Beranda / Fantasi / Miss Villain and the Protagonist / Chapter 106 — Penyihir Hitam Yang Datang Untuk Menagih Janji

Share

Chapter 106 — Penyihir Hitam Yang Datang Untuk Menagih Janji

Penulis: Scarlet Crown
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Madam Gienka memang sumber informasi mengenai sihir hitam yang paling berguna. Zero membuat keputusan yang bagus dengan tidak gegabah langsung menghabisi nyawanya.

Seperti biasa, Zero kembali mengunjungi sel di mana Madam Gienka berada, wanita itu terlihat lebih berkooperasi dalam menjawab pertanyaan yang diberikan akhir-akhir ini.

Itu adalah tangkapan yang bagus. Berkat adanya Madam Gienka sebagai tahanan, Zero mendapat begitu banyak informasi yang ia butuhkan mengenai para penyihir hitam.

Entah bagaimana Tuan Grand Duke itu bisa menangkap penyihir hitam, Zero tidak suka mengakui ini, meskipun pria itu jadi memudahkan pekerjaan Zero, tetapi Zero tidak sudi untuk mengakui kemampuannya.

Harus Zero akui, akibat perbuatan Madam Gienka dan Zeline yang menyebabkan Zero melakukan hal buruk terhadap Aquila, kebencian Zero terhadap penyihir hitam jadi bertambah. Tapi, Zero tidak boleh melibatkan emosi dalam hal ini.

"Selamat pagi wahai cahaya kekaisaran." Dua orang prajurit tingkat tinggi ya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 107 — "Zeline..."

    "Jadi, kau sudah tahu kan apa tujuanku ke sini?"Kali ini, sorot mata Zeline berubah takut, perasaannya begitu buruk. Madam Gienka datang untuk menagih janji.Zeline merasa dipermainkan, ini tidak adil. Ia gagal mencapai tujuannya, tapi Madam Gienka tetap menagih janji. Dirinya dirugikan dalam transaksi ini."Apa ada kata-kata terakhir yang ingin kau sampaikan?" Madam Gienka tersenyum mengejek. Tanpa mengulur waktu lagi, ia mulai membaca mantra. Ia menagih janji. Ia mengambil sisa usia hidup pelanggan yang telah mengikat janji dengannya.Zeline merasa kesakitan yang teramat. Sebelum energinya benar-benar habis, ia membuka mulutnya lalu berteriak, "MADAM GIENKA AKU MENGUTUKMU!"Madam Gienka mengabaikan seruan Zeline, ia terus melanjutkan kegiatannya hingga selesai. Lalu, melepaskan tubuh Zeline begitu saja ketika ia sudah mendapatkan apa yang ia inginkan."Ah, menyegarkan sekali rasanya, seperti terlahir kembali." Wanita itu tersenyum senang, ia merasa kekuatannya telah pulih. Akibat d

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 108 — Hydrangea Hijau & Daffodil

    "Bisakah kau berhenti?""Apapun yang saat ini kau rencanakan, akan lebih baik kalau kau berhenti."Wanita yang sedang duduk bersandar seraya membenarkan posisi pengait pada gelang mutiara di pergelangan tangannya itu mengembuskan napasnya panjang. Perasaannya sedikit memburuk ketika secara tiba-tiba ia teringat akan perkataan seseorang yang memintanya untuk berhenti.Tuan Alken. Aquila terus terngiang-ngiang atas ucapannya tempo hari lalu. Kalimat yang meragukan keputusan Aquila, kalimat yang mengimbaunya untuk berhenti, kalimat-kalimat itu, kini menyeruak, mengganggu pikirannya.Aquila bangkit dari posisi duduk pada ruang kerjanya, melangkah menuju susu hangat yang terletak di atas nakas di samping ranjangnya.Fokusnya terbelah. Ia memikirkan banyak hal dalam waktu yang bersamaan.Ia sudah membuat keputusan, apa pun yang terjadi nantinya, ia harus siap untuk menanggung segala konsekuensi atas perbuatannya. Ia sudah pernah mengalami kematian, kejadian itupun hampir terulang untuk yan

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 109 — Asumsi Liar Yang Beredar

    Sebagai putri satu-satunya yang terlahir dari keluarga bangsawan terpandang, keluarga Charles, tentu saja nama Aquila kerap menjadi topik dalam perbincangan hangat baik dalam kalangan rakyat biasa maupun sesama bangsawan mengenai hal-hal yang berkaitan dengannya. Seperti, saat ini, acara pertemuan minum teh yang diselenggarakan oleh Nona Viscount pada wilayah Utara yang awalnya bertujuan untuk mempererat hubungan berubah menjadi sarana pergunjingan putri Charles tersebut."Apa kau sudah mendengar kabarnya? Aku dengan keluarga Charles mengundang Tuan Grand Duke Alucio untuk acara makan malam yang tertutup di kediamannya." Seorang bangsawan kelas bawah membuka topik baru pada acara minum teh yang ia selenggarakan."Sungguh? Bagaimana kau bisa tahu?" Sahut salah seorang tamu yang merasa dirinya sering ketinggalan banyak berita."Aku melihat langsung dengan kedua bola mataku ketika kereta kuda milik Tuan Alucio melaju ke arah wilayah Duke Charles.""Ah, aku juga sempat mendengar desas-de

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 110 — Bendera Merah Tanda Bahaya

    "Yang Mulia, Selir ke-3 itu terus saja mengusikku." Ratha, yang merupakan selir termuda sekaligus selir kesukaan Kaisar Lius untuk saat ini terus saja bergelayut manja pada lengan Lius seraya mengadukan selir-selir pendahulunya yang terus saja mengganggunya, membuatnya merasa tidak nyaman berada di istana. "Yang Mulia tolong lakukanlah sesuatu, dia membuat kehidupanku terasa bagai di neraka." Kaisar Lius tersenyum tipis, baginya, Ratha sangat imut, apalagi wajah melasnya saat ia sedang meminta sesuatu, sangat menggemaskan! Ah, Kaisar Lius jadi teringat apa yang mereka lakukan malam tadi. "Tenang saja, aku pasti akan memberinya teguran." Balas Sang Kaisar. "Kau jangan memasang raut wajah bersedih seperti itu." Imbuhnya seraya merayapkan tangannya ke bawah selimut, menyentuh tubuh Ratha yang kini tak berlapiskan apa-apa. "Benarkah?" Ratha memasang wajah sumringah. "Yang Mulia memang bisa diandalkan!" "Apapun untukmu. Kalau begitu, bisakah kita melanjutkan yang semalam?" Pria tua itu

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 111 — Rebut Kembali Hatinya!

    *** Kaisar Lius, orang paling berpengaruh dalam Kekaisaran itu lagi-lagi mengembuskan napasnya yang terasa berat. Keningnya mengkerut. Membahas hal-hal tadi saja sudah menyita akal sehatnya. Belum lagi, masih ada hal yang tak kalah penting, tidak, justru hal ini lebih mengkhawatirkan."Bendera merah." Kaisar Lius bergumam."Apa?" Zero berkedip, menatap bingung ayahnya yang tiba-tiba berkata demikian.Di dalam Kekaisaran Timur, bendera merah sering dikaitkan dengan pertanda buruk bahwa akan terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. Dalam hal ini, Kaisar Lius sedang merasakan hal itu."Kau harus tahu, aku memiliki firasat bahwa Grand Duke Alucio dan Nona Charles akan bekerja sama untuk mengkhianati kita."HUH?!?!Kalimat lanjutan yang keluar dari mulut ayahnya ini sungguh tak disangka-sangka. Zero hanya bisa terdiam seraya memasang ekspresi terkejutnya.Zero menggaruk tengkuknya, itu hal yang sama sekali tak pernah terpikirkan olehnya. "Sepertinya itu mustahil.""Entahlah. Tapi kita h

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 112 — Informasi Berharga Dari Rose

    "Saya akan merebut hatinya kembali."'Saya akan merebut hatinya kembali.''Saya akan merebut hatinya kembali.'"Sial." Zero mengusap wajahnya yang nampak gusar. "Bagaimana mungkin aku bisa mengatakan hal itu dengan penuh percaya diri?" Ia sendiri pun bertanya-tanya, bagaimana bisa?Tadi, saat berada di hadapan Sang Kaisar, Zero merasa begitu yakin terhadap dirinya, bahwa ia dapat membuktikan apa yang ia ucapkan, namun, saat benar-benar akan melakukannya, Zero mendadak merasa gundah.Ini perasaan yang aneh. Seumur hidup, tak pernah terpikirkan olehnya bahwa akan datang hari di mana dirinya yang sibuk berupaya agar Aquila sudi melihat ke arahnya kembali. Selalunya, selama ini hanyalah Aquila yang selalu berusaha untuk dilihat oleh Zero, meskipun ujung-ujungnya Zero tak pernah menghargai usaha Aquila. Apa ini yang dinamakan karma? Huh! Semakin memikirkannya semakin membuat perasaan Zero bertambah buruk.Zero menghela napas, tangannya bergerak menutup sebuah kotak berisi kalung permata

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 113 — Berlian Merah, Pemberian Putra Mahkota

    "NONA? NONA!" Suara pintu dibuka bersamaan dengan seruan Ahn membuyarkan lamunan Aquila, wanita itu menoleh, mengapa wajah Ahn terlihat panik seperti ini?"Nona, utusan dari kerajaan datang berkunjung dengan membawakan begitu banyak hadiah!" Ahn memberi kabar.Apa?Aquila segera bangkit dari tempatnya dan melangkah menuju aula besar.Benar saja. Aula dipenuhi oleh para pekerja yang bergerak dengan tumpukan kotak kado di tangannya.Aquila menatap sangsi, tak salah lagi, tentu saja ini perbuatan Zero.Apalagi yang pria itu rencanakan?***"Selamat siang, Nona Aquila. Kedatangan kami ke sini sebagai utusan Yang Mulia Putra Mahkota untuk memberikan anda beberapa hadiah spesial yang telah beliau persiapkan. Saya harap anda dapat menerima kemurahan hati beliau." Salah satu pria berambut klimis yang merupakan utusan kerajaan berbicara kepada Aquila yang masih terdiam."Hadiah? Untukku?" Aquila memerhatikan tumpukan kotak kado yang seakan menggunung itu. "Tapi ini terlalu banyak, apa ini tida

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 114 — Biar Aku Saja Yang Melindungimu!

    "Aquila, ini merupakan kalung dengan liontin berlian merah yang aku dapatkan dari acara pelelangan dulu. Aku tahu kau sangat menginginkannya, aku seharusnya dulu langsung memberikannya padamu. Kau pasti merasa senang kan karena akhirnya bisa mendapatkannya? Salam hangat, Zero."Tidak. Bukannya merasa senang seperti yang Zero duga pada kartu ucapan itu, Aquila kini justru tak dapat berkata-kata, ia tak dapat mempercayai apa yang baru saja ia baca.Sorot matanya berubah dingin, tangannya bergerak tanpa sadar meremas kartu ucapan itu. "Putra mahkota sedang terang-terangan menghinaku, ya?!" Geramnya dengan ekspresi kekesalan yang terlihat jelas.***"Apa?!" Zero yang sejak tadi duduk diam pada kursi kerjanya, seketika langsung bangkit ketika mendengar laporan dari bawahannya yang ia tugaskan untuk mengantarkan hadiah.Apa tadi katanya? Aquila merasa kesal dengan hadiah yang diberikan?!"M- maafkan saya, Yang Mulia, saya hanya menjalankan tugas sesuai dengan yang anda perintahkan. Awalnya

Bab terbaru

  • Miss Villain and the Protagonist   AFTERWORD

    Ekhm, halo semua! Aku Alet selaku author dari cerita yang berjudul ‘Miss Villain and The Protagonist’ sekarang lagi ngerasa seneng karena akhirnya aku bisa tamatin cerita ini! Nggak kerasa udah hampir dua tahun lamanya semenjak pertama kali aku publish cerita MVATP di pertengahan 2021. Sejak saat itu, aku bener-bener ngerasa seperti di rollercoaster, ada kalanya aku semangat & excited banget buat publish, tapi beberapa hari setelahnya aku langsung kena writer block. Ada masanya aku ngerasa seneng sama hasil tulisanku sendiri, tapi nggak lama setelahnya aku jadi ngerasa nggak pede lagi. Setelah semua perasaan campur aduk itu, akhirnya aku bisa ngebawa cerita MVATP hingga ke bagian akhir. Semoga kalian suka, ya, sama endingnya! * Jujur, aku deg-degan banget sebelum publish bagian akhir, aku mikir apakah endingnya memuaskan? Atau apakah kalian bakal suka? Tapi aku udah ngelakuin yang terbaik, aku berharap banget para pembaca bakal suka. Rasanya waktu tuh berjalan cepet banget, seinge

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 160 — Kembalinya Aquila Yang Asli (END)

    “Selamat atas penobatanmu, Yang Mulia.” Aquila tersenyum, menatap Revel yang terlihat kikuk.“Hanya ada kita berdua di sini, tolong panggil aku dengan nama saja, seperti biasa.”“Anda tahu sendiri kan, hal itu sudah tidak bisa lagi saya lakukan.”Benar. Dengan tingginya posisi Revel saat ini, bisa dianggap seperti penghinaan jika orang lain mendengar Aquila memanggilnya langsung dengan nama.“Padahal anda pasti sedang sibuk-sibuknya, tapi anda masih bisa meluangkan waktu untuk saya. Saya merasa terhormat.” Tutur Aquila.“Saya yang justru merasa tidak enak karena tiba-tiba memanggil anda ke sini.”Aquila menyadari kalau Revel tiba-tiba mengubah gaya bicaranya menjadi lebih formal. “Saya tidak enak jika membuang waktu anda lebih banyak lagi, apa ada hal yang anda ingin saya sampaikan sehingga memanggil saya ke istana?”Revel menatap Aquila, terdengar helaan napas darinya. “Aku tidak akan basa-basi lagi. Aku butuh bantuanmu.”“Apa?”“Seperti yang kau tahu, aku benar-benar disibukkan kare

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 159 — Setelahnya...

    Detik demi detik berlalu, berubah menjadi menit, jam, hari, minggu, waktu terus berjalan, setelah malam yang panjang itu entah kenapa waktu jadi terasa begitu cepat.Revel bekerja keras, dibantu dengan Duke Charles, Marquis Varen, dan beberapa bangsawan berpengaruh lainnya, mereka kembali membenahi tatanan kepemerintahan. Suasana di istana perlahan-lahan kembali seperti semula.Waktu berlalu, musim pun berganti, banyak hal yang terjadi, banyak hal yang dilewati.Revel telah resmi diangkat sebagai kaisar berikutnya, upacara pengesahan diadakan, meski ada beberapa pihak yang menentang, keputusan kuil tidak dapat diganggu gugat. Kebenaran terungkap, mengenai putra mahkota terdahulu yang dilupakan, semua tindakan keji kaisar sebelumnya pun terbongkar.Beberapa kebijakan diubah, termasuk penghapusan total mengenai subjek venatici, hal-hal yang berkaitan mengenai sihir pun dilegalkan asal dengan kuantitas yang wajar. Pembangunan sekolah sihir dilakukan pada banyak titik yang nantinya akan m

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 158 — Paman dan Keponakan

    “Mustahil!” Kaisar Lius menarik rambutnya sendiri, rasanya ia telah menjadi gila, ia sulit membedakan mana yang mimpi mana yang bukan. “INI PASTI MIMPI! HAHAHA AKU PASTI SEDANG BERMIMPI!” ia menyeringai, tanda keterkejutan dan keputusasaannya. Ini mimpi yang begitu buruk, seseorang tolong bangunkan dirinya! “Ini bukan mimpi, Yang Mulia.” Muncul seseorang memasuki ruangannya. Secara dramatis, dari balik bayangan, perlahan Kaisar Lius mampu melihat wajahnya yang disinari cahaya bulan. “Salam saya, Yang Mulia.” Pria itu menyapa dengan senyum manis di wajahnya. R- Revel?! “DASAR ANAK TIDAK TAHU DIRI!” Kaisar Lius berteriak, meluapkan segala emosinya. Bagaimana bisa Revel masih bisa tersenyum manis di saat seperti ini?! Ah, tidak, itu merupakan senyum ejekan! Senyum yang mentertawakan posisinya saat ini. “Ah? Bagaimana menurut anda mengenai kejutan yang telah saya siapkan sepenuh hati seperti ini?” Tanya Revel, masih dengan senyum yang menghiasi wajahnya. “KAU PASTI SUDAH GILA!” “Sa

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 157 — Perpisahan

    “Revel, Revel!” Seruan yang berasal dari Mike berhasil membuyarkan ingatan Revel atas masa kelamnya. “Kemarilah! Tuan Michael terluka parah!” Huh? Revel, diikuti yang lainnya bergegas menghampiri Mike dan Baron Michael yang terbaring lemah dengan luka yang memenuhi tubuhnya. Keadaannya jauh lebih buruk dari yang Revel pikirkan, sepertinya pria itu terkena tebasan senjata yang telah dilumuri racun, terlihat jelas dari bekas luka beserta warna kulit yang berubah kehijauan. “Michael, bertahanlah!” Seru Revel, yang bergerak cepat mengikatkan kain dengan erat agar racunnya tidak cepat menyebar. “Bertahanlah, aku akan segera mencarikan penawar.” “Berhenti.” Ketika Revel hendak bangkit, Baron Michael menggenggam tangannya. “Tidak perlu.” “A- apa?” Alis Revel bertaut, ia jelas tak mengerti mengapa Baron Michael menahannya. “Percuma saja, racunnya sudah menyebar sejak tadi.” “Apa yang kau bicarakan?! Kenapa kau menyerah seperti itu?!” Seru Revel, perasaannya kini tak menentu, kalimat y

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 156 — Dendam Seorang Anak Laki-laki

    “Sebelumnya kau mengatakan kalau otak mereka telah dicuci dan mereka menjadikan kaisar sebagai dewa mereka, kan?” Xander bertanya, memastikan. Muncul sebuah ide gila di kepalanya. “Bagaimana jika cara tercepat untuk menghabisi mereka dalam satu entakan adalah dengan membunuh kaisar terlebih dahulu?” Bagi Xander, ini merupakan ide gila yang patut dicoba. Subjek Venatici menganggap kaisar sebagai dewa mereka, bagaimana jika Xander membunuh ‘dewa’ yang selalu ingin mereka lindungi itu? Pasti mereka akan merasakan perasaan putus asa yang begitu mendalam akibat gagal melindungi dewa. Setelah mendapat pukulan keras itu, seharusnya mereka melemah, kan? Tidak, tidak, lebih baik lagi jika mereka melakukan bunuh diri massal akibat perasaan bersalah yang mendalam. Seringaian menyeramkan mendadak timbul pada wajah Xander. Ia akan merealisasikan ide gila itu. Kesimpulannya, ia akan membunuh Kaisar terlebih dahulu. Revel yang mendengarnya seketika menoleh. “Itu… benar-benar ide nekat yang laya

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 155 — Kartu As Kaisar : Subjek Venatici

    Berkat monster yang dilepaskan Yelena, beserta bala bantuan dari keluarga Charles dan Varen, prajurit istana berhasil dipukul mundur. Pertumpahan darah terjadi, waktu berjalan begitu cepat, tak disangka kekuatan istana dapat disudutkan.Di detik-detik kelumpuhannya, Kaisar mengeluarkan kartu as terakhirnya, yakni dengan melepaskan ‘Subjek Venatici’ yaitu kumpulan manusia yang telah dicuci otaknya sehingga rela melakukan apa saja demi melindungi sang kaisar, termasuk menyerahkan nyawanya sendiri. Singkatnya, mereka adalah anjing kaisar.‘Subjek Venatici’ berkaitan erat dengan negara-negara jajahan. Kaisar memerintahkan untuk menginvasi desa-desa miskin, membunuh para orang tua maupun semua penduduk, menculik anak-anak mereka dan mengumpulkannya menjadi satu. Setelahnya, Kaisar mengurung mereka, melakukan pencucian otak agar selalu tunduk pada kehendaknya dan agar mereka dapat mempersembahkan nyawa untuknya.Mereka menjalani kehidupan yang keras, saling membunuh satu sama lain untuk mem

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 154 — Monster Yang Lepas Dari Segel

    “Satu-satunya yang bisa menemukan akses masuk itu hanyalah Nona Yelena.” Ucapnya. “Sebagai seorang penyihir, Nona Yelena dapat merasakan aliran mana di sini. Gunakan kemampuan anda, rasakan mana yang ada, jika terasa semakin kuat, bisa saja itu tandanya kita semakin dekat dengan akses masuk itu.” Ini penjelasan yang paling memungkinkan, hanya Yelena yang dapat melakukannya. "T- tapi, bagaimana kalau ternyata aku gagal dan kita hanya semakin membuang waktu?” sorot keraguan terpampang jelas dari matanya. “Kami percaya padamu, aku tahu kau bisa melakukannya.” Aquila menggenggam tangan Yelena. “Apa kau ingat saat di mana para prajurit tadi berhasil mengepungku? Aku kira nasibku akan berakhir saat itu, tapi tiba-tiba kau menggunakan kekuatanmu untuk membuat mereka melayang. Itu kau yang melakukannya, kan? Aku yakin kau menyimpan potensi yang sangat besar hanya saja kau belum menyadarinya.” Alken mengangguk kecil. “Kau bisa melakukannya.” Ia menambahkan, meyakinkan. *** Yelena memejam

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 153 — Bala Bantuan

    “Apa?”Kabar yang baru saja disampaikan oleh salah satu pelayannya ini membuat Duke Charles membulatkan matanya.“Terjadi penyerangan pada istana?” ia bertanya, memastikan.Kalau kabar ini sampai ke telinga bangsawan lain, mereka pasti berpikir kalau kelompok penyembah kekuatan itu lah yang menjadi dalang dalam kasus ini. Tapi tidak dengan Duke Charles, pria itu tau dengan jelas siapa saja yang akan bertanggung jawab dalam hal ini.Termasuk putra dan putrinya.Sebenarnya Duke Charles tidak terkejut atas keterlibatan anak-anaknya, mudah baginya untuk mengendus rencana mereka semenjak kedatangan Grand Duke Alucio untuk makan malam bersama, ditambah lagi, kedekatan antara putrinya dengan pria itu. Tapi, yang membuatnya terkejut adalah ia tak menyangka kalau ini akan terjadi secepat ini.Timing-nya benar-benar pas dengan kabar pemberontak dari kelompok penyembah kekuatan. Hal ini sudah direncanakan dengan sangat matang.“Kumpulkan pasukan, kita akan mengirim bala bantuan untuk menyerang i

DMCA.com Protection Status