Siang ini Yuni tengah selesai makan, tiba-tiba saja Rio mendatangi kamar Yuni.Dia membawa buah dan bingkisan kue kecil untuk Yuni."Hai, kamu sudah baikan?" tanya Rio dengan menyunggingkan senyumnya."Alhamdulilah aku baik, kalau boleh tahu kamu siapa ya?" yuni balik bertanya pada Rio karena dirinya penasaran siapa pria yang ada dihapannya."Nama saya Rio, saya adalah orang kepercayaan Pak Andrew yang sudah banyak berjasa atas kehidupan kamu," jawab Rio dengan melihat lekat ke arah Yuni.Sebenarnya sebagai lelaki normal dirinya memang pernah menyukai Yuni karena memang Yuni memiliki hati yang baik dan wajah cantik yang tidak bosan dilihat. Namun karena Tuannya juga mencintai Yuni, maka dari Rio mengalah untuk membunuh perasaannya sendiri. Dan sekarang dia berusaha mencintai Suster Diana yang juga sama baiknya dengan Yuni."Andrew? Rasanya aku pernah dengar nama itu," ucap Yuni tengah berpikir, dirinya memang akhir-akhir ini tengah mencoba untuk mengingat memori yang ada di otaknya."
Andrew tengah duduk di sofa di dalam manshionnya, dia sebenarnya merasa kesepian karena belum memiliki pasangan hidup di usianya yang telah matang. Namun dirinya hanya menginginkan Yuni menjadi pasangan hidupnya. Dia tengah memandang layar ponselnya untuk menghubungi Rio menanyakan kabar Yuni hari ini.Dia pun akhirnya memutuskan segera menghubungi Rio.Lama Rio tak menjawab panggilannya, hingga panggilan Andrew yang kedua baru Rio menjawab teleponnya."Halo, Rio lama sekali kamu angkat teleponnya. Apa kamu sedang sibuk pacaran sama Suster Diana sampai tidak menjawab teleponku?" tanya Andrew dengan nada kesal."Maaf, Tuan. Saya memang sedang sibuk membereskan rumah kontrakan Pak Doni yang rencananya akan kami tinggalkan. Saya lebih baik pindah di kontrakan yang lebih kecil karena Suster Diana akan kembali bekerja di rumah sakit, otomatis aku akan tinggal sendirian." Jawab Rio dengan suara yang masih ngos-ngosan karena lelah membereskan bajunya untuk pindah dari kontrakan itu."Ya suda
Martha sedang tertidur pulas di atas ranjang, semalaman dia memang mabuk berat bersama teman-temannya. Hingga tak sadar dia sudah berada di dalam kamar.Badannya terasa sakit semua, rasanya ingin sekedar membalikan badannya saja sudah tidak bisa. Perlahan dia pun membuka matanya sedikit demi sedikit.Dia merasa asing dengan keadaan kamar yang nampak begitu berbeda dengan kamar miliknya.Martha mencoba memincingkan matanya untuk melihat keadaan sekitarnya, kepalanya masih terasa pusing dan berat karena efek dari minuman beralkohol.Dia terperanjat kala mendapati dirinya sedang tidak berbusana sama sekali di dalam selimutnya, padahal semalam dia saat berada di sebuah klub dirinya masih mengenakan pakaian meski sangat terbuka.Martha berteriak sekencangnya saat dirinya melihat seorang pria sedang tertidur pulas di sampingnya. Nampak pria itu juga tidak memakai pakaian sehelaipun hanya terbungkus dengan selimut sama dengan Martha.Dia mencoba mengingat kejadian apa yang terjadi semalam hi
Pagi ini Ibu Tari tak henti-hentinya tersenyum, karena hari ini suami dan anak kandungnya Yuni sudah diperbolehkan ⁶opulang.Rafael sudah membuat acara penyambutan bersama Bik Ningsih. Dia menyiapkan kamar untuk Yuni serta masak berbagai makanan yang enak-enak untuk acara penyambutan ini, bahkan beberapa teman dekat Rafael tampak datang untuk menyambut Yuni."Den Rafa, menu masakan sudah bik Ningsih siapkan. Kira-kira jam berapa neng Yuni akan datang?" tanya bik Ningsih sudah tidak sabar menyambut kedatangan Yuni.Rafael tersenyum tipis ke arah bik Ningsih, memang sebelumnya bik Ningsih sangat dekat dengan Yuni."Mungkin sekarang sudah di perjalanan, bik. Mungkin sebentar lagi sampai." Jawab Rafael dengan senyum sumringah."Kira-kira bagaimana respon neng Yuni ya, Den. Kalau dia tahu orang tua angkatnya meninggal dunia?" tanya bik Ningsih dengan raut wajah sedih, dirinya tahu cerita kehidupan Yuni menjadikan dirinya merasa sedih dan prihatin."Belum tahu dia bik, maka dari itu saya mi
"Pak Doni sudah meninggal." Tiba-tiba saja terdengar suara Rafael menjawab pertanyaan Yuni."Bohong, ayah belum meninggal dia baru saja menemuiku di dalam mimpi." Teriak Yuni tidak terima kalau Pak Doni telah meninggal."Sayang, sabar memang benar apa yang dikatakan oleh kakakmu itu. Lebih baik sekarang kita doakan saja semoga saja beliau ditempatkan di tempat yang terbaik dan diampuni segala dosanya," timpal Pak Andi seraya membelai Yuni, mencoba menenangkan Yuni yang sedang bersedih setelah ingatannya kembali."Kenapa kalian tidak mengatakannya padaku kemarin? Malah seakan-akan kalian tidak ingin aku tahu," tanya Yuni lagi pada kedua orang tuanya.Ibu Tari mencoba memeluk anak perempuannya, karena melihat Yuni menangis tergugu."Sayang maafkan kami tidak mengatakannya padamu kemarin, karena kami takut kondisimu kembali down karena masalah ini," jawab Ibu Tari tak tega melihat Yuni seperti ini.Yuni tak menjawab, pikirannya melayang jauh ke masa silam saat dirinya masih bersama denga
Andrew terbaring di atas ranjangnya, meskipun ranjangnya itu sangat mewah dan begitu empuk tidak membuat Andrew cepat terlelap. Dia harus segera membatalkan rencana momynya yang akan menjodohkannya dengan Martha.Momynya jika sudah mempunyai keinginan pasti tidak dapat seorang pun yang dapat menghentikannya.Mata Andrew tiba-tiba melotot kala dirinya sudah mendapatkan ide.Dia segera mengeluarkan ponselnya, dia menghubungi seseorang yang bisa disuruh untuk menguntit Martha."Halo, tolong kamu selidiki wanita yang akan aku kirimkan fotonya ini. Kabari apa saja yang dia lakukan," ucap Andrew singkat, lalu dia menutupnya kembali dengan wajah tersenyum.Dia akan menunggu esok untuk mendapatkan informasi dari seseorang yang Andrew suruh.Sekarang dia bisa tidur dengan nyenyak.***Sementara itu mommy Andrew yaitu Agnes sedang di dalam kamar bersama suaminya Ali."Sayang, sampai kapan kamu akan menjodohkan Andrew dengan anak kawanmu itu?" Tanya Ali yang sedang duduk di tepi ranjang memandan
Martha tengah menyiapkan pakaian terbaiknya untuk acara makan malam bersama keluarga Andrew. Dia membuka semua koleksi pakaian terbaiknya, dia juga sudah menyewa seorang jasa make up artis agar penampilannya nanti malam tampak cantik dan juga berkelas di depan calon mertua dan juga Andrew."Semua pakaian aku tidak ada cantik, semuanya sudah pernah aku pakai. Aku tidak mau memakai pakaian yang sudah dipakai di acara yang penting seperti ini. Aku harus belanja ke butik dulu, karena aku tidak mau terlihat jelek di depan calon mertua.Martha menutup kembali lemari pakaiannya, dia melihat ke arah ranjangnya sudah banyak baju yang berserakan di atasnya."Biarkan saja yang membereskan asisten rumah tangga saja, toh mereka sudah digaji tinggi oleh daddy." Ujar Martha dengan raut wajah pongahnya.Setelah itu dia melangkahkan kakinya menuju ruangan asisten rumah tangganya yang sedang sibuk menyetrika."Lina, kamu bereskan semua baju yang ada di kamarku, masukkan kembali ke dalam lemari. Aku ada
Martha telah selesai memilih pakaian yang akan dibelinya di butik.Dress berwarna merah selutut akan dia padukan dengan sepatu berwarna senada juga."Akhirnya selesai juga, setelah ini pulang dan bersiap untuk nanti malam," ucap Martha memandang puas dengan pilihan baju yang akan dipakainya malam ini.Martha membawa baju itu dimeja kasir."Totalnya sekitar 600$, nona." Ucap kasir berkebangsaan filiphina memberikan struknya pada Martha.Martha pun memberikan kartu debitnya pada wanita itu dan tersenyum lebar ke arahnya."Terima kasih, semoga puas dengan pelayanan kami." Ucap kasir itu dengan memberikan kartu milik Martha.Martha hanya menganguk ke arahnya, dan lalu melenggang ke arah pintu keluar.Dengan kecepatan tinggi Martha melajukan mobilnya, dia kesal karena ulah Hans dia harus terburu-buru.Setelah memakan waktu sekitar tiga puluh menit, Martha telah sampai ke rumah mewahnya.Dia hanya tinggal bersama Daddy dan para asisten rumah tangganya.Martha memasuki pintu gerbang dengan m
Setelah semua prosesi pernikahan telah selesai, Rio dan Diana melaksanakan bulan madunya di sebuah hotel mewah. Mereka berdua sedang membuka kado dari relasi mereka."Sayang, ini kira-kira hadiah dari siapa?" tanya Diana pada Rio yang tengah merebahkan tubuhnya di ranjang.Rio nampak menghampiri istrinya untuk melihat dari siapa kado yang di maksud oleh istrinya itu."Oh ini dari Rafael, coba lihat apa yang berinya?" jawab Rio dengan duduk di samping istrinya.Diana tampak membuka kado yang diberi oleh Andrew dengan perasaan bahagia, momen membuka kado adalah hal yang paling disenangi setiap orang."Wah, dia kasih kita jam tangan couple yang bermerk ini sayang." Ucap Diana dengan mata berbinar."Ini pasti mahal loh, dek. Ya Allah ternyata dia orangnya baik meskipun terkadang ketus." Timpal Rio memperhatikan jam tangan yang ada di hadapannya dengan padangan takjub.Diana lalu meletakkan jam tangan mahal itu di sebuah lemari oerhiasan, lalu dia kembali ingin membuka kado yang lainnya."
Pagi ini seakan hari yang paling indah untuk Rio dia merasa bahagia karena saat ini dirinya akan menikahi sang pujaan hati yaitu Diana, wanita yang mau menerima kekurangannya karena Diana tahu masa lalu Rio yang dahulu tidak bahagia karena harus menjadi yatim piatu sejak kecil, kedua orang tua Rio mengalami kecelakaan tunggal dan mereka meninggal dunia di tempat kejadian.Maka dari itu dia hidup sebatang kara di sebuah panti asuhan, karena kegigihannya dan kepintarannya akhirnya Rio bisa menyelesaikan sekolahnya dan dirinya mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Dan disana dia bertemu dengan Andrew dengan tidak sengaja menabraknya, karena kejujuran Rio yang mengembalikan dompet milik Andrew yang berisi kartu debit puluhan miliar jadi membuat Andrew merasa bahagia bisa bertemu dengan orang yang jujur, karena selama ini orang-orang yang berada di sekita Andrew kebanyakan tidak jujur dan munafik.Setelah Andrew lama mengenal Rio, akhirnya dia menjadikan Rio bekerja di perusahaanya sekaligu
Setelah kedua keluarga selesai menyantap makan malamnya, lalu mereka beranjak ke ruang keluarga untuk membicarakan hal yang lebih serius.Mereka duduk dengan perasaan gelisah dan perasaan gugup, terlebih lagi bagi Yuni dan juga Andrew."Terima kasih atas jamuan makan malam yang begitu lezatnya, saya baru pertama kali memakan masakan Indonesia yang ternyata sangat enak." Ucap Pak Ali dengan senyum berkembang karena perasaan bahagiannya.Ibu Tari yang berkali-kali masakannya dipuji langsung membalasnya dengan senyuman."Makanan kampung saja kok, pak. Tidak ada masakan western yang biasa Pak Ali dan Ibu Agnes makan karena jujur saja saya dan Yuni tidak bisa membuatnya," Jawab Ibu Tari dengan perasaan bahagia karena bisa bertemu dengan kedua orang tua Andrew."Itu saja sudah sangat enak kok, Bu. Justru kalau makanan seperti itu saya bosan karena setiap hari makan, tapi kalau makanan Indonesia rasanya sangat enak dan membuat aku ketagihan." Ujar Agnes seraya mengenggam tangan Ibu Tari deng
Agnes dan Ali telah sampai di kediaman Ibu Tari dan juga Pak Andi, mereka tampak takjub dengan rumah Yuni yang begitu asri dan sejuk karena banyak di tumbuhi tumbuhan yang sangat indah."Andrew benarkah ini rumahnya?" tanya Agnes seraya mencolek lengan anaknya, dirinya heran karena rumah Yuni terlihat lenggang dan sepi. Agnes juga tampak terkejut dengan rumah Yuni yang disangka sederhana tetapi pas mereka sampai dirumahnya begitu terpesona dengan suasana rumah Yuni."Bener, kok mom. Memangnya kenapa?" tanya Andrew dengan memandang lekat ke arah mommynya."Tidak apa-apa, rumah keluarga Yuni begitu asri dan sejuk. Nanti kalau pulang ke Dubai aku ingin merubah taman di belakang rumah seperti ini." Jawab Agnes dengan menunjuk ke arah tumbuhan yang bunganya sedang bermekaran warna-warni.Andrew tersenyum lebar ke arah mommynya, kesan pertama tentang keluarga Yuni tergambar jelas pada Agnes dia sangat menyukai rumah Yuni yang begitu nyaman dan membuat orang betah berlama-lama di rumahnya."
Malam itu Agnes dan Ali tampak rapih dengan pakaian terbaiknya, Ali dengan jas kebesarannya dan Agnes dengan gaun mahalnya yang memperlihatkan lengannya yang terbuka. Andrew yang sedang dalam perjalanan hendak menjemput kedua orang tuanya untuk datang ke rumah Yuni.Tok...tok...tokAndrew mengetuk pintu apartemen orang tuanya.Ceklek..Ali membukakan pintu untuk Andrew, dia sudah tidak sabar ingin berjumpa dengan besannya itu."Hai, nak. Kamu dengan siapa kesini? Apa dengan Rio?" tanya Ali menoleh ke arah belakang badan Andrew mencari keberadaan Rio."Rio sedang sibuk, dad." Jawab Andrew melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemen mencari keberadaan mommynya."Tumben dia sibuk, biasanya dia tidak akan pergi kemana-mana selalu berada di samping kamu." Timpal Ali dengan mengeryitkan keningnya, dia heran Rio tak berada di samping Rio karena dia biasanya adalah asisten yang sangat setia."Dia besok akan menikah, dad. Oh ya jangan lupa besok kita semua akan menghadiri acara ijab kobulnya
Siang itu Agnes dan Ali sedang mempersiapkan berbagai barang untuk di bawa ke Indonesia, baju-baju mereka dan juga barang belanjaan yang akan diberikan untuk Andrew sudah dipersiapkan oleh Agnes dan telah dimasukkan ke dalam koper mereka."Sayang, apa ini tidak terlalu banyak koper yang akan kita bawa?" Tanya Ali memandang pening ke arah lima koper yang akan mereka bawa.Agnes yang tengah sibuk memasukan bajunya ke dalam koper seketika menghentikan aktifitasnya, dia memandang ke arah suaminya yang berdiri tak jauh dari dirinya."Tentu saja tidak banyak sayang, justru ini masih kurang barang yang mommy beli." Jawab Agnes dengan singkat, lalu dirinya menyibukkan kembali kegiatannya memasukkan barang ke dalam kopernya.Ali tampak tersentak mendengar jawaban dari istirnya, bagaimana bisa dia membawa koper sebanyak ini tanpa asisten seperti Rio.Dia pun duduk di atas kursi tamunya dengan memijat pelipisnya, kalau istrinya memiliki keinginan sulit untuk di bantah apalagi di tolak.Dering po
Setelah mendengar permintaan Andrew untuk datang ke Indonesia untuk melamar Yuni. Agnes tampak termenung sambil berpikir, apakah dia akan menerima Yuni yang seorang wanita Indonesia yang entah seperti apa wajahnya ataukah dia akan menolak mentah-mentah keinginan Andrew.Agnes tampak berpikir alasan apa yang akan dia lakukan untuk mengurungkan niatnya Andrew untuk menyuruhnya datang ke Indonesia."Honey kenapa kamu melamun saja dari tadi?" Tanya Ali tampak keheranan melihat istrinya sedang melamun di atas meja makan.Agnes tampak terkejut meliha kedatangan suaminya yang secara tiba-tiba, dia hampir terjatuh dari tempat duduknya."Ya ampun, sayang. Kenapa buat aku kaget aja sih, kamu ingin aku jantungan apa," ucap Agnes dengan nada marah.Ali langsung memeluk istrinya itu dengan sayang, karena dia tidak ingin membuat istrinya itu marah."Jangan marah dong sayang," ujar Ali dengan nada merajuk."Ih, daddy. Kan yang marah aku kok sekarang yang manja kok kamu?" tanya Agnes dengan mencubit
Setelah Ibu Tari, Pak Andi, Rafael, Yuni dan Andrew telah menyelesaikan sarapannya. Mereka melanjutkan obrolan serius mereka di ruangan keluarga."Terima kasih sekali, Bu. Sudah mengundangku untuk datang sarapan disini, makananya begitu enak dan aku sampai nambah berkali-kali.Ibu Tari senang Andrew menyukai masakannya, dia pun merasa bahagia memiliki calon menantu yang sopan pada orang tua seperti Andrew."Rasanya tentu saja enak, karena Ibu membuatnya dengan perasaan bahagia." Ujar Ibu Tari dengan tersenyum lebar ke arah Andrew.Andrew hanya tersenyum menganggukkan kepalanya berulang kali, lalu dia pun menghembuskan nafasanya untuk memulai pembicaraan yang lebih serius."Bagaimana bisnis kamu, Andrew? Kudengar akan mmbangun pabrik lagi di Amerika?" tanya Pak Andi berbasa-basi, dia ingin terlihat antara dirinya dan Andrew tidak kaku saat awal mereka bertemu."Ya lumayan saja, Pak. Saya lagi ingin mencoba melebarkan sayap ke sana." Jawab Andrew dengan tersenyum tipis ke arah Pak Andi.
Pagi ini Andrew tampak ceria, dia sudah mandi setelah dirinya selesai shalat subuh. Dirinya memohon ampun atas kesalahannya meminum alkohol semalam serta bersyukur pada Tuhan dengan diterimanya lamarannya oleh Yuni dan keluarganya.Rio yang sedang berada di ruang tamu nampak heran dengan apa yang di lakukan oleh Andrew, karena sebelumnya Andrew sedih dan terpuruk sekarang dia sudah kembali ceria dengan wajah berbinar.Andrew sudah memakai pakaian terbaiknya celana berwarna hitam dan kemeja berwarna putih membuatnya tampak terlihat tampan dan gagah. Setelah selesai merapihkan diri Andrew lalu berjalan ke arah ruang tamu dengan senyum yang merekah."Rio, menurutmu bagaimana penampilanku hari ini? Apakah ada yang kurang?" tanya Andrew sambil berkacak pinggang di depan Rio.Rio yang tengah membaca koran langsung terpana melihat penampilan Andrew yang terlihat tampan dan tampak berwibawa."Tuan mau kemana? Kok sudah rapi tumben," Rio balik bertanya pada Andrew, karena heran sepagi ini suda