Share

Menata Hati

"Makasih lo, mbak. Aku seneng banget. Akhirnya keinginan dari lama tercapai juga."

Aku membalas pelukannya.

"Jangan terlalu ditanggapi. Salah sendiri tidak mau bilang sama aku. Sok tersakiti kamu."

"Ih, apaan sih mas Haidar. Emang kalau bilang juga bakal di turutin? Palingan bilang; halah, males. Ribut. Ganggu istirahat. Ya kan?"

Haidar tak menjawab. Aku tertawa menggelengkan kepala. Ternyata tidak sekaku yang aku kira. Haidar yang mudah memaafkan, dan Niswah yang mood booster.

"Sudah malam. Ayo, aku antar."

"Sendiri-sendiri?"

"Yaiyalah. Memang bagaimana aku pulangnya nanti? Jalan?" aku tertawa. Mengangguk. Berpamitan dengan Niswah, lalu mengambil mobil. Zul dan Della sudah berpamitan sejak tadi. Bahkan sejak acara belum selesai. Emang gak ada akhlak mereka. Bukannya ikutan beberes malah kabur duluan. Aku menaiki mobil di depan, dan Haidar menyusul di belakang.

Sampai di rumah, sudah sepi. Mas Angga sudah tidur, ibu juga. Syukurlah. Setidak
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status