"Gimana, dok keadaan istri saya? Apa sudah siuman, dok?" Bowo memburu pria berbaju putih yang baru saja keluar dari pintu ruangan operasi itu dengan rasa ingin tahu yang tak bisa dibendung lagi.Di depannya, sejenak laki-laki berjas putih itu menghentikan langkahnya, lalu memandang Bowo dengan tatapan ingin tahu yang sama."Saudara siapanya pasien?" tanya dokter itu dengan tenang."Saya suaminya pasien dok," sahut Bowo dengan nada tak sabar ingin segera mengetahui kondisi Yuni yang sedari tadi tampaknya belum juga sadar dari pingsannya. Dan itu membuatnya dicekam rasa gelisah."Alhamdulillah, pasien sudah siuman dan sudah mulai kembali kesadarannya, Pak. tapi belum bisa diajak berkomunikasi lebih lanjut karena trauma dan luka di bagian belakang kepala yang cukup dalam. Kita lihat saja dalam beberapa jam ke depan ya. Semoga saja pasien tidak kenapa-kenapa dan bisa pulih kembali kesadarannya. Oke. Saya permisi dulu." Sang dokter berucap tegas lalu kembali meneruskan langkahnya yang tert
Setelah menjalani perawatan di rumah sakit selama satu minggu, dokter akhirnya mengizinkan pasien/Yuni pulang ke rumah, sembari tak lupa untuk melakukan kontrol sesuai jadwal yang telah diberikan.Keadaan Yuni mulai membaik meski masih sering mengalami pusing dan sakit di bagian kepalanya. Namun, menurut dokter hal itu normal karena Yuni masih dalam proses penyembuhan.Yuni sendiri sejak kesadarannya semakin meningkat, merasa terkejut mendapati Bowo ternyata ada di sampingnya. Menurut yang ia dengar dari Alvin, Bowo tak sekalipun meninggalkan Yuni sejak pertama kali jatuh sakit.Hal itu membuat amarah dan sakit hati yang selama ini ada dalam benak Yuni perlahan mulai terkikis, meskipun masih menyisakan bekas yang tak mungkin hilang begitu saja.Sudah banyak yang jadi korban karena keegoisan laki-laki itu. Ibunya dipenjara, itu karena perilaku suaminya yang sudah memanfaatkan penghasilannya dan ibunya secara diam-diam bahkan menghabiskannya demi perempuan lain yang bahkan tak punya and
"Hai, Nit ... nggak nyangka ya bisa ketemu kamu di sini. Lagi sama siapa? Al ... vin?" Dina terpaku saat matanya tertumbuk pada sosok Alvin yang membeliak kaget karena tak menyangka bisa bertemu dirinya di tempat seperti itu.Melihat Dina menatapnya heran, buru-buru Alvin menundukkan kepalanya hingga membuat Anita sampai harus mengernyitkan dahinya karena bingung.Gadis itu juga heran karena ternyata Dina yang ia kenal karena keluarganya merupakan mitra bisnis perusahaan yang didirikan Vira yang saat ini ia kelola ternyata juga mengenal Alvin. Lalu sejauh mana gadis itu mengenal laki-laki muda di depannya ini ya? Apa ada hubungan spesial diantara mereka sebelum Alvin bertemu dengannya? Galau hati Anita ingin tahu."Kalian saling kenal?" Anita bertanya sembari menatap Dina dan Alvin berganti-gantian dengan rasa penasaran."Ya, kenallah. Dia mantan suami temanku. Kalian sendiri sudah lama saling kenal?" Dina balik bertanya pada Anita yang tiba-tiba merasa kaget dan kurang nyaman mendeng
Pasca makan siang itu, hubungan Alvin dan Anita tak lagi intens seperti sebelumnya. Beberapa kali Alvin mencoba mengirim pesan di aplikasi hijau, tetapi Anita hampir tak antusias membalasnya.Alvin akhirnya sadar mungkin perjuangannya memang harus kandas pada titik itu juga. Anita ternyata bukanlah jodoh yang dikirimkan Tuhan untuk menggantikan Vira dan Meisya, melainkan teguran agar ia mau berubah dan memperbaiki dirinya.Sejujurnya gadis itu memang sulit untuk ia jangkau. Kehidupan mereka sangat lah jauh berbeda. Anita terlahir dari keluarga kaya dan memiliki pekerjaan yang punya prestis baik di mata masyarakat, seorang dokter spesialis anak.Sedangkan ia tak punya apa-apa. Baru saja mencoba merintis usaha menjadi seorang content creator di aplikasi berwarna merah. Itu pun masih terhitung pemula. Meski sudah mulai memiliki penghasilan, tetapi semua itu belumlah sepadan untuk bisa membuatnya sebanding dengan Anita.[Vin, buktikan kamu sudah berubah jauh lebih baik dari yang dulu. Bar
"Kamu kenapa, Vin? Kok senyum senyum sendiri?" tanya Bu Surti saat melihat putranya tampak senyum-senyum simpul saat membaca pesan WhatsApp yang baru saja diterima olehnya.Pesan WhatsApp dari sosok Anita yang beberapa hari ini kembali dekat dengannya setelah hampir dua tahun lamanya mereka tak lagi menjalin komunikasi. Namun, kemarin secara tiba-tiba gadis itu kembali menghubunginya dan barusan mengatakan kalau kedua orang tuanya memintanya bertemu dengan dirinya.Apakah itu berarti kedua orang tua gadis itu telah siap sedia menerima dirinya menjadi calon menantu mereka? Ah, senangnya andai benar demikian, batin Alvin penuh harap dan bahagia."Hmm, ini Bu. Ada pesan dari teman dekat Alvin. Dia bilang kedua orang tuanya mau bertemu Alvin. Gimana menurut ibu?" jawab Alvin sambil menatap lekat ibunya.Bu Surti balik menatap putranya dan tersenyum lebar."Oh ya? Kamu sudah punya teman dekat dan kedua orang tuanya ingin segera bertemu kamu? Syukurlah kalau begitu, Vin. Semoga ini pertanda
Usai waktu magrib menjelang, Alvin pun segera bersiap-siap. Barusan ia telah mendapatkan lampu hijau dari Anita kalau kedua orang tua gadis itu meminta bertemu dengannya malam ini juga. Itu sebabnya, sehabis magrib malam ini, ia pun segera siap-siap hendak menuju kediaman orang tua Anita."Vin, nanti di sana, kamu harus bisa meyakinkan kedua orang tua Anita kalau kamu sudah berubah ya. Kamu harus bisa meyakinkan kedua orang tua Anita bahwa meskipun kamu sudah pernah dua kali menikah dan dua kali pula bercerai, tapi kamu bukanlah laki-laki tidak bertanggung jawab yang berperilaku buruk serta suka menelantarkan istri ya.""Bilang saja jodohnya sudah habis. Takdir sudah ditentukan. Dan suratan nasib telah digariskan. Manusia hanya bisa berencana, Tuhan juga yang punya kuasa. Kalau kalian bercerai, itu bukan karena salah siapa- siapa tapi karena suratan jodohnya sudah selesai. Nggak usah ngomong yang jelek-jelek soal mantan istri kamu ya. Nggak ada gunanya," ucap Bu Surti berpesan pada pu
Glek!!!Alvin menelan ludah dengan kerongkongan sedikit kelu dan tercekat saat Pak Hadi Widjaya telah selesai berucap. Tak pernah ia bayangkan sebelumnya jika ternyata pertemuan dengan kedua orang tua Anita adalah demi membahas persyaratan yang harus ia penuhi jika ingin melamar anak gadis mereka yang bagi Alvin tentu saja begitu fantastis itu.Rumah, mobil, asisten rumah tangga dan segudang fasilitas lain yang harus ia siapkan dan penuhi jika ingin melamar gadis itu? Ah, apakah ini tidak berlebihan? Pikirannya mendadak kalut.Ia harus menyediakan sebanyak itu persyaratan jika ingin mempersunting Anita dan menjadikan gadis itu istrinya? Apa ia sanggup?Tadinya ia berpikir cinta dan kesetiaan serta perubahan diri ke arah yang lebih baik saja sudah cukup untuk mempersunting gadis itu mengingat Anita juga tak bisa berpindah ke lain hati sejak bertemu dengannya kemarin, tetapi ternyata tidak. Harta dan fasilitas hidup tetap menjadi bagian penting yang tak bisa dilupakan dari hubungan mer
"Gimana, Vin? Sukses pertemuannya?" tanya Bu Surti saat Alvin telah kembali ke rumah.Di ruang tamu, keluarga besarnya tampak masih berkumpul seolah menunggu kepulangannya. Menunggu kabar baik yang harusnya ia bawa tetapi tidak, karena semua itu ternyata tak sesuai dengan ekspektasinya semula.Alvin menggeleng lemah lalu menjatuhkan tubuhnya di sofa dengan gerakan lunglai.Melihat itu sontak Bu Surti dan Yuni yang duduk di sampingnya mengernyitkan kening mereka karena heran."Gimana, Vin? Apa kata kedua orang tua Anita?" buka suara Bu Surti.Alvin menghembuskan nafas dalam dalam sebelum akhirnya membuka mulutnya."Susah, Bu kayaknya. Papa Anita meminta syarat yang rasanya sulit buat Alvin penuhi," jawabnya lirih. Nyaris putus asa."Syarat? Syarat apa?" Bu Surti bertanya kaget dan ingin tahu."Iya, Vin. Kok pakai syarat -syarat segala sih? Kayak mau kredit motor aja? Syarat apa memangnya?" timpal Yuni pula merasa penasaran."Syarat untuk menikahi Anita, Bu ... Mbak. Yaitu memberikan An