"Jadi ... Diana mengatakan hal itu kepadamu tentang aku?" tanya Jeremy setelah mendengarkan semua penjelasan Alka. Alka menceritakan kedatangan Diana yang ingin menemui dirinya. Apa yang diucapkan oleh wanita itu, oleh Alka diungkapkan semuanya kepada Jeremy."Iya, Mas," jawab Alka."Lalu, apakah kamu percaya, dengan semua yang dikatakannya?"Jeremy menatap Alka yang berdiri di samping kaca jendela. Alka mengalihkan pandangan dari Jeremy dan menghembuskan napasnya dengan kasar. Jeremy tersenyum sekilas melihat ekspresi wanita yang ia cintai. Iya berpikir, angka yang tengah dilanda kebimbangan akan melanjutkan hubungan mereka atau tidak, pasti terpengaruh oleh ucapan Diana.Jeremy bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati istrinya. Ia menarik pelan lengan Alka dan mengarahkannya untuk duduk di kursi kerjanya."Kamu duduk sini! Aku tunjukkan sesuatu," kata Jeremy.Alka tidak menolak permintaan pria itu. Sebaliknya, ia terlihat bingung dengan Jeremy. Apa yang hendak suaminya tunjukka
Jeremy memegang erat setir kemudi. Tatapan mata dari pria pemilik rahang tegas itu, menyiratkan sebuah amarah yang besar. Sepertinya, siapapun yang akan mencari masalah dengannya, akan ia libas sampai rata. Dengan penuh perhitungan dan pikiran yang fokus, Jeremy mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Walaupun ia berkendara dengan kecepatan yang tinggi, ia tetap berhati-hati. Ia tak ingin jika nyawanya menghilang begitu saja karena kecerobohan berkendara. Sebab, ia ingin menghabiskan waktu yang panjang bersama wanita yang ia cintai. Sambil matanya menatap tab yang ia letakan di dashboard mobil, Jeremy menyunggingkan senyuman miring. Ia kemudian mengangkat tangannya, untuk menekan handsfree yang terpasang di telinga. Ia tetap fokus berkendara sambil berkomunikasi dengan seseorang di seberang sana."Sudah sampai mana?" tanya Jeremy.[Dia ada di perempatan.] jawab seseorang dari sambungan headset.Tanpa berbicara lagi, Jeremy kemudian menekan pedal gas, dan menambah l
"Alka! Alka!" Jeremy berlari mengejar sambil memanggil nama sang istri yang menjauh darinya. Pria itu menyusuri setiap gang berharap menemukan keberadaan sang istri. Jeremy sangat terkejut dan tak menyangka bahwa Alka mengikutinya, dan mendengar apa yang terjadi. Dengan nafas yang terengah-engah, Jeremy berusaha mencari wanita yang ia cintai. Ia membungkukkan badannya untuk menetralisir rasa pegal di dada. Satu hal yang ia sesalkan. Mengapa Alka sampai harus tahu? Jika dirinya yang terluka, tak masalah. Tetapi Alka terluka, Jeremy sungguh tak terima. Entah yang dikatakan oleh wanita tadi benar atau tidak, tapi Jeremy benar-benar kecewa. Bagaimana mungkin kedua orang tuanya tega menghilangkan nyawa putra semata wayangnya? Apakah mereka tetap melarang Jeremy bersatu dengan Alka atau tidak, harusnya jangan menggunakan Naufal. Harusnya Naufal tidak terkena sasaran. "Alka! Kamu di mana?" teriak Jeremy. Kelvin berlari dan mendekati Jeremy. Ia ikut membantu sahabatnya untuk mencari ke
"Hermin! Semua itu adalah masa lalu. Kenapa kamu selalu mengungkitnya?" tanya Hasan menahan rasa kesal.Malam ini, Hasan didampingi oleh Wilda, bertemu tidak sengaja dengan Hermin. Hermin mencoba untuk menjatuhkan mental mantan suaminya, bersama dengan istri yang sekarang, dengan mengungkit masa lalu. Hermin mencoba mengungkit jasa yang ia berikan kepada Hasan, dalam mendirikan perusahaan yang kini dipimpin oleh Jeremy."Kenapa aku selalu mengungkitnya? Apa aku tidak boleh mengungkitnya?" Hermin menyunggingkan senyum miring."Faktanya, memang tanpa bantuanku kamu tidak akan bisa maju seperti sekarang. Dan jika bukan karena Jeremy pintar juga, kamu tidak akan mungkin bisa tetap bertahan.""Oh!" Hermin sontak menutup mulut. "bukan hanya pintar. Tetapi juga karena paksaan kalian. Padahal, dia tidak mencintai Diana. Tapi kalian paksa untuk menikahi wanita itu," sindir Hermin.Hermin, Hasan, dan Wilda sama-sama bertemu di Bandung. Mereka menghadiri acara pernikahan putri dari walikota yang
"Apa maksudmu berkata seperti itu di depan anak laki-lakiku?" hardik Wilda. Wilda mengeram marah kepada Hermin yang mencoba untuk menghasut Jeremy. Sekuat hati ia mencoba untuk bersikap tenang didepan Jeremy. Namun Hermin malah memancing emosinya. "Bukankah Jeremy juga tahu kesalahanmu di masa lalu?" Hermin tersenyum miring. Hermin kemudian melipat tangan di dada dengan angkuh. "Sayang sekali ..., suami tersayangmu ini tidak mengetahuinya. Padahal, Jeremy yang paling kau percayai untuk di bodohi saja, tahu." Hasan mendengus kesal. Ia tengah terkejut dengan tuduhan yang dilemparkan kepada Wilda. Namun Hermin malah mengatakan hal tak penting. "Sebenarnya kalian ini membicarakan apa sih?" "Kamu mau tahu penyebab terbunuhnya Hendrik? Bukan karena narkoba. Pada saat itu Hendrik sudah selesai rehabilitasi, dan dia sudah sembuh dari ketergantungan obat-obatan terlarang tersebut. Sehari setelah meninggal, aku menemukan sebuah arang briket batubara berada di dalam mobilnya. Tidak hanya it
"Mas Jeremy?!" Alka berbalik dan melebarkan matanya ketika melihat Jeremy telah memegang senjata api. Ia berpikir sejak kapan Jeremy memegang benda itu. Kini ia merasa ketakutan sekarang. Takut jika Jeremy berbuat nekat melukai dirinya sendiri, dan melukai Alka. 'Sejak kapan dia memegang senjata api? Apa disimpan di balik jasnya? Berarti selama ini dia ke mana-mana membawa benda itu,' batin Alka. "Cepat melangkah sekarang, Alka!" titah Jeremy dengan mata menyorot marah. Alka menggeleng pelan. "Mas! I-ini tidak benar cara seperti ini." "Benar menurutku," desis Jeremy menggertakkan giginya. Alka merasakan bahunya melemas. "Mas! Bukankah Mas harus merelakan semuanya? Bukankah ini jalan yang terbaik untuk kita?" "Apakah kamu memang sudah tidak mencintai aku lagi?" tanya Jeremy menyeringai. Alka terdiam. Ia tak menyangka bahwa Jeremy akan menanyakan hal seperti itu padanya. Harusnya tanpa bertanya, Jeremy pun sudah tahu kalau dirinya masih memiliki perasaan istimewa itu. "Jawab
"Mas ... tolong jangan seperti ini!" Alka ketakutan melihat Jeremy ingin menekan pelatuk pada senjata api yang di pegang nya."Ini lebih baik menurutku." Jeremy tak berani menatap wajah Alka.Alka dengan perasaan takut yang ditekan nya, mencoba untuk mendekati Jeremy. Ia tak ingin Jeremy lepas kontrol."Sebaiknya, kamu jangan pernah pulang sekalian kalau hanya untuk melukai hatiku seperti ini. Mengapa kamu pulang hanya untuk menambah aku terluka? Kenapa? Kenapa semuanya terjadi?" Jeremy menitikkan airmata."Mas ...! Tolong! Mas sedang depresi. Tolong jangan seperti ini." Alka menggenggam senjata api yang di pegang Jeremy.Alka menangis histeris. "Sejak kapan suamiku bisa berubah menjadi seperti ini?"Alka ingat apa yang dikatakan Diana. Dan kini Alka dapat mempercayainya setelah melihat sendiri. Jeremy bukan Jeremy yang dulu. Jeremy kini memiliki satu sisi yang lain.Jeremy menatap Alka. "Aku berubah menjadi seperti ini, karena kamu. Karena kamu yang meninggalkan aku. Sehingga aku beru
"Bagaimana mungkin, kamu bisa berlaku demikian mengecewakan hati anak kita?" Hasan tengah menginterogasi Wilda, setelah pengakuannya didepan Jeremy. Hasan terkejut bahkan tak percaya dengan apa yang dilakukan oleh istrinya itu. Ada hal yang membuat dirinya merasa janggal ketika mendengar pengakuan ambigu yang diutarakan Wilda. "Aku tidak bermaksud menyakiti anak kita, Pa," jawab Wilda. "Lalu alasan apa yang bisa kamu berikan? Apa alasan masuk kamu membiarkan cucu satu-satu nya kita terbunuh?"Hasan benar-benar bingung mengenai pengakuan Wilda. Ia meminta maaf pada Jeremy atas meninggalnya Naufal. Tapi ia mengatakan hal ambigu bahwa ia tidak terlibat dan hanya mengetahui. "Ada alasan yang membuat aku harus memilih antara kehilangan Jeremy anakku, ataukah aku harus kehilangan cucu kita. Jadi aku memilih, yang menderita bukan aku, tapi Alka, istrinya," sahut Wilda.Hasan diam tanpa menyahut Wilda. Ia membiarkan istrinya melanjutkan ucapannya. Ia perlu mendengarkan alasan yang lebih m
Alka tengah belajar di ruang tamu. Aktivitasnya terus sih ketika mendengar seorang pria masuk ke dalam rumah tanpa permisi dan berteriak-teriak memanggil suaminya. Ketika menyadari siapa yang datang, ternyata itu adalah ayah mertua."Dimana Jeremy?" tanya Hasan dengan marah.Alka menutup laptop dan bangkit dari duduknya. "Suamiku sedang pergi ke Surabaya. Ada apa?"Alka melihat sorot mata, dan raut wajah Ayah mertuanya dipenuhi kemarahan. Kemungkinan ada sesuatu hal yang tidak beres membuat pria itu murka. Dan maksud kedatangannya mencari Jeremy, pasti ada hubungannya dengan sang suami. "Beritahu kepada suamimu untuk membersihkan namaku." Hasan mengangkat jari telunjuknya ke wajah Alka."Apakah dia sudah gila ingin menjerumuskan ayahnya sendiri? Atau mungkin, karena kamu dendam kepada kami jadi kamu meminta suamimu melakukan itu padaku?" Hasan memberondong pertanyaan tak masuk akal kepada Alka yang mengarah ke sebuah tuduhan. "Atas dasar Papa menuduhku?" Alka bertanya sambil mengeru
"Jadi, adanya kamu membiarkan Diana tetap bisa berkeliaran dari kasus pembunuhannya yang direkayasa, dan dilemparkan ke orang lain, karena kamu tahu ini akan terjadi?" tanya Kelvin pada Jeremy. Jeremy sedang menyandarkan punggung di kursi kerja nya. Mata pria itu menatap langit-langit ruangannya. Hembusan napas lelah ia keluarkan dari sela-sela bibirnya. "Iya benar," jawab Jeremy sambil memejamkan mata, "aku tidak semata-mata membiarkannya tanpa satu alasan yang jelas. Dan inilah alasannya sekarang. Kamu tahu sendiri."Kelvin mematikan cerutu nya dengan meletakkan nya di asbak. "Dari mana kamu tahu kalau, mereka akan menyerang ayahmu hingga ke dalam kesulitan seperti saat ini?"Jeremy memajukan badan nya, dan mengambil cangkir berisi kopi. "Jaksa yang ikut dalam penyidikan bersamaku, memberitahuku jauh hari sebelum Diana membunuh istri Rangga."Saat ini, berita mengenai kasus korupsi yang menyeret nama Hasan Arthur, menghiasi layar televisi, dan dunia maya setiap harinya. Bahkan beb
"Apa kamu mencurigai saya?" tanya Hermin kepada Alka.Alka menghela nafas sejenak, kemudian menggeleng pelan. "Saya hanya merasa aneh saja. Jeremy, adalah putra dari wanita yang telah merebut suami Anda. Dan anda sangat membenci ibu mertua saya." "Itu benar. Lalu?" Hermin tersenyum manis "Dengan kebencian besar yang tertanam dalam diri anda kepada Nyonya Wilda, Anda mendekati Jeremy. Anda tidak berniat untuk menjerumuskan Jeremy ke jalan yang salah bukan?" tanya Alka dengan hati-hati.Hermin menunduk dalam, dan kemudian mengangkat kepalanya kembali lalu tersenyum. "Saya bukan orang yang seperti itu."Alka menggigit bibirnya. "Mohon anda jangan menyeret suami saya ke dalam kesulitan. Dan anda, sebaiknya tidak perlu melakukan pendekatan atas nama keluarga kepada suamiku. Jika hendak melakukan pendekatan dan ingin menganggap suamiku sebagai putra anda juga, harusnya anda lakukan itu sejak dulu."Semenjak Jeremy mengatakan kepadanya bahwa Hermin sering menemui pria itu, serta berkomunik
Alka tengah berjalan menuju ruangan suaminya dengan senyuman yang mengembang. Jeremy memintanya untuk segera datang dan membawakan makan siang. Namun, ketika Alka berada tepat di depan ruangan Jeremy, terdengar dari dalam suara seorang wanita sepantaran dengan ibu mertuanya. khawatir membicarakan masalah penting, Alka memilih untuk diam sejenak sebelum masuk ke dalam."Wilda tentu saja tidak mau mengaku. Karena dia berusaha membersihkan namanya." Alka menaikkan kedua alisnya. Ia pernah mendengar suara itu. Dan sepertinya itu adalah ibu tiri Jeremy. Sebab, wanita tersebut juga menyinggung nama Wilda."Dan lagi, seseorang yang tidak diketahui identitasnya yang menyuruh Alda itu, bersembunyi di belakang layar. Dan tidak ingin ketahuan dan melemparkan kesalahan dengan mengkambing hitamkan orang lain. Menurutku dia adalah ibu kamu. Bukankah istri kamu pernah bilang saat bersaksi di pengadilan bahwa ia pernah diancam oleh Wilda mengenai keselamatan anak kalian?""Nyonya Hermin! Wanita ya
["Bagaimana hasilnya? Apa kamu bisa membujuk menantumu?"] tanya Hasan menelpon istrinya. Wilda mengeram kesal mendengar pertanyaan dari Hasan yang menyebut Alka sebagai 'menantunya'. Walaupun, pada kenyataannya memang wanita itu adalah istri putranya. Namun ia masih belum bisa menerima wanita itu menjadi bagian dari keluarganya. "Aku tidak berhasil," jawab Wilda dengan kesal. ["Bagaimana bisa kamu tidak berhasil? Apakah dia wanita yang sepintar itu bisa menolak permintaanmu?"]Wilda menghembuskan napas dalam-dalam. "Jeremy mengikuti istrinya pergi dengan ku. Aku juga tidak tahu bagaimana Jeremy bisa mendengarkan pembicaraan kami berdua."Hasan di seberang telepon terdengar mendesah kesal. Bahkan, Wilda sampai memejamkan matanya karena mendengar suara seperti piring atau barang berbahan kaca dibanting. Sepertinya, pria itu tengah melampiaskan amarahnya.["Bagaimana bisa? Masa kamu tidak bisa mempengaruhi wanita itu? Apakah kamu rela melihat suamimu ini dipenjara?"] cerca Hasan. Wil
Wilda dan Alka sama-sama terkejut melihat kedatangan Jeremy yang entah kapan berdiri di dekat mereka. Jeremy menatap lekat wajah sang istri."Jangan kamu turuti apa kata ibuku, Alka!""Mas Jeremy sejak kapan di sini?" tanya Alka heran."Bahkan sejak kamu masuk ke tempat ini, aku sudah tahu. Jadi, aku mendengar semua apa yang kalian bicarakan," ucap Jeremy dengan datar.Alka terdiam mendengar jawaban suaminya. Sedangkan Wilda menghela napas sembari memejamkan mata. Wanita paruh baya itu, mengepalkan kedua tangannya dengan erat. "Orang tuamu sedang mengalami kesulitan," ujar Wilda menggertakkan giginya, "mengapa kamu tidak mau membantu ayahmu? Kamu bahkan dengan sengaja menyebutkan nama ayahmu di depan jaksa.""Papa memang pantas mendapatkan itu. Karena Papa memang bersalah," jawab Jeremy dengan santai.Entah apa dan bagaimana tujuan Hasan mengkorupsi sebagian dana pembangunan smelter, dan hingga terseret saat ini, Jeremy memang sudah menyelidikinya sebelum kasus ini tercium oleh media
"Ada salah satu mahasiswi yang magang di perusahaan mu. Dia dari salah satu mahasiswi berbakat dari Universitas ternama di negeri ini, " beritahu Kelvin pada Jeremy sambil menyerah kan map berisi dokumen. Jeremy segera membuka map tersebut, dan mengerutkan kening ketika membaca nama yang tak asing baginya. "Riska Anastasya?" "Iya." kelvin mengangguk. "Kalau kamu tidak lupa, dia hampir saja menjadi istri ketigamu waktu dulu masih bersama Diana. "Jeremy menatap lekat wajah sahabatnya. Pria itu kembali beralih menatap lembaran dokumen berisi data-data pribadi atas nama Riska Anastasya. Gadis muda belia yang dulu hampir saja menjadi istri ketiganya jika Jeremy tidak dengan cepat bertindak. Ingatan Jeremy tertarik ke masa lalu sebelum akhirnya sang ibu menyerahkan sepenuhnya apa yang menjadi impian kebahagiaan Jeremy. Dan Jeremy bersyukur bisa melakukan itu sendiri. Membatalkan pernikahan ketiganya diam-diam di belakang wilda. "Dia kuliah jurusan ekonomi," sambung Kelvin. "Berikan
"Mas Jeremy ke mana ya, tiga hari tidak pulang?" gumam Alka dengan tatapan yang sendu.Alka berdiri di samping jendela sambil menatap ke arah jalanan. Sesekali matanya, melirik ke arah jam dinding yang tergantung. Semenjak pertengkarannya dengan Jeremy di rumah sakit 3 hari yang lalu, Jeremy meninggalkan Alka tanpa meninggalkan kabar. Bahkan, pria itu tidak juga pulang ke rumah.Ponsel Jeremy pun tidak bisa dihubungi. Saat Alka menanyakan keberadaan suaminya kepada Kelvin, Kelvin pun menjawab tidak tahu. Alka merasakan kekhawatiran yang luar biasa terhadap sang suami yang entah dimana keberadaannya.Apakah Jeremy marah karena ucapannya beberapa lalu? Alka sedikit pun tak bermaksud untuk membuat suaminya marah. Itu semua karena ia merasa frustasi dengan sakitnya yang semakin parah.Tak ingin menyerah, Alka mencoba menghubungi kembali sang suami. Namun, yang terdengar di seberang hanyalah suara operator. "Mas Jeremy di mana? Aku kangen. Apa Mas Jeremy marah sama aku?"Merasa lelah ka
"Jadi, korupsi mu bersama Iqbal soal pembangunan smelter, sudah tercium oleh jaksa yang merupakan teman Jeremy?" tanya Wilda kepada suaminya dengan dada yang bergejolak. Hasan menautkan kedua tangannya dan ia tumpukan pada meja. "Sekarang aku bingung harus melakukan apa."Wilda mendengus samar. "Biasanya, Papa selalu menghadapi masalah dengan santai dan tenang. Kenapa sekarang bingung? Apa karena akan melawan anakmu?" Beberapa hari terakhir ini, Hasan merasakan pikiran yang kalut. Korupsi pembangunan smelter, dan kasus robohnya panti asuhan, telah dilimpahkan semua berkasnya ke pihak kejaksaan. dan Hasan, turut menjadi tersangka dalam kedua kasus itu. Jeremy ikut andil dalam terseret nya nama Hasan Arthur. Padahal, Hasan sudah serapi mungkin menutupi jejak dirinya ikut terlibat. Dengan membayar seseorang untuk mau dijadikan kambing hitam. Hasan tak tahu bagaimana cara Jeremy bisa mengetahui dirinya mengkambing hitamkan seseorang. Entah karena Jeremy marah kepadanya, atau karena pr