Martha tengah menyiapkan pakaian terbaiknya untuk acara makan malam bersama keluarga Andrew. Dia membuka semua koleksi pakaian terbaiknya, dia juga sudah menyewa seorang jasa make up artis agar penampilannya nanti malam tampak cantik dan juga berkelas di depan calon mertua dan juga Andrew."Semua pakaian aku tidak ada cantik, semuanya sudah pernah aku pakai. Aku tidak mau memakai pakaian yang sudah dipakai di acara yang penting seperti ini. Aku harus belanja ke butik dulu, karena aku tidak mau terlihat jelek di depan calon mertua.Martha menutup kembali lemari pakaiannya, dia melihat ke arah ranjangnya sudah banyak baju yang berserakan di atasnya."Biarkan saja yang membereskan asisten rumah tangga saja, toh mereka sudah digaji tinggi oleh daddy." Ujar Martha dengan raut wajah pongahnya.Setelah itu dia melangkahkan kakinya menuju ruangan asisten rumah tangganya yang sedang sibuk menyetrika."Lina, kamu bereskan semua baju yang ada di kamarku, masukkan kembali ke dalam lemari. Aku ada
Martha telah selesai memilih pakaian yang akan dibelinya di butik.Dress berwarna merah selutut akan dia padukan dengan sepatu berwarna senada juga."Akhirnya selesai juga, setelah ini pulang dan bersiap untuk nanti malam," ucap Martha memandang puas dengan pilihan baju yang akan dipakainya malam ini.Martha membawa baju itu dimeja kasir."Totalnya sekitar 600$, nona." Ucap kasir berkebangsaan filiphina memberikan struknya pada Martha.Martha pun memberikan kartu debitnya pada wanita itu dan tersenyum lebar ke arahnya."Terima kasih, semoga puas dengan pelayanan kami." Ucap kasir itu dengan memberikan kartu milik Martha.Martha hanya menganguk ke arahnya, dan lalu melenggang ke arah pintu keluar.Dengan kecepatan tinggi Martha melajukan mobilnya, dia kesal karena ulah Hans dia harus terburu-buru.Setelah memakan waktu sekitar tiga puluh menit, Martha telah sampai ke rumah mewahnya.Dia hanya tinggal bersama Daddy dan para asisten rumah tangganya.Martha memasuki pintu gerbang dengan m
"Hentikan,!!" Teriak Martha dengan meraih remote yang sedang di pegang oleh Andrew.Remote itu pun berhasil direbut oleh Martha, dia pun segera melemparkannya pada televisi yang sedang menyala menampilkan gambar dirinya. Akhirnya televisi itu pun hancur berkeping-keping."Kenapa kamu Martha, apakah kamu malu? Sudahlah jujur kalau kamu tidak mau aku buat lebih malu lagi." Ucap Andrew dengan tatapan tajam pada Martha.Agnes tak berkata apa-apa, dia syok dengan apa yang sudah dilihatnya itu. Sedangkan Justin langsung berdiri dan menampar Martha dengan sangat keras."Plakkk""Dad, apa yang kamu lakukan?" tanya Martha pada daddy nya, dia tidak menyangka akan mendapatkan tamparan yang sangat keras."Diam kamu, dasar wanita murahan. Apa yang kamu lakukan dengan pria tadi di kamar hotel?" Teriak Justin dengan menunjuk ke arah wajah Martha."Aku tidak melakukan apapun, Dad." Jawab Martha dengan memegang pipinya yang memerah.Ali yang sedari awal hanya diam dan mengamati, langsung berdiri dan m
Yuni tengah membersihkan dirinya dan dia hendak bersiap untuk pergi ke toko Ibunya yaitu Ibu Tari. Yuni diberikan kepercayaan untuk mengelola toko milik ibunya, karena Ibu Tari ingin beristirahat untuk menjaga suami dan kedua anaknya.Setelah dirasa cukup penampilan Yuni, dia pun melangkah ke ruang makan. Disana telah menunggu Pak Andi, Ibu Tari dan Rafael."Masya allah anak mami cantik sekali, persis seperti waktu mami masih muda." Ucap Ibu Tari melangkah menghampiri Yuni yang tengah tersenyum lebar."Lho kok mirip mami saja, mirip papi juga dong." Timpal Pak Andi tak mau kalah.Yuni langsung merangkul pundak mami dan papinya."Tentu saja mirip kalian berdua dong, ngomong-ngomong bener nih mam Yuni boleh ke toko hari ini?" tanya Yuni dengan mendudukkan pantatnya di kursi makan."Tentu saja sayang, kapan lagi harus menunggu waktu yang tepat. Kakakmu itu tidak mau menggantikan mami, dia lebih ingin menjadi seorang hakim." Ucap Ibu Tari dengan memonyongkan bibirnya ke arah Rafael.Yuni
Yuni tengah bersiap untuk masuk ke dalam rumah sakit untuk menengok orang tua Siska.Diluar pintu ruangan Ibunya Siska, Yuni membuka perlahan pintu kamarnya."Yun, apa kamu yakin mau datang kesini?" tanya Rafael cemas mengkhawatirkan Yuni akan mendapat amukan dari Siska."Tentu dong kak, masa sudah sejauh ini kita kesini mau di batalkan." Jawab Yuni seraya masuk ke dalam ruangan Ibu Siska."Assalamualaikum," ucap Yuni dengan membuka pintu ruangan dan masuk bersama Rafael.Siska tampak terkaget melihat kedatangan Yuni beserta Rafael. Dia mengira Yuni ada hubungan spesial dengan anak Ibu Tari, dan dia tampak sinis dengan kehadiran Yuni."Ibu kamu sakit apa, Sis?" tanya Yuni seraya merangkul pundak Siska dari samping, namun Siska langsung menepisnya dengan kasar membuat Rafael segera menjauhkan Yuni dari Siska."Untuk apa sih kamu kesini? Kamu mau mengolok-olokku setelah melihat keadaan ibu aku yang sakit keras," tanya Siska dengan wajah penuh amarah memandang Yuni.Rafael tampak kesal m
Aku telah sampai di Indonesia, aku juga sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Yuni.Setelah kejadian Martha yang telah menipu mommy, jadinya beliau menyerahkan masalah pernikahan pada pilihanku sendirian."Aku tidak ingin menunda lagi rencanaku untuk menikahi Yuni, semoga saja kedua orang tuanya menerimaku dan mengijinkan Yuni agar menikah secepatnya." Ucapku di dalam hati.Rio telah mempersiapkan sebuah hotel mewah untuk tempat tinggalku sementara ketika aku berada di Indonesia.Sepanjang perjalanan di dalam mobil tak henti-hentinya aku tersenyum karena akhirnya jalanku untuk menikahi Yuni akan terbuka lebar.Setibanya di hotel aku segera merebahkan tubuhku sejenak, lalu bersiap untuk bertamu ke rumah Yuni.Aku sudah mempersiapkan hadiah untuk melamar Yuni yaitu sebuah cincin berlian mewah dan dress pink yang aku beli ketika aku berada di Paris.Perasaanku saat ini tidak menentu karena aku akan bertamu dengan calon mertua yang sebenarnya, meskipun aku sering bertamu dengan Ibu Tari
Andrew menghela nafas setelah dia mengutarakan keinginannya di hadapan kedua orang tua Yuni.Pak Andi terdiam cukup lama, sedangkan Ibu Tari langsung menyeka kedua matanya yang basah. Dirinya belum siap harus berjauhan lagi dengan Yuni setelah belasan tahun terpisah.Tak ada percakapan lagi di antara mereka hanya bunyi suara detik jam yang menggema di ruangan tamu Yuni."Bagaimana Bu, Pak. Apakah lamaran saya pada Yuni diterima?" tanya Andrew lagi setelah melihat tak ada respon dari kedua orang tua Yuni.Yuni hanya bisa menunduk, dirinya bingung harus merasa senang ataupun sedih. Dia senang karena hubungan dan perasaan Andrew padanya bukanlah main-main namun dia sedih melihat kedua orang tua kandungnya terlihat belum siap melepas Yuni untuk dilamar oleh pria lain.Ibu Tari langsung melihat ke arah Yuni dan suaminya secara bergantian, dia sungguh menginginkan kebahagiaan anaknya namun entah ada perasaan tak rela."Bagaimana ya Andrew, ibu bingung harus menjawab apa," jawab Ibu Tari kem
Pagi ini Jaka sedang riang gembira karena Ibu Nina berhasil dia bujuk untuk menjual rumah peninggalan Pak Doni. Jaka berencana mengunjungi rumah Sari untuk sejenak melepas rasa rindunya."Sayang, kamu mau kemana? tumben sudah rapih jam segini?" tanya Ibu Nina yang sedang berdiri di ambang pintu dengan tatapan mencurigakan ke arah suaminya Jaka.Jaka yang tidak menyadari kehadiran Ibu Nina di belakangnya langsung terperanjat kaget, dia bahkan menjatuhkan sisir yang sedang di pakainya."Ya ampun kamu sayang, bikin kaget saja. Aku ada janji dengan Pak RT mau ada acara rapat acara tujuh belasan beberapa minggu lagi yang akan diadakan," jawab Jaka dengan spontan karena dia sudah tidak memiliki alasan lainnya lagi."Tumben, kenapa rapatnya diadakannya pagi. Biasanya dulu Doni datang rapat itu malam," ucap Ibu Nina merasa heran dengan rapat yang diadakan oleh Pak RT.Jaka merasa malas kalau istrinya Ibu Nina sudah mulai mencurigainya."Sudah jangan curiga sama aku, kan kamu sendiri yang bila
Setelah semua prosesi pernikahan telah selesai, Rio dan Diana melaksanakan bulan madunya di sebuah hotel mewah. Mereka berdua sedang membuka kado dari relasi mereka."Sayang, ini kira-kira hadiah dari siapa?" tanya Diana pada Rio yang tengah merebahkan tubuhnya di ranjang.Rio nampak menghampiri istrinya untuk melihat dari siapa kado yang di maksud oleh istrinya itu."Oh ini dari Rafael, coba lihat apa yang berinya?" jawab Rio dengan duduk di samping istrinya.Diana tampak membuka kado yang diberi oleh Andrew dengan perasaan bahagia, momen membuka kado adalah hal yang paling disenangi setiap orang."Wah, dia kasih kita jam tangan couple yang bermerk ini sayang." Ucap Diana dengan mata berbinar."Ini pasti mahal loh, dek. Ya Allah ternyata dia orangnya baik meskipun terkadang ketus." Timpal Rio memperhatikan jam tangan yang ada di hadapannya dengan padangan takjub.Diana lalu meletakkan jam tangan mahal itu di sebuah lemari oerhiasan, lalu dia kembali ingin membuka kado yang lainnya."
Pagi ini seakan hari yang paling indah untuk Rio dia merasa bahagia karena saat ini dirinya akan menikahi sang pujaan hati yaitu Diana, wanita yang mau menerima kekurangannya karena Diana tahu masa lalu Rio yang dahulu tidak bahagia karena harus menjadi yatim piatu sejak kecil, kedua orang tua Rio mengalami kecelakaan tunggal dan mereka meninggal dunia di tempat kejadian.Maka dari itu dia hidup sebatang kara di sebuah panti asuhan, karena kegigihannya dan kepintarannya akhirnya Rio bisa menyelesaikan sekolahnya dan dirinya mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Dan disana dia bertemu dengan Andrew dengan tidak sengaja menabraknya, karena kejujuran Rio yang mengembalikan dompet milik Andrew yang berisi kartu debit puluhan miliar jadi membuat Andrew merasa bahagia bisa bertemu dengan orang yang jujur, karena selama ini orang-orang yang berada di sekita Andrew kebanyakan tidak jujur dan munafik.Setelah Andrew lama mengenal Rio, akhirnya dia menjadikan Rio bekerja di perusahaanya sekaligu
Setelah kedua keluarga selesai menyantap makan malamnya, lalu mereka beranjak ke ruang keluarga untuk membicarakan hal yang lebih serius.Mereka duduk dengan perasaan gelisah dan perasaan gugup, terlebih lagi bagi Yuni dan juga Andrew."Terima kasih atas jamuan makan malam yang begitu lezatnya, saya baru pertama kali memakan masakan Indonesia yang ternyata sangat enak." Ucap Pak Ali dengan senyum berkembang karena perasaan bahagiannya.Ibu Tari yang berkali-kali masakannya dipuji langsung membalasnya dengan senyuman."Makanan kampung saja kok, pak. Tidak ada masakan western yang biasa Pak Ali dan Ibu Agnes makan karena jujur saja saya dan Yuni tidak bisa membuatnya," Jawab Ibu Tari dengan perasaan bahagia karena bisa bertemu dengan kedua orang tua Andrew."Itu saja sudah sangat enak kok, Bu. Justru kalau makanan seperti itu saya bosan karena setiap hari makan, tapi kalau makanan Indonesia rasanya sangat enak dan membuat aku ketagihan." Ujar Agnes seraya mengenggam tangan Ibu Tari deng
Agnes dan Ali telah sampai di kediaman Ibu Tari dan juga Pak Andi, mereka tampak takjub dengan rumah Yuni yang begitu asri dan sejuk karena banyak di tumbuhi tumbuhan yang sangat indah."Andrew benarkah ini rumahnya?" tanya Agnes seraya mencolek lengan anaknya, dirinya heran karena rumah Yuni terlihat lenggang dan sepi. Agnes juga tampak terkejut dengan rumah Yuni yang disangka sederhana tetapi pas mereka sampai dirumahnya begitu terpesona dengan suasana rumah Yuni."Bener, kok mom. Memangnya kenapa?" tanya Andrew dengan memandang lekat ke arah mommynya."Tidak apa-apa, rumah keluarga Yuni begitu asri dan sejuk. Nanti kalau pulang ke Dubai aku ingin merubah taman di belakang rumah seperti ini." Jawab Agnes dengan menunjuk ke arah tumbuhan yang bunganya sedang bermekaran warna-warni.Andrew tersenyum lebar ke arah mommynya, kesan pertama tentang keluarga Yuni tergambar jelas pada Agnes dia sangat menyukai rumah Yuni yang begitu nyaman dan membuat orang betah berlama-lama di rumahnya."
Malam itu Agnes dan Ali tampak rapih dengan pakaian terbaiknya, Ali dengan jas kebesarannya dan Agnes dengan gaun mahalnya yang memperlihatkan lengannya yang terbuka. Andrew yang sedang dalam perjalanan hendak menjemput kedua orang tuanya untuk datang ke rumah Yuni.Tok...tok...tokAndrew mengetuk pintu apartemen orang tuanya.Ceklek..Ali membukakan pintu untuk Andrew, dia sudah tidak sabar ingin berjumpa dengan besannya itu."Hai, nak. Kamu dengan siapa kesini? Apa dengan Rio?" tanya Ali menoleh ke arah belakang badan Andrew mencari keberadaan Rio."Rio sedang sibuk, dad." Jawab Andrew melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemen mencari keberadaan mommynya."Tumben dia sibuk, biasanya dia tidak akan pergi kemana-mana selalu berada di samping kamu." Timpal Ali dengan mengeryitkan keningnya, dia heran Rio tak berada di samping Rio karena dia biasanya adalah asisten yang sangat setia."Dia besok akan menikah, dad. Oh ya jangan lupa besok kita semua akan menghadiri acara ijab kobulnya
Siang itu Agnes dan Ali sedang mempersiapkan berbagai barang untuk di bawa ke Indonesia, baju-baju mereka dan juga barang belanjaan yang akan diberikan untuk Andrew sudah dipersiapkan oleh Agnes dan telah dimasukkan ke dalam koper mereka."Sayang, apa ini tidak terlalu banyak koper yang akan kita bawa?" Tanya Ali memandang pening ke arah lima koper yang akan mereka bawa.Agnes yang tengah sibuk memasukan bajunya ke dalam koper seketika menghentikan aktifitasnya, dia memandang ke arah suaminya yang berdiri tak jauh dari dirinya."Tentu saja tidak banyak sayang, justru ini masih kurang barang yang mommy beli." Jawab Agnes dengan singkat, lalu dirinya menyibukkan kembali kegiatannya memasukkan barang ke dalam kopernya.Ali tampak tersentak mendengar jawaban dari istirnya, bagaimana bisa dia membawa koper sebanyak ini tanpa asisten seperti Rio.Dia pun duduk di atas kursi tamunya dengan memijat pelipisnya, kalau istrinya memiliki keinginan sulit untuk di bantah apalagi di tolak.Dering po
Setelah mendengar permintaan Andrew untuk datang ke Indonesia untuk melamar Yuni. Agnes tampak termenung sambil berpikir, apakah dia akan menerima Yuni yang seorang wanita Indonesia yang entah seperti apa wajahnya ataukah dia akan menolak mentah-mentah keinginan Andrew.Agnes tampak berpikir alasan apa yang akan dia lakukan untuk mengurungkan niatnya Andrew untuk menyuruhnya datang ke Indonesia."Honey kenapa kamu melamun saja dari tadi?" Tanya Ali tampak keheranan melihat istrinya sedang melamun di atas meja makan.Agnes tampak terkejut meliha kedatangan suaminya yang secara tiba-tiba, dia hampir terjatuh dari tempat duduknya."Ya ampun, sayang. Kenapa buat aku kaget aja sih, kamu ingin aku jantungan apa," ucap Agnes dengan nada marah.Ali langsung memeluk istrinya itu dengan sayang, karena dia tidak ingin membuat istrinya itu marah."Jangan marah dong sayang," ujar Ali dengan nada merajuk."Ih, daddy. Kan yang marah aku kok sekarang yang manja kok kamu?" tanya Agnes dengan mencubit
Setelah Ibu Tari, Pak Andi, Rafael, Yuni dan Andrew telah menyelesaikan sarapannya. Mereka melanjutkan obrolan serius mereka di ruangan keluarga."Terima kasih sekali, Bu. Sudah mengundangku untuk datang sarapan disini, makananya begitu enak dan aku sampai nambah berkali-kali.Ibu Tari senang Andrew menyukai masakannya, dia pun merasa bahagia memiliki calon menantu yang sopan pada orang tua seperti Andrew."Rasanya tentu saja enak, karena Ibu membuatnya dengan perasaan bahagia." Ujar Ibu Tari dengan tersenyum lebar ke arah Andrew.Andrew hanya tersenyum menganggukkan kepalanya berulang kali, lalu dia pun menghembuskan nafasanya untuk memulai pembicaraan yang lebih serius."Bagaimana bisnis kamu, Andrew? Kudengar akan mmbangun pabrik lagi di Amerika?" tanya Pak Andi berbasa-basi, dia ingin terlihat antara dirinya dan Andrew tidak kaku saat awal mereka bertemu."Ya lumayan saja, Pak. Saya lagi ingin mencoba melebarkan sayap ke sana." Jawab Andrew dengan tersenyum tipis ke arah Pak Andi.
Pagi ini Andrew tampak ceria, dia sudah mandi setelah dirinya selesai shalat subuh. Dirinya memohon ampun atas kesalahannya meminum alkohol semalam serta bersyukur pada Tuhan dengan diterimanya lamarannya oleh Yuni dan keluarganya.Rio yang sedang berada di ruang tamu nampak heran dengan apa yang di lakukan oleh Andrew, karena sebelumnya Andrew sedih dan terpuruk sekarang dia sudah kembali ceria dengan wajah berbinar.Andrew sudah memakai pakaian terbaiknya celana berwarna hitam dan kemeja berwarna putih membuatnya tampak terlihat tampan dan gagah. Setelah selesai merapihkan diri Andrew lalu berjalan ke arah ruang tamu dengan senyum yang merekah."Rio, menurutmu bagaimana penampilanku hari ini? Apakah ada yang kurang?" tanya Andrew sambil berkacak pinggang di depan Rio.Rio yang tengah membaca koran langsung terpana melihat penampilan Andrew yang terlihat tampan dan tampak berwibawa."Tuan mau kemana? Kok sudah rapi tumben," Rio balik bertanya pada Andrew, karena heran sepagi ini suda