kau mengatakan kalau otak mereka telah dicuci dan mereka menjadikan kaisar sebagai dewa mereka, kan?” Xander bertanya, memastikan. Muncul sebuah ide gila di kepalanya. “Bagaimana jika cara tercepat untuk menghabisi mereka dalam satu entakan adalah dengan membunuh kaisar terlebih dahulu?” Bagi Xander, ini merupakan ide gila yang patut dicoba. Subjek Venatici menganggap kaisar sebagai dewa mereka, bagaimana jika Xander membunuh ‘dewa’ yang selalu ingin mereka lindungi itu? Pasti mereka akan merasakan perasaan putus asa yang begitu mendalam akibat gagal melindungi dewa. Setelah mendapat pukulan keras itu, seharusnya mereka melemah, kan? Tidak, tidak, lebih baik lagi jika mereka melakukan bunuh diri massal akibat perasaan bersalah yang mendalam. Seringaian menyeramkan mendadak timbul pada wajah Xander. Ia akan merealisasikan ide gila itu. Kesimpulannya, ia akan membunuh Kaisar terlebih dahulu. Revel yang mendengarnya seketika menoleh. “Itu… benar-benar ide nekat yang laya
Berkat monster yang dilepaskan Yelena, beserta bala bantuan dari keluarga Charles dan Varen, prajurit istana berhasil dipukul mundur. Pertumpahan darah terjadi, waktu berjalan begitu cepat, tak disangka kekuatan istana dapat disudutkan.Di detik-detik kelumpuhannya, Kaisar mengeluarkan kartu as terakhirnya, yakni dengan melepaskan ‘Subjek Venatici’ yaitu kumpulan manusia yang telah dicuci otaknya sehingga rela melakukan apa saja demi melindungi sang kaisar, termasuk menyerahkan nyawanya sendiri. Singkatnya, mereka adalah anjing kaisar.‘Subjek Venatici’ berkaitan erat dengan negara-negara jajahan. Kaisar memerintahkan untuk menginvasi desa-desa miskin, membunuh para orang tua maupun semua penduduk, menculik anak-anak mereka dan mengumpulkannya menjadi satu. Setelahnya, Kaisar mengurung mereka, melakukan pencucian otak agar selalu tunduk pada kehendaknya dan agar mereka dapat mempersembahkan nyawa untuknya.Mereka menjalani kehidupan yang keras, saling membunuh satu sama lain untuk mem
“Satu-satunya yang bisa menemukan akses masuk itu hanyalah Nona Yelena.” Ucapnya. “Sebagai seorang penyihir, Nona Yelena dapat merasakan aliran mana di sini. Gunakan kemampuan anda, rasakan mana yang ada, jika terasa semakin kuat, bisa saja itu tandanya kita semakin dekat dengan akses masuk itu.” Ini penjelasan yang paling memungkinkan, hanya Yelena yang dapat melakukannya. "T- tapi, bagaimana kalau ternyata aku gagal dan kita hanya semakin membuang waktu?” sorot keraguan terpampang jelas dari matanya. “Kami percaya padamu, aku tahu kau bisa melakukannya.” Aquila menggenggam tangan Yelena. “Apa kau ingat saat di mana para prajurit tadi berhasil mengepungku? Aku kira nasibku akan berakhir saat itu, tapi tiba-tiba kau menggunakan kekuatanmu untuk membuat mereka melayang. Itu kau yang melakukannya, kan? Aku yakin kau menyimpan potensi yang sangat besar hanya saja kau belum menyadarinya.” Alken mengangguk kecil. “Kau bisa melakukannya.” Ia menambahkan, meyakinkan. *** Yelena memejam
“Apa?”Kabar yang baru saja disampaikan oleh salah satu pelayannya ini membuat Duke Charles membulatkan matanya.“Terjadi penyerangan pada istana?” ia bertanya, memastikan.Kalau kabar ini sampai ke telinga bangsawan lain, mereka pasti berpikir kalau kelompok penyembah kekuatan itu lah yang menjadi dalang dalam kasus ini. Tapi tidak dengan Duke Charles, pria itu tau dengan jelas siapa saja yang akan bertanggung jawab dalam hal ini.Termasuk putra dan putrinya.Sebenarnya Duke Charles tidak terkejut atas keterlibatan anak-anaknya, mudah baginya untuk mengendus rencana mereka semenjak kedatangan Grand Duke Alucio untuk makan malam bersama, ditambah lagi, kedekatan antara putrinya dengan pria itu. Tapi, yang membuatnya terkejut adalah ia tak menyangka kalau ini akan terjadi secepat ini.Timing-nya benar-benar pas dengan kabar pemberontak dari kelompok penyembah kekuatan. Hal ini sudah direncanakan dengan sangat matang.“Kumpulkan pasukan, kita akan mengirim bala bantuan untuk menyerang i