Ibu Nina memandang nanar apa yang terpampang di hadapannya, dia tidak menyangka orang yang selama ini dia cintai bahkan Ibu Nina rela melakukan apa saja demi Jaka."Mas apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Ibu Nina lagi dengan berteriak.Sedangkan itu Jaka dan Sri nampak sedikit tergopoh memakai pakaiannya kembali yang berserakan di lantai."Mas, siapa wanita tua ini beraninya dia datang kerumah kita." Sekarang giliran Sri yang marah melihat kedatangan wanita asing yang seumuran dengan ibunya menganggu kegiatan intimnya bersama Jaka.Jaka tidak mampu berkata apapun lagi, dia sedang memikirkan cara agar Ibu Nina tidak marah. Kalau untuk masalah Sri, Jaka tidak terlalu memusingkannya."Mas, katakan siapa wanita itu. Kamu sudah berbohong rapat di rumah Pak RT namun ternyata sedang asyik-asyik dengan wanita murahan inj," ucap Ibu Nina memandang rendah ke arah Sari.Sari yang tidak terima di bilang wanita murahan oleh Ibu Nina, Sari langsung menarik rambut Ibu Nina tanpa ampun."Enak saja
Ibu Nina tengah memandangi Sari yang sedang tertidur pulas, operasi caesar yang dilakukan oleh pihak Dokter telah berjalan lancar. Seorang bayi berjenis kelamin laki-laki tengah dilakukan observasi oleh pihak rumah sakit karena kondisi bayi yang masih muda, karena Sari melahirkan dalam kondisi kehamilan masih tujuh bulan.Ibu Nina menyesali perbuatannya yang sudah menjalin hubungan dengan Jaka yang sudah terlampau jauh hingga membuat Pak Doni meninggalkannya. Jika saja perlakuannya selama ini pada Yuni tidak kejam tentu saja saat ini Ibu Nina meminta tolong untuk tinggal bersama Yuni, namun karena kekhilafannya takdir hidupnya harus seperti ini. Dimana kah lagi tempat dirinya untuk bersandar di hari tua, selain dengan Jaka. Daripada menahan malu pada Yuni dan juga Radit serta Gino dirinya memilih bertahan bersama Jaka."Sakit," Sari mengerang kesakitan, setelah dirinya beberapa menit keluar dari ruangan operasi.Ibu Nina hanya bisa mengelus lengan Sari dengan pelan, sebenarnya ada pe
Malam itu Ibu Tari dan keluarga tengah berkumpul di ruang keluarga dengan berbagai cemilan di meja.Ibu Tari bersenda gurau dengan suaminya Pak Andi diapit oleh Yuni dan Rafael di sampingnya.Yuni tidak seceria biasanya, dia tengah dilanda kegalauan. Itu pun dapat di baca oleh Ibu Tari yang sedari tadi melirik ke arah Yuni yang tampak diam seribu bahasa."Sayang kamu kenapa? Apa kamu sakit honey?" tanya Ibu Tari seraya memegang dahi Yuni.Yuni hanya menggeleng dan tersenyum tipis ke arah Ibunya."Tidak apa-apa mam, aku lagi pusing sedikit saja." Ucap Yuni dengan berbohong, sebenarnya dia ingin menyampaikan keinginannya untuk menerima lamaran Andrew tempo hari namun masih belum memiliki keberanian untuk menyampaikan pada kedua orang tuanya.Rafael hanya terbatuk pelan kala mendengar jawaban dari Yuni, dia memberikan kode pada Yuni agar menyampaikan tentang perasaannya tersebut.Yuni langsung mengerti kalau Rafael memberikan kode pada dirinya, dia langsung memandang wajah Ibu Tari denga
Pagi ini Andrew tampak ceria, dia sudah mandi setelah dirinya selesai shalat subuh. Dirinya memohon ampun atas kesalahannya meminum alkohol semalam serta bersyukur pada Tuhan dengan diterimanya lamarannya oleh Yuni dan keluarganya.Rio yang sedang berada di ruang tamu nampak heran dengan apa yang di lakukan oleh Andrew, karena sebelumnya Andrew sedih dan terpuruk sekarang dia sudah kembali ceria dengan wajah berbinar.Andrew sudah memakai pakaian terbaiknya celana berwarna hitam dan kemeja berwarna putih membuatnya tampak terlihat tampan dan gagah. Setelah selesai merapihkan diri Andrew lalu berjalan ke arah ruang tamu dengan senyum yang merekah."Rio, menurutmu bagaimana penampilanku hari ini? Apakah ada yang kurang?" tanya Andrew sambil berkacak pinggang di depan Rio.Rio yang tengah membaca koran langsung terpana melihat penampilan Andrew yang terlihat tampan dan tampak berwibawa."Tuan mau kemana? Kok sudah rapi tumben," Rio balik bertanya pada Andrew, karena heran sepagi ini suda
Setelah Ibu Tari, Pak Andi, Rafael, Yuni dan Andrew telah menyelesaikan sarapannya. Mereka melanjutkan obrolan serius mereka di ruangan keluarga."Terima kasih sekali, Bu. Sudah mengundangku untuk datang sarapan disini, makananya begitu enak dan aku sampai nambah berkali-kali.Ibu Tari senang Andrew menyukai masakannya, dia pun merasa bahagia memiliki calon menantu yang sopan pada orang tua seperti Andrew."Rasanya tentu saja enak, karena Ibu membuatnya dengan perasaan bahagia." Ujar Ibu Tari dengan tersenyum lebar ke arah Andrew.Andrew hanya tersenyum menganggukkan kepalanya berulang kali, lalu dia pun menghembuskan nafasanya untuk memulai pembicaraan yang lebih serius."Bagaimana bisnis kamu, Andrew? Kudengar akan mmbangun pabrik lagi di Amerika?" tanya Pak Andi berbasa-basi, dia ingin terlihat antara dirinya dan Andrew tidak kaku saat awal mereka bertemu."Ya lumayan saja, Pak. Saya lagi ingin mencoba melebarkan sayap ke sana." Jawab Andrew dengan tersenyum tipis ke arah Pak Andi.
Setelah mendengar permintaan Andrew untuk datang ke Indonesia untuk melamar Yuni. Agnes tampak termenung sambil berpikir, apakah dia akan menerima Yuni yang seorang wanita Indonesia yang entah seperti apa wajahnya ataukah dia akan menolak mentah-mentah keinginan Andrew.Agnes tampak berpikir alasan apa yang akan dia lakukan untuk mengurungkan niatnya Andrew untuk menyuruhnya datang ke Indonesia."Honey kenapa kamu melamun saja dari tadi?" Tanya Ali tampak keheranan melihat istrinya sedang melamun di atas meja makan.Agnes tampak terkejut meliha kedatangan suaminya yang secara tiba-tiba, dia hampir terjatuh dari tempat duduknya."Ya ampun, sayang. Kenapa buat aku kaget aja sih, kamu ingin aku jantungan apa," ucap Agnes dengan nada marah.Ali langsung memeluk istrinya itu dengan sayang, karena dia tidak ingin membuat istrinya itu marah."Jangan marah dong sayang," ujar Ali dengan nada merajuk."Ih, daddy. Kan yang marah aku kok sekarang yang manja kok kamu?" tanya Agnes dengan mencubit
Siang itu Agnes dan Ali sedang mempersiapkan berbagai barang untuk di bawa ke Indonesia, baju-baju mereka dan juga barang belanjaan yang akan diberikan untuk Andrew sudah dipersiapkan oleh Agnes dan telah dimasukkan ke dalam koper mereka."Sayang, apa ini tidak terlalu banyak koper yang akan kita bawa?" Tanya Ali memandang pening ke arah lima koper yang akan mereka bawa.Agnes yang tengah sibuk memasukan bajunya ke dalam koper seketika menghentikan aktifitasnya, dia memandang ke arah suaminya yang berdiri tak jauh dari dirinya."Tentu saja tidak banyak sayang, justru ini masih kurang barang yang mommy beli." Jawab Agnes dengan singkat, lalu dirinya menyibukkan kembali kegiatannya memasukkan barang ke dalam kopernya.Ali tampak tersentak mendengar jawaban dari istirnya, bagaimana bisa dia membawa koper sebanyak ini tanpa asisten seperti Rio.Dia pun duduk di atas kursi tamunya dengan memijat pelipisnya, kalau istrinya memiliki keinginan sulit untuk di bantah apalagi di tolak.Dering po
Malam itu Agnes dan Ali tampak rapih dengan pakaian terbaiknya, Ali dengan jas kebesarannya dan Agnes dengan gaun mahalnya yang memperlihatkan lengannya yang terbuka. Andrew yang sedang dalam perjalanan hendak menjemput kedua orang tuanya untuk datang ke rumah Yuni.Tok...tok...tokAndrew mengetuk pintu apartemen orang tuanya.Ceklek..Ali membukakan pintu untuk Andrew, dia sudah tidak sabar ingin berjumpa dengan besannya itu."Hai, nak. Kamu dengan siapa kesini? Apa dengan Rio?" tanya Ali menoleh ke arah belakang badan Andrew mencari keberadaan Rio."Rio sedang sibuk, dad." Jawab Andrew melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemen mencari keberadaan mommynya."Tumben dia sibuk, biasanya dia tidak akan pergi kemana-mana selalu berada di samping kamu." Timpal Ali dengan mengeryitkan keningnya, dia heran Rio tak berada di samping Rio karena dia biasanya adalah asisten yang sangat setia."Dia besok akan menikah, dad. Oh ya jangan lupa besok kita semua akan menghadiri acara ijab kobulnya