Menyenangkan sih menguasai satu Kamar sendiri tanpa merasa tak nyaman atau mengganggu orang lain. Tetapi, sedikit tak enak dengan yang lain. Rasanya seperti aku menggunakan kekuasaan sebagai "kekasih" Rhino. Kalau seperti ini caranya orang lain akan semakin percaya.
Hufftthh. Kurebahkan diri ini di kasur yang sangat empuk dengan kaki yang menyentuh lantai. Menatap langit-langit Kamar sembari menghayal. Jika aku menjadi kekasih sungguhan Rhino, apa hidupku akan berubah? Jadi lebih berwarna? Treat like a queen? Dengan mirisnya bahwa realita tak seindah ekspektasi, aku tersenyum. Sudahlah, El. Sedikit pun jangan membayangkan menjadi seseorang yang spesial untuk Rhino. Sampai kapan pun di hati Rhino cuma ada Luna. . . . Tak kusangka aku ketiduran dengan posisi kaki menyentuh lantai. Memang dalam perjalanan aku sedikit lelah dan mengantuk. Ketika aku baru mendudukkan diri, terdengar ketukan pintu. "Pak Rhino menyuruh saya membawakan makan siang karena saat makan siang Bu Elea gak turun." Lalu, menyodorkan nampan di mana terdapat segelas air putih serta piring yang sudah lengkap dengan nasi dan lauknya. "Iya, saya ketiduran." Kuterima nampan itu dan tak lupa mengucapkan terima kasih. Setelah menutup pintu, kutaruh nampan di atas nakas. Mengambil piring makanan lalu mendudukkan diri. Saat baru makan satu suap, terderang dering handphone. Sontak aku segera mengalihkan perhatian pada handphone yang kuambil dari dalam tas. Terdapat panggilan masuk dari Rhino. Tentu saja aku langsung menerima panggilan itu. "Iya, Pak? Ada yang bisa bantu?" "Ke Kamar saya sekarang!" Tanpa bertanya untuk apa aku ke Kamar-nya, aku menurut saja. Meninggalkan makanan yang baru dimakan sedikit. Padahal lapar tapi aku lebih memilih menahannya untuk segera menemui Rhino. Setelah bertanya ke beberapa orang di mana letak Kamar Rhino, aku pun sampai di depan pintu Kamar yang segera kuketuk. Tidak membutuhkan waktu pintu terbuka. Melangkah masuk ke Kamar yang luasnya sama dengan Kamar-ku. Bahkan ukuran kasurnya pun mirip. Rhino yang sudah duduk di sofa panjang, menyuruhku duduk. Kududukkan diri ini di sofa panjang juga tentu dengan jarak yang cukup terlihat. "Karena semua orang tahunya kita sedang menjalin hubungan, berarti kita harus layaknya sepasang kekasih." Dengan tangan melipat di depan dada serta menatap lurus ke depan. "Layaknya sepasang kekasih, gimana? Saya gak mengerti." Aku sungguh tidak mengerti maksud Rhino. Rhino menatapku. "Bukankah kebanyakan kekasih suka melakukan skinship? Berarti kita perlu melakukannya." Skinship? Seperti berpegangan tangan? Bersandar di dada atau pundak? Berpelukan juga? Membayangkannya membuatku merinding. Bukan karena tidak suka melakukan hal tersebut dengan Rhino melainkan bisa-bisanya aku menjadi berharap bisa menjadi "kekasih" sungguhan. Sesuatu yang nyata bukan palsu. Pada akhirnya aku hanya mengatakan bahwa itu semua terserah Rhino, aku mengikut saja. Sebelum melangkah pergi dari sana sialnya perutku bunyi di saat tak tepat. Memalukan! "Kamu belum makan juga?" "Lagi makan, terus Bapak manggil jadi saya tinggal makannya." "Seharusnya kamu bilang, kalau gitu kita bisa bicarakan nanti. Sebaiknya kamu segera menyelesaikan makannya." Mendengar hal tersebut aku senang. Kenapa? Karena perut ini harus diisi sekarang. Setelah kembali aku langsung menyelesaikan makan lalu ke Dapur untuk mencuci piring. Ketika kaki ini siap melangkah ke area Dapur, aku langsung membalikan tubuh, bersembunyi di balik dinding. Sungguh bukan waktu yang tepat untuk mencuci piring. Kalau memaksakan pasti akan ada kecanggungan yang tercipta. "Kamu lagi apa berdiri di sini?" Tanpa ada rasa takut dengan beraninya salah satu tanganku yang semula ikut memegang nampan, mendadak berada di depan bibir Rhino. Kututup mulut Rhino agar tidak berbicara lagi. Dapat kulihat dari tatapan Rhino yang sepertinya penasaran dengan apa yang sedang aku lakukan itu. Mendengar langkah kaki sontak aku langsung ke Dapur. Saat berpapasan dengan perempuan dan laki-laki yang sebelumnya sedang berciuman itu, aku mencoba tenang seolah tidak pernah melihat adegan manis yang mereka lakukan. Ketika mendengar mereka menyapa seseorang di belakangku, tidak kusangka jika Rhino mengekori. Masa bodoh, aku tidak peduli. Segera kucuci piring agar bisa cepat-cepat istirahat di Kamar. "Kamu hutang penjelasan sama saya," kata Rhino yang berdiri di sampingku. "Penjelasan apa?" Tanpa mengalihkan perhatian dari cucian piring. "Kenapa kamu membekap mulut saya seolah saya gak boleh mengeluarkan suara?" Hadehh. Masa iya aku berkata jujur jika aku melihat kedua orang tadi sedang berciuman dan aku gak mau mengganggu karena akan diselimuti kecanggunggan. Setelah membilas bersih peralatan makan, menaruh di rak, aku menoleh ke arah Rhino. "Saya juga gak tahu kenapa melakukan itu." Saat hendak melewati Rhino, lelaki itu menggapai salah satu tanganku. "Apa yang dilakukan kedua orang tadi sampai saya gak boleh bicara dan kamu berdiri di sana?" Kukira Rhino tidak akan berpikir sampai sana nyatanya Rhino memiliki pemikiran yang tajam. Pembaca situasi yang akurat. Tunggu. Terus, aku harus bilang apa? Masa iya aku berkata sejujurnya yang ada kecanggungan itu mungkin akan menyelimuti aku dan Rhino. "Kalau Bapak penasaran cari tahu saja sendiri." Aku mencoba melepaskan genggaman tangan itu. Melangkah meninggalkan Rhino yang entah apa yang dipikirkannya selanjutnya. Naik ke atas ranjang dengan handphone yang kupegang. Menyandarkan kepala ke kepala ranjang. Memainkan handphone, melihat story orang-orang. Baru saja akan menikmati ketenangan itu tiba-tiba ketukan pintu terdengar. Dengan sedikit malas, aku berjalan ke arah pintu. Saat pintu telah terbuka dapat kulihat dua orang perempuan yang tidak kukenal. Aku memang tidak hafal semua karyawan yang ada. "Boleh kita masuk, Bu?" tanya perempuan berambut hitam panjang sedada yang bagian bawahnya dibuat keriting gantung. "Silakan." Tanpa tahu tujuan mereka bertamu. Kututup pintu dan melihat kedua perempuan itu yang sudah duduk di sofa panjang. Aku pun duduk di sofa single. "Tujuan kalian menemui saya, ada apa ya?" "Saya lihat Bu Elea beberapa kali berbicara dengan Pak Bara yang berarti kalian mengenal satu sama lain," kata perempuan berambut keriting gantung. "Iya. Kenapa dengan hal itu?" "Kami ini menyukai Pak Bara. Apa Bu Elea bisa menanyakan Pak Bara bisa gak makan di luar bersama kami?" Perempuan berambut hitam lurus sedada yang diikat setengah yang kali ini bersuara. "Saya gak bisa menjamin kalau Pak Bara akan menyetujuinya." "Gakpapa, Bu. Yang terpenting kita sudah mencoba." Tidak Rhino tidak Bara sama saja merepotkan orang lain perihal urusan pribadi. Kuambil handphone yang ada di nakas dan menelepon Bara. *** Karena berhasil menyeret Bara keluar untuk bertemu kedua karyawati itu, mereka mengajakku ikut. Sampai di Restaurant tidak kusangka bahwa ada Rhino di sana. Siapa sangka bahwa Bara akan mengajak Rhino. Aku pikir seharusnya Rhino tidak berada di sana. Saat memesan, Rhino mengatakan akan mentraktir.Menurutku kalau bukan Bara atau kedua perempuan itu yang mentraktir seharusnya bayar masing-masing, tapi kenapa Rhino yang membayarnya?"Kita gak minta pajak jadian kok, Pak." Si rambut keriting gantung yang bicara dengan tersenyum ramah."Nikmati saja," balas Rhino dengan wajah datar.Aku merasa Rhino mentraktir seolah untuk berbagi kebahagiaan. Tapi, lelaki itu sedang tidak baik-baik saja. Rhino akan baik-baik saja jika Luna kembali ke dalam dekapannya."Seharusnya Bapak gak melakukan ini." Rasanya aku tidak ingin semua ini semakin jauh.Dari pada mencintai dalam diam lebih menyakitikan berpura-pura menjadi seseorang yang spesial dalam hidup orang yang kita cinta.Tanpa diduga Rhino yang duduk di sampingku, menyentuh salah satu tanganku yang berada di meja. Perlakuan Rhino sungguh ingin membuatku cepat mengakhiri masa jabatan sebagai Sekretaris ini. Lupakan bahwa setiap perlakukan manis Rhino sesungguhnya mampu meluluh lantakan ruang hati."Ingin dicintai secara ugal-ugalan seperti
Datang ke acara perusahaan yang diadakan satu tahun sekali ini niatnya hanya ingin setor wajah bahwa aku ini masih menjadi Sekretaris terbaik. Selalu ada di mana Bos-nya ada. Lebih tepatnya akan langsung ada di saat CEO-ku itu membutuhkan.Namun...Malam ini sungguh malam yang berbeda. Apa yang terjadi detik ini membuatku mematung. Pertama kalinya dapat aku rasakan sesuatu yang kenyal menabrak bibir ini. Sesuatu yang meninggalkan sensasi 'luar biasa'.Tunggu. Sadar, Elea! Apa yang sedang terjadi bukanlah hal baik. Saat kesadaran sudah sepenuhnya terkumpul kuletakkan kedua tangan di depan dada bidang itu, lalu mendorongnya. Hanya mampu menyisakan sedikit jarak.Kutatap manik mata yang sulit diartikan. Bagaimana mungkin pria yang telah menjadi atasanku selama 3 tahun ini mengambil ciuman pertama ku! Apa yang sebenarnya sedang terjadi?"Saya bisa jelaskan, Elea."Kalian tahu perasaanku yang sebenarnya saat ini? ... marah tapi juga suka. Aku suka karena ciuman pertama itu diambil oleh ses
Padahal bukan jam kerja di mana artinya aku tak memiliki kewajiban dalam masalah pribadi Rhino, tetapi seakan tidak ingin menghilangkan predikat Sekreatris terbaik selama 3 tahun berturut-turun nyatanya aku telah berada di sini. Klub tempat Rhino berada di jam seharusnya aku sedang terlelap dalam tidur.Dengan pakaian santai dengan sweater merah yang kukenakan, tentu beberapa orang akan memperhatikanku. Pakaianku bukan pakaian yang seharusnya dipakai saat ke Klub. Kuedarkan penglihatan ini ke setiap penjuru arah hingga kulihat seorang lelaki melambaikan tangan ke arahku.Kuhentikan langkah kaki di dekat kedua lelaki itu yang terlihat dalam kondisi berbeda. Bara terlihat baik-baik saja sementara Rhino sudah tak sadarkan diri dalam posisi kepala yang bersandar ke sandara sofa.Setelah kehadiranku Bara segera melarikan diri. Lebih tepatnya katanya sih dia ada urusan mendadak jadi tidak bisa mengantar Rhino.Tanpa mendengar cerita Rhino sampai mabuk berat seperti itu, aku langsung yakin j
Sudah terdapat 4 bus yang berbaris di depan Kantor yang siap mengantar kami ke tempat tujuan. Saat aku sedang bingung mau naik bus yang mana, sejenak perhatianku teralihkan akan mobil sport hitam yang berhenti di belakang bus terakhir. Keluar Rhino dan Bara dari dalamnya dengan pakaian casual yang membuat keduanya nampak keren.Tak kusangka Bara menghampiriku. "Kenapa belum masuk bus?""Bingung mau duduk di bus yang mana."Dapat kulihat Bara menoleh ke arah Rhino yang tengah terduduk di bagian depan mobil. "Kenapa bingung? Kekasih kamu sudah di sini. Rhino mungkin akan membiarkan kamu berada di mobil-nya."Tidak kusangka jika rumor yang penuh kebohongan itu telah sampai pada Bara. Rasanya diri ini semakin buruk karena yang harus memercayai kebohongan itu lebih dari satu atau dua orang."Pak Rhino datang ke sini bersama Pak Bara, jadi untuk pergi ke tempat acara pun kalian bisa bareng."Kulangkahkan kaki dengan masuk ke dalam salah bus secara acak. Aku berada di dalam bus yang lebih de
Menurutku kalau bukan Bara atau kedua perempuan itu yang mentraktir seharusnya bayar masing-masing, tapi kenapa Rhino yang membayarnya?"Kita gak minta pajak jadian kok, Pak." Si rambut keriting gantung yang bicara dengan tersenyum ramah."Nikmati saja," balas Rhino dengan wajah datar.Aku merasa Rhino mentraktir seolah untuk berbagi kebahagiaan. Tapi, lelaki itu sedang tidak baik-baik saja. Rhino akan baik-baik saja jika Luna kembali ke dalam dekapannya."Seharusnya Bapak gak melakukan ini." Rasanya aku tidak ingin semua ini semakin jauh.Dari pada mencintai dalam diam lebih menyakitikan berpura-pura menjadi seseorang yang spesial dalam hidup orang yang kita cinta.Tanpa diduga Rhino yang duduk di sampingku, menyentuh salah satu tanganku yang berada di meja. Perlakuan Rhino sungguh ingin membuatku cepat mengakhiri masa jabatan sebagai Sekretaris ini. Lupakan bahwa setiap perlakukan manis Rhino sesungguhnya mampu meluluh lantakan ruang hati."Ingin dicintai secara ugal-ugalan seperti
Menyenangkan sih menguasai satu Kamar sendiri tanpa merasa tak nyaman atau mengganggu orang lain. Tetapi, sedikit tak enak dengan yang lain. Rasanya seperti aku menggunakan kekuasaan sebagai "kekasih" Rhino. Kalau seperti ini caranya orang lain akan semakin percaya.Hufftthh. Kurebahkan diri ini di kasur yang sangat empuk dengan kaki yang menyentuh lantai. Menatap langit-langit Kamar sembari menghayal. Jika aku menjadi kekasih sungguhan Rhino, apa hidupku akan berubah? Jadi lebih berwarna? Treat like a queen?Dengan mirisnya bahwa realita tak seindah ekspektasi, aku tersenyum. Sudahlah, El. Sedikit pun jangan membayangkan menjadi seseorang yang spesial untuk Rhino. Sampai kapan pun di hati Rhino cuma ada Luna....Tak kusangka aku ketiduran dengan posisi kaki menyentuh lantai. Memang dalam perjalanan aku sedikit lelah dan mengantuk. Ketika aku baru mendudukkan diri, terdengar ketukan pintu."Pak Rhino menyuruh saya membawakan makan siang karena saat makan siang Bu Elea gak turun." L
Sudah terdapat 4 bus yang berbaris di depan Kantor yang siap mengantar kami ke tempat tujuan. Saat aku sedang bingung mau naik bus yang mana, sejenak perhatianku teralihkan akan mobil sport hitam yang berhenti di belakang bus terakhir. Keluar Rhino dan Bara dari dalamnya dengan pakaian casual yang membuat keduanya nampak keren.Tak kusangka Bara menghampiriku. "Kenapa belum masuk bus?""Bingung mau duduk di bus yang mana."Dapat kulihat Bara menoleh ke arah Rhino yang tengah terduduk di bagian depan mobil. "Kenapa bingung? Kekasih kamu sudah di sini. Rhino mungkin akan membiarkan kamu berada di mobil-nya."Tidak kusangka jika rumor yang penuh kebohongan itu telah sampai pada Bara. Rasanya diri ini semakin buruk karena yang harus memercayai kebohongan itu lebih dari satu atau dua orang."Pak Rhino datang ke sini bersama Pak Bara, jadi untuk pergi ke tempat acara pun kalian bisa bareng."Kulangkahkan kaki dengan masuk ke dalam salah bus secara acak. Aku berada di dalam bus yang lebih de
Padahal bukan jam kerja di mana artinya aku tak memiliki kewajiban dalam masalah pribadi Rhino, tetapi seakan tidak ingin menghilangkan predikat Sekreatris terbaik selama 3 tahun berturut-turun nyatanya aku telah berada di sini. Klub tempat Rhino berada di jam seharusnya aku sedang terlelap dalam tidur.Dengan pakaian santai dengan sweater merah yang kukenakan, tentu beberapa orang akan memperhatikanku. Pakaianku bukan pakaian yang seharusnya dipakai saat ke Klub. Kuedarkan penglihatan ini ke setiap penjuru arah hingga kulihat seorang lelaki melambaikan tangan ke arahku.Kuhentikan langkah kaki di dekat kedua lelaki itu yang terlihat dalam kondisi berbeda. Bara terlihat baik-baik saja sementara Rhino sudah tak sadarkan diri dalam posisi kepala yang bersandar ke sandara sofa.Setelah kehadiranku Bara segera melarikan diri. Lebih tepatnya katanya sih dia ada urusan mendadak jadi tidak bisa mengantar Rhino.Tanpa mendengar cerita Rhino sampai mabuk berat seperti itu, aku langsung yakin j
Datang ke acara perusahaan yang diadakan satu tahun sekali ini niatnya hanya ingin setor wajah bahwa aku ini masih menjadi Sekretaris terbaik. Selalu ada di mana Bos-nya ada. Lebih tepatnya akan langsung ada di saat CEO-ku itu membutuhkan.Namun...Malam ini sungguh malam yang berbeda. Apa yang terjadi detik ini membuatku mematung. Pertama kalinya dapat aku rasakan sesuatu yang kenyal menabrak bibir ini. Sesuatu yang meninggalkan sensasi 'luar biasa'.Tunggu. Sadar, Elea! Apa yang sedang terjadi bukanlah hal baik. Saat kesadaran sudah sepenuhnya terkumpul kuletakkan kedua tangan di depan dada bidang itu, lalu mendorongnya. Hanya mampu menyisakan sedikit jarak.Kutatap manik mata yang sulit diartikan. Bagaimana mungkin pria yang telah menjadi atasanku selama 3 tahun ini mengambil ciuman pertama ku! Apa yang sebenarnya sedang terjadi?"Saya bisa jelaskan, Elea."Kalian tahu perasaanku yang sebenarnya saat ini? ... marah tapi juga suka. Aku suka karena ciuman pertama itu diambil oleh ses