‘Aku telah berhasil mendapatkannya, tapi mantra yang disimpan oleh mantan penyihir kerajaan barat itu hanya ada setengah bagian. Entah di mana setengahnya lagi berada. Lalu, aku dengar putra mahkota telah kembali setelah menyelesaikan urusannya. Ia kembali lebih cepat dari yang aku perkirakan, untuk ke depannya kita jangan terlalu sering berinteraksi dulu.’ “Begitu rupanya.” Aquila bergumam, segera meletakkan ujung surat itu ke atas lilin, bertujuan untuk membakarnya untuk menghilangkan segala jejak. Percuma saja, segel itu tak akan bisa terbuka kalau mantranya tidak dibacakan seutuhnya. Di mana kemungkinan bagian yang lainnya berada? Wanita itu menatap ke arah jendela. Zero telah kembali, ia benar-benar menyelesaikan urusannya lebih cepat dari yang diperkirakan. Cepat atau lambat, Zero pasti akan menemuinya karena mau tidak mau ia akan menerima laporan dari para pekerja yang ia tempatkan di sini. Aquila harus lebih berhati-hati lagi. *** Benar dugaannya, cepat atau lambat Zero
Revel menepati ucapannya untuk membawa Aquila pada pertemuan orang-orang yang memiliki idealisme yang sama dengannya. Aquila menempati kursi tepat di samping Revel- satu-satunya orang yang ia kenali di sini. Ruangan ini dipenuhi dengan wajah-wajah asing yang tak dikenali, ditambah sebagian dari mereka mengenakan jubah yang menutupi setidaknya setengah dari wajah mereka. “Kau mengumpulkan kami di tengah ramainya perbincangan mengenai kelompok yang ingin menggulingkan pemerintahan, benar-benar nekat.” Komentar salah seorang anggota yang terdengar jelas dari suaranya kalau ia adalah seorang wanita. “Tidak, justru ini merupakan momentum yang paling tepat karena perhatian mereka sedang teralihkan.” Totalnya, ada lima orang yang masing-masing menempati kursi pada meja besar yang berbentuk lingkaran ini. Di ruangan yang gelap ini, mereka tidak melepas jubah yang menutupi wajahnya sehingga sulit untuk mengidentifikasi wajahnya. “Waktunya semakin dekat, aku bisa merasakannya.” Ucap seseo
“Aku dengar dari temanku yang bekerja sebagai pelayan Yang Mulia Putra Mahkota, katanya beberapa hari yang lalu Pangeran Iluka datang lalu terjadi perselisihan di antara adik kakak itu.” Ujar seorang pelayan yang sedang mengelap jendela. “Ah benarkah itu?” Rekannya menyahuti, ia bahkan menghentikan kegiatannya sementara agar bisa menyimak gossip ini. “Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Bukankah selama ini Pangeran Iluka selalu tunduk dan menghormati Yang Mulia?” Pelayan yang tadi sedang mengelap kaca jendela itu memelankan suaranya, “Aku dengar perselisihan ini terjadi dikarenakan seorang perempuan.” “Apa itu Nona Charles?” Pelayan yang lain menerka. “Aku dengar belakangan ini hubungan Nona Charles dengan Yang Mulia semakin membaik, bahkan hendak menuju ke jenjang yang lebih serius. Lalu, seperti yang kau tahu dulu sempat ada kabar burung kalau Nona Charles dan Pangeran Iluka memiliki hubungan khusus.” “Tapi bukankah kabar itu tidak benar?” “Yah, siapa yang tahu.” “Sayang sekal
Suara mendecit yang berasal dari pintu membuat seorang pria berambut putih yang merupakan pemilik rumah ini seketika menoleh ke sumber suara. Pria yang sedang membersihkan meja itu menghentikan sementara aktivitasnya. “Master A, kau telah tiba.” Aquila tak bergerak sedikitpun dari posisinya, menatap lurus ke arah pria yang penampilannya terlihat sedikit berbeda sejak pertemuan terakhir mereka. “Selamat datang.” Sambung Alken dengan disertai senyuman. Ini merupakan pertemuan pertama mereka setelah beberapa waktu. “Mau sampai kapan berdiri terdiam di depan pintu seperti itu?” Alken bertanya menyadari Aquila yang tak kunjung memberi respons. “Tidak mau masuk?” Ah? Aquila segera tersadar, ia menutup kembali pintu itu kemudian melangkah menuju sebuah kursi yang tersedia. “Pintu tersebut nampak rapuh, kau harus segera menggantinya.” Aquila mengutarakan unek-uneknya. “Terima kasih atas sarannya.” Setelah memastikan furnitur miliknya bebas dari debu, Alken menuju ke bagian dapur, memp
“Nona Charles, apa kau tahu, di istana ada sebuah cerita terkenal mengenai seorang selir yang melakukan percobaan pembunuhan terhadap putra mahkota yang masih kecil dikarenakan rasa iri hati. Atas tindakannya, selir itu diberikan siksaan paling mengerikan yang bisa ia bayangkan, tubuhnya bahkan sampai mengering di dalam sel pada penjara bawah tanah.” Aquila mendengarkan dengan saksama cerita Alken ini. “Di tengah semua orang yang menyudutkannya, anak dari selir tersebut, yang mengetahui kebenarannya, yang mengetahui sebaik apa ibundanya justru membalikkan badannya di saat sang ibu paling membutuhkannya hanya karena anak tersebut takut akan bernasib sama. Hanya karena anak tersebut takut semua kemewahan yang ia rasakan akan menghilang pada esok harinya ketika ia membuka mata. Anak tersebut memutuskan untuk menutup mata dan mulut, membiarkan ibunya berakhir dengan cara paling mengerikan.”Meskipun tanpa menyebut nama, siapa si selir dan anaknya yang Alken maksud, tapi Aquila dapat menyi
Sepertinya memang takdir, takdir yang menuntunnya hingga seperti ini. Waktu benar-benar berjalan sekerlip mata. Setelah mengetahui kalau separuh gulungan kertas yang Alken temukan merupakan bagian yang hilang dari gulungan kertas yang berada pada tangan Yelena, Revel dan Aquila segera menyatukannya. Sempurna. Siapa yang menyangka kalau bagian yang mereka cari ternyata ada di tangan Alken? “Mungkin saja saat terjadi persetuan antara pemimpin saat itu dengan para penyihir, dalam keadaan yang kacau, mantra penting ini tak sengaja tercecer, sebagian berhasil diamankan menuju kerajaan barat, sebagiannya hilang entah ke mana- yang ternyata terpendam di bawah penjara di kekaisaran timur.” Alken membuat kesimpulan. Pertemuan dadakan diadakan, hanya ada Aquila, Alken, Revel, dan Yelena. Aquila segera mengabari Revel setelah mengetahui kalau bagian yang dicari telah ditemukan. Awalnya Revel merasa sangsi dan terusik akan keberadaan Alken, pria itu terus-terusan memberikan tatapan waspadan
Revel memang memanfaatkan dendam Hyacinth demi kepentingannya, tapi itu semua dilakukannya demi tujuan yang lebih besar. Tepat lima hari setelah eksekusi Madam Charlotte yang dilakukan di depan umum, Hyacinth bangkit dari keterpurukannya, kembali membangun kekuatan dan mengumpulkan anggota dari kelompok penyembah kekuatan yang memiliki idealisme sama dengannya. Jumlah anggotanya lebih banyak dari yang Revel kira, dan mereka memiliki tingkat kesetiaan yang tinggi kepada Madam Charlotte. Revel bahkan sempat bertanya-tanya bagaimana bisa Madam Charlotte melakukannya. Hyacinth memiliki dendamnya sendiri, ia melakukannya atas kesadarannya sendiri untuk Madam Charlotte, sedangkan Revel hanya menyetir kapan dan di mana Hyacinth sebaiknya memulai penyerangan. Segala risiko yang akan menimpa, mereka akan menanggungnya masing-masing. *** Satu hari sebelum pemberontakan. Seluruh anggota mengelilingi Revel yang sedang mengarahkan perincian rencana, pria itu menggelar sebuah denah istana pad
Setelah selesai menjelaskan pembagian tugas beserta rincian rencananya, suasana menjadi lebih sunyi, terlalu sunyi sehingga Revel dapat merasakan sebuah langkah kaki yang berhenti tepat di balik pintu ruangan ini. Matanya membulat, melihat ekspresi rekan-rekannya yang berada pada ruangan ini, Revel yakin dirinya bukan satu-satunya yang menyadari hal ini. Ada orang lain yang berada pada tempat ini dan telah mendengar perbincangan rahasia mereka! Revel tidak akan membiarkannya lolos. Bruk! Pintu terbuka kencang seperti dibanting, muncul sosok yang tak disangka-sangka akan memunculkan batang hidungnya pada tempat itu. Sosok yang membuat waktu seolah terasa terhenti. Pangeran Iluka! “Ternyata benar dugaanku kalau kalian sedang merencanakan pemberontakan.” Pangeran Iluka merupakan sosok yang berbahaya, semua orang tahu kalau ia adalah orang yang sangat setia terhadap sang kakak sehingga rela mengorbankan dirinya untuk membuat Zero terlihat bersinar. Kehadiran Pangeran Iluka di sin