Glek!!!Alvin menelan ludah dengan kerongkongan sedikit kelu dan tercekat saat Pak Hadi Widjaya telah selesai berucap. Tak pernah ia bayangkan sebelumnya jika ternyata pertemuan dengan kedua orang tua Anita adalah demi membahas persyaratan yang harus ia penuhi jika ingin melamar anak gadis mereka yang bagi Alvin tentu saja begitu fantastis itu.Rumah, mobil, asisten rumah tangga dan segudang fasilitas lain yang harus ia siapkan dan penuhi jika ingin melamar gadis itu? Ah, apakah ini tidak berlebihan? Pikirannya mendadak kalut.Ia harus menyediakan sebanyak itu persyaratan jika ingin mempersunting Anita dan menjadikan gadis itu istrinya? Apa ia sanggup?Tadinya ia berpikir cinta dan kesetiaan serta perubahan diri ke arah yang lebih baik saja sudah cukup untuk mempersunting gadis itu mengingat Anita juga tak bisa berpindah ke lain hati sejak bertemu dengannya kemarin, tetapi ternyata tidak. Harta dan fasilitas hidup tetap menjadi bagian penting yang tak bisa dilupakan dari hubungan mer
"Gimana, Vin? Sukses pertemuannya?" tanya Bu Surti saat Alvin telah kembali ke rumah.Di ruang tamu, keluarga besarnya tampak masih berkumpul seolah menunggu kepulangannya. Menunggu kabar baik yang harusnya ia bawa tetapi tidak, karena semua itu ternyata tak sesuai dengan ekspektasinya semula.Alvin menggeleng lemah lalu menjatuhkan tubuhnya di sofa dengan gerakan lunglai.Melihat itu sontak Bu Surti dan Yuni yang duduk di sampingnya mengernyitkan kening mereka karena heran."Gimana, Vin? Apa kata kedua orang tua Anita?" buka suara Bu Surti.Alvin menghembuskan nafas dalam dalam sebelum akhirnya membuka mulutnya."Susah, Bu kayaknya. Papa Anita meminta syarat yang rasanya sulit buat Alvin penuhi," jawabnya lirih. Nyaris putus asa."Syarat? Syarat apa?" Bu Surti bertanya kaget dan ingin tahu."Iya, Vin. Kok pakai syarat -syarat segala sih? Kayak mau kredit motor aja? Syarat apa memangnya?" timpal Yuni pula merasa penasaran."Syarat untuk menikahi Anita, Bu ... Mbak. Yaitu memberikan An
Dina buru-buru keluar dari rumah menuju gerbang saat notifikasi WA-nya berbunyi. Ia seolah bisa menduga siapa yang datang pagi-pagi buta begini ke rumahnya. Benar saja, orang itu sesuai tebakannya tadi adalah Bu Hadi Widjaya yang barusan mengirimkan pesan padanya kalau beliau sedang dalam perjalanan menuju ke kediamannya itu.Setelah turun dari mobil mewah miliknya, perempuan paruh baya itu buru-buru mendekati Dina. Setelah sampai di hadapan gadis itu, Nyonya Hadi Wijaya segera mengangsurkan sebuah kantung plastik berisikan beberapa kotak makanan di dalamnya. "Ini apaan, Tante? Pagi-pagi gini Tante udah nyampe aja ke sini?" tanya Dina dengan suara berbisik takut terdengar oleh ibunya dan Vira yang malam tadi kebetulan menginap di rumahnya ini. Gadis itu memaksakan senyumnya pada perempuan paruh baya di depannya itu."Ini, Din. Sarapan pagi buat kamu sama Ibu kamu. Kebetulan tante tadi nyari sarapan pagi, jadi sekalian aja mampir ke sini sambil bawain kamu beberapa kotak bubur ayam.
Anita keluar dari kamar dengan langkah tak bersemangat. Semalam berulang kali Alvin berusaha menghubunginya tetapi panggilan telepon dari laki laki itu tak ia angkat. Ia merasa serba salah, di satu sisi ia sangat bahagia bisa kembali bertemu Alvin dan menjalin kasih dengan laki laki itu meski hanya bisa dilakukan dengan diam diam seperti yang selama ini mereka jalani.Ia juga senang karena setelah dua tahun hubungan diam diam yang mereka jalani ini, Alvin sudah banyak menampakkan perubahan yang berarti dalam hidupnya.Dia bukan lagi pria pengangguran tanpa pekerjaan dan penghasilan apa apa. Dia telah menjadi seorang content creator yang cukup diperhitungkan dan pemilik usaha kecil-kecilan yang katanya mulai merangkak naik.Namun, ternyata semua perubahan itu sepertinya tak cukup mampu membuat mama dan papanya setuju dengan pilihan hatinya itu.Terbukti tadi malam, papa dan mamanya telah memberikan syarat yang sangat tidak mudah bagi Alvin jika ingin meneruskan rencananya melamar diri
Berbekal informasi dari ibunya, Rudy, kakak Anita pun berniat menemui Alvin secara langsung dan pribadi. Lelaki itu yang konon merupakan kekasih dari adik semata wayangnya itu.Dari ibunya dan Dina, dia jadi tahu kalau Vira, rekan bisnisnya pernah menikah dan gagal dalam pernikahannya karena punya suami dan mertua yang begitu jahat memperlakukan dirinya. Tapi dia tidak pernah mengira sama sekali kalau pria yang pernah menyakiti hati rekannya itu ternyata adalah kekasih adik perempuannya saat ini dan calon suami yang diidamkan oleh Anita. Benar benar tak masuk di akal kalau dipikir pikir, batinnya.Rudy pun menyeringai gundah memikirkan nasib adiknya itu. Bukan tak sayang pada Anita kalau pagi ini dia memutuskan hendak bicara empat mata dengan Alvin supaya laki laki itu mau menjauh dari adiknya.Tapi justru karena rasa sayanglah yang membuat dia bela belain menemui Alvin saat ini. Supaya adiknya itu tidak terjebak dalam pernikahan yang salah nantinya, seperti Vira.Ada pun, karena tida
"Maksud Mas Rudy?" Alvin tergagap.Mendengar Alvin menyebut namanya, Rudy tersenyum lebar.Hmm ... jadi rupanya Alvin masih ingat kalau dia adalah kakak kandung Anita? Syukurlah kalau begitu! Batinnya."Gini ya, Vin. To the point aja kita ... Nggak usah kamu dekati Anita lagi! Karena saya sebagai kakak kandungnya, nggak sudi punya calon adik ipar seperti kamu!" Hardik Rudy untuk kedua kalinya dengan suara keras dan nada tak bersahabat. "Tapi Mas ... Saya dan Anita saling mencintai, Mas. Kenapa kami tak boleh bersama? Kalau masalah materi, mungkin saya belum bisa memberikan yang cukup buat dia, seperti yang Om dan Tante inginkan. Tapi saya akan berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakan Anita, Mas. Saya janji akan kerja lebih keras lagi supaya bisa lebih sukses dari sekarang, Mas. Tolong ... beri saya kesempatan sekali lagi, Mas. Please .....!" Alvin memohon dengan sungguh sungguh.Namun, Rudy menggelengkan kepalanya."Tidak! Sebagai kakak kandung Anita, saya nggak bisa memberi kamu
"Vin, kamu kenapa? Kok wajah kamu murung gitu?" tanya Yuni saat Alvin baru saja pulang.Dilihatnya adiknya itu berjalan gontai menuju sofa hingga membuat keningnya berkerut."Ada apa, Vin? Ada masalah ya?" tanya perempuan itu dengan nada penasaran pada adiknya itu.Alvin menghembuskan nafasnya dengan gundah."Iya, Mbak ... tapi sudahlah. Mungkin sudah nasib Alvin begini. Tadi kakaknya Anita datang menemui Alvin dan minta supaya hubungan kami nggak usah dilanjutkan dan diputuskan saja karena mereka nggak mau Alvin menikah sama Anita. Katanya kita nggak sepadan. Alvin laki laki nggak jelas. Datang dari keluarga nggak jelas juga. Nggak sepadan dengan keluarga mereka yang terhormat.""Hmm ... ya sudahlah. Alvin sudah berusaha selama ini supaya bisa mensejajarkan diri dengan dia, tapi ternyata semua itu nggak cukup juga Mbak, jadi ... mungkin Alvin harus mengubur semua ini rapat rapat. Alvin harus bisa segera melupakan Anita dan mimpi mimpi kami," tutur laki laki itu dengan nada sendu.Men
Pria itu seolah hendak menelanjanginya tanpa ampun. Tatapan yang membuat dia dari dulu merasa ilfil dan tak suka pada pria itu.Selama ini beberapa kali dia telah bertemu Rio. Tapi dia tak cukup menyukai pria itu sebab menurut nya pria itu bukanlah pria yang baik. Dia terlihat begitu liar saat melihat seorang perempuan. Dan itu membuat Anita merasa tak menyukai Rio."Ma ... maksud Om?" Anita membuka tanya dengan nada terkejut yang sangat. Seolah tak percaya kalau kedatangan Om Wibi dan Tante Henti serta putranya ke rumahnya ini adalah demi untuk melamar dirinya menjadi istri Rio.Melihat itu, Bu Hadi pun buru buru membuka suaranya."Begini, Nita. Om Wibi dan Tante Henti ini datang ke sini hendak melamar kamu untuk menjadi istrinya Rio, menjadi menantu di keluarga mereka. Kamu bersedia kan, Sayang? Rio ini sekarang sudah jadi pengusaha besar lho. Cocok dong sama kamu yang seorang dokter terkenal.""Jadi kamu jangan menolak ya, Sayang. Percayalah, Rio ini pasti bisa jadi suami yang baik