Yuni tengah membersihkan dirinya dan dia hendak bersiap untuk pergi ke toko Ibunya yaitu Ibu Tari. Yuni diberikan kepercayaan untuk mengelola toko milik ibunya, karena Ibu Tari ingin beristirahat untuk menjaga suami dan kedua anaknya.Setelah dirasa cukup penampilan Yuni, dia pun melangkah ke ruang makan. Disana telah menunggu Pak Andi, Ibu Tari dan Rafael."Masya allah anak mami cantik sekali, persis seperti waktu mami masih muda." Ucap Ibu Tari melangkah menghampiri Yuni yang tengah tersenyum lebar."Lho kok mirip mami saja, mirip papi juga dong." Timpal Pak Andi tak mau kalah.Yuni langsung merangkul pundak mami dan papinya."Tentu saja mirip kalian berdua dong, ngomong-ngomong bener nih mam Yuni boleh ke toko hari ini?" tanya Yuni dengan mendudukkan pantatnya di kursi makan."Tentu saja sayang, kapan lagi harus menunggu waktu yang tepat. Kakakmu itu tidak mau menggantikan mami, dia lebih ingin menjadi seorang hakim." Ucap Ibu Tari dengan memonyongkan bibirnya ke arah Rafael.Yuni
Yuni tengah bersiap untuk masuk ke dalam rumah sakit untuk menengok orang tua Siska.Diluar pintu ruangan Ibunya Siska, Yuni membuka perlahan pintu kamarnya."Yun, apa kamu yakin mau datang kesini?" tanya Rafael cemas mengkhawatirkan Yuni akan mendapat amukan dari Siska."Tentu dong kak, masa sudah sejauh ini kita kesini mau di batalkan." Jawab Yuni seraya masuk ke dalam ruangan Ibu Siska."Assalamualaikum," ucap Yuni dengan membuka pintu ruangan dan masuk bersama Rafael.Siska tampak terkaget melihat kedatangan Yuni beserta Rafael. Dia mengira Yuni ada hubungan spesial dengan anak Ibu Tari, dan dia tampak sinis dengan kehadiran Yuni."Ibu kamu sakit apa, Sis?" tanya Yuni seraya merangkul pundak Siska dari samping, namun Siska langsung menepisnya dengan kasar membuat Rafael segera menjauhkan Yuni dari Siska."Untuk apa sih kamu kesini? Kamu mau mengolok-olokku setelah melihat keadaan ibu aku yang sakit keras," tanya Siska dengan wajah penuh amarah memandang Yuni.Rafael tampak kesal m
Aku telah sampai di Indonesia, aku juga sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Yuni.Setelah kejadian Martha yang telah menipu mommy, jadinya beliau menyerahkan masalah pernikahan pada pilihanku sendirian."Aku tidak ingin menunda lagi rencanaku untuk menikahi Yuni, semoga saja kedua orang tuanya menerimaku dan mengijinkan Yuni agar menikah secepatnya." Ucapku di dalam hati.Rio telah mempersiapkan sebuah hotel mewah untuk tempat tinggalku sementara ketika aku berada di Indonesia.Sepanjang perjalanan di dalam mobil tak henti-hentinya aku tersenyum karena akhirnya jalanku untuk menikahi Yuni akan terbuka lebar.Setibanya di hotel aku segera merebahkan tubuhku sejenak, lalu bersiap untuk bertamu ke rumah Yuni.Aku sudah mempersiapkan hadiah untuk melamar Yuni yaitu sebuah cincin berlian mewah dan dress pink yang aku beli ketika aku berada di Paris.Perasaanku saat ini tidak menentu karena aku akan bertamu dengan calon mertua yang sebenarnya, meskipun aku sering bertamu dengan Ibu Tari
Andrew menghela nafas setelah dia mengutarakan keinginannya di hadapan kedua orang tua Yuni.Pak Andi terdiam cukup lama, sedangkan Ibu Tari langsung menyeka kedua matanya yang basah. Dirinya belum siap harus berjauhan lagi dengan Yuni setelah belasan tahun terpisah.Tak ada percakapan lagi di antara mereka hanya bunyi suara detik jam yang menggema di ruangan tamu Yuni."Bagaimana Bu, Pak. Apakah lamaran saya pada Yuni diterima?" tanya Andrew lagi setelah melihat tak ada respon dari kedua orang tua Yuni.Yuni hanya bisa menunduk, dirinya bingung harus merasa senang ataupun sedih. Dia senang karena hubungan dan perasaan Andrew padanya bukanlah main-main namun dia sedih melihat kedua orang tua kandungnya terlihat belum siap melepas Yuni untuk dilamar oleh pria lain.Ibu Tari langsung melihat ke arah Yuni dan suaminya secara bergantian, dia sungguh menginginkan kebahagiaan anaknya namun entah ada perasaan tak rela."Bagaimana ya Andrew, ibu bingung harus menjawab apa," jawab Ibu Tari kem
Pagi ini Jaka sedang riang gembira karena Ibu Nina berhasil dia bujuk untuk menjual rumah peninggalan Pak Doni. Jaka berencana mengunjungi rumah Sari untuk sejenak melepas rasa rindunya."Sayang, kamu mau kemana? tumben sudah rapih jam segini?" tanya Ibu Nina yang sedang berdiri di ambang pintu dengan tatapan mencurigakan ke arah suaminya Jaka.Jaka yang tidak menyadari kehadiran Ibu Nina di belakangnya langsung terperanjat kaget, dia bahkan menjatuhkan sisir yang sedang di pakainya."Ya ampun kamu sayang, bikin kaget saja. Aku ada janji dengan Pak RT mau ada acara rapat acara tujuh belasan beberapa minggu lagi yang akan diadakan," jawab Jaka dengan spontan karena dia sudah tidak memiliki alasan lainnya lagi."Tumben, kenapa rapatnya diadakannya pagi. Biasanya dulu Doni datang rapat itu malam," ucap Ibu Nina merasa heran dengan rapat yang diadakan oleh Pak RT.Jaka merasa malas kalau istrinya Ibu Nina sudah mulai mencurigainya."Sudah jangan curiga sama aku, kan kamu sendiri yang bila
Jaka terlihat merasa senang karena hari ini di sedang menuju ke rumah Sari, yaitu istri tercintanya yang tengah hamil anak pertamanya itu.Sesampainya di depan teras rumah Sari, Jaka langsung menggedor pintu rumah istrinya tersebut.Tok..tok..tok.."Sayang, kamu ada di rumah tidak? Ini mas Jakamu datang," ucap Jaka sambil tetap mengetuk pintu rumah Sari.Tak berlangsung lama, pintu rumahpun terbuka lebar.Seorang wanita cantik yang tengah berbadan dua nampak tersenyum lebar ketika melihat siapa lelaki yang datang."Ya Allah, mas Jaka. Kenapa baru datang sekarang? Sari kangen tahu," ujar Sari seraya langsung memeluk tubuh Jaka dengan erat.Jaka yang juga tengah merindukan istrinya itu pun langsung membalas pelukannya dengan erat."Mas juga kangen neng Sari sayang, maaf mas harus bekerja agar kamu dan anak kita yang ada di dalam kandungan ini hidupnya bahagia," timpal Jaka dengan senyum bahagia."Sayang, ayo masuk. Sari sudah masak, tapi makanan yang biasa bukan menu kesukaan mas Jaka.
Ibu Nina memandang nanar apa yang terpampang di hadapannya, dia tidak menyangka orang yang selama ini dia cintai bahkan Ibu Nina rela melakukan apa saja demi Jaka."Mas apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Ibu Nina lagi dengan berteriak.Sedangkan itu Jaka dan Sri nampak sedikit tergopoh memakai pakaiannya kembali yang berserakan di lantai."Mas, siapa wanita tua ini beraninya dia datang kerumah kita." Sekarang giliran Sri yang marah melihat kedatangan wanita asing yang seumuran dengan ibunya menganggu kegiatan intimnya bersama Jaka.Jaka tidak mampu berkata apapun lagi, dia sedang memikirkan cara agar Ibu Nina tidak marah. Kalau untuk masalah Sri, Jaka tidak terlalu memusingkannya."Mas, katakan siapa wanita itu. Kamu sudah berbohong rapat di rumah Pak RT namun ternyata sedang asyik-asyik dengan wanita murahan inj," ucap Ibu Nina memandang rendah ke arah Sari.Sari yang tidak terima di bilang wanita murahan oleh Ibu Nina, Sari langsung menarik rambut Ibu Nina tanpa ampun."Enak saja
Ibu Nina tengah memandangi Sari yang sedang tertidur pulas, operasi caesar yang dilakukan oleh pihak Dokter telah berjalan lancar. Seorang bayi berjenis kelamin laki-laki tengah dilakukan observasi oleh pihak rumah sakit karena kondisi bayi yang masih muda, karena Sari melahirkan dalam kondisi kehamilan masih tujuh bulan.Ibu Nina menyesali perbuatannya yang sudah menjalin hubungan dengan Jaka yang sudah terlampau jauh hingga membuat Pak Doni meninggalkannya. Jika saja perlakuannya selama ini pada Yuni tidak kejam tentu saja saat ini Ibu Nina meminta tolong untuk tinggal bersama Yuni, namun karena kekhilafannya takdir hidupnya harus seperti ini. Dimana kah lagi tempat dirinya untuk bersandar di hari tua, selain dengan Jaka. Daripada menahan malu pada Yuni dan juga Radit serta Gino dirinya memilih bertahan bersama Jaka."Sakit," Sari mengerang kesakitan, setelah dirinya beberapa menit keluar dari ruangan operasi.Ibu Nina hanya bisa mengelus lengan Sari dengan pelan, sebenarnya ada pe