"Mas Jeremy?!" Alka berbalik dan melebarkan matanya ketika melihat Jeremy telah memegang senjata api. Ia berpikir sejak kapan Jeremy memegang benda itu. Kini ia merasa ketakutan sekarang. Takut jika Jeremy berbuat nekat melukai dirinya sendiri, dan melukai Alka. 'Sejak kapan dia memegang senjata api? Apa disimpan di balik jasnya? Berarti selama ini dia ke mana-mana membawa benda itu,' batin Alka. "Cepat melangkah sekarang, Alka!" titah Jeremy dengan mata menyorot marah. Alka menggeleng pelan. "Mas! I-ini tidak benar cara seperti ini." "Benar menurutku," desis Jeremy menggertakkan giginya. Alka merasakan bahunya melemas. "Mas! Bukankah Mas harus merelakan semuanya? Bukankah ini jalan yang terbaik untuk kita?" "Apakah kamu memang sudah tidak mencintai aku lagi?" tanya Jeremy menyeringai. Alka terdiam. Ia tak menyangka bahwa Jeremy akan menanyakan hal seperti itu padanya. Harusnya tanpa bertanya, Jeremy pun sudah tahu kalau dirinya masih memiliki perasaan istimewa itu. "Jawab
"Mas ... tolong jangan seperti ini!" Alka ketakutan melihat Jeremy ingin menekan pelatuk pada senjata api yang di pegang nya."Ini lebih baik menurutku." Jeremy tak berani menatap wajah Alka.Alka dengan perasaan takut yang ditekan nya, mencoba untuk mendekati Jeremy. Ia tak ingin Jeremy lepas kontrol."Sebaiknya, kamu jangan pernah pulang sekalian kalau hanya untuk melukai hatiku seperti ini. Mengapa kamu pulang hanya untuk menambah aku terluka? Kenapa? Kenapa semuanya terjadi?" Jeremy menitikkan airmata."Mas ...! Tolong! Mas sedang depresi. Tolong jangan seperti ini." Alka menggenggam senjata api yang di pegang Jeremy.Alka menangis histeris. "Sejak kapan suamiku bisa berubah menjadi seperti ini?"Alka ingat apa yang dikatakan Diana. Dan kini Alka dapat mempercayainya setelah melihat sendiri. Jeremy bukan Jeremy yang dulu. Jeremy kini memiliki satu sisi yang lain.Jeremy menatap Alka. "Aku berubah menjadi seperti ini, karena kamu. Karena kamu yang meninggalkan aku. Sehingga aku beru
"Bagaimana mungkin, kamu bisa berlaku demikian mengecewakan hati anak kita?" Hasan tengah menginterogasi Wilda, setelah pengakuannya didepan Jeremy. Hasan terkejut bahkan tak percaya dengan apa yang dilakukan oleh istrinya itu. Ada hal yang membuat dirinya merasa janggal ketika mendengar pengakuan ambigu yang diutarakan Wilda. "Aku tidak bermaksud menyakiti anak kita, Pa," jawab Wilda. "Lalu alasan apa yang bisa kamu berikan? Apa alasan masuk kamu membiarkan cucu satu-satu nya kita terbunuh?"Hasan benar-benar bingung mengenai pengakuan Wilda. Ia meminta maaf pada Jeremy atas meninggalnya Naufal. Tapi ia mengatakan hal ambigu bahwa ia tidak terlibat dan hanya mengetahui. "Ada alasan yang membuat aku harus memilih antara kehilangan Jeremy anakku, ataukah aku harus kehilangan cucu kita. Jadi aku memilih, yang menderita bukan aku, tapi Alka, istrinya," sahut Wilda.Hasan diam tanpa menyahut Wilda. Ia membiarkan istrinya melanjutkan ucapannya. Ia perlu mendengarkan alasan yang lebih m
Malam ini, di kediaman Jeremy dan Alka, tengah dilaksanakan acara 'bangun nikah'. Yaitu acara yang biasa dilakukan oleh orang bersuku Jawa, mengulang kembali akad nikah mereka setelah beberapa masalah yang terjadi hingga pasangan berpisah. Setelah masa berkabung yang mereka lalui sedikit berkurang, keduanya melakukan bangun nikah bersama. Ini sudah lewat dari 40 hari kematian Naufal. Dan kebetulan atas permintaan dari Alka, dia meminta kepada suaminya untuk membangun nikah setelah 40 hari. Dan Jeremy menuruti permintaan istrinya.Akad nikah dilaksanakan secara privat dan mengundang beberapa orang terdekat mereka. Kakak sepupu Alka, yaitu Nena, juga turut hadir dalam acara bangun nikah adiknya. Jeremy tersenyum bahagia setelah apa yang ia lewati selama bertahun-tahun. Segala kesakitan, penderitaan, kehampaan jiwa yang dilalui selama 5 tahun lamanya, berbuat manis akhirnya. Saatnya untuk mengucapkan selamat tinggal kepada segala kepahitan yang dirasakan. Baik itu Alka, maupun Jeremy s
"Lihatlah di layar monitor itu!" tunjuk Kelvin.Layar monitor yang terpasang di sana, menyala dan menunjukkan foto pernikahan Jeremy dan Alka 7 tahun yang lalu. Tak hanya itu, bukti berupa foto buku nikah milik keduanya pun ditampilkan. Kelvin menatap satu persatu wajah dari para seluruh karyawan tersebut yang hadir. Mengapa foto buku nikah Jeremy dan Alka bisa ditampilkan seolah sudah dipersiapkan? Tadinya, layar monitor itu hanya digunakan sebagai hiasan dari bagian dekorasi yang tertata di sana. Dan bertuliskan nama Jeremy & Alka yang terukir indah.Namun, karena terjadi fitnah yang dilakukan oleh Diana lewat media sosial miliknya, dan menyebar dengan cepat, membuat Jeremy naik pitam. Ia segera membawa masuk sang istri yang sudah terlihat tertekan karena tatapan remeh dari karyawan Jeremy yang dilemparkan terhadap Alka. Dari dalam kamarnya, Jeremy memainkan ponsel bertujuan untuk mengirimkan pesan berupa foto-foto kepada anak buahnya. Jadi, dengan adanya layar monitor tersebut, b
Alka mengerjapkan matanya berulang kali, saat sinar matahari menerobos masuk dari tirai dan mengenai wajahnya. Ia menggeliat, dan sedikit meringis karena merasakan remuk pada tubuhnya hingga ke tulang. Hingga ia menyadari mendapati dirinya tidur lelap di dalam pelukan sang suami. Alka tersenyum sambil memandang wajah Jeremy yang damai dalam tidurnya. Masih membekas ingatan tadi malam, saat mereka berbagi kehangatan melewati malam yang indah. Pipi Alka bersemu merah mengingat apa yang telah lama tidak ia lakukan. Ia mencoba mengangkat tangannya perlahan, hendak menyentuh wajah sang suami. Namun hatinya merasa ragu, dan takut mengusik ketenangan Jeremy. "Aku tahu aku tampan," ucap Jeremy dengan lirih.Alka melebarkan matanya mengetahui Jeremy yang menyadari bahwa ia terus menatap pria itu. Alka merasa malu, dan membalikan tubuhnya ke samping. Jeremy kemudian membuka mata, dan tersenyum melihat tingkah menggemaskan sang istri."Suamimu di sini. Bukan di sana," kata Jeremy.Alka tetap
"Sidang perdana?" Alka mengulang perkataan Jeremy dengan nada yang dingin.Jeremy mengangguk. "Iya betul. Hari ini, agendanya mendengarkan keterangan dari para saksi ahli. Kamu mau datang? Atau aku saja yang mewakilkan?" Istri kesayangan Jeremy itu menghela napas pelan. Alka lupa bawa hari ini adalah sidang perdana kasus pembunuhan putranya akan digelar. Sudah cukup menyakitkan bagi Alka, mengingat bagaimana putranya pergi. Dan entah mengapa, Alka masih tidak bisa merelakannya. Meskipun di luar, ia kelihatan tegar tanpa menunjukkan kesedihan di depan Jeremy demi menghormati sang suami, dalam hati Alka selalu bergejolak ketika mengingat bahwa putranya telah tiada. Pembunuh putranya yang bernama Alda, sampai detik ini masih tidak mengaku siapa seseorang yang memintanya melakukan hal keji tersebut.Jeremy melihat istrinya yang merenung. Kemudian ia menggenggam tangan sang istri. "Sayang!" panggil Jeremy.Allah tersadar dari lamunannya. "Iya, Mas.""Bagaimana? Kamu mau datang atau tida
Jeremy menatap ayahnya yang sedikit tak suka dengan sikapnya, dengan ekspresi wajah yang datar. Keinginan ayahnya, Jeremy tidak ingin mengabulkan. Apalagi tentang istrinya."Tidak salah sebenarnya. Tapi aku melarang istriku. Meskipun, istriku menginginkannya," tegas Jeremy.Jeremy meraih tangan sang istri, dan menggenggamnya. Alka menggelengkan kepala memberikan isyarat melalui tatapan mata kepada sang suami. Jeremy tahu bahwa sang istri tidak setuju dengan sikapnya menolak secara terang-terangan ajakan Hasan."Kalau Papa mengajak bicara hal penting, bicara saja denganku. Tidak perlu mengajak istriku juga. Kalian membenci istriku, lalu untuk apa mengajaknya untuk makan malam bersama kalian? Apakah kalian berencana untuk menghinanya lagi?" sindir Jeremy."Aku melarang keras kepada kalian berdua untuk berbicara dengan istriku. Bukan istriku yang menginginkan ini. Aku yang melarangnya."Jeremy kemudian berlalu dari hadapan sang ayah, dan tak lupa menarik tangan sang istri. Alka hampir sa
Jeremy menatap ayahnya yang sedikit tak suka dengan sikapnya, dengan ekspresi wajah yang datar. Keinginan ayahnya, Jeremy tidak ingin mengabulkan. Apalagi tentang istrinya."Tidak salah sebenarnya. Tapi aku melarang istriku. Meskipun, istriku menginginkannya," tegas Jeremy.Jeremy meraih tangan sang istri, dan menggenggamnya. Alka menggelengkan kepala memberikan isyarat melalui tatapan mata kepada sang suami. Jeremy tahu bahwa sang istri tidak setuju dengan sikapnya menolak secara terang-terangan ajakan Hasan."Kalau Papa mengajak bicara hal penting, bicara saja denganku. Tidak perlu mengajak istriku juga. Kalian membenci istriku, lalu untuk apa mengajaknya untuk makan malam bersama kalian? Apakah kalian berencana untuk menghinanya lagi?" sindir Jeremy."Aku melarang keras kepada kalian berdua untuk berbicara dengan istriku. Bukan istriku yang menginginkan ini. Aku yang melarangnya."Jeremy kemudian berlalu dari hadapan sang ayah, dan tak lupa menarik tangan sang istri. Alka hampir sa
"Sidang perdana?" Alka mengulang perkataan Jeremy dengan nada yang dingin.Jeremy mengangguk. "Iya betul. Hari ini, agendanya mendengarkan keterangan dari para saksi ahli. Kamu mau datang? Atau aku saja yang mewakilkan?" Istri kesayangan Jeremy itu menghela napas pelan. Alka lupa bawa hari ini adalah sidang perdana kasus pembunuhan putranya akan digelar. Sudah cukup menyakitkan bagi Alka, mengingat bagaimana putranya pergi. Dan entah mengapa, Alka masih tidak bisa merelakannya. Meskipun di luar, ia kelihatan tegar tanpa menunjukkan kesedihan di depan Jeremy demi menghormati sang suami, dalam hati Alka selalu bergejolak ketika mengingat bahwa putranya telah tiada. Pembunuh putranya yang bernama Alda, sampai detik ini masih tidak mengaku siapa seseorang yang memintanya melakukan hal keji tersebut.Jeremy melihat istrinya yang merenung. Kemudian ia menggenggam tangan sang istri. "Sayang!" panggil Jeremy.Allah tersadar dari lamunannya. "Iya, Mas.""Bagaimana? Kamu mau datang atau tida
Alka mengerjapkan matanya berulang kali, saat sinar matahari menerobos masuk dari tirai dan mengenai wajahnya. Ia menggeliat, dan sedikit meringis karena merasakan remuk pada tubuhnya hingga ke tulang. Hingga ia menyadari mendapati dirinya tidur lelap di dalam pelukan sang suami. Alka tersenyum sambil memandang wajah Jeremy yang damai dalam tidurnya. Masih membekas ingatan tadi malam, saat mereka berbagi kehangatan melewati malam yang indah. Pipi Alka bersemu merah mengingat apa yang telah lama tidak ia lakukan. Ia mencoba mengangkat tangannya perlahan, hendak menyentuh wajah sang suami. Namun hatinya merasa ragu, dan takut mengusik ketenangan Jeremy. "Aku tahu aku tampan," ucap Jeremy dengan lirih.Alka melebarkan matanya mengetahui Jeremy yang menyadari bahwa ia terus menatap pria itu. Alka merasa malu, dan membalikan tubuhnya ke samping. Jeremy kemudian membuka mata, dan tersenyum melihat tingkah menggemaskan sang istri."Suamimu di sini. Bukan di sana," kata Jeremy.Alka tetap
"Lihatlah di layar monitor itu!" tunjuk Kelvin.Layar monitor yang terpasang di sana, menyala dan menunjukkan foto pernikahan Jeremy dan Alka 7 tahun yang lalu. Tak hanya itu, bukti berupa foto buku nikah milik keduanya pun ditampilkan. Kelvin menatap satu persatu wajah dari para seluruh karyawan tersebut yang hadir. Mengapa foto buku nikah Jeremy dan Alka bisa ditampilkan seolah sudah dipersiapkan? Tadinya, layar monitor itu hanya digunakan sebagai hiasan dari bagian dekorasi yang tertata di sana. Dan bertuliskan nama Jeremy & Alka yang terukir indah.Namun, karena terjadi fitnah yang dilakukan oleh Diana lewat media sosial miliknya, dan menyebar dengan cepat, membuat Jeremy naik pitam. Ia segera membawa masuk sang istri yang sudah terlihat tertekan karena tatapan remeh dari karyawan Jeremy yang dilemparkan terhadap Alka. Dari dalam kamarnya, Jeremy memainkan ponsel bertujuan untuk mengirimkan pesan berupa foto-foto kepada anak buahnya. Jadi, dengan adanya layar monitor tersebut, b
Malam ini, di kediaman Jeremy dan Alka, tengah dilaksanakan acara 'bangun nikah'. Yaitu acara yang biasa dilakukan oleh orang bersuku Jawa, mengulang kembali akad nikah mereka setelah beberapa masalah yang terjadi hingga pasangan berpisah. Setelah masa berkabung yang mereka lalui sedikit berkurang, keduanya melakukan bangun nikah bersama. Ini sudah lewat dari 40 hari kematian Naufal. Dan kebetulan atas permintaan dari Alka, dia meminta kepada suaminya untuk membangun nikah setelah 40 hari. Dan Jeremy menuruti permintaan istrinya.Akad nikah dilaksanakan secara privat dan mengundang beberapa orang terdekat mereka. Kakak sepupu Alka, yaitu Nena, juga turut hadir dalam acara bangun nikah adiknya. Jeremy tersenyum bahagia setelah apa yang ia lewati selama bertahun-tahun. Segala kesakitan, penderitaan, kehampaan jiwa yang dilalui selama 5 tahun lamanya, berbuat manis akhirnya. Saatnya untuk mengucapkan selamat tinggal kepada segala kepahitan yang dirasakan. Baik itu Alka, maupun Jeremy s
"Bagaimana mungkin, kamu bisa berlaku demikian mengecewakan hati anak kita?" Hasan tengah menginterogasi Wilda, setelah pengakuannya didepan Jeremy. Hasan terkejut bahkan tak percaya dengan apa yang dilakukan oleh istrinya itu. Ada hal yang membuat dirinya merasa janggal ketika mendengar pengakuan ambigu yang diutarakan Wilda. "Aku tidak bermaksud menyakiti anak kita, Pa," jawab Wilda. "Lalu alasan apa yang bisa kamu berikan? Apa alasan masuk kamu membiarkan cucu satu-satu nya kita terbunuh?"Hasan benar-benar bingung mengenai pengakuan Wilda. Ia meminta maaf pada Jeremy atas meninggalnya Naufal. Tapi ia mengatakan hal ambigu bahwa ia tidak terlibat dan hanya mengetahui. "Ada alasan yang membuat aku harus memilih antara kehilangan Jeremy anakku, ataukah aku harus kehilangan cucu kita. Jadi aku memilih, yang menderita bukan aku, tapi Alka, istrinya," sahut Wilda.Hasan diam tanpa menyahut Wilda. Ia membiarkan istrinya melanjutkan ucapannya. Ia perlu mendengarkan alasan yang lebih m
"Mas ... tolong jangan seperti ini!" Alka ketakutan melihat Jeremy ingin menekan pelatuk pada senjata api yang di pegang nya."Ini lebih baik menurutku." Jeremy tak berani menatap wajah Alka.Alka dengan perasaan takut yang ditekan nya, mencoba untuk mendekati Jeremy. Ia tak ingin Jeremy lepas kontrol."Sebaiknya, kamu jangan pernah pulang sekalian kalau hanya untuk melukai hatiku seperti ini. Mengapa kamu pulang hanya untuk menambah aku terluka? Kenapa? Kenapa semuanya terjadi?" Jeremy menitikkan airmata."Mas ...! Tolong! Mas sedang depresi. Tolong jangan seperti ini." Alka menggenggam senjata api yang di pegang Jeremy.Alka menangis histeris. "Sejak kapan suamiku bisa berubah menjadi seperti ini?"Alka ingat apa yang dikatakan Diana. Dan kini Alka dapat mempercayainya setelah melihat sendiri. Jeremy bukan Jeremy yang dulu. Jeremy kini memiliki satu sisi yang lain.Jeremy menatap Alka. "Aku berubah menjadi seperti ini, karena kamu. Karena kamu yang meninggalkan aku. Sehingga aku beru
"Mas Jeremy?!" Alka berbalik dan melebarkan matanya ketika melihat Jeremy telah memegang senjata api. Ia berpikir sejak kapan Jeremy memegang benda itu. Kini ia merasa ketakutan sekarang. Takut jika Jeremy berbuat nekat melukai dirinya sendiri, dan melukai Alka. 'Sejak kapan dia memegang senjata api? Apa disimpan di balik jasnya? Berarti selama ini dia ke mana-mana membawa benda itu,' batin Alka. "Cepat melangkah sekarang, Alka!" titah Jeremy dengan mata menyorot marah. Alka menggeleng pelan. "Mas! I-ini tidak benar cara seperti ini." "Benar menurutku," desis Jeremy menggertakkan giginya. Alka merasakan bahunya melemas. "Mas! Bukankah Mas harus merelakan semuanya? Bukankah ini jalan yang terbaik untuk kita?" "Apakah kamu memang sudah tidak mencintai aku lagi?" tanya Jeremy menyeringai. Alka terdiam. Ia tak menyangka bahwa Jeremy akan menanyakan hal seperti itu padanya. Harusnya tanpa bertanya, Jeremy pun sudah tahu kalau dirinya masih memiliki perasaan istimewa itu. "Jawab
"Apa maksudmu berkata seperti itu di depan anak laki-lakiku?" hardik Wilda. Wilda mengeram marah kepada Hermin yang mencoba untuk menghasut Jeremy. Sekuat hati ia mencoba untuk bersikap tenang didepan Jeremy. Namun Hermin malah memancing emosinya. "Bukankah Jeremy juga tahu kesalahanmu di masa lalu?" Hermin tersenyum miring. Hermin kemudian melipat tangan di dada dengan angkuh. "Sayang sekali ..., suami tersayangmu ini tidak mengetahuinya. Padahal, Jeremy yang paling kau percayai untuk di bodohi saja, tahu." Hasan mendengus kesal. Ia tengah terkejut dengan tuduhan yang dilemparkan kepada Wilda. Namun Hermin malah mengatakan hal tak penting. "Sebenarnya kalian ini membicarakan apa sih?" "Kamu mau tahu penyebab terbunuhnya Hendrik? Bukan karena narkoba. Pada saat itu Hendrik sudah selesai rehabilitasi, dan dia sudah sembuh dari ketergantungan obat-obatan terlarang tersebut. Sehari setelah meninggal, aku menemukan sebuah arang briket batubara berada di dalam mobilnya. Tidak hanya it